Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN UPAYA PENIGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa dan sastra mempunyai hubungan yang erat karena sastra merupakan bentuk karya seni yang bermediakan bahasa. Sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati. Selanjutnya, dimanfaatkan antara lain untuk mengembangkan wawasan hidup dan kehidupan. Melalui bahasa sastrawan mengungkapkan segala yang bergejolak didalam jiwanya baik tentang konsep, gagasan, perasaan dan pikiran yang terkandung di dalam imajinasi.
Pembelajaran menulis di SMA berkaitan erat dengan latihan mempertahankan perasaan, penalaran, dan daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, materi yang dirasa sulit oleh para siswa adalah menulis terutama menulis puisi. Sampai saat ini pembelajaran menulis puisi belum mendapatkan perhatian secara optimal. Kurangnya kemampuan siswa dalam belajar menulis puisi disebabkan oleh minat siswa dalam belajar menulisi puisi masih kurang, siswa merasa membuat puisi itu sulit, serta siswa belum mengetahui manfaat dan tujuan menulis puisi.
Dalam hal itu dibutuhkan kompetensi guru yang memadai, tetapi juga harus didukung dengan metode pembelajaran yang sesuai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut seorang guru dituntut untuk mampu menggunakan metode pembelajaran yang praktis dan mudah untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. Guru harus berusaha meningkatkan kemampuan menulis para siswanya yang terhambat atau mengalami kendala. Oleh karena itu, untuk menyajikan pembelajaran puisi, unsur-unsur tujuan pokok yang perlu dicapai dalam pembelajaran puisi adalah meliputi peningkatan kemampuan menulis dan kreativitas.
Dari permasalahan-permasalahan di atas, maka perlu adanya upaya-upaya untuk menerapkan variabel teknik kreatif dalam pembelajaran menulis puisi. Salah satu teknik menulis puisi yaitu teknik panggil pengalaman karena dengan memanggil pengalaman siswa akan lebih mudah menuangkan ide atau gagasan sesuai dengan apa yang pernah mereka alami.

B.     IDENTIFIKASI MASALAH

Pembelajaran menulis puisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kebumen perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh munculnya permasalahan kekurangmampuan sebagian besar siswa dalam menulis puisi.
Permasalahan yang berasal dari siswa adalah rendahnya minat siswa dalam menulis puisi. Kesulitan yang dihadapi siswa  ditandai dengan beberapa hal seperti siswa kesulitan menemukan ide, menemukan kata pertama dalam puisinya, mengembangkan ide menjadi puisi. Hal ini terjadi karena minimnya penguasaan kosakata, siswa kurang terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran dan imajinasinya ke dalam puisi. Permasalahan kedua berasal dari guru, yaitu metode pengajaran yang digunakan kurang kreatif dan bervariasi.
Untuk mengetahui permasalahan pertama, guru harus membimbing siswa mengenai pembelajaran menulis puisi secara jelas dan memberikan latihan-latihan menulis puisi berdasarkan pengalaman yang pernah siswa alami sendiri, sedangkan untuk mengatasi permasalahan kedua, guru harus menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa, serta memilih teknik pembelajaran yang kreatif sehingga memudahkan siswa dalam menuangkan ide ke dalam bentuk puisi. 

C.    BATASAN MASALAH
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kemampuan siswa dalam menulis puisi di atas, penulis membatasi permasalahan ditinjau dari kurangnya minat siswa dalam menyadari pentingnya menulis puisi dan kurangnya minat siswa dalam menulis puisi serta menulis kreatif puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang menjadi bagian dalam standar kompetensi kemampuan bersastra kelas X SMA. Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti menggunakan teknik panggil pengalaman dalam upaya penigkatan keterampilan menulis puisi.

D.    RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul yang penulis kemukakan di atas, maka masalah utama yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah penerapan pembelajaran menulis puisi dengan teknik panggil pengalaman kelas X SMA N 1 Kebumen?
2.      Bagaimanakah pengaruh pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman dalam aktivitas belajar siswa kelas X SMA N 1 Kebumen?
3.      Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis puisi setelah menggunakan teknik panggil pengalaman sebagai proses pembelajaran kelas X SMA N 1 Kebumen?

E.     TUJUAN PENILITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penilitian ini adalah untuk:
1.      Mendeskripsikan penerapan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman kelas X SMA N 1 Kebumen.
2.      Mendeskripsikan pengaruh pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman terhadap sikap atau motivasi pada siswa kelas X SMA N 1 Kebumen.
3.      Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman kelas X SMA N 1 Kebumen.
F.     MANFAAT PENILITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis.
1.      Manfaat Praktis
a.       Bagi siswa, hasil penilitian ini dapat bermanfaat untuk siswa. Penulis berharap siswa dapat meningkatkan minatnya dalam menulis. Setelah berminat, diharapkan bagi siswa dapat mengembangkan tulisannya, khususnya dalam menulis puisi menggunakan teknik panggil pengalaman
b.      Bagi guru, hasil penilitian ini dapat dijadikan pedoman guru untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis puisi menggunakan teknik panggil pengalaman.
c.       Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis puisi menggunakan teknik panggil pengalaman pada siswa kelas X.
2.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis, khususnya dalam menulis puisi menggunakan teknik panggil pengalaman.
G.    TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORITIS
1.      Tinjauan Pustaka
Peneltian tentang menulis puisi merupakan penelitian yang menarik. Banyak penelitian tentang menulis puisi tersebut dapat dijadikan salah satu bukti bahwa menulis puisi disekolah-sekolah sangat menarik untuk diteliti. Namun, penelitian-penelitian tersebut belum seutuhnya sempurna. Oleh karena itu perlu penelitian lanjutan demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya.
            Nurul (2008) melakukan penelitian mengenai penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis puisi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Dengan Media Gambar Siswa kelas III SD Negeri 1 Cepoka 01 Gunungpati Semarang”. Dalam penelitian ini mempunyai keterkaitan, yaitu sama-sama meneliti keterampilan menulis puisi. Penilitian menggunakan media gambar sedangkan penulis menggunakan teknik panggil pengalaman.
            Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, peningkatan keterampilan menulis pusi telah dilakukan dengan media gambar. Dari penelitian peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa, peneliti mengubah media yang digunakan dengan teknik panggil pengalaman. Dengan demikian, penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas berpikir dan meningkatkan hasil belajar siswa.
2.      Kajian Teoritis
Kajian teoritis merupakan penjabaran kerangka teori yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari beberapa sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Kajian teori ini menjelaskan tentang pembelajaran sastra, puisi, menulis puisi dan teknik panggil pengalaman dalam pembelajaran menulis puisi
a.       Pembelajaran Sastra
Tujuan kegiatan bersastra secara umum dapat dirumuskan ke dalam dua hal (Sayuti 2000: 1), pertama, untuk tujuan yang bersifat apresiatif, kedua, tujuan yang bersifat ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui kegiatan bersastra seseorang dapat mengenal, menggemari, menikmati, dan menghasilkan sebuah karya berdasarkan pengalaman yang dijumpai dalam bersastra. Lebih dari itu, mereka dapat memanfaatkan pengalaman baru tersebut dalam kehidupan nyata. Tujuan ekspresif maksudnya melalui kegiatan bersastra kita dapat mengkomunikasikan pengalaman jiwa kita kepada orang lain melalui sebuah karya. Dalam komunikasi ini, pembaca mendapat tambahan pengalaman baru, sedangkan penulis mendapat masukkan mengenai karyanya. Untuk pembelajaran sastra di sekolah, kegiatan bersastra lebih diarahkan kepada tujuan membina apresiasi sastra. Hal ini didasarkan pada tiga fungsi pokok pembelajaran sastra di sekolah, yaitu fungsi ideologis, fungsi kultural, dan fungsi praktis (Sarwadi via Sayuti, 1994: 12). Fungsi ideologis berhubungan dengan pembentukan jiwa Pancasila yang tercermin dalam pribadi dengan sifat luhur, cakap, demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Fungsi kultural berhubungan dengan pewarisan karya sastra yang merupakan bagian dari kebudayaan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya untuk dimiliki, dinikmati, dipahami, dan dikembangkan. Fungsi praktis yaitu berhubungan dengan pembekalan pengalaman-pengalaman agar siswa siap terjun dalam kehidupan nyata bermasyarakat.
Melalui kegiatan berapresiasi, fungsi pengajaran sastra di atas dapat dicapai. Dengan mengapresiasi sastra, siswa mendapat pencerahan batin melalui nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, yang merupakan refleksi pengarang terhadap realitas. Siswa akan semakin memahami nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Nilai-nilai ini pada gilirannya akan membentuk manusia yang peka perasaannya, berhati luhur, dan bertanggung jawab. Di sisi lain, pencerahan batin di atas dapat dipandang sebagai bentuk pewarisan kebudayaan. Proses pencerahan batin dapat diartikan sebagai transfer nilai-nilai moral sebagai salah satu bentuk kebudayaan, dari generasi yang tua (sastrawan) ke generasi yang lebih muda (siswa). Lebih lanjut, dengan menggemari, menikmati, mereaksi dan mereproduksi karya sastra berarti terjadi pewarisan dan pengembangan kebudayaan baik dalam hal nilai (norma) yang terkandung dalam karya sastra maupun karya sastra itu sendiri sebagai bentuk karya seni. Pembekalan kemampuan praktis siswa juga dapat diupayakan melalui kegiatan apresiasi. Kemampuan praktis di sini dapat berupa kemampuan siswa untuk menyelesaikan permasalahan saat mereka terjun dalam kehidupan nyata atau lebih jauh lagi siswa dapat menghasilkan karya.
Keberhasilan kegiatan apresiasi sastra tidak terlepas dari proses pembelajaran dilaksanakan. Proses pembelajaran tanpa arah yang jelas dalam menyampaikan materi dan memposisikan siswa akan berujung pada kegagalan pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, Sayuti (1994: 23), mengatakan pemilihan metode dan strategi pembelajaran mempunyai peranan penting.
b.      Hakikat puisi
1)      Pengertian Puisi
Pengertian puisi sampai saat ini masih diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Tidak konsistennya pengertian puisi lebih disebabkan oleh perkembangan puisi yang semakin hari semakin beragam dan mengakibatkan lahirnya jenis-jenis puisi baru. Hal tersebut yang menimbulkan kesulitan menyimpulkan apa pengertian puisi yang bisa dikenakan pada berbagai jenis puisi pada berbagai zaman.
Menurut Suminto A Sayuti, (2002 : 3) puisi dapat dirumuskan sebagai “sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya. Menurut Sayuti (2002: 24-25), puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas. Puisi sebagai sosok pribadi penyair atau  ekspresi personal berarti puisi merupakan luapan perasaan atau sebagai produk  imajinasi penyair yang beroperasi pada persepsi-persepsinya. Bahasa dalam puisi sebagai sosok pribadi penyair lebih difungsikan untuk menggambarkan, membentuk dan mengekspresikan gagasan, perasaan, pandangan dan sikap penyairnya
Sebuah puisi terbangun dari dua hal, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik berkaitan dengan diksi (diction), kata konkret (the concrete word), gaya bahasa (figurative language), dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (rhyme and rhytm). Struktur batin meliputi perasaan (feeling), tema (sense), nada  (tone), dan amanat  (intention) Richards (dalam waluyo, 1987 :24)Berdasarkan beberapa definisi puisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi meupakan bentuk ungkapan perasaan dan pemikiran pengarngnya dimana pengarang memiliki hak penuh terhadap puisi tersebut, baik dari segi isi maupun tipografinya. Sebuah puisi akan memunculkan karakternya sendiri, sebgaimana karakter yang dimiliki pengarangnya
2)      Unsur Pembentuk Puisi
Istilah hakikat puisi (yakni unsur hakiki yang menjiwai puisi) yang dikemukakan Waluyo (1987:3), disebut struktur fisik mempunyai tipografi yang khas puisi. Larik-larik itu membentuk bait, bait-bait membentuk keseluruhan puisi yang dapat kita pandang sebagai wacana. Adapun wujud konkret hakikat puisi adalah pernyataan batin penyair, sedangkan metode adalah unsur-unsur pembangun bentuk kebahasaan puisi. Waluyo (1987:3), berpendapat bahwa bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya, demikian Waluyo (1987:3), bait-bait puisi itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Struktur fisik ini merupakan medium pengungkap struktur batin puisi. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi menurut Waluyo (1987:3), adalah diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), bersifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum) dan tipografi. Selain keenam unsur itu, menurut hemat saya masih ada unsur yang lain, yakni sarana retorika. Dengan demikian ada tujuh macam unsur yang termasuk fisik.
Menurut Sayuti (2002:41), pada hakikatnya puisi merupakan sebuah kesatuan, yakni kesatuan semantis dan bentuk formalnya, pilihan dan pengendepanan salah satu dasar ekspresipenciptaan akan berpengaruh pada bahasa berikut semua aspek yang melekat padanya, yang menjadi media ekspresinya. Puisi merupakan suatu kesatuan yang akan membentuk makna yang indah. Puisi adalah bentuk ungkapan ekspresi dari penyairnya.
Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan unsur lainnya menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya.

Untuk memberikan pengertian yang lebih memadai berikut ini dikemukakan uraian mengenai unsur-unsur pembangun puisi.
a)      Diksi
Diksi menurut Sayuti (2002 : 143), merupakan salah satu unsur yang ikut membangun keberadaan puisi berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan-perasaan yang bergejolak dan menggejala dalam dirinya. Sayuti (2002:144), mengatakan seringkali pilihan kata-kata yang tepat dan cermat yang dilakukan penyair dalam mengukuhkan pengalamannya dalam puisi, membuat kata-kata tersebut terkesan menempel, tetapi tetap dinamis dan bergerak serta memberikan kesan yang hidup.
b)      Pengimajian
Untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih hidup) gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual, penyair menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yanga menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji (image). Sedangkan cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan (imagery). Hal-hal yang berkaitan dengancitra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian
Menurut Sayuti (2002: 168-169), dalam proses penikmatan (membaca atau mendengarkan), apalagi pemahaman puisi, kesadaran terhadap kehadiran salah satu unsur puisi yang menyentuh atau mengguagah indera seringkali begitu mengedepan. Pengalaman keinderaan itu juga dapat disebut sebagai kesan yang terbentuk dalam rongga imajinasi yang disebabkan oleh sebuah kata atau oleh serangkaian kata. Serangkaian kata yang mampu menggugah pengalaman keinderaan itu, dalm puisi, disebut citraan (Sayuti 2002 : 170)
c)      Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untumembangkitkan imaji pembaca. Disini kata-kata konkrit dimaksudkan untuk, pembayaran kepada arti menyeluruh. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.
Waluyo (1987: 81), mengatakan bahwa dengan kata yang diperkonkret, dapat membuat seorang pembaca membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Sebagai contoh dikemukakan oleh Waluyo (1987: 81) tentang bagaimana penyair melukiskan seorang gadis yang benar-benar pengemis gembel. Penyair mempergunakan kata-kata; gadis peminta-minta contoh lainnya, untuk melukiskan dunia pengemis yang penuh kemayaan, penyair menulis; hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlap / gembira dari kemayaan ruang. Untuk melukiskan kedukaannya, penyair menulis; bulan diatas tidak ada yang punya/kotaku hidupnya tak punya tanda. Untuk mengkonkretkan gambaran jiwa yang penuh dosa digunakan; aku hilang bentuk/remuk.
d)     Bahasa Figuratif
Bahasa Figuratif oleh Waluyo (1987 : 83), disebut pula sebagai majas. Bahasa Figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatik, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Dalam bahasa kiasan, majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau kesejajaran makna diantara. Disebutkannya pula bahwa istilah lain dari kiasan adalah metafora. Sementara itu, Rachmat Djoko Pradopo (2005: 61), dalam bukunya pengkajian puisi menyamakan kiasan dengan bahasa figuratif (figurative language) dan memasukkan metafora sebagai alah satu bentuk kiasan. Dalam pembahasan selanjutnya istilah bahasa figuratif disamakan dengan bahasa kiasan seperti halnya pendapat Pradopo (2005: 61). Alternbernd (dalam Waluyo 1987: 85), mengelompokkan bahasa figuratif kedalam tiga gelongan besar. Golongan pertama ialah metafora simile, golongan kedua ialah mitonimi dan sinekdoks, dan golongan ketiga ialah personifikasi. Semantara itu Alternbernd (dalam Pradopo 2005: 62), mengelompokkan bahasa figuratif menjadi 7 jenis, yaitu simile, metafora, epic-simile, personifikasi, mitonimi, sinekdoks dan allegori.
e)      Versifikasi
Versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Ritma kata pungut dari bahasa inggris rhythm. Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Waluyo (1987 : 90), menyatakan rima adalah pengulangan bunyi puisi untuk membentuk musikalitas dan orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini pemilahan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana bunyi. Karena sering bergantung pada pola matra, irama dalam persajakan pada umumnya teratur. Ada satu hal penting yang perlu diingat, yakni kenyataan bahwa keteraturan dalam ritma tidak berupa jumlah suku kata yang tetap. Rima kata pungut dari bahasa inggris rhyme, yakni pengulangan bunyi didalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi.
f)       Tipografi
Menurut Sayuti (2002:329), tipografi merupakan aspek bentuk visual puisi yang berupa tata hubungan dan tata baris. Dalam puisi, tipografi dipergunakan untuk mendapatkan bentuk yang menarik supaya indah dipandang mata. Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Tipografi merupakan pembeda yang sangat penting.
g)      Sarana retorika
Tiap pengarang mempunyai gaya masing-masing. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Gaya dapat dikatakan sebagai “cap” seorang pengarang. Gaya merupakan keistimewaan, kekhasan seorang pengarang. Meskipun setiap pengarang mempunyai gaya dan cara tersendiri, ada juga sekumpulan bentuk atau beberapa macam pola yang biasa dipergunakan oleh beberapa pengarang. Jenis-jenis bentuk atau pola gaya ini disebut sarana retorika (rhetorical devices). Dalam kaitannya dengan puisi, Alternbernd (dalam Pradopo 2005; 93) menyatakan bahwa sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Dengan muslihat itu para penyair berusaha manarik perhatian, pikiran, sehingga pembaca berkontemplasi dan tersugesti atas apa yang dikemukakan penyair. Pada umumnya sarana retorika menimbulkan ketegangan puitis, karena pembaca harus memikirkan efek apa yang ditimbulkan dan dimaksudkan oleh penyairnya.
c.       Kemampuan Menulis Puisi
1)      Hakikat Menulis
Para ahli memberikan batasan menulis yang pada hakikatnya sama. Keterampilan menulis adalah segala aspek kegiatan berbahasa dengan mewujudkan buah pikiran secara tertulis dengan kaidah bahasa yang dipelajari. Menulis merupakan suatu proses bernalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan (Akhadiah 1988: 41). Widyamartaya (1990: 2), menyatakan secara garis besar bahwa menulis dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. Tarigan (1986: 21), menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu. Artinya, bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak hanya sekadar menggambarkan simbol-simbol grafis secara konkret, tetapi juga menuangkan ide, gagasan, atau pokok pikiran ke dalam bahasa tulis yang berupa rangkaian kalimat yang utuh, lengkap, dan dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Jadi, menulis menrupakan keterampilan berkomunikasi antarkomunikan dalam usaha menyampaikan informasi dengan media bahasa tulis.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis adalah suatu kegiatan berpikir, yang kemudian dituangkan ke dalam suatu sistem tanda yang konvensional yang dapat dilihat dan dipahami dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Dalam menuangkan pikiran untuk menjadi sebuah tulisan, perasaan juga sangat berperan sehingga hasilnya akan dapat dinikmati atau dipahami orang lain. Agar tulisan mudah dimengerti, penggunaan bahasa yang baik sangat diperlukan. Dengan kata lain, proses menulis sangat berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan kemampuan menggunakan bahasa. Dalam hal ini, bahasa yang komunikatif sangat dibutuhkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menulis pada pembahasan ini adalah kemampuan seseorang dalam mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan bahasa tulis yang dapat dilihat dan dipahami orang lain.
2)      Kemampuan Menulis
Menurut Darmadi (1996: 2), kemampuan menulis merupakan salah satu bagian dari kemampuan berbahasa. Selain itu, kemampuan menulis juga dianggap sebagai kemampuan yang paling sukar dibanding kemampuan berbahasa yang lainnya, seperti kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Kemampuan menulis memang sangatlah penting bagi dunia pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena menulis mempunyai fungsi sebagai sarana untuk belajar. Harsiton (via Darmadi, 1996: 3), juga mengemukakan bahwa ada beberapa alasan tentang pentingnya kemampuan menulis, antara lain (1) Kegiatan menulis adalah suatu sarana untuk menemukan sesuatu, (2) Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru, (3) Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasikan dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimiliki, (4) Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang, (5) Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk menyerap dan memperoleh informasi, (6) Kegiatan menulis akan memungkinkan kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, (7) Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.
Berdasarkan alasan pentingnya menulis, jenis tulisan puisi merupakan salah satu hasil dari munculnya ide-ide baru sebagai hasil pemikiran dan kreativitas diri seseorang. Dengan demikian, kegiatan menulis puisi dengan menggunakan metode kartu mimpi dalam pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan imajinasi mereka sehingga siswa dapat memunculkan dan mengembangkan idenya dalam menulis puisi melalui bantuan media kartu mimpi.
3)      Tujuan Menulis
Tujuan menulis menurut Hartig (via Tarigan 1986: 25-26), ada 6 yakni (1) Assignment Purpose (tujuan penugasan), (2) Altruistic Purpose (tujuan altruistik), (3) Persuasive Purpose (tujuan persuasif), (4) Informational Purpose (tujuan informasi, tujuan penerangan), (5) Self-Expressive Purpose (tujuan pernyataan diri), dan (6) Creative Purpose (tujuan kreatif). Assignment purpose atau tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali, penulis menulis sesuatu kerena ditugaskan, bahkan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris ditugaskan membuat laporan).
Altruistic Purpose (tujuan altruistik) penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Persuasive Purpose (tujuan persuasif) merupakan pulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan
Berdasarkan uraian tentang tujuan menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis puisi dapat dikategorikan ke dalam tujuan menulis kreatif atau creative purpose. Setiap penulis pasti memiliki gaya penulisan yang berbeda-beda untuk memperlihatkan jati diri dan kreativitasnya. Begitu juga di dalam penulisan sebuah puisi. Perbedaan pemilihan diksi dan gaya yang mereka gunakan itulah yang merupakan proses kreatif. Hal tersebut yang akan menimbulkan keindahan atau unsur estetika di dalam puisi karya mereka tersebut.
d.      Teknik Panggil Pengalaman dalam pembelajaran Menulis Puisi
Maulana (2012:21) berpendapat bahwa dorongan hati menulis puisi, muncul dalam diri seseorang penyair tidak datang begitu saja dari dunia tak dikenal, tetapi datang dari sebuah pengalaman yang dihayatinya secara total. Pengalaman yang dimaksud disebut sebagai pengalaman politik, yang sumbernya bisa berasal dari pengalaman fisik maupun dari pengalaman metafisik.
Dalam mengungkap pengalaman itu, seorang penyair mengungkap hubungan dirinya dengan Tuhan, dengan sesama manusia, maupun dengan alam yang mengitarinya. Ketika pengalaman tersebut hendak diekspresikan dalam bentuk tulisan, maka hati dan pikiran seorang penyair dengan segera memilih sejumlah kosa kata dari sebuah bahasa yang dikuasainya dengan baik.
Kemampuan dalam membayangkan dan memvisualkan sesuatu itulah yang ditulis oleh seseorang penyair dalam sebuah puisi yang dikenal dari sebuah pengalaman politik yang dihayatinya secara total. Rendra dalam Maulana (2012:22) menyebutnya sebagai pengalaman batin yang telah dihancur leburkan terlebih dahulu, kemudian dibentuk kembali menjadi dunia baru. Semua itu divisualkan lewat kata-kata yang telah dipilih oleh penyair secara sungguh-sungguh dalam sebuah puisi yang ditulisnya. Rendra dalam Maulana (2012:68) juga berpendapat bahwa puisi adalah penghayatan dari pengalaman, karena itu ia tidak dapat ditulis berdasar pada khayalan semata, seakan-akan mengalami peristiwa itu.
Dari uraian diatas penulis menggunakan teknik panggil pengalaman sebagai variasi pembelajaran menulis puisi. Teknik panggil pengalaman adalah suatu teknik pembuatan puisi dengan cara mengingat kembali pengalaman yang paling mengesankan sebagai bahan untuk membuat sebuah puisi. Teknik panggil pengalaman sangat membantu siswa dalam mengundang ide atau gagasan dengan mengangkat pengalaman pribadi (Maulana, 2012:49)
Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan teknik panggil pengalaman.
1)      Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari. Yaitu menyampaikan materi tentang menulis puisi (tema, diksi tipografi, dan rima).
2)      Guru memberikan kesempatan kepada siswa beberapa menit untuk mengingat pengalaman yang tidak terlupakan.
3)      Guru memberikan arahan siswa menuliskan pengalamannya tersebut kedalam bentuk paragraf.
4)      Setelah paragraf selesai siswa menuliskannya kedalam bentuk bait-bait puisi yang indah sesuai dengan isi paragraf yang siswa buat. Hasil puisi yang telah dibuat akan memperoleh penghargaan, selanjutnya dapat dipublikasikan di majalah dinding sehingga siswa termotivasi dan lebih percaya diri untuk menuangkan ide atau gagasannya secara ekspresif dan apresiatif dalam pembelajaran menulis puisi.

H.    METODE PENELITIAN
1.      Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian tindakan kelas (action research). Penelitian ini Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifisik. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
            PTK dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dan bukan pada input kelas (silabus, materi, dll) ataupun output (hasil belajar). Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kualitatif. Secara kualitatif dapat dijelaskan bahwa penelitian ini (1) dilakukan pada setting alamiah, yaitu lingkungan kelas, (2) data penelitian lebih bersifat deskriptif dan data yang akan terkumpul berbentuk kata-kata sehingga tidak menekankan pada angka. (3) lebih mengarah pada proses daripada hasil, (4) analisis data dilakukan secara induktif, (5) peneliti merupakan instrumen kunci, dan (6) lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2005:10)
2.      Tempat penelitian
Penilitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kebumen. Pemilihan SMA N 1 Kebumen sebagai tempat penelitian ini didasarkan atas pertimabangan bahwa SMA N 1 Kebumen merupakan salah satu SMA inti. SMA inti merupakan SMA yang sudah mendapat pengakuan Depdiknas setempat sebagai SMA yang dinilai baik dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, memiliki guru-guru yang berkompeten, administrasi yang teratur, dan fasilitas belajar-mengajar yang lengkap.
3.      Data dan Sumber Data
Data penelititan ini adalah berupa perangkat pelaksanaan pembelajaran, konteks pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa, fenomena kelas yang teramati dalam konteks pembelajaran, model-model pembelajaran menulis dengan strategi pembelajaran teknik panggil pengalaman yang diterapkan, dan hasil pembelajaran menulis puisi.
            Sumber data penilitian ini adalah peniliti, guru, siswa kelas X  SMA N 1 Kebumen dalam konteks pembelajaran bahasa indonesia di kelas.
4.      Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes berupa hasil puisi siswa sedangkan teknik nontes meliputi observasi, wawancara, jurnal dan dokumentasi.
a.       Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penilitian ini direncanakan dilaksanakan dalam dua siklus. Kegiatan pengumpulan data pada setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut.
1)      Siklus 1
a)      Perencanaan
·         Peneliti melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X mengenai observasi awal yang akan dilakukan
·         Peneliti menyusun rencana pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman
·         Peniliti menyiapkan instrumen penilitian berupa rubrik peniliaian, lembar observasi, pedoman wawancara, jurnal siswa dan jurnal guru, dan dokumentasi foto.

b)      Pelaksanaan
Pelasanaan tindakan pada siklus 1 meliputi apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
Pada tahap apersepesi, peniliti memberikan apersepsi kepada siswa mengenai pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman. Peniliti membagi kelompok kelas, satu kelompok terdiri atas lima sampai enam anggota. Peniliti memberikan contoh puisi kepada masing-masing kelompok. Siswa mengamati contoh puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman beserta langkah-langkahnya.
Pada tahap evaluasi, setelah siswa selesai menulis puisi secara individu, puisi terbaik dalam masing-masing kelompok kemudian dipresentasikan di depan kelas yang disertai dengan tanya jawab antar kelompok
c)      Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya menelaah segala hal yang telah terjadi pada tahap tindakan. Hasil refleksi pada siklus I ini digunakan sebagai bahan masukan dalam menetapkan langkah-langkah pembelajaran pada siklus II, sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih baik dan sesuai harapan.
2)      Siklus II
Proses tindakan kelas siklus II meliputi perencanaan, tindakan dan refleksi.
a)      Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
·         Peneliti melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X mengenai observasi awal yang akan dilakukan
·         Peneliti menyusun rencana pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman
·         Peniliti menyiapkan instrumen penilitian berupa rubrik peniliaian, lembar observasi, pedoman wawancara, jurnal siswa dan jurnal guru, dan dokumentasi foto.
b)      Tindakan
Tindakan pada siklus II merupakan penerapan dari perencanaan yang sudah diperbaiki. Hal-hal yang diperbaiki berupa perubahan-perubahan tindakan, antara lain menggunakan teknik investigasi kelompok dan menambah waktu dalam proses imajinasi.
c)      Refleksi
Refleksi pada siklus II berupa perenungan selama penilaian berlangsung. Kelemahan-kelemahan tentang pembelajaran menulis kreatif puisi ditemukan mulai dari awal perencanaan hingga hasil akhir siklus II. Refleksi yang dilakukan peneliti adalah melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan hasil serta dampak dari tindakan.
5.      Analisis Data
a)      Analisis Data Kuantitatif
Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif dengan tujuan mengetahui sejauh mana kemampuan menulis puisi siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman. Selama pembelajaran berlangsung. Peniliti melakukan penilaian, selanjutnya direkapitulasi, dan dianalisis secara keseluruhan untuk mendapatkan nilai rata-rata dalam bentuk presentase. Adapun rumus hitung rata-rata hitung adalah sebagai berikut.



X=∑ f ∕N x 100
Keterangan:
X   : nilai rata-rata hitung
∑f : jumlah frekuensi skor
N   : jumlah siswa
b)      Analisis Data Kualitatif
Teknik kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui gambaran perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman. Untuk memperoleh data nontes dari siswa peniliti akan memberi pertanyaan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi
Data hasil analisis siklus I dan siklus II dibandingkan untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui peningkatan perubahan perilaku siswa.











DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Endraswara, Suwardi. 2002. Metode Pengajaran Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Radhita Buana.
Jabrohim, Suminto A. Sayuti, Chairul Anwar. 2009.”Unsur-unsur Puisi” dalam Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jamaluddin. 2003. Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: AdiCita.
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPEF.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Rahmanto, B. 2004. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius
Sayuti, Suminto A. 1994. Pengajaran Sastra: Pengantar Pengajaran Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis. Bandung: Angkasa
Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Post a Comment for "PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN UPAYA PENIGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA"