Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ANALISIS PENDEKATAN STRUKTURAL DALAM NOVEL HIDUP ADALAH PERJUANGAN KARYA AZWAR SUTAN MALAKA


A.    Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Sebagai salah satu hasil ciptaan manusia, sastra bersifat imajinatif. Karya sastra termasuk karya imajinatif dari seorang pengarang yang menggambarkan kehidupan, baik secara sosial, budaya dan norma-norma dalam masyarakat.

Novel karya putra Minang, Azwar Sutan Malaka ini merupakan sebuah karya fiksi yang berlatar belakang lokalitas Minangkabau. Cerita ini mengangkat seorang tokoh bernama Alif. Alif adalah keturunan bangsawan Minang yang bergelar Raja Muda yang terusir dari rumahnya sendiri setelah ibunya pergi karena penyakitnya.
Sebuah perjuangan yang sangat kental akan kebudayaan daerah. Pejuang sejati yang tak pernah mati. Alif, ia adalah lelaki yang selalu berucap dengan suara bergetar,”. Kita tidak boleh punah. Kita harus memperjuangkan peradaban kita agar tetap ada di dunia ini.Kita harus memperjuangkannya sebelum kita benar-benar punah atau dipunahkan.”
Ia merupakan salah satu korban dari kuatnya kebudayaan daerah Minang pada masanya. Budaya matriarki (nasab ibu) menunjukkan bahwa kaum laki-laki tidak memiliki hakwarisdari orang tua. Alif tidak berdaya ketika saudara ibunya dengan seenaknya mengusirdirinya dan menjual warisan turun-temurun yang begitu mahal.Alif berusaha merebut harta warisan keluarganya sebelum jatuh ketangan seorang penguasa kulit putih yang haus akan harta.
Oleh karena itu membedah Novel Hidup Adalah Perjuangan dengan kerangka pikir pendidikan adalah suatu yang menarik Selain sebagai sebuah fiksi novel juga syarat dengan nilai-nilai edukasi. Semangat dan nilai yang dihadirkan oleh Azwar Sutan Malaka sebetulnya dapat dikaji dan dianalisis dari berbagai perspektif, salah satunya adalah membedah unsur-unsur yang membangun novel mulai dari tokoh, alur, dan latar serta  nilai-nilai yang ada di dalammnya dengan menggunakan metode pendekatan struktural.

B.     Pembatasan Masalah
Agar masalah yang dibahas tepat sasaran dan tidak keluar dari tujuan penerlitian, maka perlu pembatasan masalah. Batasan masalah tersebut adalah difokuskan pada pembahasan pembedahan unsur-unsur yang membangun novel mulai dari tokoh, alur, dan latar nilai-nilai  agama dan sosial dalam novel Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka.

C.    Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah penulis kemukakan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagimanakah pengarang menyajikan alur dan latar serta pencitraan tokoh-tokoh dan kritik sosial yang    dihadirkan dalam Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka?
2.      Bagaimanakah struktur-struktur penyajian yang ada dalam novel Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka tersebut ?
           
D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan diatas, maka tujuan diadakanya penelitian ini adalah:
1.      Mendiskripsikan isi novel Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka dan melakukan kajian dengan prespektif pendekatan struktural. 
2.      Untuk mengetahui penyajian dan pencitraan tokoh, alur, maupun latar yang ada dalam Novel Hidup Adalah Perjuangan karya Azwar Sutan Malaka.
E.     Manfaat Penelitian
Berdasarkan pemaparan diatas, kegunaan dari analisis novel ini adalah :
1.      Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang komprehensif dan sistematis tentang struktur-struktur penyajian  yang ada dalam novel Hidup Adalah Perjuangan pembaca. 
2.      Menambah pengetahuan bagi penganalisis maupun pembaca tentang perspektif pendekatan struktural dan langkah-langkahnya dalam menganalisis sebuah karya sastra.
3.      Secara formal akademis sebagai syarat untuk melengkapi tugas akhir a mata Kuliah metodologi penelitian, program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

       I.            TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A.    Tinjauan Pustaka
Tinjauan putaka merupakan kerangka acuan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun emperis yang menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan penelitian. Dasar-dasar usulan penelitian tersebut dapat berasal dari temuan dan hasil penelitian terdahulu yang terkait dan mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian.
Menurut Ary(1982 : 52) mengatakan bahwa sangat penting bagi peneliti untuk mencari hasil penelitian terdahulu yang cocok dengan bidang yang diteliti sebagai dasar pendukung pilihan. Dalam pembahasan kajian pustaka perlu diungkapkan kerangka acuhan komprehensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Uraian dalam kajian pustaka diharapkan menjadi landasan teoritik mengapa masalah yang dihadapi dalam penelitian perlu dipecahkan dengan strategi yang dipilih.
Maka dari dasar tersebut untuk meneliti suatu masalah sangat diperlukan bahan-bahan kajian pustaka dari berbagai sumber, misalnya buku-buku jurnal penelitian, dokumentasi-dokumentasi, laporan penelitian, bahan-bahan internet maupun darisumber-sumber teoritis lainnya yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Kajian daftar pustaka dipaparkan dengan maksud untk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah dilakukan para ahli untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian pengembangan yang dilakukan memiliki landasan empiris yang kuat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meneliti suatu masalah sangat diperlukan bahan-bahan kajian pustaka dari berbagai sumber, misalnya buku-buku ilmiah  jurnal penelitian, dokumentasi-dokumentasi, laporan penelitian dan sumber-sumber tertulis lainnya yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
Sesuai dengan tujuan analisis yaitu untuk melakukan kajian terhadap pencitraan tokoh, alur dan latar dalam novel Hidup Adalah Perjuangan dengan perspektif pendekatan struktural maka untuk memecahkan persoalan yang timbul dalam penelitian ini penulis menggunakan buku-buku yang relevan sebagai panduan seperti buku Apresiasi Prosa Fiksi oleh Kurnia Sayuti, Teori Sastra oleh Sayuti H . Selain itu, juga digunakan sumber-sumber bacaan lainnya, misalnya data dari internet, jurnal dan lain-lainnya yang masih relevan dengan masalah tentang sastra. 

B.     Kajian Teoretis
Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah diperlukan suatu kajian  teori yang kokoh, agar penelitian itu dapat mengarah pada tujuan seperti yang telah ditetapkan. Disamping itu, dengan adanya kajian teori yang kokoh, maka penelitian terhadap suatu objek yang bersifat ilmiah tersebut hasilnya akan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam menganalisis novel Hidup Adalah Perjuangan ini dari segi pengkajian dan pencitraan dari tokoh, alur, dan latarnya, penulis menggunakan teori pendekatan struktural.
1.         Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural ini membatasi diri pada penelaahan karya sastra itu sendiri, terlepas dari soal pengarang dan pembaca. Dalam hal ini kritikus memandang karya sastra sebagai kebulatan makna akibat berpaduan visi dengan pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Dengan kata lain pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun sebuah karya sastra yaitu tema, alur, tokoh, latar, dan gaya bahasa. Perpaduan yang harmonis antara bentuk dan isi merupakan kemungkinan kuat untuk menghasilkan sastra yang bermutu (Semi, 1990: 44-45).
Dari pernyataan diatas disimpulkan bahwa yang dimaksud unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dapat ditemukan dalam teks karya sastra itu sendiri. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan dunianya sendiri yang berbeda dari dunia nyata. Adapun unsur-unsur yang membangun karya sastra itu adalah tema, alur, tokoh, latar, dan juga dari aspek karya sastra itu sendiri.
Berikut yang menjadi konsep dasar, aspek-aspek yang akan dianalisis dalam novel ini :
a.       Tokoh/penokohan/perwatakan
Dalam cerita fiksi perwtakan erat kaitannya dengan alur, sebab sebuah alur yang meyakinkan terletak pada gambaran watak-watak yang mengambil bagian didalamnya. Disamping perwatakan dicipta sesuai dengan alur tersebut. Peristiwa-peristiwa cerita yang didukung oleh pelukisan watak-watak tokoh dalam suatu rangkaian alur itu menceritakan manusia dengan berbagai persoalan, tantangan, dan lain-lain dalam kehidupannya. Cerita ini dapat ditelusuri dan diikuti perkembangannya lewat perwatakan tokoh-tokoh cerita atau penokohan cerita. “penokohan” disini berasal dari kata “tokoh” yang berarti pelaku. Karena yang dilukiskan mengenai watak-watak tokoh atau pelaku cerita, maka disebut perwatakan atau penokohan.
Dengan demikian, perwatakan atau penokohan adalah pelukisan tokoh/pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah lakunya dalam cerita. Muh. Thani Ahmad (dalam Dewan Bahasa, 1974 :509) menyebutkan bahwa penokohan adalah sifat menyeluruh dari manusia yang disorot, termasuk perasaan, keindahan, cara berpikir, cara bertindak, dan sebagainya.
Pengertian penokohan diatas, menurut Panuti Sudjiman adalah individu rekaan berwujud atau binatang yang mengalami peristiwa atau lakuan dalam cerita. Manusia yang menjadi tokoh dalam cerita fiksi dapat berkembang perwatakannya baik segi fisik maupun mentalnya. Forster membagi pewrwatakan tokoh atas watak bulat (roung character) dan watak datar (flat character).
Dalam cerita fiksi watak datar (disebut “watak latar” atau “watak pipih” menurut istilah malaysia) mencerminkan tokoh yang wataknya sederhana, yang dilukiskan satu segi wataknya saja, dan watak ini tidak atau kurang berkembang. Dalam watak datar ini menurut Panuti Sudjiman adalah tokoh strectip, seperti ibu tiri yang selalu dilukiskan berperengai kejam. Tokoh datar banyak digunakan dalam cerite-cerita wayang dan cerita-cerita didaktis yang pada umumnya tidak memerlukan perkembangan watak tokoh. Selanjutnya jika lebih dari satu ciri/segi watak yang ditampilkan dalam suatu cerita, sehingga tokoh tersebut dapat dibedakan dari tokoh-tokoh yang lain, maka ia disebut memiliki watak bulat (round character) yang kompleks perwatakannya, nampak segala seginya, kekuatan maupun kelemahannya, dan tidak menimbulkan kesan “hitam-putih”, serta terus berkembang hampir sepanjang cerita.
Menurut Mido (Eri, 2005 : 36) tokoh dalam cerita mungkin saja hanya satu orang atau lebih dari satu orang. Kalau lebih dari satu orang maka ditinjau dari segi perannya. Tokoh adalah pemeran dalam suatu cerita, karena tanpa tokoh sebuah cerita tidak akan ada. Dan tokoh sering juga disebut penggambaran watak dan kepribadian secara tidak langsung.
Dalam kaitan ini, Aminuddin (1987 : 79)menegaskan, “para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki peranan yang tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu”.
Tokoh masing-masing memiliki peran dan fungsi tersendiri, ada yang sering muncul atau sering diceritakan (sentral) dan bahkan hanya sebagai peran tambahan. Dalam hal ini Sumardjo (1988) mengungkapkan bahwa tokoh berdasarkan fungsinya memiliki peran sebagai berikut :
1)      Tokoh Sentral
Tokoh Sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibagi menjadi dua, yaitu:
a)      Tokoh sentral protagonist
Sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
b)      Tokoh sentral antagonis
Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
2)      Tokoh Bawahan
Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a)      Tokoh andalan
Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
b)      Tokoh tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c)        Tokoh lataran
Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.  Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku atau pemeran dari dalam cerita yang menitikberatkan kepada kegiatannya sehari-hari dalam kehidupan suatu karya sastra. Peran dan fungsi tokoh masing-masing memiliki keragaman, karena peran seorang tokoh dalam sebuah cerita mewakili karakter dari karya itu masing-masing berbeda, maka dari itulah seorang tokoh memiliki keragaman ada sebagai tokoh sentral protagonis yang selalu berbuat baik (positif) dan tokoh sentral antagonis yang bertentangan dengan protagonis (negatif) dan adapula tokoh bawahan yaitu tokoh pemeran pembantu tokoh utama dalam sebuah cerita.
Kemudian penokohan, penokohan merupakan keseluruhan gerak laku yang terdorong oleh motivasi-motivasi kejiwaan yang disuguhkan oleh pengarang dalam sebuah karya sastra.
Menurut KBBI (2000 : 1149) bahwa “penokohan adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran, perbuatan, tabiat dan budi pekerti”. Dalam hal ini Tarigan juga berpendapat, (1982 : 141) bahwa perwatakan atau karakterisasi adalah proses yang digunakan oleh seorang pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fisiknya.
Selanjutnya Semi (1990 : 29) menegaskan tentang tokoh cerita sebagai berikut :
“Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan (karakterisasi)dapat diperoleh dengan memberi gambaran mengenai tindak-tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan, perilaku para tokoh dapat diukur melalui tindak-tanduk, ucapan, kebiasaan, dan sebagainya ”.
Ada berbagai upaya yang akan ditempuh pengarang dalam membangun watak pertokohan seperti yang dikemukakan oleh Aminuddin (1987 : 80-81), yakin,
“Dalam upaya memahami watak pelaku, pembaca dapat menelusurinya dengan cara:
1.         Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.
2.         Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya.
3.         Menunjukan bagaimana perilakunya.
4.         Melihat bagaimana tokoh  itu berbicara tantang dirinya sendiri.
5.         Memahami bagaimana jalan pikirnya.
6.         Melihat tokoh lain berbicara tentangnya.
7.         Melihat tokoh lain berbincang dengannya.
8.          Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya.
9.         Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya”.
10.     Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perwatakan adalah keseluruhan sifat tokoh atau pelaku yang digambarkan oleh pengarang didalam karyanya. Sifat ini merupakan segala tindak-tanduk, ucapan, kebiasaan dan keadaan fisik tokoh tersebut. Penokohan ini selalu dihubungkan dengan tokoh atau pelaku yang ada dalam sebuah cerita. Setiap peristiwa atau kejadian yang ada didalam sastra berlangsung sedemikian rupa dengan adanya tokoh cerita.
3)      Alur atau Plot
Rentang pikiran atau mungkin juga disebut dengan istilah jalan cerita dan sebagainya. Barangkali alur berkembang sesuai dengan perkembangan zamannya. Sebab seperti apa yang dikatakan J.S. Badudu dalam bukunya yang berjudul Inilah Bahasa Indonesia Yang Baik. Bahwa bahasa yang tumbuh baik itu dalam karya sastra senantiasa berubah dan perubahan itu meliputi bidang bahasa secara menyeluruh termasuk soal istilah alur (plot).
Semi (1990 : 43) mengatakan bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interaksi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian bagian seluruh fiksi. Sedangkan yang dikemukakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren(1985 : 12) bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa yang dirangkai dalam suatu urutan yang logis. Rangkaian peristiwa itu menurut forster, haruslah punya hubungan kausal atau sebab-akibat.
Dari pendapat diatas jelaslah bahwa alur itu sangat penting untuk merangkaikan peistiwa yang akan ditampilkan oleh pengarang dalam suatu cerita yaitu dengan memperhatikan kepentingan dan berkembangnya suatu cerita itu dan menggambarkan bagaimana setiap tindakan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain serta bagaimana seorang tokoh itu terkait dalam kesatuan cerita.
Dalam hal ini Aminuddin berpendapat (1987 : 83) bahwa “alur pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwwa, sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita, dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita”.
Alur juga merupakan suatu rentetan peristiwa yang diurutkan peristiwa yang akan ditampilkan dengan memperlihatkan kepentingan dalam cerita. Alur suatu cerita menggambarkan bagaimana setiap tindakan yang saling berhubungan satu dengan yang lain atau mempunyai proses kausal atau sebab-akibat, dan bagaimana tokoh menyatu dengan cerita.
Juga dalam hal ini, Nurgiyantoro (2005 : 68) berpendapat bahwa “alur merupakan aspek terpenting yang harus dipertimbangkan, karena aspek inilah juga yang pertama-tama menetukan menarik tidaknya suatu cerita dan memiliki kekuatan untuk mengajak pembaca secara total untuk mengikuti cerita. Adanya alur cerita akan terbentuk suatu tahapan-tahapan yang menjalin suatu cerita melalui para pelaku dalam suatu pengisahan, dan biasanya juga alur adalah elemen penting yang menyelaraskan gagasan tentang siapa, apa, bagaimana, dimana, mengapa, dan kapan. Dengan kata lain alur itu merupakan jalinan asal muasal kejadian dalam perkembangannya sebuah cerita.
Dalam kaitan ini, Aminuddin (1987 : 83) mendefenisikan plot sebagai berikut, plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam sebuah cerita. Kemudian plot merupakan rangkaian kisah tentang peristiwa yang bersebab, dijalin dengan melibatkan konflik atau masalah yang pada akhirnya diberi peleraian.
Selanjutnya Lukens (Nurgiyantoro, 2005:68) mengemukakan bahwa alur merupakan urutan kejadian yang memperlihatkan tingkah laku tokoh dalam aksinya. Sejalan dengan itu Muchtar Lubis(dalam Eri, 2005 : 29) membagi alur menjadi lima tahapan secara berurutan yaitu :
1.      Exposition (pengarang mulai melukiskan keadaan sesuatu)
2.      Generating (peristiwa mulai bergerak) 
3.      Ricing Action (keadaan mulai memuncak)
4.      Climax (puncak)
5.      Denoument (penyelesaian)
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa alur atau plot merupakan suatu rangkaian peristiwa dengan peristiwa yang lain dengan melibatkan konflik atau masalah serta diberi penyelesaiannya dan peristiwa itu terjadi berdasarkan sebab akibat dan alur akan melibatkan masalah peristiwa dan aksi yang dilakukan dan ditampakan kepada tokoh cerita.
Struktur alur diatas tersebut tentu saja tidak mutlak harus dipatuhi oleh setiap pengarang. Pengarang bebas menyusun alur ceritanya sesuai dengan selera masing-masing. Malahan pengarang-pengarang sastra moderen sekarang lebih suka menggunakan sorot balik (flashback atau backtracking). Jika urutan kronologis peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka terjadilah sorot balik (Panuti S. dalam PBI no.2 juni 1987 : 81). Sorot balik ini biasanya ditampilkan dalam dialog, dalam mimpi, atau lamunan tokoh yang menelusuri kembali jalan hidupnya.
4)      Latar atau Setting
Latar merupakan salah satu aspek yang penting, karena setiap gerak laku tokoh-tokoh cerita yang menimbulkan peristiwa-peristiwa dalam cerita berlangsung dalam suatu tempat, ruang, dan waktu tertentu.
Menurut Cleanth Brooks dalam An Aproach Of Literature (1952 :819) latar adadlah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam cerita. Rene Wellek dan Austin Warren (Theory of Literature, 1956: 221) mengemukakan, latar adalah lingkungan alam sekitar, terutama lingkungan dalam yang dipandang sebagai pengekspresian watak secara metonimik atau metaforik. 
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Tercakup didalamnya lingkungan geografis, rumah tangga, pekerjaan, benda-benda dan alat-alat yang berkaitan dengan tmpat terjadinya peritiwa cerita waktu, suasana dan periode sejarah.
Dalam bukunya An Introduction to the Study of Literature (1963) Hudson membagi latar cerita ini atas latar fisik (material) dan latar sosial. Termasuk dalam latar fisik adalah latar yanf berupa benda-benda fisik seperti bangunan rumah, kamar, perabotan, daerah, dan sebagainya. Latar sosial meliputi pelukisan keadaan sosial budaya masyarakat, seperti adat istiadat, cara hidup, bahasa kelompok sosial dan sikap hidupnya, dan lain-lain yang melatari peristiwa cerita. Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam arti yang lebih luas, latar mencakup tempat, waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat dlam kegiatan itu. (Tarigan, 1982 : 157). Menurut Semi (Oktober, 1993 : 5), “Latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk didalam latar ini adalah tempat atau ruang yang dapat diamati seperti kampus, di sebuah kapal yang berlayar ke hongkong, dijakarta, di sebuah puskesmas, di dalam penjara di paris dan sebagainya. Termasuk di dalam unsure latar atau landas tumpu ini adalah waktu, hari, tahun, musim atau periode sejarah misalnya di zaman perang kemerdekaan, di saat upacara sekaten dan sebagainya. Orang atau kerumunan yang berada di sekitar tokoh juga dapat di masukan ke dalam unsur latar, namun tokoh itu sendiri tidak termasuk latar.
Selanjutnya, Aminuddin (1987 : 67) berpendapat bahwa, “setting (latar) juga berlaku dalam cerita fiksi karena peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita fiksi juga selalu di latar belakangi oleh tempat, waktu, maupun situasi tertentu. Akan tetapi, dalam karya fiksi setting atau latar bukan hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis, setting juga memiliki fungsi psikologis sehingga setting pun mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yangmenggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya. Dalam hal ini telah diketahui adanya setting yang metaforis”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah ruang atau tempat bahkan periode sejarah yang dapat diamati suasana terjadinya peristiwa di dalam karya sastra atau dengan kata lain setting adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Dalam kaitan ini, Aminuddin (1987: 68) membedakan antara setting (latar) yang bersifat fisikal dengan setting (latar) yang bersifat psikologis yakni,
1.      setting yang bersifat fisikal berhubungan dengan tempat, misalnya kota Jakarta, daerah pedesaan, pasar, sekolah, dan lain-lain serta benda-benda dalam lingkungan tertentu yang tidak menuansakan makna apa-apa, sedangkan setting psikologis adalah setting berupa benda-benda dalam lingkungan tertentu yang mampu menuansakan suatu makna serta mampu mengajak emosi pembaca.
2.      setting fisikal hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik, sedangkan setting psikologis dapat berupa nuansa maupun sikap serta jalan pikiran suatu lingkungan masyarakat tertentu.
3.      untuk memahami setting yang bersifat fisikal, pembaca cukup melihat dariapayanga tersirat, sedangkan pemahamann terhadap setting yang bersifat psikologis membutuhkan adanya penghayatan dan penafsiran.
4.      terdapat saling pengaruh dan petumpangtindihan antara setting fisikal dengan setting psikologis.
Selain itu, adanya latar berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para pelaku. Latar fisik adalah tempat dalam wujud fisiknya (dapat di pahami melalui panca indra).
5.      Latar fisik dapat di bedakan menjadi dua yaitu
a.       latar netral, yaitu latar fisik yang tidak mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b.      latar spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan dugaan atau asosiasipemikiran tertentu. Kemudian latar sosial, latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial, sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, serta meyakini adanya magis berupa pawang dan lain-lain.

    II.            METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:136). Dalam hal ini dipaparkan objek penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.

A.    Obyek Penelitian
Objek penelitian ini difokuskan pada nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Hidup Adalah Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang berupa novel Hidup Adalah Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka, bukan merupakan penelitian empiris yang berobjek pada tempat tertentu.

B.     Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif artinya data yang dideskripsikan merupakan data kualitatif yang berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian. Penelitian ini hanya mendeskripsikan nilai moral dalam novel Hidup Adalah Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka berdasarkan nilai moral beserta pembelajarannya di Kelas XI SMA.

C.    Fokus  Penelitian
Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian tersebut. Penelitian ini difokuskan pada hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar dalam Hidup Adalah Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka dan pembelajarannya di Kelas XI SMA.

D.    Data dan Sumber Data
Sumber data penelitian adalah sebuah novel yang diterbitkan oleh Bening yang Hidup Adalah Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka pada tahun 2012. Sampelnya adalah semua kalimat, kata, frase, anak kalimat yang terkait dengan pendikripsian dari alur, tokoh, maupun.latar novel ini.

E.     Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai dalam pengambilan data adalah ‘baca-catat’. Dalam artian bahwa peneliti akan mengambil kalimat, kata, frase, anak kalimat apa pun yang dianggap sesuai dengan maksud dan tujuan analisis novel ini.

F.     Instrument Penelitian
Arikunto (2010: 160) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap serta sistematis sehingga lebih mudah diolah.
 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis,  kertas pencatat data, dan alat tulisnya. Kertas pencatat data dipergunakan untuk mencatat data hasil dari pembacaan novel. Kartu data ini berisi kata-kata yang merupakan kutipan-kutipan novel yang berkaitan dengan pembahasan.

G.    Teknik Analisis Data
Data akan dianalisis dan akan dimasukkan ke dalam kategori yang sudah ditetapkan berdasarkan pengkajian dan pencitraan terhadap unsur-unsur pembangun sebuah karya sastra dari semua kalimat, kata, frase, dan anak kalimat tersebut yang ada dalam novel.
Adapun prosedur analisis data pada penelitian ini menitik  beratkan pada pengkajian unsur tokoh, alur, dan latar dalam  novel Hidup Adalah Perjuangan adalah sebagai berikut :
1.      Membaca teks sastra (dalam hal ini novel Hidup Adalah Perjuangan Karya Azwar Sutan Malaka).
2.      Mencari dan menentukan apa yang menjadi unsur-unsur yang membangun dalam hal ini, tokoh, alur, maupun latar dalam novel.
3.      Menganalisis dan mengklasifikasikan tokoh, alur, dan latar sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan.
4.      Membuat kesimpulan mengenai hasil analisis data

H.    Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang  mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan angka, menekankan pada dekripsi (Arikunto, 2006: 12). Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah teknik penyajian informal. Teknik penyajian informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Jadi, teknik penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dipaparkan dengan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang-lambang. 









DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003Tata Baku Bahasa Indonesia  Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dsar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang Press.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analysis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiyono.2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


Post a Comment for "ANALISIS PENDEKATAN STRUKTURAL DALAM NOVEL HIDUP ADALAH PERJUANGAN KARYA AZWAR SUTAN MALAKA"