PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS VII SMP
1.1
Latar Belakang
Kemampuan berkomunikasi dapat disebut juga sebagai kemampuan
berbahasa karena di dalam berkomunikasi digunakan bahasa sebagai media
utamanya. Oleh karena itu, menurut Darmadi (1996:1) kemampuan berkomunikasi
dapat dijabarkan sesuai dengan tingkat-tingkat kemampuan bahasa, yaitu: (1)
kemampuan menyimak (listening competence); (2) kemampuan berbicara (speaking
competence); (3) kemampuan membaca (reading competence); dan (4)
kemampuan menulis (writing competence). Walaupun posisi kemampuan
menulis selalu terakhir, tidak berarti menulis tidak penting, berarti, dan
berperan seperti dalam pepatah dalam bahasa Inggris “ the last but not the
least”
Menulis merupakan salah satu bagian dari ketrampilan dalam berbahasa.
Kemampuan menulis harus diajarkan mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
Dengan begitu diharapkan setiap anak mampu mengembangkan kemampuan menulis
mereka. Namun, kenyataannya berbeda dengan apa yang terjadi di kelas. Hampir
sebagian dari siswa belum mampu mengembangkan kemampuan menulisnya. Banyak dari
mereka yang belum mampu mengembangkan idenya sendiri. Contohnya saja saat
mereka mengembangkan cerita pengalaman pribadinya. Masih banyak siswa yang
mengembangkan idenya meloncat-loncat.
Padahal pengalaman pribadi merupakan pengalaman nyata yang telah mereka alami. Siswa
yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan menulisnya bukan berarti
siswa tidak memiliki kemampuan dalam menulis. Bisa saja siswa belum pernah
mendapat bimbingan secara intensif dari guru mata pelajaran.
Menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan
yang tidak dapat secara langsung diterima dan direaksi oleh pihak yang dituju.
Aktivitas menulis merupakan salah satu manisfestasi kemampuan (dan
keterampilan) berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah mendengarkan, membaca, dan berbicara (Nurgiyantoro, 2001: 296).
Dalam buku yang sama juga dijelaskan apabila
dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, kemampuan menulis
lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai aspek lain di luar
bahasa, untuk menghasilkan paragraf atau wacana yang runtut dan padu.
Nurgiantoro (2001: 273) mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas
mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiantoro
sangat sederhana, menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan ide,gagasan,
atau pendapat dalam bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut
dipahami oleh pembaca.
Kesulitan
siswa dalam menulis biasanya terlihat ketika siswa diminta untuk menulis sebuah
deskripsi sederhana, mendeskripsikan suatu benda ataupun ketika menulis puisi,
mereka sering mengeluh dan terlihat bingung dengan apa yang ingin mereka tulis.
Kebosanan, kejenuhan, serta kebingungan siswa dalam hal menulis yang
mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran menulis dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a.
Kurangnya
minat siswa terhadap kegiatan menulis.
b.
Kurangnya
motivasi siswa, baik dari dalam diri mereka maupun dari lingkungan belajar.
c.
Pengembangan
strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan daya imajinasi siswa dan
kreativitas siswa dalam berbahasa maupun bersastra.
d.
Media yang
digunakan dalam pembelajaran yang kurang sesuai sehingga siswa kurang
bersemangat dalam belajar.
Pembelajaran menulis secara intensif perlu dilakukan untuk siswa karena
pada umumnya siswa belum mampu membuat tulisan atau mengembangkan tulisan
secara cepat. Hal ini dapat terjadi karena siswa kurang mempunyai minat dan
pemahaman akan aktivitas menulis. Untuk itu perlu adanya penggunaan media
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Salah satunya dengan
menggunakan media komik.
Komik adalah suatu bentuk seni
yang menggunakan gambar-gambar
tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks.
Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran,
dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku
tersendiri. Di Indonesia, komik dikenal dengan sebutan cergam atau
cerita bergambar.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan media pembelajaran yang tepat
untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan
menulis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ambal
2. Pengaruh media komik dalam meningkatkan kemampuan menulis
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ambal
1.3
Batasan Masalah
Adapun
masalah yang akan dikaji adalah :
“Penggunaan Media Komik Dalam Meningkatkan Kemampuan
Menulis Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ambal Tahun Pelajaran 2013/2014”
1.4
Rumusan Masalah
Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ambal menggunakan
media komik?”
Secara terperinci rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana cara
meningkatkan kemampuan menulis siswa dengan menggunakan media komik?
2.
Bagaimanakah pengaruh
media komik dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa?
1.5
Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penilitian ini untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
kemampuan menulis siswa dengan menggunakan media komik. Adapun tujuan penelitian
secara khusus, yaitu:
1.
Untuk mengetahui
kemampuan menulis siswa dengan menggunakan media komik.
2.
Untuk memahami
penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa.
1.6
Manfaat Penelitian
1. Dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan menulis siswa.
2. Diharapkan mampu mengembangkan kemampuan menulis siswa.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian
Teori
Upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Hal ini terbukti
dengan banyaknya penelitian tentang upaya peningkatan keterampilan menulis yang
telah dilakukan oleh peneliti bahasa. Penelitian-penelitian tersebut belum
semuanya sempurna. Oleh karena itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian
lanjutan demi melengkapi penelitian sebelumnya.
Untuk itu perlu adanya metode
pembelajaran yang mampu mengembangkan minat siswa dalam menulis. Media
pembelajaran yang digunakan juga harus memenuhi standar yang dapat meningkatkan
kemampuan menulis siswa. Salah satunya dengan menggunakan media komik. Komik Komik adalah suatu bentuk seni
yang menggunakan gambar-gambar
tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks.
Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran,
dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku
tersendiri. Di Indonesia, komik dikenal dengan sebutan cergam atau
cerita bergambar.
2.2
Landasan Teori
2.2.1. Hakikat Menulis
Menurut Tarigan (1993:3), menulis pada hakikatnya adalah suatu keterampilan berbahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif.
Akhadiah dkk. (1996:2) menyatakan bahwa “kegiatan
menulis ialah suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa melakukan kegiatan itu dalam beberapa
tahap, yakni tahap prapenulisan, penulisan, dan tahap revisi”.
Menurut Mulyati (1999:2.44), menulis pada
hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang
grafis (tulisan). Gagasan atau pesan yang akan disampaikan bergantung pada
perkembangan dan tingkat pengetahuan serta daya nalar siswa. Menurutnya
(2000:2.65), menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses
atau tahapan-tahapan, yaitu penyajian bahan ajar harus dimulai dari yang mudah
ke yang sedang, dan dari yang sedang ke yang sukar, dari yang sudah diketahui
ke yang belum diketahui, dari yang kongkret ke yang abstrak (2000:2.65).
Menurut Gie (2002:3) tidak ada perbedaan arti dari
kata ‘mengarang’ dan ‘menulis’. Baginya dua kata itu adalah kata sepadan yang
artinya sama. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
masyarakat pembaca untuk dipahami.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian
menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya menulis adalah suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan, pendapat,
dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan
gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan. Selain komponen
kosakata dan gramatikal, ketepatan kebahasaan juga sebaiknya didukung oleh
konteks dan penggunaan ejaan. Hal ini sesuai dengan objek penelitian ini yaitu
menulis petunjuk. Menulis disini dimaksudkan untuk mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis setelah
mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang ditulis.
2.2.2 Pengertian Komik
Komik adalah suatu bentuk seni
yang menggunakan gambar-gambar
tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan
dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
komik adalah cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yg
umumnya mudah dicerna dan lucu. Komik adalah cerita yang bertekanan pada gerak
dan tindakan yang ditampilkan
lewat urutan gambar yang dibuat secara khas dengan paduan kata- kata.
Secara umum komik adalah cerita bergambar yang ada gelembung- gelembung
atau balon udara.
Ciri-ciri Komik
·
Bersifat Proposional
Dengan membaca
komik sanggup membawa pembacanya untuk terlibat secara
emosional dengan pelaku utama dalam cerita komik itu.
·
Humor yang Kasar
Penggunaan bahasa lisan dan mudah
dimengerti oleh orang awam.
·
Bahasa Percakapan (Bahasa
Pasaran)
Dengan digunakannya
bahasa percakapan sehari-hari akan lebih mengena bagi
pembaca.
·
Penyederhanaan Perilaku yang
Menggambarkan Moral atau Jiwa Pelaku
Pola perilaku
dalam cerita komik cenderung untuk disederhanakan dan mudah
diterka.
Jenis-jenis Komik
1.
Berdasar Jenis Cerita
Pembagian komik berdasarkan jenis cerita terbagi menjadi 4 macam
yaitu :
a)
Komik Edukasi
Komik edukasi memiliki 2 fungsi :
·
Pertama adalah fungsi hiburan
·
Kedua dapat dimanfaatkan baik
langsung maupun tidak langsung untuk tujuan edukatif. Hal ini karena
kedudukan komik yang semakin berkembang ke arah yang baik karena masyarakat
sudah menyadari nilai komersial dan nilai edukatif yang biasa dibawanya.
b)
Komik Promosi (Iklan)
Komik juga mampu menumbuhkan imajinasi
yang selaras dengan dunia anak, Sehingga muncul pula komik yang dipakai untuk
keperluan promosi sebuah produk. Visualisasi komik promosi ini biasanya
menggunakan figur superhero.
c)
Komik Wayang
Komik wayang berarti komik yang
bercerita tentang cerita wayang, yaitu Mahabharata yang menceritakan perang
besar antara Kurawa dan Pandawa maupun cerita Ramayana yang bercerita tentang
penculikan Dewi Shinta. Komik jenis ini di Indonesia muncul di tahun 60-70-an
dengan beberapa komik yang mengawali masa ini yaitu; Lahirnya Gatotkatja (Keng
Po), Raden Palasara karya Johnlo, Mahabharata karya R.A Kosasih yang sangat
terkenal terbitan melodi dari Bandung.
d)
Komik Silat
Komik silat sangatlah popular,
karena tema-tema silat yang didominasi oleh adegan laga atau pertarungan sampai
saat ini masih menjadi idola. Misalkan Jepang dengan ninja dan samurainya atau
China dengan kungfunya. Sebut saja Naruto.
2.
Jenis Komik yang lain
a)
Komik Kartun/ Karikatur
Dimana komik yang isinya hanya
berupa satu tampilan, komik ini didalamnya berisi beberapa gambar tokoh yang
digabungkan dengan tulisan- tulisan. Tujuan komik ini biasanya mengandung unsur
kritikan, sindiran, dan humor. Sehingga dari gambar(kartun/tokoh) dan tulisan
tersebut mampu memberikan sebuah arti yang jelas sehingga pembaca dapat
memahami maksud dan tujuannya dari komik tersebut.
b)
Komik Potongan
Komik potongan adalah
penggalan-penggalan gambar yang di gabungkan menjadi satu bagian / sebuah alur
cerita pendek (cerpen). Tetapi isi dari ceritanya tidak harus selesai
disitu bahkan ceritanya bisa di buat bersambung dan di buat sambungan ceritanya
lagi. Komik ini biasanya terdiri dari 3-6 panel bahkan lebih. Komik Potongan
(Comic Strip) ini biasanya disodorkan dalan tampilan harian atau mingguan
disebuah surat kabar, majalah maupun tabloid/buletin. Penyajian komik potongan
ini ceritanya juga dapat berisi cerita yang humor, cerita yang serius nan
asik untuk dibaca setiap epsisodenya hingga tamat ceritanya.
c)
Komik Tahunan
Komik ini biasanya terbit setiap
satu bulan sekali bahkna bisa juga satu tahun sekali. Penerbit biasanya akan
menerbitkan buku- buku komik baik itu cerita putus maupun serial putus.
d)
Komik Onlinew (Web Online)
Selain media cetak, adapula media
online. Dengan adanya media Internet jangkauan pembacanya bisa lebih luas daripada
media cetak. Komik Online lebih menguntungkan daripada komik media cetak,
karena dengan biaya yang sangat relatif lebih murah kita bisa menyebar luaskan
komik yang bisa dibaca siapa saja.
e)
Buku Komik
Buku komik adalah suatu cerita
yang berisikan gambar- gambar, tulisan, dan cerita yang dikemas dalam sebuah
buku. Buku komik ini sering kita jumpai bahkan mungkin sering kita baca. Buku
komik sering disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya di dalam komik
ini berisikan 32 halaman tetapi ada juga komik yang berisi 48 halaman dan 64
halaman. Komik ini biasanya berisikan cerita lucu, cerita cinta (cerita
remaja), superhero(pahlawan).
Untuk lingkup Nusantara, seorang penyair
dari semenanjung Melayu (sekarang Malaysia) Harun Amniurashid
(1952) pernah menyebut 'cerita bergambar' sebagai rujukan istilah cartoons
dalam bahasa Inggris. Di Indonesia terdapat sebutan tersendiri untuk komik
seperti diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu
cerita gambar atau disingkat menjadi cergam yang dicetuskan oleh seorang
komikus Medan bernama Zam Nuldyn
sekitar tahun 1970. Sementara itu Seno Gumira Ajidarma (2002),
jurnalis dan pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik Mat
Romeo (1971) pernah mengiklankan karya mereka dengan kata-kata "disadjikan
setjara filmis dan kolosal" yang sangat
relevan dengan novel bergambar.
Akronim cerita (ber)gambar,
menurut Marcell Boneff
mengikuti istilah cerpen (cerita pendek)
yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus,
meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis
katanya.
Tetapi menilik kembali pada kelahiran
komik, maka adanya teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin
(1971) sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks
bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur motion yang bisa
dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya.
Karena itu di dalam istilah komik klasik
indonesia, cerita bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis.
Hal ini disebut Eisner sebagai graphic narration (terutama di dalam film
dan komik).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
variabel penggunaan media komik
dan variabel meningkatkan kemampuan menulis siswa.
1.
Variabel Penggunaan
Media Komik
Penggunaan media
komik sebagai media pembelajaran dimaksudkan memberikan rangsangan bagi siswa
untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
2.
Variabel Meningatkan
Kemampuan Menulis Siswa
Variabel kemampuan menulis
merupakan kemampuan siswa dalam menulis sesuatu yaitu ketentuan-ketentuan yang
patut diturut untuk sesuatu. Hasil yang ditargetkan yaitu siswa mampu menulis
dengan bahasa yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif. Kemampuan siswa
dalam menulis akan terlihat dalam aspek-aspek sebagai berikut, kejelasan
bahasa, ketepatan tata urutan, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda
baca, kesesuaian bahasa yang digunakan dengan isi, dan kemenarikan tampilan
cerita atau karangan
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian
1.
Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Ambal,
kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
2.
Waktu
Waktu pelaksanaan tanggal 1 Mei-30 Mei 2014
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adala metode Kualitatif. Metode kualitatif dinamakan metode postpositivik
karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme.
Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena
proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola). Metode penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan
pada kondisi yang alamiah.
3.4 Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian di tarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini banyak kelas yang ada di SMP Negeri 1 Ambal adalah enam kelas
VII. Dari 6 kelas VII mulai dari kelas VII-A sampai denagn VII-F. Penelitin ini hanya mnegambil satu kelas yaitu
kelas VII-E dengan jumlah siswa 38.
2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumalah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
kelas VII-E.
3.5 Instrumen Penelitian
Berprestasi tidaknya penelitian
yang dilakukan banyak ditentukan oleh instrumen penelitian yang digunakan.
Instrumen adalah alat untuk memperoleh data, instrumen adalah alat pemgumpul
data yang pada hakikatnya mengukur variabel penelitian.
Adapun jenis insrumen yang
penulis gunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a) Angket adalah daftar pertanyaan yang berisi rangkaian
pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan mengajar guru dan
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
b) Wawancara yakni dimaksudkan untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan muka dengan orang
yang dapat memberikan keterangan pada peneliti.
c) Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan
mencatat segala data-data dokumentasi tersebut yang ada dengan penelitian.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis kualitatif yaitu analisis data yang
dijabarkan melalui pengamatan yang tidak berupa angka-angka. Maksudnya adalah
dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan
dengan rujukan teori yang mendukung.
2. Analisis
kuantitatif yaitu analisis terhadap data yang berupa angka-angka dengan cara
menggunakan statistik yang relevan dalam bentuk persentase. Maka rumus yang
digunakan adalah :
P = F/N x 100%
Keterangan :
P = Persentase (%)
F = Frekuensi atau
kategori jabatan
Dengan demikian, metode analisis data yang dipergunakan
dalam skripsi ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, yaitu sumber dari
hasil angket, interview, observasi dan dokumentasi, guna memperoleh suatu
kesimpulan yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Post a Comment for "PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS VII SMP"