Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Variasi dari Segi Keformalan dan Variasi dari Segi Sarana

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan beberapa kelompok tutur yang luas yang tentu saja ada tata bahasanya, sejarahannya, memiliki otonomi, dan standar digunakan sebagi alat komunikasi suatu negara, bahasa iptek, politik dan sebagainya serta dipahami secara baik oleh masyarakat tutur yang luas.
Variasi bahasa segi keformalan berdasarkan tingkat keformalannya ada 5 macam.Dan variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja macam-macam variasi bahasa dari segi keformalan dan penjelasannya?
2.      Apa yang dimaksud variasi dari segi sarana dan penjelasannya?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui macam-macam variasi bahasa dari segi keformalannya dan penjelasannya.
2.      Untuk mengetahui variasi bahasa dari segi sarana.


BAB II 
PEMBAHASAN

A. VARIASI DARI SEGI KEFORMALAN
Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam gaya (Inggris:style), yaitu gaya atau ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha konsultatif), gaya atau ragam santai (casual) dan gaya atau ragam akrab (intimate). Dalam pembicaraan selanjutnya kita sebut saja ragam.
1.      Ragam beku
Ragam beku adalah variasi bahasa paling formal, yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat,dan upacara-upacara resmi, misalnya, dalam upacara kenegaraan, khotbah di mesjid, tata cara pengambilan sumpah; kitab undang-undang, akte notaris, dan surat-surat keputusan. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah. Dalam bentuk tertulis ragam beku ini kita dapati dalam dokumen-dokumen bersejarah, seperti undang-undang dasar, akte notaris, naskah-naskah perjanjian jual-beli, atau sewa-menyewa.
Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, dan tidak boleh diubah. Bahkan, tekanan pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali. Bahasa yang digunakan dalam ragam ini berciri super formal. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh begitu saja mengubah, karena memang sudah ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu, bahasa beku sudah lazim digunakan dan sudah terpatri lama sehingga sulit sekali diubah. Bentuk ragam beku ini memiliki ciri kalimatnya panjang-panjang, tidak mudah dipotong atau dipenggal, dan sulit sekali dikenai ketentuan tata tulis dan ejaan standar. Bentuk ragam beku yang seperti ini menuntut penutur dan pendengar untuk serius dan memperhatikan apa yang ditulis atau dibicarakan.
Perhatikan contoh berikut yang diangkat dari naskah pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh karena itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kalimat-kalimat yang dimulai dengan kata bahwa, maka, dan sesungguhnya, menandai ragam beku dan variasi bahasa tersebut. Susunan kalimat dalam ragam beku biasanya penjang-panjang, bersifat kaku, kata-katanya lengkap. Dengan demikian para penutur dan pendengar ragam beku dituntut keseriusan dan perhatian yang penuh.
2.      Ragam resmi
Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang digunakan dalam situasi resmi, dan tidak dalam situasi yang tidak resmi. Jadi, percakapan antar teman yang sudah karib atau percakapan dalam keluarga tidak menggunakan ragam resmi ini. Tetapi pembicaraan dalam acara perminangan, pembicaran dengan seorang dekan dikantornya, atau diskusi dalam ruang kuliah adalah menggunakan ragam resmi ini.
3.      Ragam usaha
Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa disekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Jadi, dapat dikatakan ragam usaha ini adalah ragam ragam bahasa yang paling operasional. Wujud ragam usaha ini berada diantara ragam formal dan ragam informal.
4.      Ragam santai
Ragam santai atau ragam kassual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada saat beristirahat, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Ragam santai ini banyak menggunakan alergro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal, dialek, dan unsur bahasa daerah. Demikian juga dengan stuktur morfologi dan sintaksisnya. Seringkali struktur morfologi dan sintaksis yang normatif tidak digunakan.
5.      Ragam akrab
Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga, atau antarteman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang sering kali tidak jelas. Hal ini terjadi karena diantara partisipan sudah ada saling pengertian dan memiliki pengetahuan yang sama. Perhatikan ketiga kalimat contoh berikut!
a)      Saudara sudah mengambil buku-buku ini yang Saudara sukai
b)      Ambillah yang kamu sukai!
c)      Kalau mau ambil aja!
Tingkat keformalan kalimat (a) Lebih tinggi daripada kaliamat (b) dan kalimat (b) lebih tinggi daripada kalimat (c). Kaliamat (a) termasuk ragam usaha, sebab kurang lebih bentuk kalimat seperti itulah yang biasa kita gunakan. (b) termasuk ragam santai; sedangkan kalimat (c) termasuk dalam ragam akrab, sebab hanya kepada teman kariblah bentuk ujaran seperti yang kita gunakan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kelima ragam diatas, yang dilihat dari tingkat keformalan penggunaannya, mungkin secara bergantian kita gunakan. Kalau kita berurusan dengan masalah dokumen jual beli, sewa menyewa, atau pembuatan akte dikantor notaris, maka kita terlibat dengan ragam beku. Dalam rapat dinas atau dalam ruang kuliah adalah menggunakan ragam resmi. Pada waktu kita berusaha menyelesaikan tugas kita terlibat dengan ragam usaha. Pada saat makan-makan dikantin kita terlibat dengan ragam santai, dan apabila kita bercakap-cakap tanpa topik tertentu dengan teman karib kita terlibat dengan ragam akrab.
Sebenarnya banyak faktor atau variabel lain yang menentukan pilihan ragam mana yang digunakan. Kita ambil saja contoh bahasa surat kabar, meskipun secara keseluruhan termasuk dalam penggunaan ragam jurnalistik dengan ciri-ciri yang khas, tetapi kita lihat pada rubrik editorial atau tajuk rencana digunakan bahasa resmi, pada berita-berita kejadian sehari-hari digunakan ragam usaha, pada rubrik pojok digunakan ragam santai, dan pada teks karikatur aktual digunakan ragam akrab. Namun, dalam iklan pemberitahuan dari instansi pemerintah, seperti berita lelang, pemberitahuan mengenai masalah tanah dari kantor pertanahan disunakan ragam beku. Jadi, penggunaaan ragam-ragam keformalan itu seringkali tidak terpisah-pisah, melainkan berganti-ganti menurut keperluannya. Lebih jauh mengenai penggantian variasi bahasa dalam bertutur.

B.     VARIASI DARI SEGI SARANA
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni, misalnya, dalam bertelepon dan bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini adalah karena dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara lisan, kita dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlinguistik yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala fisik lainnya. Padahal didalam ragam bahasa tulis hal-hal yang disebutkan itu tidak ada. Lalu, sebagai gantinya harus dieksplisitkan secara verbal. Umpamanya kalau kita menyuruh seseorang memindahkan sebuah kursi yang ada  dihadapan kita, maka secara lisan sambil menunjuk atau mengarahkan pandangan pada kursi itu kita cukup mengatakan “Tolong pindahkan ini!”. Tetapi dalam bahasa tulis karena tiadanya unsur penunjuk atau pengarahan pandangan pada kursi itu, maka kita harus mengatakan “ Tolong pindahkan kursi itu!”. Jadi, dengan secara eksplisit menyebutkan kata kursi itu.
Dari contoh tersebut dapat pula ditarik kesimpulan bahwa dalam berbahasa tulis kita harus lebih menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang kita susun bisa dapat dipahami pembaca dengan baik. Kesalahan atau kesalahpengertian dalam berbahasa lisan dapat segera diperbaiki atau diralat, tetapi dalam berbahasa tulis kesalahan atau kesalahpengertian baru kemudian bisa diperbaiki.
Ragam bahasa bertelepon sebenarnya termasuk dalam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa dalam bertelegraf sebenarnya termasuk dalam ragam bahasa tertulis; tetapi kedua macam sarana komunikasi itu memiliki ciri-ciri dan keterbatasannya sendiri-sendiri, menyebabkan kita tidak dapat menggunakan ragam lisan dan ragam tulis semau kita. Ragam bahasa dalam bertelepon dan bertelegraf menuntut persyaratan tertentu, sehingga menyebabkan dikenal adanya ragam bahasa telepon dan ragam bahasa telegraf, yang berbeda dengan ragam-ragam bahasa lainnya.

 

BAB III
SIMPULAN
A.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya dibedakan dalam lima bentuk di bawah ini.
  1. Ragam beku (Frozen), yaitu merupakan variasi bahasa yang paling formal dan digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi
  2. Ragam Resmi (Formal), yaitu ragam bahasa yang dipakai dalam pidato-pidato resmi, pidato kenegaraan, rapat-rapat resmi, rapat-rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, makalah, karya ilmiah, dan sebagainya.
  3. Ragam Usaha (Konsultatif), yaitu variasi ini lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
  4. Ragam Santai (Kasual), yaitu Ragam ini merupakan variasi yang biasa digunakan dalam situasi yang tidak resmi seperti berbincang-bincang dengan keluarga ketika berlibur, berolah raga, berekreasi, pembicaraan dengan teman pada waktu istirahat dan sebagainya.
  5. Ragam Akrab (Intim), yaitu variasi bahasa ini digunakan oleh penutur dan petutur yang memiliki hubungan sangat akrab dan dekat seperti dengan anggota keluarga atau sahabat karib.
Variasi dari segi sarana adalah dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni misalnya dalam bertelepon dan betelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama.
B.     Saran
Sebagai penutur bahasa kita seharusnya menggunakan variasi bahasa yangsesuai dengan konteksnya. Penulis juga menyadari makalah ini masih jauhdari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapakan kritik dan saran dari pembaca.

Post a Comment for "Variasi dari Segi Keformalan dan Variasi dari Segi Sarana"