Makalah Bahasa Madura
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terdiri dari beragam pulau,suku bangsa dan bahasa yang berbeda.
Di masing-masing daerah tentu memiliki ciri khas dan bahasa daerah
masing-masing. Salah satunya adalah pulau Madura. Pulau Madura ini terletak di
sebelah Utara Jawa Timur.
Pulau Madura ini terdiri dari empat kabupaten. Yaitu Kabupaten Bangkalan,Sampang,Pamekasan, dan Sumenep. Pulau yang dikenal sebagai penghasil garam ini suhunya sangat panas,tanahnya tandus dan kering. Namun di pulau ini kita dapat menemukan beberapa tempat wisata yang patut untuk dikunjungi.Wisata pantainya yang tak kalah indah dengan tempat wisata di daerah lain.Masyarakat pulau Madura ini juga dikenal dengan sifatnya yang arogan, keras, dan dendam. Namun pernyataan itu tidak semuanya benar, disamping sifatnya yang keras dan arogan masyarakat Madura ini juga dikenal ramah dan sopan.
Pulau yang dikenal kental dengan logat bahasa yang unik memiliki beragam budaya di dalamnya. Baik dari cara bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dari seni tradisinya.Dalam hal ini kami akan membahas mengenai bahasa yang digunakan masyarakat madura dalam kehidupan sehari-harinya.
Pulau Madura ini terdiri dari empat kabupaten. Yaitu Kabupaten Bangkalan,Sampang,Pamekasan, dan Sumenep. Pulau yang dikenal sebagai penghasil garam ini suhunya sangat panas,tanahnya tandus dan kering. Namun di pulau ini kita dapat menemukan beberapa tempat wisata yang patut untuk dikunjungi.Wisata pantainya yang tak kalah indah dengan tempat wisata di daerah lain.Masyarakat pulau Madura ini juga dikenal dengan sifatnya yang arogan, keras, dan dendam. Namun pernyataan itu tidak semuanya benar, disamping sifatnya yang keras dan arogan masyarakat Madura ini juga dikenal ramah dan sopan.
Pulau yang dikenal kental dengan logat bahasa yang unik memiliki beragam budaya di dalamnya. Baik dari cara bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dari seni tradisinya.Dalam hal ini kami akan membahas mengenai bahasa yang digunakan masyarakat madura dalam kehidupan sehari-harinya.
B. Rumusan masalah
1. apa itu bahasa madura
2. ada berapa tingkatan bahasa dalam bahasa
madura
3. Sisi lain bahasa Madura
4. Bahasa madura dasar
5. bahasa madura di kota- kota perantauan.
C. Tujuan
1. untuk mengenal lebih dekat bahasa madura
2. untuk mengetahui tingkatan bahasa madura dan
penggunaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa madura
Bahasa madura adalah bahasa yang digunakan Suku madura. Bahasa madura
mempunyai penutur lebih kurang 15 juta orang. Kawasannya meliputi Pulau Madura,
hujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda
terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang hingga ke Banyuwangi, Kepulauan
Kangean, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan.
Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura bertumpu di kawasan Sambas,
Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat. Bagi kawasan Kalimantan
Tengah mereka bertumpu di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas.
Namun kebanyakan generasi muda Madura di kawasan ini sudah hilang penguasaan terhadap
bahasa ibunda mereka.
Setelah terjadi rusuhan antara etnik di Kalimantan (Sambas dan Sampit),
sebahagian besar masyarakat Madura kembali ke tanah kelahiran mereka. Walaupun mereka
masih berharap untuk kembali ke Kalimantan, etnik Dayak bertegas untuk tidak
menerima
mereka kembali.
Bahasa Madura merupakan cabang dari bahasa Austronesia ranting
Melayu-Polinesia, dan mempunyai persamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya
di Indonesia. Bahasa Madura banyak dipengaruhi oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa
dan lain sebagainya.
Pengaruh bahasa Jawa amat kuat dalam bentuk sistem hieraki berbahasa kesan
pendudukan Kerajaan Mataram di Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa
ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau,
tetapi dengan lafaz yang berbeda.
Dari
semua pengaruh yang ada, bisa dikatakan bahwa Suku Madura adalah suku dengan
bilingual yaitu menguasai dua bahasa, Bahasa Madura dan Bahasa Indonesia. Tidak
menutup kemungkinan bahwa suku Madura ada yang menguasai lebih dari dua bahasa,
multilingual.
Sebagaimana
bahasa-bahasa di daerah, di Madura juga terpecah menjadi bermacam-macam dialek.
Tetapi, yang di benarkan hanya ada empat dialek, yaitu: dialek Bangkalan,
dialek Pamekasan, dialek Sumenep dan dialek kangean.
Dialek
yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena ada
yang mengasumsikan bahwa daerah itu sebagai pusat pemerintahan dan pusat
kebudayaan suku bangsa Madura. Tetapi dalam kenyataannya dialek tersebut tidak
bisa menjadi standar dialek dalam berkomunikasi, karena tiap berpindah
ke lain tempat di Madura pasti ada perbedaan dialek tetapi tidak
sampai mengganggu kelancaran berkomunikasi.
Menurut
Soegianto dkk, (1981:114/115) menyatakan bahwa kesimpulan mereka saat melakukan
penelitian mengenai kemampuan murid kelas IV SD dalam mendengarkan dan
berbicara bahasa Madura cukup. Namun dalam perinciannya menyebutkan bahwa untuk
pelaksanaan mata pelajaran bahasa Madura kondisi, sifat, peranannya dapat
dikatakan kurang terpelihara bahkan dapat dikatakan terliwarkan yang seharusnya
mendapat perhatian yang positif terutama perhatian dari suku Madura itu
sendiri. Penulis kira itu bukan hanya terjadi di Madura saja. Hal yang demikian
itu dapat diasumsikan bahwa pelajaran bahasa daerah untuk mereka anak-anak
kecil kurang menarik minat mereka yang lebih dikalahkan oleh perkembangan
teknologi.
Pada
era globalisasi saat ini, bahasa Madura rawan terabaikan. Kebanyakan dari keturunan
mereka, anak dan cucu tidak menggunakan bahasa Madura melainkan bahasa
persatuan. Bahasa Indonesia. Entah ini benar atau salah penulis tidak bisa
menjelaskan lebih dalam, tetapi penulis akan beropini yang besifat subjektif.
Bahasa
merupakan salah satu wujud dari budaya. Sifat budaya sendiri salah satunya
adalah dinamis, berkembang mengikuti zaman. Bila bahasa itu dirasa tidak sesuai
dengan jaman, yang terjadi adalah peralihan ke bahasa yang bisa lebih diterima
dikehidupan manusia.
Terlepas
dari itu semua, faktor internalisasi, enkulturasi dan sosialisasi termasuk
faktor yang dominan dalam pembentukan karakter budaya. Bila suatu masyarakat
menjaga kelestarian budayanya, seperti menurunkannya kepada keturunannya secara
intensif yang terjadi adalah terbawanya budaya tersebut dimanapun ia berada.
Termasuk juga bahasa, bila suatu daerah diwajibkan untuk bisa berbahasa daerah
mereka, maka yang terjadi adalah lestarinya bahasa daerah mereka meskipun
dengan awal sifat yang mengikat.
Dilain
pihak, tidak ada yang salah dengan peralihan bahasa daerah ke bahasa persatuan,
bahasa Indonesia. Ini masih disebut nasionalisme, yang menjadi
permasalahan apabila bahasa itu bukan bahasa Indonesia. Tetapi ada baiknya bila
masyarakat suatu daerah mengenal bahasa daerahnya, itu merupakan salah satu
bukti kecintaan pada daerah asalnya. Orang Jawa mengetahui dan bisa bahasa
Jawa, orang Sunda mengetahui dan bisa bahasa Sunda, orang Madura juga
mengetahui dan bisa berbahasa Madura, itu sudah sangat ideal sebagai masyarakat
suatu daerah.
B. Tingkatan bahasa madura
Apa sih “Enja’ Iye, Enggi Enten, dan Enggi Bunten” itu?
“Enja’ Iye, Enggi
Enten, dan Enggi Bunten” merupakan ondegga basa (tinggatan
bahasa) dalam bahasa Madura. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahsa
Madura memiliki tingkatan tertentu. Tiap tinggkatan memiliki karakter dan
ketentuan-ketentuan tertentu.
1. Enja’Iye
Enja’ iye merupakan tingkatan bahasa paling rendah. Tingkatan ini biasanya
digunakan oleh orang yang lebih tua umurnya kepada orang yang lebih muda
atau kepada teman yang sebaya atau seumuran. Misalnya seorang tua kepada
anaknya, kakak kepada adiknya atau teman sepermainan yang telah akrab. Tapi
pada tingkatan ini tidak diperbolehkan diucapkan oleh orang yang lebih muda ke yang lebih tua.
Contoh:
· Berempa'
arghena paona? (Mangganya berapa harganya?)
· Be’en
nyamanah bhender (kamu namanya betul)
· Sengko’
terro ka be’en (aku cinta
padamu)
2. Enggi Enten
Enggi enten merupakan tingkatan yang kedua. Pada tingkatan ini penggunaan
baha mulai diperhalus. Biasanya tingkatan bahasa ini digunakan oleh orang
yang baru kenal, seorang pembicaraan antara mertua dan menantu, suami
isteri. Oleh karena itu dalam penggunaan ini antara kasar dan halus.
Contoh:
· Sampeyan
asmana lerres (kamu namanya betul)
· Abdina
terro ka sampeyan (aku cinta padamu)
· Bula
sanonto badhi ka pasara (saya sekarang akan ke pasar)
3. Enggi Bhunten
Enggi bunten merupakan tingkatan bahasa yang paling tinggi. Penggunaan ini
dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua umurnya.
Seperti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya.
Penggunaan bahasa dalam tingkatan ini sangat sopan.
· Saponapa
argheneppon paona? (Mangganya berapa harganya?)
· Panjhenengan
alongghua daq kamma? (kamu akan pergi kemana?)
· Kaula
mangken ka pasara (saya sekarang akan ke pasar)
Dalam kehidupan sehari-hari tingkatan bahasa ini sangatlah penting, karena
hal ini memberi batasan kepada kita dan memberi kita sebuah tata krama yang
amat baik, dengan siapa kita berbicara, mengetahui siapa lawan bicara kita,
hingga pada akhirnya kita tahu batasan yang harus di lakukan.
Salah satu budaya yang telah pudar adalah budaya berbahasa engghi-bhunten bagi
masyarakat Madura. Bahasa engghi-bhunten merupakan bahasa
terhalus di Madura setelah bahasa engghi-enten sebagai bahasa
tingkat pertengahan dan enje’-iyesebagai bahasa tingkatan paling
kasar. Dalam tradisi Madura, bahasa engghi-bhunten setingkat dengan bahasa kromo
inggil dalam tradisi Jawa.
Dalam implementasinya, bahasa engghi-bhunten biasanya
digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan orang yang
dihormati, semisal dari anak ke orang tua, santri ke kiai, murid ke gurunya,
staff ke atasannya dan sejenisnya. Sebagai contoh, kata panjennengngan atau ajunan yang
berarti “kamu” digunakan untuk memanggil seorang kiai oleh para santrinya, dan
kata abdhina untuk diri sendiri ketika berbicara dengan yang
lebih terhormat. Tapi ironisnya, bahasa demikian kini telah merosot untuk tidak
mengatakannya telah mati.
C.
Sisi lain dari Bahasa Madura
Bahasa
Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar
Madura yang berusaha mempelajarinya pun mengalami kesulitan, khususnya dari
segi pelafalan tadi. Waktu satu tahun tidak mungkin cukup untuk fasih Bahasa
Madura, itu pengalaman seseorang yang pernah penulis baca.
Bahasa
Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j],
[g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun
demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.
Sedangkan
untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan
[o].
Sebagai
suatu bahasa, bahasa Madura mempunyai cirri-ciri khas baik dalam bidang
fonologi (bunyi bahasa), morfologi (bentuk), maupun sintaksisnya (tata/susunan
kata atau kalimat).
Keunikan
bahasa Madura antara
lain :
1. Tidak
mengenal kata ganti orang ketiga. Jadi, bahasa Madura tidak mengenal istilah
dia, -nya, mereka. Yang ada di bahasa Madura untuk menyebut istilah tersebut
menggunakan roah atau jiah. Tidak ada pemisahan masing-masing arti tersebut.
Dia, -nya, mereka dan kata ganti orang ketiga lainnya menggunakan kata roah
atau jiah.
2. Mempunyai
fonem-fonem beraspirat dan tanaspirat.
Fonem-fonem
yang ada di bahasa Madura ada 2 yaitu, tanaspirat danaspirat. Tanaspirat : baba
(=bawah) Aspirat : bhabang (=bawang). Fonem beraspirat disebut konsonan berra’
antep., sedangkan yang tanaspirat disebut berra’ alos atau ambar gherrungan.
Hanya pada bahasa Madura saja yang mempunyai fonem beraspirat.
3. Mempunyai
fungsi morfem “Tang” atau “Sang”
. Dalam
bahasa Madura morfem mempunyai fungsi Tang atau Sang yang bisa dibilang unik.
Bahasa Madura “asli” yang belum terpengaruh bahasa lain, sebagai penanda milik
(possessive pronoun) orang pertama dalam tingkat bahasa umum “enja’-iya”,
dipakai istilah “tang” atau “sang”. Contoh: tang buku (=buku saya) bukan :
bukuna sengko’.
4. Mempunyai
fungsi morfem (--a).
Untuk
menyatakan kata kerja bentuk future “akan”, menggunakan sufiks (akhiran) a
(--a).
Contoh:
Sengko’ abinea (=saya akan beristri); Sengko’ burua (=saya akan
lari).
5. Mempunyai
fungsi prefiks (e--).
Kalimat
pasif bahasa Madura mudah diketahui dengan dipakainya prefiks (e-) pada kata
kerjanya, baik pelakunya orang pertama, kedua atupun ketiga.
6. Morfonemik
yang ada pada bahasa Madura.
Contohnya: /soroy/
artinya ‘sikat’ - /soroyyah/ artinya ‘sikat itu’
/ajam/
artinya ‘ayam’- /ajammah/ artinya ‘ayam itu’
/pereη/
artinya ‘piring’ – /pereηηah/ artinya ‘piring itu’
/cellә/
artinya ‘dingin - /cellәbbah/ artinya ‘dinginnya’
/kamar/
artinya ‘kamar’ - /kamarrah/ artinya ‘kamar itu’
/otәk/
artinya ‘otak’ - /otәggah/ artinya ‘otak itu’
/po?lot/
artinya ‘pensil’ – /po?loddah/ artinya ‘pensil itu’
7. Sastra
Madura ‘Dungngeng’ dan syi’ir.
Dalam
kehidupan sehari-hari istilah sastraberarti prosa atau puisi. Karya sastra
yang baik adalah karya sastra yang senantiasa mengandung nilai (value). Salah satu karya sastra Madura
adalah dungngeng yang biasa kita sebut dongeng.
Beberapa
dungngeng Madura yang terkenal adalah dungngeng kepahlawanan pangeran
Tronojoyo, Potre Koneng, Asal muasal kerapan sapi, Sakera, Ke’ lesap, Angling
Darma Ambya Madura, dll.
Contoh
yang kedua dari sastra populis adalah syi’ir. Syi’ir merupakan rangkaian
kata-kata indah yang membentuk kalimat-kalimat yang terpadu dan biasanya syi’ir
ini di baca di pesantren-pesanten, majlis ta’lim, dan walimatul urs. Si’ir
Madura tersusun dari 4 padda/biri (baris). Tiap padda terdiri dari 10 keccap
(ketukan). Tiap akhir suara pada padda mengandung pola a – a – a – a. Isi
syi’ir bermacam-macam, bergantung dari selera dan kesenangan serta tujuan dari
pembuatnya. Jenis-jenis syi’ir beraneka ragam seperti syi’ir yang menceritakan
kisah nabi, cerita orang mati siksa kubur, perhatian pada pendidikan, agama
atau akhlak.
Contoh-contoh
syi’ir adalah sebagai berikut:
Pong-pong
gi’ kene’ gi’ ngodha-ngodha
Pabajeng
nyare elmo akida
Manabi
nyaba dhapa’ gan dhadha
Kastana
ampon bi’ tadha’padha
Terjemahan:
Mumpung
masih kecil masih muda-muda
Rajinlah
mencari ilmu akidah
Apabila
nyawa telah sampai di dada
Menyesalpun
tidak akan ada manfaatnya
Mayyidda
nanges e dhalem kobur
Enga’
odhi’na gabay ta’ lebur
Lemang
baktona lakona kendhur
Seksana
kobur patang kajendhur
Terjemahan:
Mayatnya
menangis di dalam kubur
Mengingat
hidupnya berbuat buruk
Liwa
waktunya dikerjakan asal
Siksa
kubur silih berganti
E
dhalem kobur tako’ parana
Enneng
kadibi’ tadha’kancana
Bannya’
amal se ta’ katarema
Amarga
bangal ka reng towana
Terjemahan:
Di
dalam kubur takut sekali
Tinggal
sendirian tidak ada teman
Banyak
amal yang tidak diterima
Karena
berani pada orangtuanya
Dungngeng
dan syi’ir secara umum sering dijumpai keberadaannya dalam masyarakat. Hal
tidaklah aneh mengingat hubungan kekerabatan masyarakat Madura dan jiwa
relijius mereka masih sangat kuat dan kental sehingga tingkat interaksi sosial
dan kegiatan relijus mereka masih tinggi. Tingginya tingkat interaksi sosial
dan seringnya diadakan kegiatan relijius seperti pengajian dan
perayaan-perayaan agama, maenyebabkan kesempatan penyampaian sastra jenis ini
menjadi semakin besar pula. Karena sifatnya yang umum dan tumbuh berkembang
bersama tradisi-tradisi populis yang ada di pulau Madura inilah, maka kadang
sastra jenis ini disebut sastra primer.
8. Logat
sejati Madura
Selain
itu, pernakah anda memperhatikan orang-orang Madura bercakap-cakap dalam bahasa
Indonesia? yang terjadi ada dua hal. Yang pertama, mereka berbicara bahasa
Indonesia tetapi logatnya tetap bahasa Madura. Yang kedua logat bahasa Madura
mereka sedikit tidak kentara
jika hanya
sekali mendengar mungkin terkesan logat Maduranya tidak ada. Bisa diambil
kesimpulan bahwa logat kemaduraan mereka masih ada meskipun dengan prosentase
yang amat kecil. Kadar itu ditentukan oleh tingkat pendidikan orang Madura
tersebut, yang logatnya kental itu seperti pedagang-pedagang asongan, dan
sejenisnya yang dinilai pendidikannya rendah. Sedangkan orang Madura yang
berpendidikan tinggi, terbiasa dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
kadar logatnya maduranya hampir tidak terdeteksi. Namun, logat tersebut tidak
bisa terpisah dari mereka. Logat mereka yang demikian itu bisa dinilai sebagai
wujud keaslian mereka sebagai putera daerah, dan sebagai cap alam bahwa mereka
terlahir dari golongan suku Madura.
D.
Bahasa Madura Dasar
Perkenalan
dengan bahasa baru biasanya dimulai dengan ungkapan sehari-hari, hal-hal yang
umum dan juga hitungan angka yang bertujuan untuk mempermudah ingatan, layaknya
anak kecil yang belajar bahasa. Seperti halnya bahasa lain bahasa
Madura juga mempunyai bahasa sehari-hari untuk pemula yang baru
belajar.
1.
Angka-angka
~ Settong
= Satu
~ Dhuwwe’
= Dua
~ Tello’
= Tiga
~ Ampa’
= Empat
~ Lemma’
= Lima
~ Enem
= Enam
~ Petoh
= Tujuh
~ Bhellu’
= Delapan
~ Sanga’
= Sembilan
~ Sapoloh
= Sepuluh
2.
Bahasa Madura dasar harian
~ Dhe’
remma kabereh? (huruf ‘e’ dibaca seperti kata telan, sedangkan ‘b’ terbaca
seperti bh) = apa kabar..
~ Bheres
= sehat
~ Ta’
tao / ta’ oneng = tidak tahu
~ Atore/
tore = silahkan
~ Iye
(kasar), engghi (halus) = iya
Untuk
penyusunan kalimat seperti halnya bahasa indonesia pada umumnya, tidak ada
banyak perubahan dan sesuai dengan kamus. Contoh : bapak pergi ke pasar, bahasa
Maduranya bapak/rama/aba entar ka pasar. Kata “ka” berarti ke, contoh
lain mbak minum air, bahasa Maduranya mbhuk ngenom aeng.
E.
Bahasa Madura di kota-kota
perantauan
Suku
Madura terkenal sebagai suku perantau. Pernyataan tersebut bisa dibuktikan
dengan banyaknya orang-orang Madura di kawasan luar pulau jawa, seperti jember,
probolinggo, Pasuruan, Surabaya, Malang, hingga ke Kalimantan. Dan sebagian
besar dari mereka di negeri rantauan pekerjaannya adalah sebagi pedagang.
Keintiman
orang-orang Madura dalam bergaul dan berkomunikasi dengan golongan lain rupanya
lebih terbatas pada urusan pekerjaan saja. Mereka jarang sekali bergaul secara
mesra dengan pihak lain (bukan orang Madura) walaupun itu merupakan tetangga
dekat. Dari sinilah muncul anggapan bahwa orang Madura kurang ramah.
Di
daerah Jember, suku Madura merupakan suku mayoritas, dengan demikian suku jawa
menjadi suku minoritas. Sehingga dalam pemakaian bahasa Madura digunakan di
pusat kota oleh warga setempat termasuk para pedagang. Namun tidak semua
pedagang menggunakan bahasa Madura melainkan adalah pedagang kecil, seperti
pedagang asongan, pedagang kaki lima, pedagang pinggir jalan dan di
warkop-warkop. Karena untuk pedagang yang sudah mempunyai nama lebih memilih
menggunakan bahasa Indonesia untuk lebih menjaga kesopanan berinteraksi kepada
para wisatawan khususnya.
Berbeda
dengan di daerah Probolinggo, persebaran orang Madura ada di daerah pinggiran
kota karena tergusur oleh tuan rumah, orang Jawa. Keadaannya terbalik di daerah
ini, suku Madura menjadi suku minoritas kerana kalah jumlahnya dengan suku
jawa. Jadi bahasa Madura banyak digunakan oleh orang-orang desa warga
Probolinggo.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Bahasa
Madura merupakan salah satu bahasa dari 726 bahasa yang ada di kepulauan Indonesia
ini. Bahasa Madura menjadi bahasa nomor empat yang dipakai oleh warga Indonesia
setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda.
Dalam
perkembangannya bahasa Madura mengalami pasang surut, karena bersaing dengan
bahasa-bahasa anak muda zaman sekarang. Dari tahun ke tahun semakin menurun
minat anak muda akan bahasa ini. Semoga ini termasuk teori siklus, perubahan
sosial ini bukan menjadi perubahan yang sejati. Bila benar demikian,
maka akan ada masa lagi ketika masyarakat berminat dengan bahasa
Madura.
Bahasa
yang unik, bila dari pelafalan bahasanya terlihat kasar tetapi bila sudah
berbentuk tulisan terlihat sebagai bahasa yang berkompleksitas tinggi. Menurut
penulis bahasa yang indah bila berbentuk tulisan. Keunikan bahasa Madura yang
lain adalah tidak mengenal kata ganti orang ketiga, memiliki fonem-fonem
beraspirat dan tanaspirat, fungsi morfem yang tentunya tidak dimiliki bahasa
lain, logat Madura yang khas dan sulit ditiru, dungngeng dan syi’ir-syi’irnya
yang religious serta banyak hal lain yang mungkin belum terungkap.
Bahasa
Madura tidak hanya digunakan oleh suku Madura yang ada di pulaunya saja, namun
dalam negeri rantauan bahasa ini tetap digunakan dalam bahasa keseharian,
antara sesama suku Madura. Bila interaksinya terjadi antara orang Madura dengan
penduduk asli setempat bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, karena
perantau mula dari Madura biasanya belum mengerti bahasa ditempat rantauannya.
Untuk daerah tapal kuda (sekitar pulau Madura, daerah jawa timur), sebagian
besar bahasa yag digunakannya adalah bahasa Madura, karena nenek moyang/
leluhur mereka asli dari Madura.
B.
Saran
Bahasa
merupakan perlambangan budaya suatu daerah. Suatu daerah dapat dikenal dari
model bahasanya. Dengan bahasa, pesan yang ingin kita sampaikan bisa tersampai
kepada lawan bicara kita. Bahasa muncul bisa dari kebiasaan. Seseorang yang
belajar bahasa lain akan lebih mudah bisa bila bahasa itu dirangkai dalam
kehidupannya. Dengan demikian, untuk menghindari kepunahan bahasa Madura adalah
dengan menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari meskipun di
negeri rantauan.
Terlepas
dari semua itu, kita sebagai penghuni Negara Indonesia yang notabene sebagai
Negara plural dilarang menghakimi budaya lain, sehingga tidak ada lagi
pernyataan bahwa budaya kita lebih tinggi dari budaya lain. Biarlah semua itu
menjadi keberagaman yang indah dalam satu wadah bhinneka tunggal ika.
terimakasih, sangat membantu
ReplyDelete