ANALISIS PENDEKATAN STRUKTURAL DALAM NOVEL HIDUP ADALAH PERJUANGAN KARYA AZWAR SUTAN MALAKA
A.
Latar
Belakang Masalah
Sastra merupakan perwujudan pikiran dalam
bentuk tulisan. Sebagai salah satu hasil ciptaan manusia, sastra bersifat
imajinatif. Karya sastra termasuk karya imajinatif dari seorang pengarang yang
menggambarkan kehidupan, baik secara sosial, budaya dan norma-norma dalam
masyarakat.
Novel karya putra Minang, Azwar Sutan Malaka
ini merupakan sebuah karya fiksi yang berlatar belakang lokalitas Minangkabau.
Cerita ini mengangkat
seorang tokoh bernama Alif. Alif adalah keturunan bangsawan
Minang yang bergelar Raja Muda yang terusir dari rumahnya sendiri setelah ibunya
pergi karena penyakitnya.
Sebuah perjuangan yang sangat kental akan kebudayaan
daerah. Pejuang sejati yang tak pernah mati. Alif, ia adalah lelaki
yang selalu berucap
dengan suara bergetar,”.
Kita tidak boleh punah. Kita harus memperjuangkan peradaban kita agar tetap ada
di dunia ini.Kita harus memperjuangkannya sebelum kita benar-benar punah atau dipunahkan.”
Ia merupakan salah satu korban dari
kuatnya kebudayaan daerah Minang pada masanya. Budaya matriarki (nasab ibu)
menunjukkan bahwa kaum laki-laki tidak memiliki hakwarisdari orang tua. Alif
tidak berdaya ketika saudara ibunya dengan seenaknya mengusirdirinya dan
menjual warisan turun-temurun yang begitu mahal.Alif berusaha merebut harta
warisan keluarganya sebelum jatuh ketangan seorang penguasa kulit putih yang
haus akan harta.
Oleh karena itu
membedah Novel Hidup Adalah Perjuangan dengan
kerangka pikir pendidikan adalah suatu yang menarik Selain sebagai sebuah fiksi
novel juga syarat dengan nilai-nilai edukasi. Semangat dan nilai yang
dihadirkan oleh Azwar Sutan Malaka
sebetulnya dapat dikaji dan dianalisis dari berbagai perspektif, salah satunya
adalah membedah unsur-unsur yang membangun novel mulai dari tokoh, alur, dan
latar serta nilai-nilai yang ada di dalammnya dengan menggunakan metode
pendekatan struktural.
B.
Pembatasan
Masalah
Agar
masalah yang dibahas tepat sasaran dan tidak keluar dari tujuan penerlitian,
maka perlu pembatasan masalah. Batasan masalah tersebut adalah difokuskan pada
pembahasan pembedahan unsur-unsur yang membangun novel mulai dari tokoh, alur,
dan latar nilai-nilai agama dan sosial dalam novel Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka.
C.
Perumusan
Masalah
Berangkat
dari latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah penulis kemukakan
diatas, maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagimanakah pengarang menyajikan alur dan latar serta
pencitraan tokoh-tokoh dan kritik sosial yang dihadirkan
dalam Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka?
2. Bagaimanakah struktur-struktur penyajian yang ada
dalam novel Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka tersebut ?
D.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
pemaparan diatas, maka tujuan diadakanya penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan isi novel Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka dan melakukan kajian dengan prespektif pendekatan
struktural.
2. Untuk mengetahui penyajian dan pencitraan tokoh, alur,
maupun latar yang ada dalam Novel Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka.
E.
Manfaat
Penelitian
Berdasarkan
pemaparan diatas, kegunaan dari analisis novel ini adalah :
1. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan wawasan
yang komprehensif dan sistematis tentang struktur-struktur penyajian yang
ada dalam novel Hidup Adalah Perjuangan pembaca.
2. Menambah pengetahuan bagi penganalisis maupun pembaca
tentang perspektif pendekatan struktural dan langkah-langkahnya dalam
menganalisis sebuah karya sastra.
3. Secara formal akademis sebagai syarat untuk melengkapi
tugas akhir a mata Kuliah metodologi penelitian,
program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
I.
TINJAUAN
PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A.
Tinjauan
Pustaka
Tinjauan putaka merupakan kerangka acuan yang disusun
berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun emperis yang
menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan penelitian. Dasar-dasar usulan
penelitian tersebut dapat berasal dari temuan dan hasil penelitian terdahulu
yang terkait dan mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan
penelitian.
Menurut Ary(1982 :
52) mengatakan bahwa sangat penting bagi peneliti untuk mencari hasil
penelitian terdahulu yang cocok dengan bidang yang diteliti sebagai dasar
pendukung pilihan. Dalam pembahasan kajian pustaka perlu diungkapkan kerangka
acuhan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai
landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Uraian dalam kajian pustaka
diharapkan menjadi landasan teoritik mengapa masalah yang dihadapi dalam
penelitian perlu dipecahkan dengan strategi yang dipilih.
Maka dari dasar
tersebut untuk meneliti suatu masalah sangat diperlukan bahan-bahan kajian
pustaka dari berbagai sumber, misalnya buku-buku jurnal penelitian,
dokumentasi-dokumentasi, laporan penelitian, bahan-bahan internet maupun
darisumber-sumber teoritis lainnya yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
Kajian daftar pustaka dipaparkan dengan maksud untk memberikan gambaran tentang
kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah
dilakukan para ahli untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama.
Dengan demikian pengembangan yang dilakukan memiliki landasan empiris yang kuat
Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa untuk meneliti suatu masalah sangat diperlukan bahan-bahan kajian pustaka
dari berbagai sumber, misalnya buku-buku ilmiah jurnal penelitian,
dokumentasi-dokumentasi, laporan penelitian dan sumber-sumber tertulis lainnya
yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
Sesuai dengan tujuan
analisis yaitu untuk melakukan kajian terhadap pencitraan tokoh, alur dan latar
dalam novel Hidup Adalah Perjuangan dengan perspektif pendekatan struktural maka untuk
memecahkan persoalan yang timbul dalam penelitian ini penulis menggunakan
buku-buku yang relevan sebagai panduan seperti buku Apresiasi Prosa Fiksi oleh
Kurnia Sayuti, Teori Sastra oleh Sayuti H . Selain itu, juga digunakan
sumber-sumber bacaan lainnya, misalnya data dari internet, jurnal dan lain-lainnya
yang masih relevan dengan masalah tentang sastra.
B.
Kajian
Teoretis
Dalam
suatu penelitian yang bersifat ilmiah diperlukan suatu kajian teori yang
kokoh, agar penelitian itu dapat mengarah pada tujuan seperti yang telah
ditetapkan. Disamping itu, dengan adanya kajian
teori yang kokoh, maka penelitian terhadap suatu objek yang bersifat ilmiah
tersebut hasilnya akan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam menganalisis novel Hidup Adalah Perjuangan ini
dari segi pengkajian dan pencitraan dari tokoh, alur, dan latarnya, penulis
menggunakan teori pendekatan struktural.
1.
Pendekatan
Struktural
Pendekatan struktural ini membatasi diri pada
penelaahan karya sastra itu sendiri, terlepas dari soal pengarang dan pembaca.
Dalam hal ini kritikus memandang karya sastra sebagai kebulatan makna akibat
berpaduan visi dengan pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Dengan kata lain
pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun
sebuah karya sastra yaitu tema, alur, tokoh, latar, dan gaya bahasa. Perpaduan
yang harmonis antara bentuk dan isi merupakan kemungkinan kuat untuk
menghasilkan sastra yang bermutu (Semi, 1990: 44-45).
Dari pernyataan diatas disimpulkan bahwa yang dimaksud
unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dapat
ditemukan dalam teks karya sastra itu sendiri. Hal ini didasarkan pada
pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan dunianya sendiri yang berbeda
dari dunia nyata. Adapun unsur-unsur yang membangun karya sastra itu adalah
tema, alur, tokoh, latar, dan juga dari aspek karya sastra itu sendiri.
Berikut yang menjadi konsep dasar, aspek-aspek yang
akan dianalisis dalam novel ini :
a. Tokoh/penokohan/perwatakan
Dalam cerita fiksi
perwtakan erat kaitannya dengan alur, sebab sebuah alur yang meyakinkan
terletak pada gambaran watak-watak yang mengambil bagian didalamnya. Disamping
perwatakan dicipta sesuai dengan alur tersebut. Peristiwa-peristiwa cerita yang
didukung oleh pelukisan watak-watak tokoh dalam suatu rangkaian alur itu
menceritakan manusia dengan berbagai persoalan, tantangan, dan lain-lain dalam
kehidupannya. Cerita ini dapat ditelusuri dan diikuti perkembangannya lewat
perwatakan tokoh-tokoh cerita atau penokohan cerita. “penokohan” disini berasal
dari kata “tokoh” yang berarti pelaku. Karena yang dilukiskan mengenai
watak-watak tokoh atau pelaku cerita, maka disebut perwatakan atau penokohan.
Dengan demikian,
perwatakan atau penokohan adalah pelukisan tokoh/pelaku cerita melalui
sifat-sifat, sikap dan tingkah lakunya dalam cerita. Muh. Thani Ahmad (dalam
Dewan Bahasa, 1974 :509) menyebutkan bahwa penokohan adalah sifat menyeluruh
dari manusia yang disorot, termasuk perasaan, keindahan, cara berpikir, cara
bertindak, dan sebagainya.
Pengertian penokohan diatas, menurut Panuti Sudjiman adalah individu rekaan berwujud atau binatang yang mengalami peristiwa atau lakuan dalam cerita. Manusia yang menjadi tokoh dalam cerita fiksi dapat berkembang perwatakannya baik segi fisik maupun mentalnya. Forster membagi pewrwatakan tokoh atas watak bulat (roung character) dan watak datar (flat character).
Pengertian penokohan diatas, menurut Panuti Sudjiman adalah individu rekaan berwujud atau binatang yang mengalami peristiwa atau lakuan dalam cerita. Manusia yang menjadi tokoh dalam cerita fiksi dapat berkembang perwatakannya baik segi fisik maupun mentalnya. Forster membagi pewrwatakan tokoh atas watak bulat (roung character) dan watak datar (flat character).
Dalam cerita fiksi
watak datar (disebut “watak latar” atau “watak pipih” menurut istilah malaysia)
mencerminkan tokoh yang wataknya sederhana, yang dilukiskan satu segi wataknya
saja, dan watak ini tidak atau kurang berkembang. Dalam watak datar ini menurut
Panuti Sudjiman adalah tokoh strectip, seperti ibu tiri yang selalu dilukiskan
berperengai kejam. Tokoh datar banyak digunakan dalam cerite-cerita wayang dan
cerita-cerita didaktis yang pada umumnya tidak memerlukan perkembangan watak
tokoh. Selanjutnya jika lebih dari satu ciri/segi watak yang ditampilkan dalam
suatu cerita, sehingga tokoh tersebut dapat dibedakan dari tokoh-tokoh yang
lain, maka ia disebut memiliki watak bulat (round character) yang kompleks
perwatakannya, nampak segala seginya, kekuatan maupun kelemahannya, dan tidak
menimbulkan kesan “hitam-putih”, serta terus berkembang hampir sepanjang
cerita.
Menurut Mido (Eri,
2005 : 36) tokoh dalam cerita mungkin saja hanya satu orang atau lebih dari
satu orang. Kalau lebih dari satu orang maka ditinjau dari segi perannya. Tokoh
adalah pemeran dalam suatu cerita, karena tanpa tokoh sebuah cerita tidak akan
ada. Dan tokoh sering juga disebut penggambaran watak dan kepribadian secara
tidak langsung.
Dalam kaitan ini,
Aminuddin (1987 : 79)menegaskan, “para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita
memiliki peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting
dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh
yang memiliki peranan yang tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi,
melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu”.
Tokoh masing-masing
memiliki peran dan fungsi tersendiri, ada yang sering muncul atau sering
diceritakan (sentral) dan bahkan hanya sebagai peran tambahan. Dalam hal ini
Sumardjo (1988) mengungkapkan bahwa tokoh berdasarkan fungsinya memiliki peran
sebagai berikut :
1) Tokoh Sentral
Tokoh Sentral adalah
tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibagi
menjadi dua, yaitu:
a) Tokoh sentral protagonist
Sentral protagonis
adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai
positif.
b) Tokoh sentral antagonis
Tokoh sentral
antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan
protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
2) Tokoh Bawahan
Tokoh bawahan adalah
tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a) Tokoh andalan
Tokoh andalan adalah
tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (protagonis atau
antagonis).
b) Tokoh tambahan
Tokoh tambahan adalah
tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c)
Tokoh
lataran
Tokoh lataran adalah
tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
tokoh adalah pelaku atau pemeran dari dalam cerita yang menitikberatkan kepada
kegiatannya sehari-hari dalam kehidupan suatu karya sastra. Peran dan fungsi
tokoh masing-masing memiliki keragaman, karena peran seorang tokoh dalam sebuah
cerita mewakili karakter dari karya itu masing-masing berbeda, maka dari itulah
seorang tokoh memiliki keragaman ada sebagai tokoh sentral protagonis yang
selalu berbuat baik (positif) dan tokoh sentral antagonis yang bertentangan
dengan protagonis (negatif) dan adapula tokoh bawahan yaitu tokoh pemeran
pembantu tokoh utama dalam sebuah cerita.
Kemudian penokohan,
penokohan merupakan keseluruhan gerak laku yang terdorong oleh
motivasi-motivasi kejiwaan yang disuguhkan oleh pengarang dalam sebuah karya
sastra.
Menurut KBBI (2000 :
1149) bahwa “penokohan adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap
pikiran, perbuatan, tabiat dan budi pekerti”. Dalam hal ini Tarigan juga
berpendapat, (1982 : 141) bahwa perwatakan atau karakterisasi adalah proses
yang digunakan oleh seorang pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fisiknya.
Selanjutnya Semi
(1990 : 29) menegaskan tentang tokoh cerita sebagai berikut :
“Tokoh cerita
biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh
pengarang. Perwatakan (karakterisasi)dapat diperoleh dengan memberi gambaran
mengenai tindak-tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan
dengan apa yang dilakukan, perilaku para tokoh dapat diukur melalui
tindak-tanduk, ucapan, kebiasaan, dan sebagainya ”.
Ada berbagai upaya
yang akan ditempuh pengarang dalam membangun watak pertokohan seperti yang
dikemukakan oleh Aminuddin (1987 : 80-81), yakin,
“Dalam upaya memahami
watak pelaku, pembaca dapat menelusurinya dengan cara:
1.
Tuturan
pengarang terhadap karakteristik pelakunya.
2.
Gambaran
yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya.
3.
Menunjukan
bagaimana perilakunya.
4.
Melihat
bagaimana tokoh itu berbicara tantang dirinya sendiri.
5.
Memahami
bagaimana jalan pikirnya.
6.
Melihat
tokoh lain berbicara tentangnya.
7.
Melihat
tokoh lain berbincang dengannya.
8.
Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu
memberikan reaksi terhadapnya.
9.
Melihat
bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya”.
10. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
perwatakan adalah keseluruhan sifat tokoh atau pelaku yang digambarkan oleh
pengarang didalam karyanya. Sifat ini merupakan segala tindak-tanduk, ucapan,
kebiasaan dan keadaan fisik tokoh tersebut. Penokohan ini selalu dihubungkan
dengan tokoh atau pelaku yang ada dalam sebuah cerita. Setiap peristiwa atau
kejadian yang ada didalam sastra berlangsung sedemikian rupa dengan adanya
tokoh cerita.
3) Alur atau Plot
Rentang pikiran atau
mungkin juga disebut dengan istilah jalan cerita dan sebagainya. Barangkali
alur berkembang sesuai dengan perkembangan zamannya. Sebab seperti apa yang
dikatakan J.S. Badudu dalam bukunya yang berjudul Inilah Bahasa Indonesia Yang
Baik. Bahwa bahasa yang tumbuh baik itu dalam karya sastra senantiasa berubah
dan perubahan itu meliputi bidang bahasa secara menyeluruh termasuk soal
istilah alur (plot).
Semi (1990 : 43)
mengatakan bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita
yang disusun sebagai interaksi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian
bagian seluruh fiksi. Sedangkan yang dikemukakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren(1985
: 12) bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa yang dirangkai dalam suatu urutan
yang logis. Rangkaian peristiwa itu menurut forster, haruslah punya hubungan
kausal atau sebab-akibat.
Dari pendapat diatas
jelaslah bahwa alur itu sangat penting untuk merangkaikan peistiwa yang akan
ditampilkan oleh pengarang dalam suatu cerita yaitu dengan memperhatikan kepentingan dan berkembangnya suatu
cerita itu dan menggambarkan bagaimana setiap tindakan yang saling berhubungan
antara satu dengan yang lain serta bagaimana seorang tokoh itu terkait dalam
kesatuan cerita.
Dalam hal ini
Aminuddin berpendapat (1987 : 83) bahwa “alur pada umumnya adalah rangkaian
cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwwa, sehingga menjalin suatu
cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita, dalam hal ini sama
dengan istilah plot maupun struktur cerita”.
Alur juga merupakan
suatu rentetan peristiwa yang diurutkan peristiwa yang akan ditampilkan dengan
memperlihatkan kepentingan dalam cerita. Alur suatu cerita menggambarkan
bagaimana setiap tindakan yang saling berhubungan satu dengan yang lain atau
mempunyai proses kausal atau sebab-akibat, dan bagaimana tokoh menyatu dengan
cerita.
Juga dalam hal ini,
Nurgiyantoro (2005 : 68) berpendapat bahwa “alur merupakan aspek terpenting
yang harus dipertimbangkan, karena aspek inilah juga yang pertama-tama
menetukan menarik tidaknya suatu cerita dan memiliki kekuatan untuk mengajak
pembaca secara total untuk mengikuti cerita. Adanya alur cerita akan terbentuk
suatu tahapan-tahapan yang menjalin suatu cerita melalui para pelaku dalam
suatu pengisahan, dan biasanya juga alur adalah elemen penting yang
menyelaraskan gagasan tentang siapa, apa, bagaimana, dimana, mengapa, dan
kapan. Dengan kata lain alur itu merupakan jalinan asal muasal kejadian dalam
perkembangannya sebuah cerita.
Dalam kaitan ini,
Aminuddin (1987 : 83) mendefenisikan plot sebagai berikut, plot adalah
rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga
menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam sebuah cerita.
Kemudian plot merupakan rangkaian kisah tentang peristiwa yang bersebab,
dijalin dengan melibatkan konflik atau masalah yang pada akhirnya diberi
peleraian.
Selanjutnya Lukens
(Nurgiyantoro, 2005:68) mengemukakan bahwa alur merupakan urutan kejadian yang
memperlihatkan tingkah laku tokoh dalam aksinya. Sejalan dengan itu Muchtar
Lubis(dalam Eri, 2005 : 29) membagi alur menjadi lima tahapan secara berurutan
yaitu :
1. Exposition (pengarang mulai melukiskan keadaan
sesuatu)
2. Generating (peristiwa mulai bergerak)
3. Ricing Action (keadaan mulai memuncak)
4. Climax (puncak)
5. Denoument (penyelesaian)
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa alur atau plot merupakan suatu rangkaian peristiwa dengan peristiwa yang
lain dengan melibatkan konflik atau masalah serta diberi penyelesaiannya dan
peristiwa itu terjadi berdasarkan sebab akibat dan alur akan melibatkan masalah
peristiwa dan aksi yang dilakukan dan ditampakan kepada tokoh cerita.
Struktur alur diatas tersebut tentu saja tidak mutlak
harus dipatuhi oleh setiap pengarang. Pengarang bebas menyusun alur ceritanya
sesuai dengan selera masing-masing. Malahan pengarang-pengarang sastra moderen
sekarang lebih suka menggunakan sorot balik (flashback atau backtracking). Jika
urutan kronologis peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam karya sastra disela
dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka terjadilah sorot balik (Panuti
S. dalam PBI no.2 juni 1987 : 81). Sorot balik ini biasanya ditampilkan dalam
dialog, dalam mimpi, atau lamunan tokoh yang menelusuri kembali jalan hidupnya.
4) Latar atau Setting
Latar merupakan salah
satu aspek yang penting, karena setiap gerak laku tokoh-tokoh cerita yang
menimbulkan peristiwa-peristiwa dalam cerita berlangsung dalam suatu tempat,
ruang, dan waktu tertentu.
Menurut Cleanth
Brooks dalam An Aproach Of Literature (1952 :819) latar adadlah latar belakang
fisik, unsur tempat dan ruang dalam cerita. Rene Wellek dan Austin Warren
(Theory of Literature, 1956: 221) mengemukakan, latar adalah lingkungan alam
sekitar, terutama lingkungan dalam yang dipandang sebagai pengekspresian watak
secara metonimik atau metaforik.
Dari
pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar adalah situasi tempat,
ruang dan waktu terjadinya cerita. Tercakup didalamnya lingkungan geografis,
rumah tangga, pekerjaan, benda-benda dan alat-alat yang berkaitan dengan tmpat
terjadinya peritiwa cerita waktu, suasana dan periode sejarah.
Dalam bukunya An
Introduction to the Study of Literature (1963) Hudson membagi latar cerita ini
atas latar fisik (material) dan latar sosial. Termasuk dalam latar fisik adalah
latar yanf berupa benda-benda fisik seperti bangunan rumah, kamar, perabotan,
daerah, dan sebagainya. Latar sosial meliputi pelukisan keadaan sosial budaya
masyarakat, seperti adat istiadat, cara hidup, bahasa kelompok sosial dan sikap
hidupnya, dan lain-lain yang melatari peristiwa cerita. Latar atau setting
adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam arti yang lebih
luas, latar mencakup tempat, waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua
yang terlibat dlam kegiatan itu. (Tarigan, 1982 : 157). Menurut Semi (Oktober,
1993 : 5), “Latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat
peristiwa terjadi. Termasuk didalam latar ini adalah tempat atau ruang yang
dapat diamati seperti kampus, di sebuah kapal yang berlayar ke hongkong,
dijakarta, di sebuah puskesmas, di dalam penjara di paris dan sebagainya.
Termasuk di dalam unsure latar atau landas tumpu ini adalah waktu, hari, tahun,
musim atau periode sejarah misalnya di zaman perang kemerdekaan, di saat
upacara sekaten dan sebagainya. Orang atau kerumunan yang berada di sekitar
tokoh juga dapat di masukan ke dalam unsur latar, namun tokoh itu sendiri tidak
termasuk latar.
Selanjutnya,
Aminuddin (1987 : 67) berpendapat bahwa, “setting (latar) juga berlaku dalam cerita fiksi
karena peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita fiksi juga selalu di latar
belakangi oleh tempat, waktu, maupun situasi tertentu. Akan tetapi, dalam karya
fiksi setting atau latar bukan hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat
fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis, setting juga memiliki fungsi
psikologis sehingga setting pun mampu menuansakan makna tertentu serta mampu
menciptakan suasana-suasana tertentu yangmenggerakkan emosi atau aspek kejiwaan
pembacanya. Dalam hal ini telah diketahui adanya setting yang metaforis”.
Berdasarkan pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah ruang atau tempat bahkan periode
sejarah yang dapat diamati suasana terjadinya peristiwa di dalam karya sastra
atau dengan kata lain setting adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa
tempat, waktu, maupun peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi
psikologis.
Dalam kaitan ini,
Aminuddin (1987: 68) membedakan antara setting (latar) yang bersifat fisikal
dengan setting (latar) yang bersifat psikologis yakni,
1. setting yang bersifat fisikal berhubungan dengan
tempat, misalnya kota Jakarta, daerah pedesaan, pasar, sekolah, dan lain-lain
serta benda-benda dalam lingkungan tertentu yang tidak menuansakan makna
apa-apa, sedangkan setting psikologis adalah setting berupa benda-benda dalam
lingkungan tertentu yang mampu menuansakan suatu makna serta mampu mengajak
emosi pembaca.
2. setting fisikal hanya terbatas pada sesuatu yang
bersifat fisik, sedangkan setting psikologis dapat berupa nuansa maupun sikap
serta jalan pikiran suatu lingkungan masyarakat tertentu.
3. untuk memahami setting yang bersifat fisikal, pembaca
cukup melihat dariapayanga tersirat, sedangkan pemahamann terhadap setting yang
bersifat psikologis membutuhkan adanya penghayatan dan penafsiran.
4. terdapat saling pengaruh dan petumpangtindihan antara
setting fisikal dengan setting psikologis.
Selain itu, adanya
latar berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para pelaku. Latar fisik adalah
tempat dalam wujud fisiknya (dapat di pahami melalui panca indra).
5. Latar fisik dapat di bedakan menjadi dua yaitu
a. latar netral, yaitu latar fisik yang tidak
mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b. latar spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan
dugaan atau asosiasipemikiran tertentu. Kemudian latar sosial, latar sosial
mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial, sikap, adat
kebiasaan, cara hidup, bahasa, serta meyakini adanya magis berupa pawang dan
lain-lain.
II.
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto,
2006:136). Dalam hal ini dipaparkan objek penelitian, jenis penelitian, fokus
penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.
A.
Obyek
Penelitian
Objek penelitian ini difokuskan pada
nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Hidup Adalah Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang berupa novel Hidup Adalah
Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka, bukan
merupakan penelitian empiris yang berobjek pada tempat tertentu.
B.
Jenis
Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif
kualitatif artinya data yang dideskripsikan merupakan data kualitatif yang
berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan yang mengandalkan manusia sebagai
alat penelitian. Penelitian ini hanya mendeskripsikan nilai moral dalam novel Hidup Adalah Perjuangan
Karya Azwar Sutan Malaka berdasarkan
nilai moral beserta pembelajarannya di Kelas XI SMA.
C.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pusat dari
objek penelitian tersebut. Penelitian ini difokuskan pada hubungan manusia
dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar dalam Hidup Adalah
Perjuangan Karya Azwar Sutan
Malaka dan pembelajarannya di Kelas XI SMA.
D.
Data dan Sumber
Data
Sumber data penelitian adalah sebuah novel yang diterbitkan oleh Bening yang Hidup Adalah Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka pada tahun 2012.
Sampelnya adalah semua kalimat, kata, frase, anak kalimat yang terkait dengan
pendikripsian dari alur, tokoh, maupun.latar novel ini.
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai
dalam pengambilan data adalah ‘baca-catat’. Dalam artian bahwa peneliti akan
mengambil kalimat, kata, frase, anak kalimat apa pun yang dianggap sesuai dengan
maksud dan tujuan analisis novel ini.
F.
Instrument
Penelitian
Arikunto (2010: 160) menyatakan bahwa instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap serta sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penulis, kertas pencatat data,
dan alat tulisnya. Kertas pencatat data dipergunakan untuk mencatat data hasil
dari pembacaan novel. Kartu data ini berisi kata-kata yang merupakan
kutipan-kutipan novel yang berkaitan dengan pembahasan.
G.
Teknik
Analisis Data
Data akan dianalisis
dan akan dimasukkan ke dalam kategori yang sudah ditetapkan berdasarkan
pengkajian dan pencitraan terhadap unsur-unsur pembangun sebuah karya sastra
dari semua kalimat, kata, frase, dan anak kalimat tersebut yang ada dalam
novel.
Adapun prosedur
analisis data pada penelitian ini menitik beratkan pada pengkajian unsur tokoh, alur, dan latar
dalam novel Hidup Adalah Perjuangan adalah sebagai berikut :
1.
Membaca
teks sastra (dalam hal ini novel Hidup Adalah Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka).
2.
Mencari
dan menentukan apa yang menjadi unsur-unsur yang membangun dalam hal ini,
tokoh, alur, maupun latar dalam novel.
3.
Menganalisis
dan mengklasifikasikan tokoh, alur, dan latar sesuai dengan kategori yang telah
ditetapkan.
4.
Membuat
kesimpulan mengenai hasil analisis data
H.
Teknik
Penyajian Hasil Analisis Data
Penelitian yang penulis lakukan adalah
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah
penelitian yang mengumpulkan data dan
dalam memberikan penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan angka, menekankan
pada dekripsi (Arikunto, 2006: 12). Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil
analisis data adalah teknik penyajian informal. Teknik penyajian informal adalah
perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan
lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Jadi, teknik penyajian hasil analisis data
dalam penelitian ini dipaparkan dengan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan
lambang-lambang.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,
Hasan, dkk. 2003. Tata Baku
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dsar Evaluasi Pendidikan. Jakarta
: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Moleong, Lexy J.
2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analysis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sugiyono.2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Post a Comment for "ANALISIS PENDEKATAN STRUKTURAL DALAM NOVEL HIDUP ADALAH PERJUANGAN KARYA AZWAR SUTAN MALAKA"