Kajian tentang Morfologi
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tata
bahasa memang tidak menentukan hidup matinya suatu bahasa. Bahkan bahasa dalam pengejawantahannya
sebagai ujaran adakalanya tidak terkait pada suatu katabahasa, tetapi
berlangsung sesuai dengan kelaziman penggunaan awam belaka. Makin pesat
perlunya memelihara dan melestarikan bahasa pemakainya, makin terasa perlunya
memelihara dan melestarikan bahasa Indonesia melalui pengadaan suatu tat bahasa
yang menjadi acuan normatif dalam
penggunaan baik lesan maupun tulisan
Salah
satu cara melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan mempelajari ilmu-ilmu
yang berkaitan tentang kebahasaan. Ilmu bahasa begitu luas. Banyak hal yang
dapat di bahas di dalamnya. Salah satunya adalah morfologi.oembelajaran di
Sekolah Dasar baik di kelas rendah maupun kelas tinggi tentu mencakup bidang
morfologi.meskipun dalam tingkat kelas rendah, kajian masih belum begitu
sederhana karena disesuaikan dengan tingkat perkembangan bahasa siswa di
Sekolah Dasar berdasarkan faktor uisa. Namun pengenalan materi kepada anak
sejak usia dini tentu akan memberikan pengalaman bermakana jika peserta didik
benar-benar yang disampaikan dengan cara menyenangkan. Pada dasarnya , bahasa
adalah bidang yang menarik untuk dipelajari.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
hakikat morfologi?
2. bagaimana
kajian morfologi yang ada dalam kopetensi dasar Sekolah Dasar kelas 4?
3. Bagaimana
rencana pelaksanaan pembelajarannya?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
hakikat morfologi.
2. Mengetahui
kajian morfologi yang ada dalam kopetensi dasar Sekolah Dasar kelas 4.
3. Mengetahui
rencana pelaksanaan pembelajarannya.
II.
KAJIAN
TEORI
Morfologi ialah cabang kajian linguistik
(ilmu bahasa) yang mempelajari tentang bentuk kata, perubahan kata, dan dampak
dari perubahan itu terhadap arti dan kelas kata (Mulyana, 2007 : 6).
Ramlan (1987 : 21) menjelaskan morfologi
sebagai bagian dari ilmu bahasa yang bidangnya menyelidiki seluk-beluk bentuk
kata, dan kemungkinan adanya perubahan golongan dari arti kata yang timbul
sebagai akibat perubahan bentuk kata. Golongan kata sepeda tidak sama
dengan golongan kata bersepeda. Kata sepeda termasuk golongan
kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal.
Menurut Verhaar (dalam
Nurhayati, 2001 : 1) morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi
satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Pengertian lain
menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang membicarakan atau
mengidentifikasi seluk beluk pembentukan kata (Nurhayati, 2001 : 2).
Berdasarkan beberapa
pendapat tentang pengertian morfologi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari seluk-beluk pembentukan
kata, pengaruh perubahan kata terhadap arti dan kelas kata, serta
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
III.
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Morfologi
Bidang linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses
pembentukan kata secara gramatikal disebut morfologi. Dalam beberapa buku tata
bahasa, morfologi dinamakan juga tata bentukan.
Satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang rnenjadi bagian dari kata disebut morfem. Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan, morfem dibedakan atas dua macam:
Satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang rnenjadi bagian dari kata disebut morfem. Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan, morfem dibedakan atas dua macam:
1.
Morfem terikat, morfem
yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri, sehingga harus selalu hadir
dengan rnengikatkan dirinya dengan modem bebas lewat proses morfologs, atau
proses pembentukan kata, dan
2.
Morfem bebas, yang
secara potensial mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal
menduduki satu fungsi dalam kalimat.
Dalam bahasa Indonesia morfem bebas
disebut juga kata dasar.
Satuan ujaran seperti buku, kantor, arsip, uji, ajar, kali, pantau, dan liput
rnerupakan modem bebas atau kata dasar; sedang me-, pe-, -an, ke - an,
di-, ,swa-, trans-, -logi, -isme merupakan morfem
terikat. Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, seting
mengalami perubahan. Misalnya, morfem terikat me dapat berubah
menjadi men-, mem-, meny-, menge-, dan menge- sesuai
dengan lingkungan yang dimasuki. Variasi modem yang terjadi karena pengaruh
lingkungan yang dimasuki disebut alomor.
Proses
morfologis adalah proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar
menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , meliputi afiksasi (pengimbuhan),
reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan). Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang ketiga proses morfologis di atas
perlu ditegaskan terlebih dahulu tiga istilah pokok dalam proses ini, Yaitu kata dasar, bentuk dasar, dan unsur langsung. Kata dasar : kata yang
belum berubah, belum mengalami proses morfologis, baik berupa proses penambaban
imbuhan, proses pengulangan, rnaupun proses pemajemukan. Bentuk dasar : bentuk
yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat benupa kata dasar, kata
berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata majemuk. Unsur langsung : bentuk
dasar dan imbuhan yang membentuk kata jadian.
1.
Afiksasi (Penambahan Imbuhan)
Dalam tata bahasa
tradisional afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang dapat mengubah
makna gramatikal suatu bentuk dasar. Misalnya me- dan -kan, di- dan -kan, yang dapat mengubah arti gramatikal seperti arsip menjadi mengarsipkan, diarsipkan.
Proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar imiah yang disebut afiksasi.
Proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar imiah yang disebut afiksasi.
Afiks yang terletak
di awal bentuk kata dasar seperti ber-, di-; ke-, me-, se-, pe-, per-, ter-, pre-, swa-,adalah prefiks atau awalan. Yang disisipkan
di dalam sebuah kata dasar, seperfi -em, -er-, -el-, di-sebut infiks atau sisipan. Yang terletak di akhir kata dasar, seperti -i -an, -kan, -isme, -isasi, -is, -if dan lain-lain dinamakan sufiks atau akhiran. Gabungan prefiks dan sufiks yang membenluk satu
kesatuan dan bergabung dengan kata dasarnya secara serentak seperti : ke-an pada kata keadilan,
kejujuran, kenakalan, keberhasilan, kesekretarisan, pe-anseperti pada kata pemberhentian, pendahuluan, penggunaan, penyatuan, dan per-an sebagaimana dalam kata pertukangan, persamaan, perhentian, persatuan dinamakan konfiks. Ingat, karena konfiks sudah membentuk satu kesaman,
maka harus tetap dihitung satu morfem. Jadi kata pemberhentian dihitung tiga morfem, bukan empat, Bentuk dasarnya henti, satu morfem, mendapat prefiks ber-, satu
morfem, dan mendapat konfiks pe-anyang juga dihitung Satu morfem, maka semuanya tiga
morfem.
2.
Fungsi dan Arti Afiks
Tidak semua afiks dibicarakan di sini. Yang akan dibahas hanya afiks-afiks
yang memiliki frekuensi kemunculan dalam soal-soal tinggi.
a.
Prefiks me-, berfungsi membentuk kata
kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti struktural.
1)
'melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar'
contoh:
menari, melompat, mengarsip, menanam, menulis, mencatat.
menari, melompat, mengarsip, menanam, menulis, mencatat.
2)
'membuat jadi atau menjadi' contoh : menggulai,
menyatai, menjelas, meninggi, menurun, menghijau, menua
3)
‘mengerjakan
dengan alat' contoh : mengetik, membajak, mengail mengunci, mengetam
4)
‘berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai' contoh: membujang,
menjanda, membabi buta
5)
‘mencari atau mengumpulkan' contoh : mendamar,
merotan.
b. Prefiks ber, berfungsi membentuk kata kerja
(biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri) Prefiks ini
mengandung arti :
1)
'mempunyai' contoh : bernama, beristri,
beruang, berjanggut
2)
'memakai' contoh :berbaju biru, berdasi, berbusana.
3)
‘melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)'
contoh : berhias, bercukur, bersolek
4)
'berada dalam keadaan' contoh : bersenang-senang,
bermalas-malas, berpesta-ria, berleha-leha.
5)
'saling', atau 'timbal-balik' (resiprok) contoh :
bergelut, bertinju bersalaman, berbalasan.
c. Prefiks pe-, berfungsi
membentuk kata benda.(dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri).
Prefiks ini mendukung makna gramatikal :
1)
'pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar
contoh : penguji, pemisah, pemirsa, penerjemah, penggubah, pengubah,
penatar, penyuruh, penambang.
2)
'alat untuk me...' contoh : perekat,
pengukur, penghadang, penggaris
3)
'orang yang gemar' contoh : penjudi, pemabuk,
peminum, pencuri pecandu, pemadat.
4)
'orang yang di ...' contoh : petatar, pesuruh.
5)
'alat untuk ...' contoh : perasa, penglihat,
penggali.
d. Prefiks per-, befungsi
membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti :
1)
'membuat jadi' (kausatif) contoh: perbudak,
perhamba, pertuan.
2)
'membuat Iebih' contoh. pertajam, perkecil,
perbesar, perkuat
3)
`menbagi jadi' contoh: pertiga, persembilan dll.
e. Prefiks di-, berfungsi
membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif, contoh : diambil, diketik,
ditulis, dijemput, dikelola.
f. Prefiks ter-, berfungsi membentuk
kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah :
1)
‘dalam keadaan di ' contoh : terkunci,
terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat.
2)
'dikenai tindakan secara tak sengaja ', contoh :
tertinju, terbawa, terpukul.
3)
'dapat di- ', contoh : terangkat,
termakan, tertampung.
4)
'paling (superlatif) ', contoh : terbaik, terjauh,
terkuat, termahal, terburuk.
g.
Prefiks ke-, berfungsi membentuk kata bilangan
tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata kerja. Sebagai pembentuk
kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal 'yang di
... i',atau 'yang di ... kan', seperti pada kata kekasih dan ketua.
h.
Sufiks -an, berfungsi membentuk kata benda.
Prefiks ini mengandung arti :
1)
'hasil, 'atau ' akibat dari me- ' contoh : tulisan,
ketikan, catatan, pukulan, hukuman, buatan,tinjauan, masukan.
2)
'alat untuk melakukan pekerjaan ' contoh :timbangan,
gilingan, gantungan.
3)
'setiap ' contoh : harian, bulanan, tahunan,
mingguan.
4)
'kumpulan ', atau ' seperti ', atau ' banyak ' contoh
: lautan, durian, rambutan.
i. Konfiks
ke-an, berfungsi membentuk kata benda abstrak, kata sifat, dan kata kerja pasif.
Konfiks ini bermakna :
1)
'hal tentang' contoh : kesusastraan,
kehutanan, keadilan, kemanusiaan, kemasyarakatan, ketidakmampuan, kelaziman.
2)
'yang di...i' contoh :kegemaran ' yang
digemari ', kesukaan ' yang disukai ', kecintaan ' yang
dicintai '..
3)
'kena', atau ' terkena ' contoh : kecopetan,
kejatuhan, kehujanan, kebanjiran, kecolongan.
4)
'terlalu' contoh : kebesaran, kekecilan,
kelonggaran, ketakutan. 'seperti' contoh : kekanak-kanakan,
kemerah-merahan.
j. Konfiks
pe-an, berfungsi membentuk kata benda. Arfi konfiks ini di antaranya ialah :
1)
'proses ' contoh : pemeriksaan ' proses
memeriksa ', penyesuaian ' proses menyesuaikan ', pelebaran '
proses melebarkan '.
2)
'apa yang di-' contoh : pengetahuan '
apa yang diketahui ', pengalaman ' apa yang dialami ' , pendapatan '
apa yang didapat '
k. Konfiks
per-an, befungsi membentuk kata benda. Arti konfiks ini ialah :
1)
'perihal ber-' contoh : persahabatan '
perihal bersahabat ', perdagangan, 'perihal berdagang ', perkebunan '
perihal berkebun ', pertemuan ' perihal, bertemu '.
2)
‘tempat untuk ber-' contoh :perhentian, perburuan
persimpangan, pertapaan.
3)
'apa yang di ' contoh : pertanyaan, perkataan.
3.
Afiks Produktif dan Afiks Improduktif
Afiks produktif ialah afiks yang mampu menghasilkam terus dan dapat digunakan secara
teratur membentuk unsur-unsur baru. Yang
termasuk afiks produktif ialah : me-,
di-, pe-, ber-, -an, -i, pe-an, per- an, dan ke-an. Sedangkan yang termasuk afiks improduktif ialah : sisipan -el-,
-em, er-, atau
akhiran -wati, Afiks Serapan. Untuk memperkaya khazanah bahasa Indonesia, kita
menyerap unsur-unsur dari bahasa daerah dan bahasa asing. Conloh afiks serapan
:
a. dwi- : dwlingga, dwipurwa, dwiwarna, dwipihak, dwifungsi.
b.
pra- :
praduga, prasangka, prasejarah, prasarana, prakiraan, prasaran, prabakti,
prasetia, prawacana, prakata.
c.
swa- : swalayan.
swadesi, swasembada, swapraja, swatantra, swadaya, swasta.
d.
awa- : awamang,
awagas, awabau, awaracun, awalengas.
e.
a-, ab- : asusila,
amoral, ateis, abnormal.
f.
anti- : antipati,
antiklimaks, antitoksin, antihama, antiseptik
g.
homo- : homogen,
homoseks, homofon, homonim, homograf, homorgan.
h.
auto- :
autodidak, autokrasi, autobiografi, automobil, autonomi.
i.
hipo- : hiponim,hipotesis,
hipokrit, hipovitaminosis.
j.
poli- : polisemi,
poligami, poliandri, polisilabis, poliklinik
k.
sin- : sintesis,
sinonim, sintaksis, sinkronis, simpati, simposium
l.
tele- : telepon,
telegraf, telegram, telepati, teleskop, teleks.
m. trans- : transaksi, transisi, transportasi,
transkripsi, transmisi, transliterasi, transfirmasi, transmigrasi,transfer,
transitif.
n.
inter- : interaksi,
interelasi, interupsi, internasional, intersuler, intermeso, interlokal, dan
lain - lain.
o.
isasi- : modernisasi,
tabletisasi, pompanisasi, kuningisasi, dan lain-lain.
4.
Reduplikasi (Pengulangan)
Reduplikasi adalah proses pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar. Ada
beberapa macam reduplikasi, sebagai berikut :
a. Kata ulang penuh, yaitu yang diperoleh dengan mengulang seluruh bentuk
dasar ; ada dua. macam :
1)
Yang bentuk dasarnya sebuah morfem bebas, disebut
dwilingga : ibu-ibu, buku-buku, murid-murid.
2)
Yang bentuk dasarnya kata berimbuhan : ujian-ujian,
kunjungan-kunjungan, persoalan-persoalan.
b.
Dwipurwa, yang
terjadi karena pengulangan suku pertama dari bentuk dasarnya : reranting,
lelaki, leluhur, tetangga, kekasih, lelembut. Di antara dwipurwa ada yang
mendapat akhiran, seperti kata ulang pepohonan, rerumputan, dan tetanaman.
c.
Dwilingga salin suara adalah
dwilingga yang mengalami perubahan bunyi : sayur-mayur, mondar-mandir,
gerak-gerik, bolak-baliki,seluk-beluk, compang-camping, hingar-bingar,
hiruk-pikuk, ramah-tamah, serba-serbi, serta-merta, dan lain-lain.
d.
Kata ulang berimbuhan : berjalan-jalan,
anak-anakan, guruh-gem uruh, rias-merias, tulis-menulis, berbalas-balasan,
kekanak-kanakan, mengulur-ulur, meraba-raba, menjulur-julurkan, dan
lain-lain.
e.
Kata ulang semu ( bentuk ini
sebenarnya merupakan kata dasar, jadi bukan hasil pengulangan atau redupikasi
): laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, dan empek-empek.
5.
Komposisi
Komposisi ialah proses pembentukan kata majemuk atau kompositum. Kata majemuk ialah gabungan kata yang telah bersenyawa atau
membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru, contoh : kamar mandi, kereta api, rumah makan, baju tidur. Gabungan kata
yang juga membentuk satu kesatuan, tetapi tidak menimbulkan makna baru disebut frase, contoh: sapu
ijuk, meja itu, kepala botak, rambut gondrong, mulut lebar.
Jenis-jenis kata majemuk, sebagai berikut:
a.
Kata majemuk setara, yang
masing-masing unsurnya berkedudukan sama, contoh : tua muda, laki bini,
tegur sapa, besar kecil, ibu bapak, tipu muslihat dan baik
buruk
b.
Kata majemuk bertingkat, yaitu yang
salah satu unsurnya menjelaskan unsur yang lain. Jenis kata majemuk itu
bersifat endosentris, yakni salah satu unsurnya dapat mewakili seluruh
konstruksi, contoh : kamar mandi, sapu tangan, meja gambar,
dan meja tulis.
IV.
ANALISIS
SILABUS
1. 1.2 Menjelaskan kembali secara lisan atau tertulis
penjelasan tentang simbol daerah/lambang korps.
Dalam
kompetensi dasar diatas peserta didik diberi tugas untuk menjelaskan secara
lisan maupun tertulis arti lambang pramuka. Peserta didik mencatat pokok-pokok
penjelasan tentang lambang pramuka. Jadi siswa dapat menuliskan arti lambang
pramuka dengan kata-kata yang tepat dan baik. Melalui kegiatan pembelajaran ini
siswa diharapkan dapat membuat kata-kata yang tepat dan baik sesuai arti
lambang. Jadi ini termasuk ke dalam kajian morfologi.
2. 3.3
Menemukan makna dan
informasi secara tepat dalam kamus/ ensiklopedia melalui membaca memindai.
Dalam kompetensi dasar diatas
peserta didik diberi tugas untuk Membuat daftar kata sukar dan menemukan artinya
dalam kamus. Dari kegiatan Membaca teks yang
berjudul ”Kereta Api Dulu dan Sekarang” siswa
menemukan kata-kata yang sukar dimengerti. Jadi dengan kegiatan pembelajaran
ini siswa dapat memahami kata-kata yang belum dimengerti menggunakan kamus
besar bahasa indonesia.
3. 4.1 Melengkapi
percakapan yang belum selesai dengan memperhatikan penggunaan ejaan (tanda titik dua dan
tanda etik).
Dalam kompetensi dasar diatas
peserta didik melakukan kegiata pembelajaran dengan melengkapi percapakan yang
belum selesai dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Jadi siswa melengkapi percakapan
rumpang dengan kata-kata yang sesuai, sehingga siswa dapat mempunyai kemampuan
morfologi secara tidak langsung.
4. 8.1
Menyusun karangan tentang
berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar dan
tanda baca).
Dalam kompetensi dasar diatas siswa
diberi tugas menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperahatikan penggunaan ejaan. Jadi
siswa dapat menggunakan ejaan yang benar dalam menyusun karangan. Dalam
menyusun karangan juga membutuhkan kata-kata yang baku.
5. 8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar
serta memperhatikan penggunaan ejaan.
Dalam kompetensi dasar diatas siswa
diberi tugas menulis Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan.
Dengan begitu siswa dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan.
Jadi dengan adanya bahasa yang baik dan benar serta memerhatikan ejaan maka
termasuk kedalam kajian morfologi.
V.
RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : ..................................
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Kelas / Semester
:
IV / I
Alokasi Waktu
:
4 x 35 menit (2 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
4. Menulis
Mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, dan surat
B. Kompetensi Dasar
4.3. Melengkapi bagian
cerita yang hilang dengan menggunakan kata/kalimat yang tepat.
C. Tujuan Pembelajaran:
§
Siswa dapat Membaca cerita yang rumpang ”Celengan
Beni”
§
Siswa dapat Melengkapi cerita “Celengan Beni”
dengan kata atau kalimat yang tepat.
§
Siswa dapat Menggunakan tanda titik dan tanda
baca lainnya dalam konteks kalimat atau teks bacaan
v Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan perhatian
( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan Ketulusan ( Honesty )
D. Materi
§
Cerita Rumpang
E. Kegiatan Pembelajaran
§
Membaca cerita yang masih rumpang.
§
Melanjutkan/melengkapi cerita
§
Memahami penggunaan tanda titik.
§
Menggunakan tanda titik dan tanda baca lainnya.
F. Langkah-langkah Pembelajaran:
§
Kegiatan Awal:
Apersepsi
dan Motivasi :
- Siswa membaca cerita
rumpang ”Celengan Beni”
- Tanya jawab tentang teks
rumpang.
§
Kegiatan Inti:
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Siswa dapat Membaca cerita yang rumpang ”Celengan
Beni”
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Kegiatan dilanjutkan dengan melengkapi teks
cerita rumpang tersebut dengan kalimat yang tepat bersama teman kelompok.
F Kemudian siswa diminta membacakan kembali teks
cerita yang sudah dilengkapi di depan kelas.
& Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi,
guru:
F Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
F Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan
§
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
F Siswa mengerjakan latihan
menggunakan tanda titik dalam kalimat, terutama pada singkatan nama orang dan
sebagainya.
G. Penilaian:
Indikator Pencapaian
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
· Melengkapi cerita rumpang
|
Tertulis
|
Tertulis dan penampil-an
|
· Lengkapilah cerita“Celengan
Beni” dengan kata atau kalimat yang tepat!
|
No.
|
Unsur Penilaian
|
Nilai
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kekompakan dalam
kelompok.
Kecermatan memilih
kalimat untuk melengkapi cerita rumpang.
Ketepatan
menggunakan tanda baca titik, koma, dll.
Keberanian tampil
ke depan kelas.
Lafal, intonasi,
dan mimik dalam membaca cerita.
|
Penampilan dan
Cerita lengkap.
|
H. Sumber / Alat
§
Buku
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
& Produk ( hasil diskusi
)
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Konsep
|
* semua benar
* sebagian besar
benar
* sebagian kecil
benar
* semua salah
|
4
3
2
1
|
& Performansi
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
2.
3.
|
Pengetahuan
Praktek
Sikap
|
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif
Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
|
4
2
1
4
2
1
4
2
1
|
LEMBAR PENILAIAN
No
|
Nama
Siswa
|
Performan
|
Produk
|
Jumlah
Skor
|
Nilai
|
||
Pengetahuan
|
Praktek
|
Sikap
|
|||||
1.
2.
3.
4.
5.
|
CATATAN :
Nilai = (
Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak
memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
............,
......................20 ...
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru
Mapel Bahasa Indonesia.
.................................. ..................................
NIP :
NIP :
VI.
PENUTUP
Kesimpulan
Bidang linguistik atau tata bahasa
yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal disebut
morfologi. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi dinamakan juga tata
bentukan. Satuan ujaran yang mengandung makna
(leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang
rnenjadi bagian dari kata disebut morfem.
Post a Comment for "Kajian tentang Morfologi"