Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Bahasa Madura

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia terdiri dari beragam pulau,suku bangsa dan bahasa yang berbeda. Di masing-masing daerah tentu memiliki ciri khas dan bahasa daerah masing-masing. Salah satunya adalah pulau Madura. Pulau Madura ini terletak di sebelah Utara Jawa Timur.
Pulau Madura ini terdiri dari empat kabupaten. Yaitu Kabupaten Bangkalan,Sampang,Pamekasan, dan Sumenep. Pulau yang dikenal sebagai penghasil garam ini suhunya sangat panas,tanahnya tandus dan kering. Namun di pulau ini kita dapat menemukan beberapa tempat wisata yang patut untuk dikunjungi.Wisata pantainya yang tak kalah indah dengan tempat wisata di daerah lain.Masyarakat pulau Madura ini juga dikenal dengan sifatnya yang arogan, keras, dan dendam. Namun pernyataan itu tidak semuanya benar, disamping sifatnya yang keras dan arogan masyarakat Madura ini juga dikenal ramah dan sopan.
Pulau yang dikenal kental dengan logat bahasa yang unik memiliki beragam budaya di dalamnya. Baik dari cara bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dari seni tradisinya.Dalam hal ini kami akan membahas mengenai bahasa yang digunakan masyarakat madura dalam kehidupan sehari-harinya.

B. Rumusan masalah
1.      apa itu bahasa madura
2.      ada berapa tingkatan bahasa dalam bahasa madura
3.      Sisi lain bahasa Madura
4.      Bahasa madura dasar
5.      bahasa madura di kota- kota perantauan.

C. Tujuan
1.      untuk mengenal lebih dekat bahasa madura
2.       untuk mengetahui tingkatan bahasa madura dan penggunaan


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bahasa madura
Bahasa madura adalah bahasa yang digunakan Suku madura. Bahasa madura mempunyai penutur lebih kurang 15 juta orang. Kawasannya meliputi Pulau Madura, hujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang hingga ke Banyuwangi, Kepulauan Kangean, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan.
Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura bertumpu di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat. Bagi kawasan Kalimantan Tengah mereka bertumpu di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas. Namun kebanyakan generasi muda Madura di kawasan ini sudah hilang penguasaan terhadap bahasa ibunda mereka.
Setelah terjadi rusuhan antara etnik di Kalimantan (Sambas dan Sampit), sebahagian besar masyarakat Madura kembali ke tanah kelahiran mereka. Walaupun mereka masih berharap untuk kembali ke Kalimantan, etnik Dayak bertegas untuk tidak menerima
mereka kembali.
Bahasa Madura merupakan cabang dari bahasa Austronesia ranting Melayu-Polinesia, dan mempunyai persamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Madura banyak dipengaruhi oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya.
Pengaruh bahasa Jawa amat kuat dalam bentuk sistem hieraki berbahasa kesan pendudukan Kerajaan Mataram di Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi dengan lafaz yang berbeda.
Dari semua pengaruh yang ada, bisa dikatakan bahwa Suku Madura adalah suku dengan bilingual yaitu menguasai dua bahasa, Bahasa Madura dan Bahasa Indonesia. Tidak menutup kemungkinan bahwa suku Madura ada yang menguasai lebih dari dua bahasa, multilingual.
Sebagaimana bahasa-bahasa di daerah, di Madura juga terpecah menjadi bermacam-macam dialek. Tetapi, yang di benarkan hanya ada empat dialek, yaitu: dialek Bangkalan, dialek Pamekasan, dialek Sumenep dan dialek kangean.
Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena ada yang mengasumsikan bahwa daerah itu sebagai pusat pemerintahan dan pusat kebudayaan suku bangsa Madura. Tetapi dalam kenyataannya dialek tersebut tidak bisa menjadi standar dialek dalam berkomunikasi, karena tiap berpindah ke  lain tempat di Madura pasti ada perbedaan dialek tetapi tidak sampai mengganggu kelancaran berkomunikasi.
Menurut Soegianto dkk, (1981:114/115) menyatakan bahwa kesimpulan mereka saat melakukan penelitian mengenai kemampuan murid kelas IV SD dalam mendengarkan dan berbicara bahasa Madura cukup. Namun dalam perinciannya menyebutkan bahwa untuk pelaksanaan mata pelajaran bahasa Madura kondisi, sifat, peranannya dapat dikatakan kurang terpelihara bahkan dapat dikatakan terliwarkan yang seharusnya mendapat perhatian yang positif terutama perhatian dari suku Madura itu sendiri. Penulis kira itu bukan hanya terjadi di Madura saja. Hal yang demikian itu dapat diasumsikan bahwa pelajaran bahasa daerah untuk mereka anak-anak kecil kurang menarik minat mereka yang lebih dikalahkan oleh perkembangan teknologi.
Pada era globalisasi saat ini, bahasa Madura rawan terabaikan. Kebanyakan dari keturunan mereka, anak dan cucu tidak menggunakan bahasa Madura melainkan bahasa persatuan. Bahasa Indonesia. Entah ini benar atau salah penulis tidak bisa menjelaskan lebih dalam, tetapi penulis akan beropini yang besifat subjektif.
Bahasa merupakan salah satu wujud dari budaya. Sifat budaya sendiri salah satunya adalah dinamis, berkembang mengikuti zaman. Bila bahasa itu dirasa tidak sesuai dengan jaman, yang terjadi adalah peralihan ke bahasa yang bisa lebih diterima dikehidupan manusia.
Terlepas dari itu semua, faktor internalisasi, enkulturasi dan sosialisasi termasuk faktor yang dominan dalam pembentukan karakter budaya. Bila suatu masyarakat menjaga kelestarian budayanya, seperti menurunkannya kepada keturunannya secara intensif yang terjadi adalah terbawanya budaya tersebut dimanapun ia berada. Termasuk juga bahasa, bila suatu daerah diwajibkan untuk bisa berbahasa daerah mereka, maka yang terjadi adalah lestarinya bahasa daerah mereka meskipun dengan awal sifat yang mengikat.
Dilain pihak, tidak ada yang salah dengan peralihan bahasa daerah ke bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini masih disebut  nasionalisme, yang menjadi permasalahan apabila bahasa itu bukan bahasa Indonesia. Tetapi ada baiknya bila masyarakat suatu daerah mengenal bahasa daerahnya, itu merupakan salah satu bukti kecintaan pada daerah asalnya. Orang Jawa mengetahui dan bisa bahasa Jawa, orang Sunda mengetahui dan bisa bahasa Sunda, orang Madura juga mengetahui dan bisa berbahasa Madura, itu sudah sangat ideal sebagai masyarakat suatu daerah.


B.     Tingkatan bahasa madura
            Apa sih “Enja’ Iye, Enggi Enten, dan Enggi Bunten” itu?
“Enja’ Iye, Enggi Enten, dan Enggi Bunten” merupakan ondegga basa (tinggatan bahasa) dalam bahasa Madura. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahsa Madura memiliki tingkatan tertentu. Tiap tinggkatan memiliki karakter dan ketentuan-ketentuan tertentu.
1.       Enja’Iye
Enja’ iye merupakan tingkatan bahasa paling rendah. Tingkatan ini biasanya digunakan oleh  orang yang lebih tua umurnya kepada orang yang lebih muda atau kepada teman yang sebaya atau seumuran. Misalnya seorang tua kepada anaknya, kakak kepada adiknya atau teman sepermainan yang telah akrab. Tapi pada tingkatan ini tidak diperbolehkan diucapkan oleh orang yang lebih muda ke yang lebih tua.
Contoh:  
·         Berempa' arghena paona? (Mangganya berapa harganya?)
·         Be’en nyamanah bhender (kamu namanya betul)
·         Sengko’ terro ka be’en (aku cinta padamu)           
2.  Enggi Enten
Enggi enten merupakan tingkatan yang kedua. Pada tingkatan ini penggunaan baha mulai diperhalus. Biasanya tingkatan bahasa ini digunakan oleh  orang yang baru kenal, seorang pembicaraan antara mertua dan menantu, suami  isteri.  Oleh karena itu dalam penggunaan ini antara kasar dan halus.
Contoh:
·         Sampeyan asmana lerres (kamu namanya betul)
·         Abdina terro ka sampeyan (aku cinta padamu)
·         Bula sanonto badhi ka pasara (saya sekarang akan ke pasar)

3.  Enggi Bhunten
Enggi bunten merupakan tingkatan bahasa yang paling tinggi. Penggunaan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua umurnya. Seperti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya. Penggunaan bahasa dalam tingkatan ini sangat sopan.
 ·       Saponapa argheneppon paona? (Mangganya berapa harganya?)
·        Panjhenengan alongghua daq kamma? (kamu akan pergi kemana?)
·        Kaula mangken ka pasara (saya sekarang akan ke pasar)

Dalam kehidupan sehari-hari tingkatan bahasa ini sangatlah penting, karena hal ini memberi batasan kepada kita dan memberi kita sebuah tata krama yang amat baik, dengan siapa kita berbicara, mengetahui siapa lawan bicara kita, hingga pada akhirnya kita tahu batasan yang harus di lakukan.
Salah satu budaya yang telah pudar adalah budaya berbahasa engghi-bhunten bagi masyarakat Madura. Bahasa engghi-bhunten merupakan bahasa terhalus di Madura setelah bahasa engghi-enten sebagai bahasa tingkat pertengahan dan enje’-iyesebagai bahasa tingkatan paling kasar. Dalam tradisi Madura, bahasa engghi-bhunten setingkat dengan bahasa kromo inggil dalam tradisi Jawa.
Dalam implementasinya, bahasa engghi-bhunten biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan orang yang dihormati, semisal dari anak ke orang tua, santri ke kiai, murid ke gurunya, staff ke atasannya dan sejenisnya. Sebagai contoh, kata panjennengngan atau ajunan yang berarti “kamu” digunakan untuk memanggil seorang kiai oleh para santrinya, dan kata abdhina untuk diri sendiri ketika berbicara dengan yang lebih terhormat. Tapi ironisnya, bahasa demikian kini telah merosot untuk tidak mengatakannya telah mati.




C.    Sisi lain dari Bahasa Madura
Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinya pun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi. Waktu satu tahun tidak mungkin cukup untuk fasih Bahasa Madura, itu pengalaman seseorang yang pernah penulis baca.
Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.
Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o].
Sebagai suatu bahasa, bahasa Madura mempunyai cirri-ciri khas baik dalam bidang fonologi (bunyi bahasa), morfologi (bentuk), maupun sintaksisnya (tata/susunan kata atau kalimat).
 Keunikan bahasa Madura antara lain :
1.      Tidak mengenal kata ganti orang ketiga. Jadi, bahasa Madura tidak mengenal istilah dia, -nya, mereka. Yang ada di bahasa Madura untuk menyebut istilah tersebut menggunakan roah atau jiah. Tidak ada pemisahan masing-masing arti tersebut. Dia, -nya, mereka dan kata ganti orang ketiga lainnya menggunakan kata roah atau jiah.
2.      Mempunyai fonem-fonem beraspirat dan tanaspirat. Fonem-fonem yang ada di bahasa Madura ada 2 yaitu, tanaspirat danaspirat. Tanaspirat : baba (=bawah) Aspirat : bhabang (=bawang). Fonem beraspirat disebut konsonan berra’ antep., sedangkan yang tanaspirat disebut berra’ alos atau ambar gherrungan. Hanya pada bahasa Madura saja yang mempunyai fonem beraspirat.
3.   Mempunyai fungsi morfem “Tang” atau “Sang” . Dalam bahasa Madura morfem mempunyai fungsi Tang atau Sang yang bisa dibilang unik. Bahasa Madura “asli” yang belum terpengaruh bahasa lain, sebagai penanda milik (possessive pronoun) orang pertama dalam tingkat bahasa umum “enja’-iya”, dipakai istilah “tang” atau “sang”. Contoh: tang buku (=buku saya) bukan : bukuna sengko’.


4.   Mempunyai fungsi morfem (--a).
Untuk menyatakan kata kerja bentuk future “akan”, menggunakan sufiks (akhiran) a (--a).
 Contoh: Sengko’ abinea (=saya akan beristri); Sengko’ burua (=saya akan lari).
5.   Mempunyai fungsi prefiks (e--).
Kalimat pasif bahasa Madura mudah diketahui dengan dipakainya prefiks (e-) pada kata kerjanya, baik pelakunya orang pertama, kedua atupun ketiga.
6.   Morfonemik yang ada pada bahasa Madura.
Contohnya:  /soroy/ artinya ‘sikat’ - /soroyyah/ artinya ‘sikat itu’
/ajam/ artinya ‘ayam’- /ajammah/ artinya ‘ayam itu’
/pereη/ artinya ‘piring’ – /pereηηah/ artinya ‘piring itu’
/cellә/ artinya ‘dingin - /cellәbbah/ artinya ‘dinginnya’
/kamar/ artinya ‘kamar’ - /kamarrah/ artinya ‘kamar itu’
/otәk/ artinya ‘otak’ - /otәggah/ artinya ‘otak itu’
/po?lot/ artinya ‘pensil’ – /po?loddah/ artinya ‘pensil itu’
7.   Sastra Madura ‘Dungngeng’ dan syi’ir.
Dalam kehidupan sehari-hari istilah sastraberarti prosa atau puisi. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang senantiasa mengandung nilai (value). Salah satu karya sastra Madura adalah dungngeng yang biasa kita sebut dongeng.
Beberapa dungngeng Madura yang terkenal adalah dungngeng kepahlawanan pangeran Tronojoyo, Potre Koneng, Asal muasal kerapan sapi, Sakera, Ke’ lesap, Angling Darma Ambya Madura, dll.
Contoh yang kedua dari sastra populis adalah syi’ir. Syi’ir merupakan rangkaian kata-kata indah yang membentuk kalimat-kalimat yang terpadu dan biasanya syi’ir ini di baca di pesantren-pesanten, majlis ta’lim, dan walimatul urs. Si’ir Madura tersusun dari 4 padda/biri (baris). Tiap padda terdiri dari 10 keccap (ketukan). Tiap akhir suara pada padda mengandung pola a – a – a – a. Isi syi’ir bermacam-macam, bergantung dari selera dan kesenangan serta tujuan dari pembuatnya. Jenis-jenis syi’ir beraneka ragam seperti syi’ir yang menceritakan kisah nabi, cerita orang mati siksa kubur, perhatian pada pendidikan, agama atau akhlak.
Contoh-contoh syi’ir adalah sebagai berikut:
 Pong-pong gi’ kene’ gi’ ngodha-ngodha
 Pabajeng nyare elmo akida
 Manabi nyaba dhapa’ gan dhadha
 Kastana ampon bi’ tadha’padha
Terjemahan:     
Mumpung masih kecil masih muda-muda
Rajinlah mencari ilmu akidah
Apabila nyawa telah sampai di dada
Menyesalpun tidak akan ada manfaatnya

Mayyidda nanges e dhalem kobur
Enga’ odhi’na gabay ta’ lebur
Lemang baktona lakona kendhur
Seksana kobur patang kajendhur
Terjemahan:   
Mayatnya menangis di dalam kubur
Mengingat hidupnya berbuat buruk
Liwa waktunya dikerjakan asal
Siksa kubur silih berganti
E dhalem kobur tako’ parana
Enneng kadibi’ tadha’kancana
Bannya’ amal se ta’ katarema
Amarga bangal ka reng towana
Terjemahan:  
Di dalam kubur takut sekali
Tinggal sendirian tidak ada teman
Banyak amal yang tidak diterima
Karena berani pada orangtuanya
Dungngeng dan syi’ir secara umum sering dijumpai keberadaannya dalam masyarakat. Hal tidaklah aneh mengingat hubungan kekerabatan masyarakat Madura dan jiwa relijius mereka masih sangat kuat dan kental sehingga tingkat interaksi sosial dan kegiatan relijus mereka masih tinggi. Tingginya tingkat interaksi sosial dan seringnya diadakan kegiatan relijius seperti pengajian dan perayaan-perayaan agama, maenyebabkan kesempatan penyampaian sastra jenis ini menjadi semakin besar pula. Karena sifatnya yang umum dan tumbuh berkembang bersama tradisi-tradisi populis yang ada di pulau Madura inilah, maka kadang sastra jenis ini disebut sastra primer.
8.   Logat sejati Madura
Selain itu, pernakah anda memperhatikan orang-orang Madura bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia? yang terjadi ada dua hal. Yang pertama, mereka berbicara bahasa Indonesia tetapi logatnya tetap bahasa Madura. Yang kedua logat bahasa Madura mereka sedikit tidak kentara jika hanya sekali mendengar mungkin terkesan logat Maduranya tidak ada. Bisa diambil kesimpulan bahwa logat kemaduraan mereka masih ada meskipun dengan prosentase yang amat kecil. Kadar itu ditentukan oleh tingkat pendidikan orang Madura tersebut, yang logatnya kental itu seperti pedagang-pedagang asongan, dan sejenisnya yang dinilai pendidikannya rendah. Sedangkan orang Madura yang berpendidikan tinggi, terbiasa dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kadar logatnya maduranya hampir tidak terdeteksi. Namun, logat tersebut tidak bisa terpisah dari mereka. Logat mereka yang demikian itu bisa dinilai sebagai wujud keaslian mereka sebagai putera daerah, dan sebagai cap alam bahwa mereka terlahir dari golongan suku Madura.
D.    Bahasa Madura Dasar
Perkenalan dengan bahasa baru biasanya dimulai dengan ungkapan sehari-hari, hal-hal yang umum dan juga hitungan angka yang bertujuan untuk mempermudah ingatan, layaknya anak kecil yang belajar bahasa. Seperti halnya bahasa lain bahasa Madura  juga mempunyai bahasa sehari-hari untuk pemula yang baru belajar.
1.       Angka-angka
~     Settong = Satu
~     Dhuwwe’ = Dua
~     Tello’ = Tiga
~     Ampa’ = Empat
~     Lemma’ = Lima
~     Enem = Enam
~     Petoh = Tujuh
~     Bhellu’ = Delapan
~     Sanga’ = Sembilan
~     Sapoloh = Sepuluh
2.      Bahasa Madura dasar harian
~   Dhe’ remma kabereh? (huruf ‘e’ dibaca seperti kata telan, sedangkan ‘b’ terbaca seperti bh) = apa kabar..
~   Bheres = sehat
~   Ta’ tao / ta’ oneng = tidak tahu
~   Atore/ tore = silahkan
~   Iye (kasar), engghi (halus) = iya
Untuk penyusunan kalimat seperti halnya bahasa indonesia pada umumnya, tidak ada banyak perubahan dan sesuai dengan kamus. Contoh : bapak pergi ke pasar, bahasa Maduranya bapak/rama/aba entar ka pasar. Kata “ka” berarti ke, contoh lain mbak minum air, bahasa Maduranya mbhuk ngenom aeng.

E.     Bahasa Madura di kota-kota perantauan
Suku Madura terkenal sebagai suku perantau. Pernyataan tersebut bisa dibuktikan dengan banyaknya orang-orang Madura di kawasan luar pulau jawa, seperti jember, probolinggo, Pasuruan, Surabaya, Malang, hingga ke Kalimantan. Dan sebagian besar dari mereka di negeri rantauan pekerjaannya adalah sebagi pedagang.
Keintiman orang-orang Madura dalam bergaul dan berkomunikasi dengan golongan lain rupanya lebih terbatas pada urusan pekerjaan saja. Mereka jarang sekali bergaul secara mesra dengan pihak lain (bukan orang Madura) walaupun itu merupakan tetangga dekat. Dari sinilah muncul anggapan bahwa orang Madura kurang ramah.
Di daerah Jember, suku Madura merupakan suku mayoritas, dengan demikian suku jawa menjadi suku minoritas. Sehingga dalam pemakaian bahasa Madura digunakan di pusat kota oleh warga setempat termasuk para pedagang. Namun tidak semua pedagang menggunakan bahasa Madura melainkan adalah pedagang kecil, seperti pedagang asongan, pedagang kaki lima, pedagang pinggir jalan dan di warkop-warkop. Karena untuk pedagang yang sudah mempunyai nama lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia untuk lebih menjaga kesopanan berinteraksi kepada para wisatawan khususnya.
Berbeda dengan di daerah Probolinggo, persebaran orang Madura ada di daerah pinggiran kota karena tergusur oleh tuan rumah, orang Jawa. Keadaannya terbalik di daerah ini, suku Madura menjadi suku minoritas kerana kalah jumlahnya dengan suku jawa. Jadi bahasa Madura banyak digunakan oleh orang-orang desa warga Probolinggo.





BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Bahasa Madura merupakan salah satu bahasa dari 726 bahasa yang ada di kepulauan Indonesia ini. Bahasa Madura menjadi bahasa nomor empat yang dipakai oleh warga Indonesia setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda.
Dalam perkembangannya bahasa Madura mengalami pasang surut, karena bersaing dengan bahasa-bahasa anak muda zaman sekarang. Dari tahun ke tahun semakin menurun minat anak muda akan bahasa ini. Semoga ini termasuk teori siklus, perubahan sosial ini  bukan menjadi perubahan yang sejati. Bila benar demikian, maka akan ada masa lagi ketika masyarakat berminat  dengan bahasa Madura.
Bahasa yang unik, bila dari pelafalan bahasanya terlihat kasar tetapi bila sudah berbentuk tulisan terlihat sebagai bahasa yang berkompleksitas tinggi. Menurut penulis bahasa yang indah bila berbentuk tulisan. Keunikan bahasa Madura yang lain adalah tidak mengenal kata ganti orang ketiga, memiliki fonem-fonem beraspirat dan tanaspirat, fungsi morfem yang tentunya tidak dimiliki bahasa lain, logat Madura yang khas dan sulit ditiru, dungngeng dan syi’ir-syi’irnya yang religious serta banyak hal lain yang mungkin belum terungkap.
Bahasa Madura tidak hanya digunakan oleh suku Madura yang ada di pulaunya saja, namun dalam negeri rantauan bahasa ini tetap digunakan dalam bahasa keseharian, antara sesama suku Madura. Bila interaksinya terjadi antara orang Madura dengan penduduk asli setempat bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, karena perantau mula dari Madura biasanya belum mengerti bahasa ditempat rantauannya. Untuk daerah tapal kuda (sekitar pulau Madura, daerah jawa timur), sebagian besar bahasa yag digunakannya adalah bahasa Madura, karena nenek moyang/ leluhur mereka asli dari Madura.

B.     Saran
Bahasa merupakan perlambangan budaya suatu daerah. Suatu daerah dapat dikenal dari model bahasanya. Dengan bahasa, pesan yang ingin kita sampaikan bisa tersampai kepada lawan bicara kita. Bahasa muncul bisa dari kebiasaan. Seseorang yang belajar bahasa lain akan lebih mudah bisa bila bahasa itu dirangkai dalam kehidupannya. Dengan demikian, untuk menghindari kepunahan bahasa Madura adalah dengan menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari meskipun di negeri rantauan.
Terlepas dari semua itu, kita sebagai penghuni Negara Indonesia yang notabene sebagai Negara plural dilarang menghakimi budaya lain, sehingga tidak ada lagi pernyataan bahwa budaya kita lebih tinggi dari budaya lain. Biarlah semua itu menjadi keberagaman yang indah dalam satu wadah bhinneka tunggal ika.

1 comment for "Makalah Bahasa Madura"