Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK LATIHAN TERBIMBING MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII SMP


A.     Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1991: 2). Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup empat macam keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak berkenaan dengan bahasa lisan, sedangkan keterampilan membaca dan menulis berkenaan dengan bahasa tulis.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Menulis atau juga disebut mengarang merupakan kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa kemampuan. Untuk dapat menulis esai misalnya, Anda harus juga mengetahui bagaimana menuliskannya. Pengetahuan yang pertama menyangkut isi karangan sedang yang kedua menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan Akhadiah, dkk (1986: 1). Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
 Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan berbahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Kegiatan berbahasa tersebut dalam rangka menyampikan pesan kepada orang lain. Pesan yang dimaksud harus dapat dipahami sebab kegiatan berbahasa tulis ini merupakan bentuk komunikasi.
Menurut hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru bahasa dan sastra Indonesia kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap,peneliti menentukan berbagai masalah yang muncul sebagai akibat dari rendahnya keterampilan menulis siswa. Sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa, berbagai masalah itu antara lain berkaitan dengan alokasi waktu pembelajaran menulis yang lebih sedikit dibandingkan dengan alokasi waktu untuk keterampilan berbahasa yang lain.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti terhadap guru bahasa dan sastra Indonesia kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap, ternyata kemampuan menulis paragraf narasi para siswa masih relatif rendah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan utama yang menjadi fokus dalam penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya keterampilan dalam menuliskan paragraf narasi pada siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap. Permasalahan ini akan dibatasi dengan pemberian pembelajaran menulis paragraf narasi dengan teknik latihan terbimbing melalui media gambar. Sekaligus menggunakannya sebagai judul Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi dengan Teknik Latihan Terbimbing Melalui Media Gambar pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap tahun Pelajaran 2012/2013.
B.    Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan pemahaman pengertian judul penelitian ini, penulis berusaha menegaskan kembali istilah-istilah berikut ini.
1.        Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkat sesuatu (Depdikbud, 2007: 1198).
2.        Keterampilan menulis adalah keterampilan yang kompleks, karena keterampilan menulis ini merupakan suatu proses pengembangan yang menuntut pengembangan waktu, kesempatan, dan memerlukan cara berpikir yang teratur untuk mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tulis (Tarigan, 1994: 4).
3.        E. Kosasih (dalam Sunaiyah 2010: 110) Paragraf Merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu.
4.        Keraf (2007: 135) Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.
5.        Menurut Sadiman,Arief S; Rahardjo,R; Haryono,Anung dan  Rahardjito (2011: 29) Gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai.
6.        Siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap adalah siswa yang pada tahun pelajaran 2012/2013 menempuh pelajaran di SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap.
Jadi, maksud dari judul penelitian ini adalah tentang kemampuan siswa dalam Menulis Narasi dengan Teknik Latihan Terbimbing Melalui Media Gambar Siswa Kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap Tahun Pembelajaran 2012/2013.

C.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ketidak berhasilan dalam kegiatan pembelajaran bahasa khususnya dalam kegiatan menulis paragraf narasi disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari siswa dan faktor yang berasal dari guru.
Faktor yang berasal dari siswa di antaranya yaitu (1) siswa yang kebanyakan berlatar belakang dari keluarga kurang mampu, sehingga banyak waktu tersita untuk membantu orang tua (jarang ada waktu santai, apalagi untuk menulis; (2) pemahaman siswa terhadap keterampilan menulis masih kurang; (3) siswa kurang bisa membedakan antara karangan narasi dan deskripsi; (4) siswa tidak senang dengan pembelajaran menulis paragraf narasi yang monoton dan membosankan.
Faktor yang berasal dari guru di antaranya (1) kurang memberi motivasi kepada siswa dalam hal menulis paragraf narasi; (2) jarang memberikan pelajaran menulis paragraf narasi karena menulis paragraf narasi membutuhkan waktu yang banyak; (3) kurangnya alokasi waktu dalam pembelajaran menulis menyebabkan siswa semakin malas untuk menulis; (4) model pembelajaran yang digunakan guru yaitu dengan menggunakan ceramah dan penugasan.
D.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah peningkatan keterampilan siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam pembelajaran menulis paragraf narasi setelah diberi pembelajaran menulis dengan teknik latihan terbimbing menggunakan media gambar?
2.      Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam pembelajaran menulis paragraf narasi setelah diberi pembelajaran menulis dengan teknik latihan terbimbing menggunakan media gambar?

E.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a.       untuk mendeskripsikan besarnya peningkatan keterampilan siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap dalam menulis paragraf narasi setelah diberi pembelajaran menulis narasi dengan teknik latihan terbimbing menggunakan media gambar.
b.      untuk mendeskripsikan besarnya perubahan perilaku siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap dalam menulis paragraf narasi setelah mereka mengikuti pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing menggunakan media gambar.

F.    Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis.
a. Secara Teoretis
1.  Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca yang lebih luas terutama dalam penggunaan media gambar.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan Bahasa Indonesia, khususnya bagi metodologi pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terutama penerapan media gambar untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi pada siswa.
b. Secara Praktis
1. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada umumnya dan bagi guru bahasa dan sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama Negeri 1  Binangun Kabupaten Cilacap Kelas VII pada khususnya. Penelitian ini dapat dijadikan sebagi salah satu cara untuk mengelola pembelajaran bahasa dan sastra indonesia selangkah lebih majudan bermutu. Karena dengan media gambar akan lebih mudah dalam membimbing siswa menulis paragraf.
2.    Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menemukan ide-ide secara tepat untuk dituangkan dalam bentuk paragraf narasi juga merangsang imajinasi para siswa dalam menuangkan gagasan secara tertulis.
3.    Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan penambah semangat dan wawasan dalam karya penulisan.

4.    Bagi penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan baru pada penelitian berikutnya.

G.   Tinjauan Pustaka
Penelitian peningkatan menulis narasi pernah dilakukan. Penelitan itu pernah dilakukan oleh :
Andi Setiawan (2010)  yang berjudul “Kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sapuran Dalam Membuat Paragaraf Narasi Tahun Pelajaran 2008/2009.  Penelitian ini yang diteliti adalah kemampuan siswa dalam menulis paragraf narasi yang meliputi kesesuaian dengan sifat tulisan narasi, kesesuaian yang dialami oleh siswa dalam menulis paragraf narasi sudah cukup dengan hasil baik sekali:35,5 %, baik :12%, cukup: 29%, buruk 23,5%.
Karsiyati (2002) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Penulisan Huruf Kapital dan Penulisan Kata dalam Karangan narasi siswa Kelas II SLTP Purwonegoro Banjarnegara Tahun Pembelajaran 2001 /2002” meneliti tentang (1) bagaimanakah kemampuan siswa kelas II SLTP 1 Purwonegoro Banjarnegara dalam menerapkan penulisan huruf kapital dengan dengan tepat pada karangan narasi?(2)bagaimanakah kemampuan menulis kata yang meliputi penulisan kata yang meliputi penulisan kata berimbuhan, kata ulang, kata gabung dan kata depan di, ke, dari, pada karangan narasi?(3)adakah kesalahan- kesalahan EYD penulisan huruf kapital, penulisan kata berimbuhan, kata ilang, kata gabung dan kata depan di, ke, dar, yang masih ditemui pada karangan narasi? (4) apakah faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis siswa kelas II SLTP 1 Purwonegoro Banjarnegara?.penelitian yang dilakukannya menurut peneliti sudah baik.
Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas tentang menulis karangan narasi memiliki persamaan, penelitian yang dilakukan sama-sama mengenai keterampilan menulis karangan narasi, hanya saja berbeda dalam penggunaan teknik, metode, bahkan pendekatan yang bervariasi dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi siswa. Setiap penelitian mempunayi kebaruan dalam hal cara sehingga hasilnya pun berbeda. Namun demikian, penelitian tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi siswa. Terkait dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, penelitian tersebut dapat digunakan sebagai panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
H.   Kajian Teori
Dalam landasan teori ini penulis menguraikan teori-teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Landasan teori tersebut terdiri atas teori tentang :
(1)    Hakikat Menulis, (2) Tujuan Menulis, (3) Hakikat Paragraf, (4) Hakikat Paragraf Narasi, (5) Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf, (6) Langkah-langkah Menulis Paragraf Narasi, (7) Teknik Latihan Terbimbing, (8) Hakikat Media Gambar, (9) Pembelajaran Menulis dengan Teknik Latihan Terbimbing melalui Media Gambar, (10) Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar.

1.      Hakikat Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis itu sendiri. Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang erat dengan keterampilan lainnya dalam memproleh keterampilan berbahasa. Akhadiah, dkk (1986:1) berpendapat bahwa kegiatan menulis atau yang lazim juga disebut mengarang merupakan kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa kemampuan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain yang menuangkan pikiran/gagasan/fakta dalam bentuk tulisan.
2.      Tujuan Menulis
Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang. Tulisan mengandung nada yang serasi dengan maksud dan tujuannya. Menulis tidak hanya mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan sesuai, tetapi juga harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut dan apa maksud tujuannya.
Tarigan (1994: 24) mengatakan bahwa setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan :
a. memberitahukan atau mengajar;
b. meyakinkan atau mendesak;
c. menghibur atau menyenangkan;
d. mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Agaknya perlu diperingatkan di sini bahwa dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang telah disebutkan tadi sering bertumpang tindih, dan setiap orang mungkin saja menambahkan tujuan-tujuan lain yang belum tercakup dalam daftar diatas. Tetapi dalam kebanyakan tujuan menulis, ada satu tujuan yang paling menonjol atau dominan; dan yang dominan inilah yang memberi nama atas keseluruhan tujuan tersebut (D’Angelo dalam Tarigan 1994: 24).
Hugo Hartig (dalam Tarigan 1994: 24) mengemukakan bahwa tujuan penulisan sesuatu tulisan adalah (1) tujuan penugasan; (2) tujuan altruistik (menghibur); (3) tujuan persuasif; (4) tujuan penerangan; (5) tujuan pernyataan diri; (6) tujuan kreatif; (7) tujuan pemecahan masalah.
Menurut Nunan, 1991: 86; Cleary dan Michael, 1994: 346; Tompkins, (dalam Sukirno, 2009: 7) Tujuan pembelajaran menulis menurut pendekatan modern tidak hanya mementingkan hasil, tetapi juga proses. Pembelajaran menulis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu juga diarahkan untuk mempertajam kepekan perasaan siswa. Siswa tidak hanya mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, melainkan juga disampaikan secara terselubung atau tidak langsung.
Dari beberapa pendapat pakar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis mempunyai tujuan yang khusus seperti menginformasikan, meyakinkan, dan menceritakan. Tujuan menulis adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Sehingga siswa dapat memahami informasi yang disampaikan.
3.   Hakikat Paragraf
A.L. Becker bersama-sama rekannya (dalam Tarigan,1994: 94) menyimpulkan bahwa paragraf adalah suatu kesatuan (atau unit) yang ditandai oleh hadirnya jenis-jenis “slot” tertentu, yaitu :
a. Slot (atau celah) yang memperkenalkan suatu judul.
b. Slot (atau celah) yang membatasi judul tersebut.
c. Slot (atau celah) yang menguraikan atau mengembangkan judul yang telah dibatasi itu.
Akhadiah, dkk (1986: 53) mengatakan bahwa paragraf merupakan menungkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah tulisan, sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami jalan pikiran seseorang, tidaklah mudah. Banyak orang yang fasih berbicara namun kurang mampu menuangkan idenya dengan baik, biasanya hal ini terjadi sesudah melalui latihan yang intensif, baik secara formal maupun nonformal. Hal ini wajar karena kemampuan menulis merupakan hasil proses belajar dan ketekunan berlatih.
E. Kosasih (dalam Sunaiyah 2010: 110) Paragraf Merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu. Mustakim (1994: 112) berpendapat bahwa paragraf merupakan suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat.
Dari beberapa pendapat pakar yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan gagasan pokok yang tertuang dalam deretan kalimat dalam satu kesatuan yang padu. Hubungan antar kalimat tersebut menyatakan kesatuan yang diikat oleh struktur bahasa dan kesatuan yang logis. Di dalam paragraf, ide pokok itu ada yang tersurat dan ada yang tersirat. Paragraf dapat juga dinyatakan sebagai karangan yang paling pendek.
4.    Hakikat Paragraf Narasi
Keraf (2007: 135) Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. Sedangkan Menurut Sunaiyah (2010: 136) Paragraf Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. Dalam paragraf narasi terdapat tiga unsur utama yakni tokoh-tokoh, kejadian, latar atau ruang dan waktu.
Perbedaan pokok antara Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif menurut Keraf (2007: 138-139).
No
Narasi Ekspositoris
Narasi Sugestif
1.
Memperluas pengetahuan,
1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2.
Menyampaikan informasi mengenai atau kejadian.
2. Menimbulkan daya khayal.
3.
Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
3. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.
4.
Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik-beratkan penggunaan kata-kata figuratif.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca ikut merasakan apa yang diceritakan oleh pengarang.
5.       Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf
Akhadiah, dkk (1986: 58) dalam mengembangkan paragraf, Anda harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan Anda menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan. Persyaratan itu ialah kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
Persyaratannya yaitu Kesatuan, yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf adalah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.
Mustakim (1994: 115) mengatakan bahwa pengungkapan gagasan, sebuah paragraf yang baik hendaknya dapat memenuhi dua persyaratan, yaitu kesatuan (kohesi) dan kepaduan (koherensi). Kriteria kesatuan atau kohesi menyangkut keeratan hubungan makna antargagasan dalam sebuah paragraf. Sedangkan kriteria kepaduan atau koherensi menyangkut keeratan hubungan antar kalimat dalam paragraf dari segi bentuk atau strukturnya.
Dari pendapat pakar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembentukan paragraf harus memenuhi persyaratan-persyaratan, yaitu kesatuan, kepaduan, keruntutan, ketuntasan, dan konsistensi penggunaan sudut pandang.
6.      Langkah-langkah Menulis Paragraf Narasi
Langkah-langkah dalam menulis paragraf narasi menurut Akhadiah (1986: 3-7) adalah: (1) menentukan topik; (2) membatasi topik; (3) menentukan tujuan penulisan; (4) menentukan bahan atau materi penulisan; (5) menyusun kerangka karangan; (6) tahap penulisan; dan (7) tahap revisi.
Langkah yang pertama adalah menentukan topik. Pada kegiatan ini yang mula-mula dilakukan jika Anda menulis karangan ialah menentukan topik. Hal ini berarti bahwa Anda menentukan apa yang mau dibahas dalam tulisan Anda. Topik ini dapat Anda temukan diberbagai sumber. Pengalaman Anda, lebih-lebih pengalaman membaca Anda, merupakan sumber yang sangat penting.
Langkah kedua adalah membatasi topik. Setelah Anda berhasil menemukan topik yang memenuhi persyaratan, maka langkah kedua yang Anda lakukan ialah membatasi topik tersebut ini tentu saja Anda lakukan jika topik yang sudah Anda temukan cukup terbatas. Membatasi topik berarti mempersempit dan memperkhusus lingkungan pembicaraan. Untuk mempermudah proses pembatasan tersebut. Anda dapat menggunakan gambar, bangau, diagram, atau cara visualisasi yang Ia Diantaranya Anda dapat menggunakan diagram jam atau diagram pohon.
Langkah ketiga adalah menentukan tujuan penulisan. Setelah Anda membatasi topik Anda, sebenarnya Anda juga telah menetukan tujuan penulisan Anda. Tujuan penulisan di sini diartikan sebagai semacam pola yang mengendalikan tulisan secara menyeluruh. Dengan menentukan tujuan penulisan Anda tahu apa yang akan Anda lakukan pada tahap penulisan, bahan  apa yang Anda perlukan, seluas ruang lingkup pembahasan Anda, bagaimana organisasi karangan Anda, dan mungkin juga sudut pandangan yang Anda pergunakan.
Langkah keempat adalah menentukan bahan atau materi penulisan. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber; dua sumber utama ialah pengalaman dan inferensi dari pengalaman. Pengalaman ialah keseluruhan pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera, sedangkan inferensi ialah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengalaman. Inferensi itu kemudian menjadi bagian pengalaman Anda jadikan sumber inferensi baru.
Langkah kelima adalah menyusun kerangka karangan. Langkah selanjutnya yang paling penting ialah menyusun kerangka (rancang bangun) karangan. Penyusun kerangka berarti memecahkan topik Anda ke dalam sub-subtopik. Kerangka itu dapat berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat, kerangka topik, butir-butrinya terdiri dari topik-topik (bukan kalimat) sedangkan dalam kerangka kalimat butir-butirnya terdiri dari topik-topik (bukan kalimat)  sedangkan dalam kerangka kalimat butir-butrinya berupa kalimat. Pada taraf pengembangan karangan, kerangka kalimat lebih mengarahkan penulisan Anda daripada kerangka topik.
Contoh : Kerangka topik: Wawasan Nusantara Kerangka Kalimat: Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya.
   Langkah keenam adalah tahap penulisan. Pada tahap ini Anda membahas setiap butir yang ada di dalam kerangka yang Anda susun. Ini berarti bahwa Anda menggunakan bahan-bahan yang sudah Anda klasifikasikan menurut keperluan Anda sendiri. Kadang-kadang pada tahap ini Anda menyadari bahwa Anda masih memerlukan bahan lain. Dalam mengembangkan gagasan Anda menjadi suatu karangan yang utuh, Anda memerlukan bahasa. Dalam hal ini Anda harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan Anda.
Dan langkah yang terakhir adalah tahap revisi. Jika buram tulisan Anda sudah selesai, artinya jika Anda sudah mengembangkan semua butir dalam kerangka Anda, maka Anda akan membaca kembali tulisan Anda. Mungkin Anda merevisi buram itu disana-sini : diperbaiki, dikurangi, dan kalau perlu diperluas. Sebenarnya revisi ini sudah Anda lakukan juga pada waktu tahap penulisan berlangsung. Yang Anda kerjakan sekarang ialah revisi secara menyeluruh sebelum Anda mengetik bentuk akhir naskah Anda. 
 Pada tahap ini biasanya Anda meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki dan daftar pustaka. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi persyaratan selesailah sudah tulisan Anda.
7.       Teknik Latihan Terbimbing
Teknik latihan terbimbing pada penelitian ini adalah suatu cara untuk memperoleh ketangkasan melalui suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus secara sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai keterampilan untuk dapat memahami dirinya, keterampilan untuk menerima dirinya, keterampilan untuk mengarahkan dirinya, dan keterampilan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau keterampilannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Untuk menunjang keberhasilan penggunaan teknik latihan terbimbing dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi diperlukan guru yang benar-benar berkompeten dalam bidangnya, yaitu guru yang menguasai keterampilan mengajar dan menguasai sastra. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria meupun wanita, yang terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadahi kepada seseorang, dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri (Crow&Crow dalam Mugiarso 2004: 2). Sedangkan menurut Walgito (2004: 7) Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan merupakan suatu tuntunan.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh teknik latihan terbimbing, antara lain :
1)  Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan ide yang ada pada dirinya;
2) Memupuk daya nalar siswa;
3) Dapat mengembangkan sikap kritis dan berpikir efektif;
4) Siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar;
5) Meringankan beban guru dalam mengajar;
6) Kegiatan pembelajaran tidak membosankan siswa;
7) Meningkatkan terjalinnya interaksi dua arah dalam proses pembelajaran;
8) Dapat memupuk, mengembangkan, dan mengkomunikasikan pengalaman belajar, dan
9) Meringankan beban guru dalam proses belajar (Maulana 2005: 26-30).
8.      Hakikat Media Gambar
Arsyad (2011: 3) Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wassahi) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yakni guru. Sedangkan sebagai penerima informasinya adalah siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa (Soeparno 1988: 1).
Menurut Sadiman,Arief S; Rahardjo,R; Haryono,Anung dan  Rahardjito (2011: 29) Gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
9.       Pembelajaran Menulis dengan Teknik Latihan Terbimbing melalui Media Gambar
Media gambar termasuk salah satu jenis media grafis. Sebagaimana media lainnya, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang di pakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.
Hamalik (dalam Pangesti 2005: 35) mengemukakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologis siswa. Suatu gambar dapat dijadikan bahan penyusunan paragraf.
 Penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa karakteristik, yaitu (1) Gambar bersifat konkret. Melalui gambar para siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas; (2) Gambar mengatasi batas ruang dan waktu. Memilih gambar yang baik hendaknya perlu memperhatikan kriteriakriteria, yaitu (a) Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda sesungguhnya ; (b) Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis ; dan (c) Perbuatan. Gambar hendaknya menunjukkan hal yang sedang melakukan suatu perbuatan.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik pembelajaran menulis dengan teknik latihan terbimbing melalui media gambar bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Dari gambar tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar. Alat yang dibutuhkan adalah gambar-gambar yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan maupun secara kelompok (Suyatno 2004: 81).
10.  Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar
Hastuti (1996: 178) Dalam menggunakan media gambar terdapat beberapa kelebihan sebagai berikut. (1) dapat menerjemahkan ide–ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata; (2) gambar sangat mudah di pakai karena tidak membutuhkan peralatan; (3) gambar relatif tidak mahal.
 Dalam menulis paragraf narasi dengan media gambar sangat banyak manfaatnya bagi siswa. Antara lain: pertama, dapat mengembangkan keterampilan melihat hubungan sebab akibat atau pesan yang tersirat dalam gambar. Kedua, dapat mengembangkan daya imajinatif siswa. Ketiga, dapat melatih kecermatan dan ketelitian siswa dalam memperhatikan sesuatu.
Hastuti (1996: 178) di samping kelebihan, media gambar juga memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan, yaitu pertama, kadang-kadang gambar terlalu kecil untuk dipertunjukkan di kelas yang besar. Kedua, gambar mati tidak dapat menunjuk gerak. Ketiga, anak tidak selalu mengetahui bagaimana membaca gambar tersebut. Gambar hanya menekankan pada persepsi indera mata, gambar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
I.      Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, rumusan penelitian ini adalah dengan menggunakan media gambar maka akan meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dan mengubah tingkah laku siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap ke arah positif.

J.     Waktu dan Tempat Penelitian
                 Waktu penelitian adalah bulan Mei tanggal 1 sampai 12 tahun 2012. Tempat penelitian ini pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2012/2013.

K.   Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas atau PTK, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto, 2009: 3).
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Dalam penelitian ini pelaksanaan kedua siklus tersebut yaitu, siklus I bertujuan mengetahui kemampuan siswa menulis narasi dengan teknik latihan terbimbing melalui media gambar. Siklus II bertujuan mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menulis narasi.
            Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut (Arikunto, 2009:16).
Penulis akan memberikan gambaran pelaksanaan masing-masing tahap atau siklus sebagai berikut.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tahap Prasiklus
a. Perencanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. Permasalahan yang muncul berdasarkan data observasi dan wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII memberikan keterangan bahwa pada kelas VII mempunyai nilai yang cukup rendah dalam keterampilan menulis.

b. Tindakan
Tindakan penelitian merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran menulis paragraf narasi dengan menggunakan teknik latihan terbimbing. Tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan, tahap tindak lanjut.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap untuk mempersiapkan mental siswa untuk dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Persiapan dilakukan dengan cara memancing pengetahuan siswa tentang paragraf narasi melalui teknik Tanya-jawab.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap inti untuk melaksanakan kegiatan menulis paragraf narasi. Pada tahap ini guru memberikan contoh paragraf narasi dengan menunjukkan satu benda yaitu Liburan Ke Borobudur sebagai objek media gambar untuk menulis paragraf narasi. Setelah itu, siswa diminta untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada paragraf tersebut seperti pengertian paragraf, isi, dan ciri-cirinya. Guru membimbing siswa dan membantu untuk menyimpulkan permasalahan tersebut, kemudian guru menentukan objek gambar yang akan siswa lihat dalam menulis paragraf narasi, lalu dengan objek media gambar tersebut siswa membuat paragraf narasi.

3. Tahap Tindak Lanjut
Tahap tindak lanjut bertujuan untuk membuktikan pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang baru dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui sampai di mana keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi. Tahap tindak lanjut ini, berupa tes menulis paragraf narasi dengan menggunakan teknik objek media gambar di dalam kelas.
c. Observasi
Pada tahap observasi ini, peneliti mengobservasi hasil tes dan nontes. Observasi hasil tes berupa observasi mengenai hasil tes menulis paragraf narasi dengan menggunakan teknik latihan terbimbing melalui media gambar yang telah dilaksanakan. Selain itu, pada observasi ini peneliti dapat melihat bagaimana sikap siswa pada saat manulis paragraf narasi. Sehingga melalui kegiatan ini dapat diketahui sikap positif dan sikap negatif siswa pada waktu menulis paragraf narasi serta dapat diketahui juga hasil tes menulis paragraf narasi siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap.
d. Refleksi
Refleksi di dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menerapkan langkah lebih lanjut sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran berikutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Tahap Penelitian pada Siklus I
Proses tindakan yang dilakukan pada siklus I ini meliputi tahapan sebagai berikut :
a.       Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) menyusun RPP sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan, (2) menentukan objek gambar yang akan ditulis siswa sebagai bahan tulisan, (3) membuat pedoman observasi, (4) membuat pedoman wawancara, (5) membuat pertanyaan untuk jurnal siswa dan guru, (6) mempersiapkan alat evaluasi, dan (7) mempersiapkan alat dokumentasi.
b.      Tindakan
Tindakan-tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
1.      Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan ini guru memberikan apersepsi pembelajaran. Dengan tujuan untuk mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran dengan baik. Kegiatan ini berupa pemberian ilustrasi mengenai pembelajaran menulis paragraf narasi, ilustrasi tentang objek media gambar yang akan digunakan dan menyampaikan tujuan serta manfaat pembelajaran menulis paragraf narasi yang akan dicapai pada hari itu.


2.      Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi paragraf narasi dan memberikan atau menyajikan suatu objek media gambar yang akan digunakan untuk pembelajaran menulis paragraf narasi. Sebelum, siswa-siswa untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada paragraf seperti isi paragraf, ciri-ciri, dan pengertian paragraf narasi.
    3. Penutup
Kegiatan menulis paragraf narasi ditutup dengan merefleksi hasil pembelajaran pada hari itu. Guru memberikan kesempatan pada siswa yang belum paham untuk bertanya mengenai materi menulis paragraf. Melalui kegiatan ini, dapat diketahui kesulitan-kesulitan yang siswa hadapi. Kemudian pembelajaran ditutup dengan siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran menulis paragraf narasi. tidak lupa guru selalu memberikan dorongan dan motivasi pada siswa untuk terus belajar menulis paragraf narasi.
c.       Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Peneliti mengikuti kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Peneliti dibantu oleh seorang rekannya dan guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII dalam mengobservasi, yaitu untuk mencatat hal-hal yang dilakukan siswa baik yang positif maupun yang negatif selama pembelajaran dilaksanakan. Hasil observasi ini sebagai bukti observasi terhadap data tes menulis paragraf narasi. Melalui observasi data ini, dapat diketahui beberapa kekurangan dan kelebihan hasil tes menulis paragraf narasi. Sehingga, kekurangan yang terdapat pada hasil observasi data tes siklus I dapat diperbaiki pada siklus II dan kelebihan-kelebihannya yang terus dipertahankan dan ditingkatkan.
Adapun cara untuk mendata hasil data tes dan non tes adalah dengan (1) tes yang digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi siswa melalui dua siklus, (2) lembar pedoman observasi dan memotret tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) wawancara yang dilakukan di luar jam pelajaran. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang memperoleh nilai tinggi, sedang, rendah. Dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis paragraf narasi, (4) jurnal yang meliputi jurnal siswa dan jurnal guru. Hasil observasi ini digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus II. Sehingga, kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat diatasi pada siklus II dan kelebihan-kelebihannya dapat terus diperahankan dan ditingkatkan.
d.       Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes, hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui (1) kelebihan dan kekurangan teknik objek langsung yang digunakan oleh peneliti dalam proses pembelajaran siklus I, (2) kelebihan dan kekurangan materi menulis paragraf narasi,  (3) tindakan-tindakan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan analisis pada data tes dan nontes dapat dilakukan perbaikan-perbaikan atau revisi terhadap rencana selanjutnya pada siklus II.
3.   Tahap Penelitian pada Siklus II
Pelaksanaan siklus II melalui tahap yang sama dengan siklus I, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus II merupakan kelanjutan siklus I dan merupakan perbaikan hasil kegiatan pada siklus I. Paparan tiap tahap diuraikan berikut ini.
a.       Perencanaan
Perencanaan kegiatan siklus II dibuat dengan memperhatikan hasil kegiatan siklus I. Tahap peencanaan siklus II ini meliputi: (1) menyempurnakan RPP pada siklus I, (2) memperbaiki pedoman observasi, (3) mempersiapkan pertanyaan untuk wawancara, (4) mempersiapkan pertanyaan untuk jurnal siswa, (5) guru menentukan media gambar sebagai bahan tulisan siswa, (6) mempersiapkan alat evaluasi, (7) mempersiapkan alat dokumentasi.
b.      Tindakan
Pelaksanan tindakan pada siklus II merupakan skenario pembelajaran sebagai perbaikan pada siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi:
1.      Pendahuluan
Pada tindakan siklus II ini, guru mengawali pembelajaran menulis paragraf narasi dengan memberikan salam dan mempresensi siswa serta mengkondisikan siswa agar tidak ramai. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran menulis paragraf narasi sama seperti pada siklus I. Kemudian, guru bertanya pada siswa mengenai materi pertemuan kemarin. Guru bersama siswa mengulas kembali sedikit materi pertemuan yang lalu.
2.       Kegiatan Inti
Guru memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa agar dalam tahap ini atau pada siklus II akan menjadi lebih baik. Guru menjelaskan kembali tentang bagaimana menulis paragraf narasi dengan baik. Dan guru memberikan kesempatan kepada siswa yang merasa belum paham untuk bertanya.
Kemudian siswa disuruh untuk membuat paragraph. setelah siswa selesai membuat paragraf narasi, perwakilan masing-masing individu membacakan dan mempresentasikan hasil menulis paragraf narasi untuk kemudian ditanggapi oleh individu lain. Selain itu, guru juga selalu memberiakan dorongan dan semangat pada siswa sebagai bentuk perhatian guru dan penghargaan pada siswa.
3.      Penutup
Kegiatan pembelajaran ditutup dengan guru bersama siswa merefleksi hasil pembelajaran pada hari itu. Guru mengulas kembali materi yang baru saja diajarkan. Guru bertanya pada siswa apakah masih ada kesulitan dalam menulis paragraf narasi. Guru selalu memberikan semangat, motivasi dan dorongan kepada siswa untuk terus belajar menulis paragraf narasi. Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam.
c.       Observasi
Observasi yang dilakukan pada siklus II masih sama dengan siklus I. Adapun observasi yang dilakukan berupa observasi tes dan nontes. Observasi tes digunakan untuk mengetahui nilai tes menulis paragraf narasi serta melihat perilaku siswa pada saat menulis paragraf narasi. Refleksi
Refleksi pada siklus II merupakan tahap akhir dalam penelitian ini. Dari hasil observasi, wawancara, dan jurnal pada siklus II peneliti dapat mengetahui bagaimana tanggapan siswa mengenai pembelajaran menulis paragraf narasi yang sudah dilakukan.
L.    Populasi dan Teknik Sampling
Populasi penelitian adalah berjumlah 100 yang terdiri dari kelas VII berjumlah 35 siswa, Kelas VIII berjumlah 25 siswa, Kelas IX berjumlah 40 siswa. Teknik penentuan jumlah sampel adalah 35 siswa kelas VII. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara mengambil kelas VII, untuk penelitian di MTs Hidayatushibyan Karangsari kelas VII yang berjumlah 35 siswa terdiri dari putra berjumlah 22 sedangkan siswa putri berjumlah 13. 


M. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua variabel yaitu variabel peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi dan variabel penggunaan media gambar. Penjelasan kedua variabel diuraikan sebagai berikut ini.
1.       Variabel Keterampilan Menulis Paragraf Narasi
Dengan teknik latihan terbimbing melalui media gambar, diharapkan siswa dapat menceritakan dan menciptakan daya khayal (imajinasi) bagi pembacanya melalui kesan-kesan yang telah ditangkap dengan pancainderanya tentang suatu gambar yang ditentukan oleh guru.
2.      Variabel Penggunaan Media Gambar
Variabel kedua adalah penggunaan teknik latihan terbimbing melalui media gambar dalam menulis paragraf narasi. Media gambar yaitu tiruan barang (orang, binatang, perpustakaan, tumbuhan, dan sebagainya) yang merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap dapat diketahui dengan meningkatnya hasil keterampilan menulis paragraf narasi dengan menggunakan teknik latihan terbimbing melalui media gambar dan perubahan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung Tingkat keberhasilan ditetapkan jika siswa mampu menyusun paragraf narasi dengan benar dan tepat. Peningkatan ini dibandingkan antara menulis paragraf narasi siklus I dan II. Keberhasilan dari setiap siswa pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II ditetapkan nilai batas tuntas 80,00.
N.   Instrumen Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk instrumen tes dan instrumen nontes sebagai berikut.
1.       Instrumen Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil karya siswa dalam menulis paragraf narasi. Penelitian menggunakan tes berarti menulis jawaban secara tertulis, tes yang diberikan adalah menulis paragraf narasi.
Ada sepuluh aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian dalam tes menulis paragraf narasi antara lain, (1) pemilian kata; (2) ejaan dan tanda baca; (3) kerapian tulisan; (4) kohesi dan koherensi; (5) Kesesuaian topik paragraf narasi dengan gambar; (6) Kesesuaian alur paragraf narasi dengan gambar; dan (7) Imajinasi.









Tabel 1. Kriteria Aspek Penilaian Tes Keterampilan Menulis
Paragraf Narasi (skor penilaian)
No.
Aspek yang Dinilai

Rentang Nilai
Bobot
Nilai

1
2
3
4
5
I.





II.
Aspek penulisan
1.      Diksi (pemilihan kata)
2.      Ejaan dan tanda baca
3.      Kerapian tulisan
4.      Kohesi dan koherensi

Kaidah paragraf narasi
5.      Kesesuaian topik paragraf narasi dengan gambar
6.      Kesesuaian alur paragraf narasi dengan gambar
7.      Imajinasi






1
1
1
1


6


5


5

5
5
5
5


30


25


25

Jumlah





20
100

Keterangan :
Sangat Baik (SB)         : Nilai 5
Baik (B)                       : Nilai 4
Cukup (C)                    : Nilai 3
Kurang (K)                   : Nilai 2
Sangat Kurang (SK)     : Nilai 1





Tabel 2. Penilaian Keterampilan Menulis Paragraf Narasi
No
Kategori
Skor
1.
Sangat Baik
85 – 100
2.
Baik
75 – 84
3.
Cukup Baik
60 – 74
4.
Kurang Baik
40 – 59
5.
Sangat kurang
0 – 39

2.      Instrumen Nontes
Bentuk instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara, lembar jurnal, dan dokumentasi foto.
a.    Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk mengambil data penelitian yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Perilaku tersebut meliputi:
(1)  Keaktifan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru terdiri atas:
(a) Siswa mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru;
(b) Siswa memperhatikan media pembelajaran yang digunakan;
(2) Keaktifan siswa selama proses pembelajaran menulis paragraf narasi dari awal sampai akhir terdiri atas:
(a) Siswa aktif dalam menulis paragraf narasi secara individu;
(b) Siswa bercerita sama teman sebangku;

b.   Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang pembelajaran menulis paragraf narasi. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang nilai tesnya tinggi, sedang dan rendah.
Dalam pedoman wawancara ini hal yang ditanyakan berupa:
(1)  Minat siswa dengan pembelajaran menulis;
(2) Persepsi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi dengan media gambar;
(3)  Persepsi siswa mengenai gambar-gambar yang disajikan oleh guru;
c. Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatat respon tertulis terhadap pengalaman yang dimiliki oleh subjek penelitian selama pelaksanaan tindakan. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu jurnal siswa dan guru.
d. Dokumentasi Foto
Foto yang diambil berupa aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang akan didokumentasikan antara lain, (1) Aktivitas siswa saat membaca dan memahami contoh paragraf narasi;
(2) Aktivitas siswa saat mengerjakan tugas dari peneliti untuk menulis paragraf narasi secara individu;

e. Uji Instrumen
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui tanggapan atau respons siswa terhadap pembelajaran menulis paragraf narasi dengan penggunaan teknik latihan terbimbing melalui media gambar.
O.   Teknik Analisis Data
Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui secara terperinci cara memperoleh data dan perkembangan dari hasil penelitian. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
1.      Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data kualitatif dapat diperoleh dari hasil data nontes yang diperoleh dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh data nontes dari responden digunakan lembar observasi, pedoman wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto.
Hasil analisis data secara kualitatif ini digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam menulis paragaraf narasi pada siklus I dan siklus II.
2.       Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis paragraf narasi dengan media gambar pada siklus I dan siklus II. Nilai dari masing-masing siklus dihitung jumlahnya dalam satu kelas, selanjutnya jumlah tersebut dihitung dalam persentase dengan rumus sebagai berikut.
SP = SK X 100 %
          R
Keterangan
SP       : Skor prosentase kemampuan menulis paragraf narasi
SK      : Skor komulatif
R         : Jumlah responden dalam satu kelas
100 %  : Bilangan tetap
Hasil penghitungan tes kemampuan menulis paragraf narasi dengan penggunaan media gambar antara siklus I dan siklus II dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai prosentase peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi dengan teknik latihan terbimbing melalui media gambar pada siswa kelas VII SMP N 1 Binangun Kabupaten Cilacap.











DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Safaatun, Anis. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Teknik Menulis Terbimbing Pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 3 Kradenan Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Semarang: Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Setiawan, Andi. 2010. “Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sapuran dalam Membuat Paragraf Narasi”. Skripsi Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Soeparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara.
Sukirno. 2009. Pembelajaran Menulis Kreatif dengan Strategi Belajar Akselerasi. Purworejo: UM Purworejo Press.

Sunaiyah, Salma. 2010. Bahasa Indonesia. Kediri: STAIN Kediri Press.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Widjono. 2005. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.




Post a Comment for "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK LATIHAN TERBIMBING MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII SMP"