PENINGKATAN KEMAMPUAN BERDISKUSI YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS X SMA
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap
sosial dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Sisdiknas, 2006:6).
Pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah merupakan
poin penting dalam tercapainya keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, proses
pembelajaran sarat dengan berbagai macam permasalahan. Dari sekian banyak masalah yang muncul,
sebagian besar berasal dari dalam kelas saat proses kegiatan belajar mengajar
(KBM) berlangsung.Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian
nasional. Disini peran guru sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan guru berhubungan langsung dengan siswa.
Suryosubroto
(2007:71) mengemukakan bahwa sistem belajar mengajar yang sifatnya klasikal,
guru harus berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan komunikasi dua
arah. Mengajar bukan semata-mata memberikan informasi seraya tanpa
mengembangkan kemampuan, mental, fisik, dan dan penampilan diri. Apabila guru
memaknai belajar adalah sebagai proses penerimaan informasi, maka mengajar
adalah memberi informasi. Kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru akan
sangat berpusat pada guru karena guru bertindak sebagai sumber informasi yang
akan mentransfer informasi kepada siswa. Proses belajar mengajar seperti ini
menyebabkan siswa pasif karena siswa hanya duduk dan menunggu datangnya
informasi dan mencatat hal yang dianggap penting. Akibatnya informasi yang
didapat kurang begitu penting.
Berdasarkan
alasan di atas, perlu strategi baru yang lebih memberdayakan siswa. Belajar
merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman. Alternatif
yang peneliti tawarkan dalam mengatasi masalah tersebut adalah metode Jigsaw. Metode ini mengajak siswa untuk
berdialog dan bertukar pendapat dalam memecahkan masalah yang ada dalam
kelompok. Satu kelompok tidak hanya bertugas memberikan pemahaman terhadap
anggotanya, namun juga memberikan pemahaman kepada kelompok lain, begitu juga
sebaliknya. Proses interaksi yang dilakukan siswa melalui metode ini adalah
menggunakan bahasa lisan. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam berbicara akan
dapat terlatih dan pada berikutnya akan menjadikan siswa terbiasa dan mampu
dalam berbicara atau berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dalam kegiatan
sehari-hari. Selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, pembelajaran
bahasa Indonesia juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan
bernalar untuk memperluas kepekaan perasaan siswa. oleh karena itu, tujuan
penerapan metode diskusi lebih ditekankan pada aspek keterampilan berbicara.
Berdasarkan
hal tersebut, penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Diskusi melalui metode
Jigsaw pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014”,
diharapkan mampu mengubah paradigma lama. Dalam penelitian ini, siswa
diharapkan untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dan kecakapan
berbicara mereka tercapai.
Peneliti
mengambil tempat penelitian di SMA
Negeri 8
Purworejo karena selain letaknya yang dekat dengan lokasi tempat tinggal
peneliti, sekolah ini juga merupakan sekolah favorit di Kabupaten Purworejo. Namun,
kemampuan siswa dalam materi berbicara diskusi masih belum menunjukkan hasil
yang baik. Fasilitas yang dimiliki, seperti pengajar, gedung dan alat-alat
pembelajaran lainnya terbilang cukup. Faktor inilah yang melatar belakangi
peneliti untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 8 Purworejo dengan harapan penelitian
dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
B.
Identifikasi
Masalah
Adanya permasalahan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu keterampilan berbicara siswa rendah,
sehingga kurang mampu melisankan buah pikiran serta argumennya di depan kelas.
Hal ini dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran yang masih menggunakan model
pembelajaran yang monoton dan membosankan.
C.
Batasan
Masalah
Untuk
lebih memfokuskan penelitian ini, penulis membatasi pada permasalahan upaya
peningkatan berbicara dengan metode Jigsaw
pada siswa kelas X SMA
Negeri 8
Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014. Pembatasan masalah tersebut antara
lain:
1. model
pembelajaran yang dipakai untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia adalah model Jigsaw
dan dilaksanakan dengan metode diskusi.
2. keterampilan
berbicara siswa dalam proses belajar dikhususkan pada keaktifan dalam bertanya
dan menjelaskan serta mempertahankan argumennya.
3. studi
kasus dilakukan di kelas X SMA
Negeri 8
Purworejo.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang pelaksanaan tindakan tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
pembelajaran materi diskusi dengan metode Jigsaw pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/3014?
2. Bagaimana
perubahan sikap dan perilaku pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran materi diskusi
dengan metode Jigsaw.
3. Bagaimana
peningkatan keterampilan berbicara materi diskusi dengan metode Jigsaw pada
siswa kelas X SMA
Negeri 8
Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014?
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang sudah dikemukakan penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan:
1. proses
pembelajaran materi diskusi dengan metode Jigsaw
pada siswa kelas X SMA
Negeri 8
Purworejo.
2. perubahan
sikap dan perilaku pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014
dalam pembelajaran materi diskusi dengan metode Jigsaw.
3. peningkatan
keterampilan berbicara materi diskusi dengan metode Jigsaw pada siswa kelas X
SMA
Negeri 8 Purworejo.
F.
Manfaat
Penelitian
Ada
dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu secara teoretis dan praktis.
1.
Manfaat
Teoretis
Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada aspek
keterampilan berbicara dengan metode Jigsaw
serta dapat menambah khasanah penelitian.
2.
Manfaat
Praktis
a. Bagi
peneliti, penelitian ini sangat berguna bagi penelitian untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang bagaimana cara meningkatkan keefektifan pembelajaran
siswa di SMA
dan sebagai pertimbangan bagi peneliti-peneliti lain khususnya guru SMA.
b. Bagi
siswa, diharapkan siswa mampu meningkatkan keterampilan berbicara setelah
mendapat pengajaran dengan metode Jigsaw. Siswa juga diharapkan akan lebih
berani untuk aktif bertanya, mencobamenjawab pertanyaan, mempertahankan argumen
, serta berani untuk tampil di depan kelas.
G.
Tinjauan
Pustaka
Wujud aktivitas dalam
sebuah komunikasi adalah berbicara. Komunikasi yang efektif tidak hanya
berkaitan dengan apa yang dikatakan seorang, tetapi juga pada bagaimana ia
mengatakannya. Kridalaksana menyatakan bahwa berbicara adalah berkata,
bercakap: berbahasa atau memberi pendapat (dengan perkataan, tulisan dan
sebagainya) atau berunding.
Upaya untuk
meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa telah banyak dilakukan. Hal ini
terbukti dengan benyaknya penelitian yang dilakukan oleh para ahli bahasa
maupun mahasiswa. Penelitian tersebut belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena
itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian lanjutan demi melengkapi dan
menyempurnakan penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian
yang berhubungan dengan topik penelitian ini adalah penelitian tentang
peningkatan keterampilan berbicara dan dijadikan sebagai kajian pustaka.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Mulyaningsih (2000), danAri Sutrisno (2012).
Penelitian Mulyaningsih
(2000) berjudul “Keefektifan Teknik Berdiskusi untuk Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Siswa Kelas II SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta”. Hasil penelitian
adalah menunjukkan adanya sekor posttest
antara kelas yang menggunakan teknik diskusi dengan kelas yang tidak
menggunakan teknik diskusi yang disebabkan oleh perlakuan yang berbeda.
Persamaan
penelitian ini dengan yang dilakukan Mulyaningsih adalah sama-sama meneliti
keterampilan berbicara pada siswa. Perbedaan adalah pada penggunaan metode pada
proses pembelajaraan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan keterampilan berbicara menggunakan metode Jigsaw.
Penelitian Sutrisno
(2012) berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Metode Kerja
Kelompok Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Sadang Tahun Pembelajaran
2011/2012”.
Persamaan
penelitian ini dengan yang dilakukan Sutrisno adalah sama-sama meneliti
keterampilan berbicara pada siswa. Perbedaan adalah pada penggunaan metode pada
proses pembelajaraan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan keterampilan berbicara menggunakan metode Jigsaw.
Penelitian ini
difokuskan pada keterampilan siswa dan perilaku belajar siswa kelas X SMA Negeri 8 Purworejo tahun Pelajaran 2013/2014
terhadap metode Jigsaw. Dengan demikian, diharapkan keterampilan berbicara
siswa akan lebih meningkat sehingga penelitian ini dapat dijadikan pelengkap
dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar siswa.
H.
Kajian
Teori
a.
Keterampilan
berbicara
Pada bagian ini
akan dibahas mengenai keterampilan berbicara yang meliputi, materi diskusi,
model pembelajaran Jigsaw dan
langkah-langkah pembelajaran berbicara dengan metode Jigsaw.
Arsyad dan Mukti
(1988:17) menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan mengungkapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Depdikbud (2005:
188) berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa melahirkan pendapat dengan
perkataan. Perkataan yang diucapkan oleh seseorang merupakan proses berupa
transformasi nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. Siswa yang
melakukan proses yaitu siswa yang sedang tumbuh dan berkembang menuju arah
pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan. Proses bebicara dapat
berlangsung dengan baik, jika ada hubungan edukatif yang baik antara guru dan
siswa dalam proses pembelajaran.
Dari pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan
seseorang memakai bahasa untuk menggunakan bahasa secara lisan dan
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan pendengar dan penyimak.
b.
Pengertian
Diskusi
Millmengatakan
bahwa, satu-satunya cara tepat dimana manusia dapat mengemukakan beberapa
pendekatan, untuk mengetahui semua pokok pembicaraan adalah dengan jalan
mengetahui seluruh hal yang dikatakan oleh orang-orang yang mempunyai pendapat
berbeda.(1951:263)
Pada
hakikatnya diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan permasalahan dengan
proses berfikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan suatu kegiatan
kerjasama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar
tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diskusi adalah pertukaran
pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan dengan
tujuan mencari kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau pendapat. Diskusi yang
melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok
diperlukan seorang pemimpin yang disebut ketua diskusi. Tugas ketua diskusi
adalah membuka dan menutup diskusi, membangkitkan minat anggota untuk
menyampaikan gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta mengemukakan
kesimpulan hasil diskusi.
c.
Model
pembelajaran Jigsaw
Teknik
mengajar Jigsaw dikembangkan dan
diuji oleh Elliot Arronson dkk di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh
Salvin dkk di Universitas John Hopkin. Teknik ini dapat digunakan dalam
pembelajaran berbicara, menulis, mendengarkan ataupun membaca. Teknik ini
menggabungkan keempatnya (Slavin 2005: 236) .
Pembelajaran
tipe Jigsaw adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
yang bertanggung jawab atau penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya. Jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi mereka juga harus memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa akan saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya dan harus bekerjasama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Metode
Jigsaw merupakan salah satu variasi
model Collaborattive Learning yaitu
proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi,
pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya,
untuk secara barsama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
Jigsaw
merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan
teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (Grour-togroup) dengan suatu perbedaan penting; setiap peserta
didik mengajarkan sesuatu.Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang
dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain,
buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian (Silberman, 2004: 160)
Strategi
ini dapat diterapkan pada pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang sudah
ditetapkan dan diketahui siswa dengan membagikan bahan ajar dengan yang
lengkap. Teknik ini dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.
d.
Langkah
Pembelajaran Berbicara dengan Model Jigsaw
1.
Kegiatan
awal
Kegiatan awal
dimulai dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan presentasi kepada siswa,
selanjutnya guru melakukan tanya jawab tentang pentingnya kemampuan mengawali
percakapan/pembicaraan,mengajukanpendapat/pertanyaan/sanggahan yang santun,
mengalihkan topik (topic switching), dan mengakhiri percakapan secara santun
dalam berbicara, bercakap-cakap, berdiskusi, berdebat atau berwawancara dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Kegiatan
inti
Pada tahap ini,
yang dilakukan guru adalah:
1) guru
membagi enam kelompok peserta diskusi yang masing-masing kelompok terdiri dari
4-7 siswa.
2) guru
memberi tugas untuk membaca beberapa materi pelajaran tentang bahasa Indonesia.
3) setelah
itu, guru menunjuk salah satu anggota kelompok untuk menyampaikan hasil dari
diskusi dengan kelompoknya, yang kemudian kelompok lain akan menanggapi,
bertanya atau menyanggah. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta
didik bisa beradu argumen.
4) sementara
peserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan. Guru menambahkan
konsep/ide yang belum terungkap.
5) dari
data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat
kesimpulan/rangkuman yangmengacu pada topik yang ingin dicapai serta memberikan
keterangan tentang tata cara berdiskusi yang santun.
3.
Kegiatan
Akhir (Penutup)
Komentar siswa
yang baru saja dipelajari dijadikan sebagai feed back (umpan balik).
Selanjutnya guru melakukan penegasan tentang pentingnya kemampuan memulai
percakapan, bertanya, berpendapat, berdebat dan mengakhirinya dengan santun
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja.
I.
Kerangka
Berfikir
Interaksi
yang terjadi dalam belajar mengajar dipengaruhi oleh lingkungan, antara murid,
guru, kepala sekolah, petugas perpustakaan , materi pelajaran (modul, buku,
majalah dan sumber belajar lain), fasilitas, serta model pembelajaran.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini semakin mendorong upaya-upaya
pembaruan dalam model pembelajaran untuk kegiatan proses belajar mengajar.
Model pembelajaran Jigsaw merupakan
salah satu hasil kemajuan pemikiran yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar Bahasa Indonesia, terutama dalam segi berbicara.
Pembelajaran
bahasa selama ini masih dianggap membosankan bagi siswa. Keadaan tersebut
menjadikan pelajaran bahasa Indonesia tidak menarik dan salah satu akibatnya
adalah rendahnya hasil belajar siswa. dalam pelaksanaannya, mungkin seorang
guru menyampaikan dengan model yang biasa-biasa saja dan terkesan monoton. Hal
inilah yang menyebabkan siswa belum mampu mengungkapkan gagasannya secara
lengkap, runtut dan jelas dalam bentuk lisan.
Penggunaan
model pembelajaran Jigsaw yang
dilakukan dengan cara berdiskusi dalam pembelajaran berbicara dan akan
meningkatkan keterampilan siswa dalam mengungkapkan gagasan secara lengkap,
runtut dan jelas. Dalam model pembelajaran Jigsaw,
kualitas berbicara siswa tidak terlalu diperhatikan. Namun, kualitas berbicara
siswalah yang akan terus dieksploitasi sehingga memunculkan ide-ide brilian dan
bahkan terkadang gila guna memecahkan suatu masalah. Siswa juga akan semakin
tertarik untuk selalu mengikuti pelajaran, karena munculnya rasa penasaran
terhadap sesuatu yang baru ditampilkan dalam kegiatan pembelajaran. Melalui
model pembelajaran Jigsaw akan membuat siswa terpacu untuk memberanikan diri
berbicara di depan teman-teman serta gurunya.
J.
Desain
Penelitian
Desain
penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian
rupa sehingga akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang termasuk dalam
jenis penelitian eksperimen kuasi atau semu. Penelitian eksperimen kuasi
dimaknai sebagai penelitian yang mendekati
penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen kuasi menggunakan subjek
penelitian manusia yang tidak dapat dimanipulasi dan dikontrol secara intensif.
Oleh sebab itu, penelitian dalam penelitian ini harus berhati-hati dalam
menarik hubungan kausal yang terjadi dalam penelitian tidak dapat memanipulasi
dan mengontrol secara bebas dan intensif. Untuk itu penelitian menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dalam
melaksanakan tugas, memperdalam tindakan-tindakan yang dilakukan dan
memperbaiki tindakan-tindakan tersebut. Pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas
dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Secara kolaboratif maksudnya
penelitian tidak melakukan sendiri, namun bekerjasama dengan guru bahasa
Indonesia kelas X SMA
Negeri 8
Purworejo. Secara partisipatif artinya penelitian bersama-sama dengan siswa
kelas X SMA
Negeri 8
Purworejo, peneliti melaksanakan penelitian ini tahap demi tahap.
Model yang digunakan adalah model
yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2010: 137) sebagai
berikut.
SIKELUS
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Gambar
1 : Desain PTK dalam Arikunto (2010 : 137)
Tindakan penelitian ini dilakukan dua siklus
dalam hal ini siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan berbicara pada
siswa. Siklus satu dipakai sebagai refelksi untuk melakukan sikus II.
Sedangkan, sikelus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
berbicara diskusi setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan belajar
mengajar yang didasarkan pada refkeksi sikelus I.
1.
Proses
Tindakan Siklus I
Prosedur
tindakan siklus I ini ada empat tahap yang harus dilalui, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun langkah-langkah sebaga
berikut.
a.
Perencanaan
Tahap
perencanaan harus dilakukan dengan matang dan secermat mungkin, agar
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya sesuai yang dinginkan. Dalam
tahap ini, rencana yang dilakukan adalah sebagai berikut (1) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, (2) media yang akan digunakan, (3) lembar evaluasi
untuk diujikan pada ahir siklus, (4) lembar dan pedoman pengamatan, (5) angket,
dan (6) dokumen foto.
b.
Tindakan
Pada
tahap ini, melakukan tindakan harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan
yaitu mengenai langkah-langkah diskusi. Pembelajaran dilaksanakan pada tiga
tahap, yaitu tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup.
Tahap persiapan
guru menyiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam pembelajaran .Sebelum
mengawali pelajaran terlebih dahulu diawali dengan doa dan mengondisikan siswa
agar siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru memberikan apersepsi
kepada siswa mengenai tujuan dalam dengan berdiskusi. Tahap pelaksanaan guru memberikan
penjelasan tentang pembelajaran mengunakan metode Jigsaw. Dalam materi pembelajaran berbicara diskusi guru menjelaskan
kepada siswa kegiatan yang akan mereka jalani dalam proses pembelajaran.
Tahap
penutup guru memberikan evaluasi dengan mempersilakan siswa menyatakan pendapat
dari apa yang sudah mereka pelajari, dalam hal ini untuk mengetahui hasil
kemampuan berbicara siswa diakhir siklus .
c.
Pengamatan
Pada tahap ini pengamatan bertujuan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara diskusi. Peneliti mengamati
keaktifan siswa dan perubahan perilaku siswa saat pembelajaran mengunakan
metode Jigsaw. Pengamatan dapat dilakukan dengan data tes maupun nontes, data
tes digunakan untuk megetahui kemampuan menulis puisi dengan metode Jigsawdata
nontes dapat mengunkan angket, lembar pengamatan dan dokumentasi foto pada saat
proses pelaksanaan pembelajaran .
d.
Refleksi
Kegiatan
refleksi dilakukan dengan mengumpulkan data yang ada, yakni hasil tes kemampuan
berbicara diskusi dengan menggunakan
metode Jigsawdan hasil non tes berupa lembar penilain, angket, lembar
pengamatan, dan dokumentas foto sebagai perbandingan antara kegiatan
pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Penulis dapat menyimpulkan bagaimana
kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan metode sugesti imajinasi. Dari refleksi tersebut dapat diketahui kesulitan
yang dialami siswa dalam pembelajaran berbicara diskusi.
2.
Proses tindakan siklus II
Tahap Tindakan Siklus II merupakan
usaha peningkatan kemampuan berbicara diskusi. Prosedur tindakan dalam siklus
II juga dilakukan dalam empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi.
a.
Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II sama dengan siklus I.
Tujuannya pun sama, yakni meningkatkan kemampuan berbicara diskusi dengan dengan
metode jigsaw.
b.
Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan
tindakan yang dilakukan pada siklus I
pembelajaran berbicara diskusi mengunakan metode Jigsaw. Perbedaan pada
siklus II dilakukan pembelajaran diskusi dengan dibagi beberapa kelompok
terdiri atas enam anak setiap kelompok dan materi yang akan dibahas tentang
materi-materi pelajaran yang sudah diterima sebelumya.
Tahap tindakan yang dilakukan guru (Peneliti), yaitu
membimbing siswa dalam berbicara diskusi, memberikan motifasi kepada siswa agar
siswa lebih aktif dalam pembelajaran diskusi dengan mengunakan metode Jigsawdan
memberikan penghargaan kepada siswa yang
memperoleh nilai tinggi .
c.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang
dilakukan pada siklus I, yakni dilakukan melalui non tes. Pada siklus II ini,
diharapkan ada perubahan dan peningkatan kemampuan siswa dalam berdiskusi.
d.
Refleksi
Refleksi yang dilakukan pada siklus II juga sama dengan yang
dilakukan pada siklus I, yakni menganalisis hasil tes dan non tes. Setelah
refleksi pada siklus II selesai, peneliti membandingkan dengan hasil refleksi
pada siklus I. Hasil itulah yang digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat
simpulan.
K.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMA
Negeri 8
Purworejo yang beralamatkan di Desa
Roworejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa
Tengah. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Juni 2013.
L.
Subjek
Penelitian
Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X SMa Negeri 8 Purworejo.
M. FokusPenelitian
Penelitian
ini difokuskan pada aspek peningkatan keterampilan diskusimenggunakanmetodeJigsaw.
N.
Tahap Penelitian
Penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama sama.
O.
Teknik
Pengumpulan Data
Arikunto
(2008:127) menemukakan bahwa pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas,
baik data kualitatif maupun kuantitatif dimanfaatkan untuk menggambarkan
perubahan yang terjadi, perubahan pada kinerja guru, hasil presentasi siswa,
perubahan kinerja siswa, dan perubahan suasana kelas. Teknik pengumpulan data
yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes dan non tes.
a.
Insrumen
Tes
Menurut
Widoyoko (2009:45)tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran,
yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam hal
ini, yang diukur adalah keterampilan berbicara pada pembelajaran diskusi SMA kelas X.
b.
Instrumen Non Tes
Teknik nontes
merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang
keadaan peserta didik atau peserta tes tanpa melalui tes dengan alat tes
(Nurgiyantoro, 2012: 90). Ada sejumlah teknik nontes yang dapat dipergunakan
untuk memperoleh hasil belajar antara lain teknik catatan lapangan, observasi,
wawancara, lembar angket, dan dokumentasi foto.
P.
Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data yang dilakukan peneliti meliputi dua teknik yaitu: secara
kuantitatif dan kualitatif.
1.
Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif
adalah cara yang ditinjau dari penggunaan angka-angka berdasarkan jumlah atau
banyaknya data (Arikunto, 2010: 27). Teknik kuantitatif dipakai untuk
menganalisis data kuantitatif.
a. Merekap
skor yang diperoleh siswa;
b. Menghitung
skor komulatif dari seluruh aspek;
c. Menghitung
skor rata-rata;
d. Menghitung
persentase dengan rumus;
Data kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif
(prosentasi, mean, median, mode, tabel, grafik, frekwensi, chart, dan
sebagainya). Teknik deskriptif adalah teknik yang digunakan peneliti untuk
mencari nilai belajar siswa. Misalnya, mencari nilai rerata, persentase
keberhasilan belajar, dan lain-lain (Arikunto dkk., 2012: 131). Dalam hal ini
peneliti menggunakan teknik deskriptif. Teknik analisis data secara kuantitatif
digunakan untuk menganalisis data kuantitatif berupa skor keterampilan berdiskusi.
2.
Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif
adalah teknik analisi yang berkaitan dengan
data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa
tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan
atau sikap siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar dan
sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif (Arikunto dkk,. 2010: 131)
Teknik kualitatif
dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan, wawancara, angket, dan
dokumentasi foto. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Hasil analisis ini sebagai dasar untuk
menentukan kelebihan dan kekurangan siswa dalam pembelajaran diskusi dengan
metode jigsaw. Melalui analisis ini, peneliti dapat mengetahui pengembangan
pembelajaran menggunakan metode jigsaw atau tanpa metode jigsaw dan perubahan
selama proses pembelajaran berlangsung.
Q.
Teknik
Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik penyajian hasil analisis data
informal. Teknik penyajian hasil analisis data informal merupakan perumusan
dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Dalam penelitian ini,
diterapkan teknik informal karena dalam penelitiandi dalamnya menggunakan
kata-kata biasa, dan tidak menggunakan lambang-lambang atau simbol.
Post a Comment for "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERDISKUSI YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS X SMA"