Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Analisis Puisi “Pahlawan Tak Dikenal” Karya Toto Sudarto Bachtiar

Analisis Puisi “Pahlawan Tak Dikenal”
Karya Toto Sudarto Bachtiar




Pahlawan Tak Dikenal
Karya Toto Sudarto Bachtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda

Suara, 1950

A.    Struktur Fisik Puisi
1.      Penyimpangan bahasa
Terdapat penyimpangan sintaksis pada puisi tersebut, karena pada setiap awal bait menggunakan huruf dan pada akhir menggunakan tanda titik.
2.      Metode puisi
a.       Pemilihan Kata Khas/diksi
Daya sugesti
Pada bait terakhir  “Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda”. Yang memmpunyai arti dalam usianya yang msaih muda dia sudah berjuang untuk kemerdekaan indonesia hingga titik darah penghabisan. Bait tersebut mensugesti pembaca agar dapat merasakan semangat patriotisme.  
b.      Pengimajian
“Sebuah lubang peluru bundar di dadanya”, termasuk dalam imaji visual karena melukiskan sebuah peluru yang berbentuk bundar.
“Kedua lenganya memeluk senapan”, termasuk dalam imaji visual
“Menangkap sepi padang senja”, imaji taktil karena adanya sentuhan
c.       Kata Konkret
Kutipan:
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Kata peluru dengan ditambahkannya unsur bentuk, yakni bentuk peluru yang bundar. Menjadikan kata itu konkret.
d.      Majas
“Dunia tambah beku ditengah derap dan suasana menderu”, majas personifikasi karena kata dunia seakan-akan hidup.
“Senyum bekunya mau berkata”, termasuk majas hiperbola
e.       Irama (ritme)
Pengulangan bunyi pada bait kedua, baris pertama dan kedua dari kalimat “dia datang”. Kutipannya”:
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
f.       Tata wajah
Terdapat 5 bait yang masing-masing bait terdiri atas 4 baris. Penulisan urut dari samping kiri, hal ini juga sama dengan bait-bait berikutnya. Tata wajah yang konsisten dan menarik perhatian pembaca.
Kutipan bait pertama:
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur sayang,
Sebuah lubang peluru besar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

B.       Struktur Batin Puisi
1.      Tema
Tema puisi tersebut adalah patriotisme. Pada puisi tersebut dilukiskan seorang pahlawan yang bertempur untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu Belanda ingin menguasai Indonesia kembali. Yang Terjadi di kota Surabaya, 10 november.
2.      Perasaan
Perasaan pengarang sedih dan bangga, karena gugur pada usia muda di medan perang untuk membela tanah air, namun kebanggaan tersendiri tertanam di hati pahlawan tersebut.
3.      Nada dan Suasana
Nada
Sikap lugas penyair, dengan konsistennya pada tiap-tiap bait.
Suasana
Kita akan merasakan sedih karena ada pahlawan yang gugur di medan perang demi mempertahankan tanah air, meninggal dalam usia muda dan baru pada saat hari pahlawan, pejuang tersebut dikenang.
4.      Amanat Puisi
Kita sebagai generasi muda/penerus agar mengharagai jasa pahlawan-pahlawan.

Post a Comment for "Analisis Puisi “Pahlawan Tak Dikenal” Karya Toto Sudarto Bachtiar"