Makalah Bahasa Sunda

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat
Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di
dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan didalam
masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia..
Melihat realita
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat pula adanya
berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang kemudian mempunyai
ciri kahas kebudayaan yang berbeda- beda. Bahasa Sunda merupakan salah satu
suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah satu bahasa di Indonesia, suku Sunda
memiliki kharakteristik yang membedakannya dengan bahasa lain.
Sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
tentu kita telah dipersiapkan untuk menjadi seorang tenaga pendidik.Tidak hanya materi tentang Bahasa Indonesia saja
yang harus kita kuasai sebagai bekal untuk mengajar tetapi perlu kita pelajari
dalam hal komunikasi dengan siswa agar kita tidak canggung dan gugup ketika di
depan kelas.Sebagai calon guru kita juga harus pandai untuk menyampaikan
materi dengan baik dan komunikatif serta penting bagi kita untuk mengetahui
perkembangan teknologi saat ini.
Perlu kita pelajari tentang model
pembelajaran seperti apa pada zaman sekarang karena guru pada saat ini dituntut
ntuk melakukan pembelajaran yang tidak hanya menyampaikian materi atau ceramah
saja akan tetapi lebih bisa membawa siswanya untuk aktif pada saat pembelajaran.Untuk
itulah makalah ini akan membahas tentang bahasa sunda dan ada beberapa macam bahasa
sunda yang di kenal.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana asal usul sejarah
bahasa Sunda?
2.
Bagaimana Tata Krama dalam
Bahasa sunda?
3.
Apa saja keunikan dari Bahasa Sunda?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1.
Untuk dapat mengetahui asal-usul atau
sejarah bahasa sunda.
2.
Untuk dapat mengetahui tata karma
dalam bahasa sunda.
3.
Untuk mengatahui segi keunikan dan
bahasa sunda.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Sejarah Bahasa Sunda
Bahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta
orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah
Bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di
provinsi Banten khususnya di kawasan selatan provinsi tersebut, sebagian besar
wilayah Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan
urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang), dan melebar hingga
batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari
dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan
enam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
1)
Dialek Barat (Bahasa Banten) Dialek Utara
2)
Dialek Selatan (Priangan)
3)
Dialek Tengah Timur
4)
Dialek Timur Laut (termasuk Bahasa Sunda
Cirebon)
5)
Dialek Tenggara
Dialek barat
dipertuturkan di daerah Banten dan Lampung. Dialek Utara mencakup daerah Sunda
utara termasuk Kota Bogorndan sebagian daerah Pantura.
Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan
sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Kabupaten Majalengka dan sebagian Kabupaten Indramayu. Dialek Timur Laut adalah dialek di
sekitar Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan juga sebagian Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal di
Jawa Tengah.
Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Kabupaten
Ciamis juga
Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah.
Bahasa Sunda Kuna
adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik
di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini
adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa
Sunda modern. Sedikitnya literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian
linguistik varian bahasa ini.
1.
Sejarah dan penyebaran
Bahasa Sunda
terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki
Tatar Sunda. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat
Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat
di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti
Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya. Ironisnya, nama Cilacap banyak
yang menentang bahwa ini merupakan nama Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama
ini merupakan nama Jawa yang "disundakan", sebab pada abad ke-19 nama
ini seringkali ditulis sebagai "Clacap".
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.
2.
Undak-usuk
Karena pengaruh
budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda terutama
di wilayah Parahyangan, mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai
dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di
wilayah-wilayah pedesaan atau pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa
Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan.
3.
Tradisi tulisan
Bahasa Sunda
memiliki catatan tulisan sejak milenium kedua, dan merupakan bahasa Austronesia
ketiga yang memiliki catatan tulisan tertua, setelah bahasa Melayu dan bahasa
Jawa. Tulisan pada masa awal menggunakan aksara Pallawa. Pada periode
Pajajaran, aksara yang digunakan adalah aksara Sunda Kaganga. Setelah masuknya
pengaruh Kesultanan Mataram pada abad ke-16, aksara hanacaraka (cacarakan)
diperkenalkan dan terus dipakai dan diajarkan di sekolah-sekolah sampai abad
ke-20. Tulisan dengan huruf latin diperkenalkan pada awal abad ke-20 dan
sekarang mendominasi sastra tulisan berbahasa Sunda.
Bilangan dalam bahasa Sunda
Bilangan Lemes :
1: hiji
2: dua
3: tilu
4: opat
5: lima
6: genep
7: tujuh
8: dalapan
9: salapan
10: sapuluh
1: hiji
2: dua
3: tilu
4: opat
5: lima
6: genep
7: tujuh
8: dalapan
Baca Juga
- USULAN PENELITIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Dalam Membaca Intensif untuk Memahami Isi
- PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PEJAGOAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016
- NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
10: sapuluh
Berbeda dengan
bahasa Sunda, kata 'Jatuh'
mempunyai banyak arti tersendiri
Jatuh ke depan - 'TIKUSRUK'
Jatuh ke depan - 'TIKUSRUK'
Jatuh ke
belakang - 'NGAJENGKANG'
Jatuh dari atas
- 'MURAG'
Jatuh terlempar
- 'NGAJUNGKEL'
Jatuh karena
tersandung - 'TIKOSEWAD'
Jatuh lalu
meluncur - 'NGAGOLOSOR'
Jatuh ke lubang
- 'TIGEBRUS'
Jatuh
terpeleset - 'TISEUREULEU'
Belum lagi jika
ditambah maknanya
Jatuh dari
tempat tidur - 'NGAGUBRAG'
Jatuh tertidur
- 'KASIREP'
Jatuh sampai kehilangan
kesadaran - 'SAKARAT'
Jatuh ga bangun-bangun
- 'BOA-BOA KOJOR'
Jatuh ga
sengaja - 'TUALIKEUH'
Jatuh terguling-guling
- 'NGAGULUNDUNG'
Jatuh meluncur
ga ada penahannya - 'MOROSOT'
Jatuh meluncur
dari mainan luncuran - 'POROSOTAN'
Jatuh cinta -
'BEGER'
Jatuh miskin -
'MALARAT'
Jatuh dari lantai
5 - 'MODAR MEREUN' (?)
B. Beberapa
macam dalam Bahasa Sunda
Pertama
: dalam Bahasa Sunda, huruf vokalnya ada 6.
Bahasa
Sunda memiliki 6 huruf vokal, yaitu a, i, u, é, o, dan eu. Huruf e biasa tanpa
tanda curek diatas berbeda dengan é dengan curek diatasnya. (apa atuh yah curek
téh Bahasa Indonesianya?). Beda pengucapannya. Huruf e biasa diucapkan seperti
e pada kata ‘berenang’ atau ‘terbang’. Sedangkan é seperti ini dibaca seperti
‘e’ pada kata ‘sate’ atau ‘tokek'. Jadi jangan disamakan antara kecap
dengan kécap dalam Bahasa Sunda. Kecap dengan huruf 'e' tanpa curek artinya
'kata'. Sedangkan kécap tau kan? Bukan alat musik petik. Kécap itu cairan
kental hitam manis/asin yang itu téa gening yang suka dicampurin ke baso!
Kedua
: orang sunda terkenal dengan soméahnya.
(Haha apa ya soméah)?
Soméah
dalam Bahasa Indonesia artinya orang yang selalu tebar senyuman dan sopan
santun. Memang, orang sunda pada umumnya selalu mengucapkan “punten”
sebari senyum dan sedikit membungkukkan badan apabila ia lewat di depan
seseorang atau orang banyak. Orang sunda yang dilewati itu menjawab dengan
senyuman serta ucapan “mangga”. Selain punten – mangga, ada juga
kata sapaan yang hampir sama artinya dengan punten – mangga, yaitu sampurasun
– rampes. Sampurasun merupakan singkatan dari
Sampura(hampura) yang artinya punten sedangkan Rampes itu artinya “baik”
(setara dengan “mangga,” silakan). Dan masih banyak lagi bukti bahwa
orang sunda termasuk orang yang soméah. Kata punten - mangga juga
dijadikan suatu lagu unik yang bisa sambil dimainkan dengan tepuk tangan dengan
teman, demikian petikan lagunya. "punten - mangga, ari ga gatot kaca, ari
ca cau ambon, ari bon bonteng asak, ari sak sakit perut, ari ru rujak asem, ari
sem sempal sempil, ari pil pilem rame, ari me meja makan, ari kan kantong
kosong, ari song songsong lampu, ari pu pulau bali, ari li liang belut, ari lut
lutung hideung, ari deung deungeun sangu, ari ngu ngurus ucing, ari cing......
cingcangkeling manuk cingkleung cindeuteun, ............."
Ketiga : orang
sunda asli tidak fasih mengucapkan huruf “F”.
Kebanyakan
orang Sunda sulit untuk mengucapkan huruf “F”, banyak orang menyebut hurup “F”
diganti dengan huruf “P” contohnya saja orang sunda menyebut nama “Fani”
diganti dengan sebutan “Pani”, sedangkan Facebook menyebutnya dengan Pesbuk,
menyebut kata “Fitnah” diganti dengan “Pitnah” dan masih bnyak contoh-contoh
lain.
C.
Perbedaan Bahasa Sunda Kasar
dan Bahasa Sunda
Memang dalam adat sunda ada nilai tata krama pengguna
bahasa yang harus diberikan kepada seseorang misalkan:
Tuang-dahar-mam-madang-babadog.Dari arti itu memiliki nilai rasa
dan penggunaan yang berbeda walaupun mempunyai arti yang sama yaitu “makan”. Maka
akan kita bahas keunikan dalam adat sunda dalam tata krama;
1)
Tuang:ini
bahasa sunda yang paling halus dan biasanya kita pergunakan untuk orang yang
lebih tua dan memang sangat baik dipergunakan.
2)
Dahar:ini
memang juga sering dipergunakan untuk bahasa yang standar. Secara
rasa,penggunaan ini sangat standar,tidak halus juga tidak kasar.
3)
Mam:biasanya
ini ada bahasa yang digunakan untuk anak kecil. bahasa itulah yang sering
digunakan oleh orang tua kepada anaknya.
4)
Babadog:nah
kalau yang ini jangan pernah anda pergunakan atau anda pakai dalam kehidupan
sehari-hari,karena bahasa sunda ini sangatlah kasar dan mempunyai nilai rasa
yang jelek.
Dari perbedaan bahasa seperti
itu,maka ketika kita mentranslatekan dari bahasa sunda halus ke Indonesia,maka kita
harus mentranslatekannya tersebut dari bahasa sunda yang halus maka anda akan
mendapatkan terjemahannya. Memang unik bahasa sunda itu,bahasa khasnya daerah
sunda. Antara Bahasa “Halus” dan Bahasa “Kasar” Seperti halayaknya batu kerikil
dan pasir. Keduanya sama-sama bahan bangunan yang akan memperkokoh bangunan
tersebut. Akan tetapi mereka beda antara satu sama lain. Begitupun dengan
bahasa”halus” maupun “kasar” bahasa tetaplah bahasa. Sebuah sarana
komunikasi,adapun kategori “halus” dan “kasar” itu hanya perbedaan budaya
daerah (cirri khas)namun pada dasarnya sama. Itulah Indonesia,bhineka tunggal
ika, kaya akan budaya (admin KBS)
D. Perbedaan dengan bahasa Sunda di Banten.
Bahasa Sunda
Banten
adalah bahasa Sunda yang
digunakan sebagian masyarakat di Banten,serta yang berada di daerah Priangan
seperti Garut, Tasikmalaya, Bandung, dan lain sebagainya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal
tingkatan, dikarenakan wilayah Banten tidak pernah berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan
erat dengan bahasa Sunda Kuna, namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa
Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), bahasa Sunda Banten di Rangkasbitung
dan Pandeglang digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Secara prakteknya,
bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan
bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Banten bagian selatan, yaitu Kabupaten Lebak dan Kabupaten Padeglang.
E.
Tata Krama Bahasa Sunda
Tatakrama yang
dikenal dalam Basa Sunda atau biasa disebut Undak Usuk Basa Sunda
(UUBS) secara umum terbagi atas dua jenis, yaitu Basa Hormat/ Lemes
(Bahasa Halus), dan Basa Loma (Bahasa Akrab/Kasar) . Dalam Pembahasan UUBS
di Kongres Basa Sunda tahun 1986 di Cipayung, Bogor atau
disebut TATAKRAMA BASA SUNDA menyebutkan delapan ragam penggunaan Basa
Sunda.
1.
Ragam
Basa Hormat
Sesuai dengan namanya, ragam bahasa ini digunakan
untuk menunjukkan rasa hormat. Bahasa halus yang dipilih bergantung pada subjek
yang bersangkutan. Turunan dari ragam ini ada enam tingkatan, antara lain:
1)
Ragam Basa Lemes Pisan/Luhur, jenis bahasa
ini biasanya digunakan kepada orang dengan jabatan tinggi atau bangsawan;
2)
Ragam Basa Lemes keur Batur, jenis bahasa
ini digunakan pada orang yang dihormati, biasanya yang usianya lebih tua;
3)
Ragam basa Lemes keur Pribadi/Lemes
Sedeng, merupakan kosakata halus yang khusus digunakan untuk
diri sendiri ;
4)
Ragam Basa Lemes Kagok/Panengah, jenis bahasa
ini yang digunakan untuk teks-teks semacam surat kabar, dan lain-lain;
5)
Ragam Basa Lemes
Kampung/Dusun, merupakan ragam bahasa yang dikenal halus dalam
beberapa komunitas lokal Sunda, bisa jadi terdapat keragaman di beberapa
wilayah pengguna Basa Sunda yang berlainan, namun biasanya tidak digunakan
dalam situasi resmi;
6)
Ragam Basa Lemes Budak, merupakan
bahasa halus yang digunakan untuk berkomunikasi dengan anak-anak.
2.
Ragam
Basa Loma
Basa Loma atau biasanya disebut juga
bahasa kasar, sebetulnya tidak dimaknai kekasaran yang otomatis menghilangkan
unsur penghormatan. Akan tetapi, ragam bahasa ini digunakan di dalam
kalangan pergaulan kawan-kawan akrab. Terdapat dua jenis Basa Loma,
yaitu;
1)
Ragam Basa Loma (Akrab); Bahasa
jenis ini digunakan dalam lingkup pergaulan kawan-kawan dekat. Misalnya kawan
sepermainan.
2)
Ragam Basa Garihal/Songong (Sangat Kasar
). Ragam berbahasa ini digunakan pada objek hewan atau dalam kondisi
marah besar/murka.
Pada penyelenggaraan Konferensi Internasional Budaya Sunda I (KIBS I)
di Bandung dan Kongres Basa Sunda VII di Garut, ditetapkan bahwa UUBS
hanya terdiri atas dua ragam saja, yaitu:
3.
Ragam
Basa Hormat
Dalam ragam bahasa ini terhimpun seluruh turunan Basa
Hormat/Lemes. Seseorang yang tertukar-tukar dalam menggunakan bahasa halus
untuk diri sendiri, bahasa halus kampung/dusun, atau untuk anak-anak tidak
dianggap salah. Seluruh kosa katanya dianggap memenuhi kaidah tatakrama Basa
Sunda untuk ragam bahasa halus.
4.
Ragam
Basa Loma
Tidak berbeda dengan yang telah disebutkan sebelumnya,
ragam bahasa ini digunakan untuk berkomunikasi dalam lingkup pergaulan
yang akrab. Termasuk bercengkrama dengan tema sepermainan atau siapapun yang
sudah akrab. Namun demikian, tentu saja dalam lingkup pergaulan yang sopan,
kosakata yang tercakup dalam Ragam Basa Garihal/Songong tidak
diperkenankan untuk dipakai.
Demikianlah perjalanan pembagian ragam Basa Sunda
resmi sejak tahun 1986. Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari hingga
saat ini, masyarakat masih menggunakan dua tipe bahasa halus, yaitu bahasa
halus untuk diri sendiri, dan bahasa halus untuk orang lain. Bila ditambahkan
dengan bahasa kasar (Basa Loma), disimpulkan ada tiga jenis ragam yang
digunakan dalam komunitas masyarakat Sunda saat ini.
Dalam lanjutan tulisan berikut, sesuai dengan
penggunaannya sehari-hari, akan digambarkan pola tatakrama Basa Sunda
yang dibagi dalam tiga ragam, antara lain:
a.
Ragam basa Loma/Akrab/Kasar (A)
b.
Ragam basa Lemes keur Pribadi (B)
c.
Ragam basa Lemes keur Batur (C)
F.
Keunikan Bahasa Sunda
Bahasa
sunda memiliki struktur/gramer yang lebih kompleks dibandingkan Bahasa Inggris.
Berbicara ke orang yang lebih tua usianya maka bahasa yang akan dipilih harus
mengunakan bahasa sunda yang lembut. Berbeda dengan Bahasa Inggris, tidak
berubah kondisinya ketika berbicara dengan orang yang dihormati ataupun orang
yang lebih tua. Seperti contoh “Bade angkat kamana pa?”(sunda lembut untuk
orang lain). “Abdi mah bade mios heula pak”(sunda untuk diri sendiri).
Sedangkan dalam bahasa inggris, untuk diri sendiri dan orang yang lebih tua dan
dihormati hanya dengan menggunakan satu kalimat saja yaitu “ Where do you
go?”(Bahasa Inggris). Itu hanya sedikit kelebihan dari warisan budaya daerah
kita yaitu Bahasa Sunda.
Namun
ironis keberadaan ternyata ditemui masyarakat yang mengunakan Bahasa Sunda
tidak sesuai dengan tata bahasa baku atau undak usuk bahasa. Keberadaan
istilah/kata dalam Bahasa Sunda tersebut semakin terkikis keberadaannya oleh
budaya budaya luar yang cenderung mempengaruhi esensi tata bahasa .
Jaman
Sekarang, kebanyakan anak muda justru lebih bangga dengan Bahasa Inggris,
karena Bahasa tersebut merupakan bahasa gaul dan Internasional.
Menurut mereka dengan bahasa
tersebut akan membuka cakrawala dunia yang lebih luas, karena sebagian besar
referensi/buku mengunakan bahasa tersebut. Oke lah, tidaklah salah jika kita
mempelajari Bahasa Inggris tapi akan lebih bijak jika kita tidak meninggalkan
Bahasa Sunda sebagai budaya dan identitas kita.
Banyak
yang telah mengalami degradasi bahasa/kehilangan kata/istilah (Endanger
language) pada saat ini, terutama didaerah-daerah perbatasan. Sedikit demi
sedikit istilah/kata Bahasa Sunda yang baku (undak usuk basa) sudah jarang dan
hampir tidak dipergunakan lagi dalam komunikasi kesehariannya. Mungkin mereka
tidak tahu atau enggan untuk mempelajari. Berikut beberapa
istilah/kata yang sudah jarang digunakan oleh sebagian masyarakat Sunda :
No
|
Istilah/Kata
yang jarang dipakai
|
Keterangan
|
1
|
“Sumping”
(artinya Datang/Came)
|
Kebanyakan
masyarakat mengatakan “Dongkap”. Padahal “Dongkap” (sesuai undak usuk basa)
hanya digunakan untuk diri sendiri saja. Sedangkan untuk orang lain yang
lebih dihormati atau yang lebih tua usianya seharusnya mengatakan “Sumping”.
|
2
|
“Kagungan”
(mempunyai/Have)
|
Kebanyakan
masyarakat mengatakan “Gaduh” untuk orang lain. Sedangkan seharusnya kata
“Gaduh” hanya digunakan untuk diri sendiri. Seharusnya untuk berbicara dengan
orang lain menggunakan kata “Kagungan”.
|
4.
|
“ Ngabantun”
(Membawa/Bring)
|
Kata
Ngabantun sudah jarang digunakan. Kebanyakan Masyarakat mengunakan kata “
Nyandak” yang seharusnya digunakan untuk orang lain.
|
5.
|
“Mios”
(Pergi/Go)
|
Biasanya
kebanyakan masyarakat menggunakan kata “ Angkat”, seharusnya menggunakan kata
“Mios”. Karena kata “Angkat” hanya digunakan untuk orang yang dihomati dan
orang yang lebih tua usinya.
|
6.
|
“Rompok”
(Rumah/House)
|
Biasanya
masyarakat mengunakan kata “Bumi” untuk diri sendiri yang seharusnya
mengunakan kata “Rompok/Rorompok” untuk menerangkan Rumah.
|
Dari
enam kata/istilah sunda diatas sepertinya masih banyak kata kata/ istilah yang
masih harus kita lestarikan. Dalam kata lain harus dilakukan konservasi
terhadap kata atau bahasa tersebut. Konservasi tidak hanya sebatas pohon saja
namun budaya nenek moyang kita harus dan wajib kita lestarikan pentingnya
budaya kita yang sangat kaya dan luhur ini.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Bahasa
Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur
terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah
kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di provinsi Banten khususnya di kawasan
selatan provinsi tersebut, sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali kawasan
pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi dimana penutur bahasa ini
semakin berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah
Brebes, Jawa TengahBeberapa macam dalam Bahasa Sunda
diantara adalah sebagai berikut:
1.
Dalam Bahasa Sunda, huruf vokalnya ada 6.
2.
Orang sunda terkenal dengan soméahnya.
(Haha apa ya soméah) ?
3.
Orang sunda asli tidak fasih mengucapkan huruf “F”.
Perbedaan Bahasa Sunda Kasar
dan Bahasa Sunda ketika kita mentranslatekan dari bahasa Sunda halus ke
Indonesia,maka kita harus mentranslatekannya tersebut dari bahasa Sunda yang
halus maka anda akan mendapatkan terjemahannya. Memang unik bahasa sunda itu, bahasa
khasnya daerah sunda. Antara Bahasa “Halus” dan Bahasa “Kasar” Seperti
halayaknya batu kerikil dan pasir. Keduanya sama-sama bahan bangunan yang akan
memperkokoh bangunan tersebut. Akan tetapi mereka beda antara satu sama lain.
Begitupun dengan bahasa”halus” maupun “kasar” bahasa tetaplah bahasa. Sebuah sarana
komunikasi,adapun kategori “halus” dan “kasar” itu hanya perbedaan budaya
daerah (cirri khas) namun pada dasarnya sama. Itulah Indonesia,bhineka tunggal
ika, kaya akan budaya (admin KBS)

Post a Comment for "Makalah Bahasa Sunda"