Analisis Struktur Fisik dan Struktur Batin “Gadis Peminta-Minta”,Karya Toto S. Bachtiar
“Gadis Peminta-Minta”
Karya Toto S. Bachtiar
Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa.
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku.
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku.
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, oh kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda.
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, oh kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda.
A. Analisis
Struktur Fisik
1.
Penyimpangan Bahasa
a.
Penyimpangan leksikal, yaitu menyimpang dari
kata-kata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
1)
Melulur
2)
Kemayaan
b.
Penyimpangan sematis, yaitu menunjukkan pada
makna ganda.
1)
Tengadah => melihat ke atas, memohon,
berfikir dalam.
2)
Bulan => bulan di langit, bulan (nama) di
kalender, bulan nama orang.
2.
Metode puisi
a.
Diksi
Kata-kata yang dipilih oleh penyair, puitis, artinya mempunyai efek
keindahan dan berbeda dari kata-kata yang kita pakai dalam kehidupan
sehari-hari.
Contoh:
/Setiap kali bertemu, gadis
kecil berkaleng kecil/
Kata-kata tersebut, kalau dalam kehidupan sehari-hari biasanya:
/setiap bertemu pengemis/
Selain itu, kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair bersifat absolut
dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda.
Jika kata itu diganti akan mengganggu komposisi dengan kata lainnya dalam
konstruksi keseluruhan puisi tersebut.
Contoh:
/Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil/
Kata-kata dalam baris puisi itu tidak boleh dibolak-balik, seperti menjadi: /bertemu
setiap kali, gadis kecil berkaleng kecil/
Dan kata-kata tersebut tidak boleh diganti dengan kata lain yang semakna,
seperti menjadi: /setiap kali berjumpa,
gadis imut berkaleng imut/
1)
Perbendaharaan kata
Dalam puisi tersebut, dapat dilihat bahwa pengarang memiliki
perbendaharaan kata yang cukup banyak dan bernilai estetis, serta mendukung
tema dan judul dari puisi tersebut. Kata-kata dalam kehidupan sehari-hari
diberi makna baru oleh penyair, sebaliknya kata-kata yang tidak bermakna diberi
makna.
Contoh:
/ Tapi kotaku jadi hilang,
tanpa jiwa/, dalam kehidupan
sehari-hari bermakna hilangnya kota karena tak ada jiwa. Sedangkan makna baru dari penyair adalah hilangnya identitas kota
yang memiliki banyak peminta-minta.
2)
Urutan kata
Urutan kata bersifat beku atau tidak dapat dipindah-pindahkan tempatnya,
meskipun maknanya tidak berubah. Jika urutan katanya diubah, maka perasaan dan
nada yang ditimbulkan akan berubah pula.
Contoh:
·
Senyummu
terlalu kekal untuk kenal duka => Untuk kenal duka senyummu terlalu
kekal.
·
Ingin aku
ikut, gadis kecil berkaleng kecil => Gadis kecil berkaleng kecil, aku
ingin ikut.
·
Bulan di
atas itu tak ada yang punya => Tak ada yang punya bulan di atas itu.
·
Hidupnya
tak lagi punya tanda => Tak lagi punya tanda hidupnya.
Dari keempat contoh di atas, terlihat bahwa pergantian urutan kata
tersebut menimbulkan berkurangnya nada duka.
3)
Daya sugesti kata-kata
Dari puisi di atas, kata-kata yang mampu mensugesti pembaca yaitu:
/Pulang ke bawah jembatan yang
melulur sosok/
/Hidup dari kehidupan
angan-angan yang gemerlapan/
/Gembira dari kemayaan riang/
Dari kata-kata
tersebut, penyair menyatakan bahwa ia berharap agar kotanya atau masyarakatnya mempunyai
rasa belas kasih kepada gadis peminta-minta sehingga kehidupannya tidak lagi
sengsara. Karena keadaan gadis peminta-minta, yang memiliki tempat tinggal yang
cukup untuk dirinya sendiri, dan memiliki kebahagiaan yang semu.
b.
Pengimajian (pencitraan)
1)
Imaji visual
·
Gadis kecil berkaleng kecil
·
Senyummu
·
Kotaku
·
Jembatan
·
Menara katedral
·
Air kotor
·
Bulan
2)
Imaji taktil (rasa)
·
Gembira
·
Riang
·
Duka
·
Gemerlapan
·
Jiwa begiru murni
c.
Kata konkret
Kalimat /gadis kecil berkaleng kecil/ memperkonkret kata
peminta-minta. Kalimat /Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok/
memperkonkret keadaan gadis peminta-minta yang memiliki tempat tinggal yang
cukup untuk dirinya sendiri. Kalimat /Hidup dari kehidupan angan-angan yang
gemerlapan/ memperkonkret keadaan gadis peminta-minta yang memiliki
kebahagiaan yang semu. Sedangkan kalimat yang menunjukkan keempatian penyair
terhadap gadis peminta-minta adalah /Duniamu yang lebih tinggi dari menara
katedral/. Kalimat ini menunjukkan tingginya martabat gadis peminta-minta
yang sama dengan manusia yang lainnya.
3.
Majas
a.
Kiasan
1)
Personifikasi
/Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa/ baris ini menunjukkan bahwa
kota memiliki jiwa sedangkan yang memiliki jiwa hanyalah manusia. Makna yang
dapat diungkap oleh baris ini adalah hilangnya identitas kota yang memiliki
banyak peminta-minta.
2)
Metafora
/Tengadah padaku, pada bulan merah jambu/ pada baris ini diibaratkan
bahwa bulan berwarna merah jambu sedangkan seharusnya adalah putih. Makna yang
dimaksud oleh baris ini adalah pengemis itu menengadah tanpa harapan.
b.
Perlambangan
·
Lambang benda, yang ditunjukkan oleh
/kaleng kecil/ dan /jembatan yang melulur sosok/.
·
Lambang warna, yang ditunjukkan oleh
/pada bulan merah jambu/.
·
Lambang suasana, ditunjukkan oleh /Gembira
dari kemayaan riang/.
B. Analisis
Struktur Batin
1.
Tema
Tema puisi “Gadis Peminta-minta” adalah kemanusiaan. Penyair bermaksud
menunjukkan betapa tingginya martabat seorang gadis peminta-minta dan
meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama. Bagi
penyair perbedaan kedudukan, pangkat, dan kekayaan tidak sepatutnya dijadikan
landasan perlakuan pada seseorang. Toto menyatakan bahwa /Duniamu yang lebih
tinggi dari menara katedral/ dan /Melintas-lintas di atas air kotor,
tapi yang begitu kau hafal/. Kalimat ini menunjukkan penyair ingin mengetuk
hati pembaca untuk ikut meratapi tokohnya. Itulah mengapa penyair menyatakan
bahwa tidak hanya dunianya lebih tinggi dari katedral, namun juga dia
menyatakan bahwa jiwa tokohnya itu begitu murni karena tidak bisa merasakan
perasaan penyair yang sangat memikirkan deritanya, seperti yang dinyatakan
dalam kalimat /Jiwa begitu murni, terlalu murni untuk bisa membagi dukaku/.
2.
Rasa atau Feeling
Puisi “Gadis Peminta-minta” mampu mengungkapkan isi hati penyair yang
begitu meninggikan seorang peminta-minta. Penggunaan kata-katanya sederhana
namun dapat membangkitkan perasaan pembaca yang menganggap rendah para
peminta-minta. Dalam kalimat /Kalau kau mati, gadis kecil
berkaleng kecil/, /Bulan di atas itu tak ada yang punya/, /dan kotaku, oh
kotaku/, /Hidupnya tak lagi punya tanda/ penyair mengungkapkan rasa harunya
yang mendalam terhadap gadis kecil berkaleng kecil apabila telah tak ada di
kotanya. Penyair begitu kuatnya mengajak pembaca agar mengubah pendirian
mereka yang kebanyakan sangat merendahkan para peminta-minta.
3.
Nada dan
Suasana
Puisi “Gadis Peminta-minta” bernada kesedihan dan keharuan seperti yang
ditunjukkan oleh kalimat /senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/.
Kesedihan dan keharuan penyair bukan karena keadaan dirinya yang menderita
tetapi dia merasakan keharuan dan kesedihan karena keadaan gadis peminta-minta
pembawa kaleng kecil. Kesedihan penyair lebih dikarenakan rasa solidaritas
kemanusiaan.
Penyair juga menunjukkan betapa ia sangat meninggikan gadis peminta-minta
di mana, iapun tak kuasa membagi kedukaannya kepada gadis peminta-minta itu. Suasana
yang timbul akibat nada yang disodorkan penyair tersebut membuat pembaca ikut
merasa terharu dan berempati pada gadis kecil pembawa kaleng kecil itu.
4.
Amanat
(Pesan)
Amanat puisi
“Gadis Peminta-minta” adalah ajakan penyair agar pembaca tidak meremehkan para
peminta-minta karena mereka juga manusia. Dalam puisinya ini penyair menyatakan
bahwa peminta-minta merupakan identitas kota besar namun juga mengharapkan agar
tokoh semacam itu tidak ada lagi. Kalimat /di bawah jembatan yang
melulur sosok/ menunjukkan bahwa penyair berharap agar kotanya mempunyai
rasa belas kasih kepada gadis peminta-minta sehingga kehidupannya tidak lagi
sengsara.
Post a Comment for "Analisis Struktur Fisik dan Struktur Batin “Gadis Peminta-Minta”,Karya Toto S. Bachtiar"