ANALISIS NILAI-NILAI RELIGIUS NOVEL LAMPAU KARYA SANDI FIRLY DENGAN TINJAUAN SEMIOTIK
A. Latar Belakang
Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa
digunakan sebagai sarana menghibur diri pembaca.
Hai ini sesuai dengan pendapat
Warren (dalam Nurgiyantoro, 2007: 3) yang menyatakan bahwa membaca sebuah karya
sastra fiksi berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh
kepuasan batin. Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih
luas pengertiannya daripada karya fiksi. Novel sebagai salah satu bentuk karya
sastra dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia
dengan berbagai peraturan dan norma-norma dalam interaksinya dengan lingkungan
sehingga dalam karya sastra (novel) terdapat makna tertentu tentang kehidupan.
Ada beberapa masalah yang muncul saat membahas masalah
karya sastra. Nurgiyantoro (2007: 31-32) mengemukakan bahwa salah satu penyebab
sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra, yaitu dikarenakan novel
merupakan sebuah struktur yang kompleks, unik, serta mengungkapkan sesuatu
secara tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu bukti-bukti hasil
kerja analisis. Pengkajian terhadap karya fiksi, berarti penelaah,
penyelidikan, atau mengkaji, menelaah, menyelidiki karya fiksi tersebut. Novel
merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks, unik, dan mengungkapkan
segala sesuatu (lebih bersifat) secara tidak langsung.
Tujuan utama analisis kesastraan, fiksi, puisi,
ataupun yang lain adalah untuk memahami secara lebih baik karya sastra yang
bersangkutan, di samping untuk membantu menjelaskan pembaca yang kurang dapat
memahami karya itu. Aspek-aspek pokok kritik sastra adalah analisis,
interpretasi (penafsiran), dan evaluasi atau penilaian. Karya sastra merupakan
sebuah sebuah struktur yang komplek, maka untuk memahaminya perlu adanya
analisis, yaitu penguraian terhadap bagian-bagian atau unsur-unsurnya.
Sesungguhnya, analisis itu merupakan salah satu sarana penafsiran atau
interpretasi. (Pradopo, 2008: 93) Manfaat yang akan terasa dari kerja analisis
itu adalah jika kita (segera) membaca ulang karya-karya kesastraan
(novel,cerpen) yang dianalisis itu, baik karya-karya itu dianalisis sendiri
maupun orang lain. Namun demikian adanya perbedaan penafsiran dan atau pendapat adalah sesuatu
hal yang wajar dan biasa terjadi, dan itu tidak perlu dipersoalkan. Tentu saja
masing-masing pendapat itu tak perlu
memiliki latar belakang argumentasi yang dapat diterima. (Nurgiyantoro, 2007 :
34-35) Salah satu karya sastra yang mengandung nilai religious adalah novel
Lampau karya Sandi Firly. novel ini berbicara”. Kisah Sandayuhan mengarungi
kehidupannya yang penuh lika-liku. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti
tertarik untuk mengadakan kajian guna mengungkap nilai-nilai religius dalam
novel Lampau karya Sandi Firly, dengan judul: “Nilai-nilai Religius dalam Novel
Lampau karya Sandi Firly : Tinjauan Semiotik”.
B.
Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan hasil peneltian yang terarah, maka
diperlukan suatu perumusan masalah. Ada dua rumusan masalah dalam penelitian
ini.
1. Bagaimana unsur-unsur yang membangun novel Lampau karya Sandi Firly
2. Nilai religius apa saja yang terkandung
dalam novel Lampau karya Sandi Firly dari tinjauan semiotik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian haruslah jelas mengingat
penelitian harus mempunyai arah dan sasaran yang tepat. Ada dua tujuan
penelitian ini.
1. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun novel Lampau karya Sandi Firly
2. Penelitian ini bertujuan
menganalisis nilai-nilai religius dalam novel
Lampau karya Sandi Firly dari
tinjauan semiotik.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat berhasil dengan
baik, yaitu dapat mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang
sistematis dan dapat bermanfaat secara umum. Ada dua manfaat yang diharapkan
dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan keilmuan sastra Indonesia terutama dalam pengkajian novel dengan
pendekatan semiotik.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat
memperluas cakrawala apresiasi pembaca sastra Indonesia terhadap aspek moral
dalam sebuah novel.
b. Hasil penelitian ini dapat
menambah referensi penelitian karya sastra di Indonesia dan dapat dijadikan
sebagai acuan bagi peneliti sastra selanjutnya.
E.
Sistematika Laporan Penelitian
Penulisan
laporan penelitian ini dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan yang berisi Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Laporan
Penelitian. Bab II membahas Kajian Pustaka, dan Landasan Teori. Isi dalam Bab
II ini merupakan landasan yang akan dipakai sebagai dasar dalammengkaji
permasalahan. Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini meliputi
beberapa hal, yaitu Lokasi dan Waktu Penelitian, Pendekatan dan Strategi
Penelitian, Objek dan Subjek Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Validasi Data, dan Teknik Analisis Data. Bab IV
merupakan pembahasan dari permasalahan penelitian ini berisi deskripsi
unsur-unsur pembangun novel Lampau karya
Sandi Firly dan analisis nilai-nilai religius dalam novel tersebut. Bab V
berupa penutup dengan simpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui
keaslian suatu penelitian. Kajian
pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Aji Wicaksono (2007) berjudul “Aspek Religius Puisi
dalam Mantra Orang Jawa Karya Sapardi Djoko Damono: Tinjauan Semiotik” yang
menitikberatkan pada analisis struktur dalam puisi yaitu metode puisi (diksi,
pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, rima, ritma) dan hakikat puisi
(tema, nada, perasaan, dan amanat). Dalam analisis aspek religius puisi
tersebut, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Riffatere
(pembacaan heuristik dan
hermeneutik), semiotika Barthes dalam mitos yang telah dijelaskan melalui
diagram, dan semiotika Pierce (dengan ikon, indeks, dan simbol). Namun yang
membedakan dengan penelitian ini yaitu acuannya. Aji menggunakan puisi sebagai
acuannya sedangkan penelitian ini menggunakan novel sebagai acuannya.
Sekar Nugraheni (2007) meneliti “Aspek Sufistik dalam
Kumpulan Cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril Karya Danarto: Tinjauan
Semiotik”. Penelitian tersebut membahas aspek sufistik dalam karya sastra
dengan tinjauan semiotik. Dalam
analisisnya, untuk sampai pada pemaknaan kumpulan cerpen, maka peneliti
menggunakan teori Preminger yang menyatakan semiotik adalah ilmu tentang
tanda-tanda, semiotik yang mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,
konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti. Namun yang
membedakan dengan penelitian ini adalah jenis kajian dan acuannya. Sekar
menggunakan kajian aspek sufistik dan menjadikan cerpen sebagai acuannya.
Sedangkan penelitian ini menggunakan kajian aspek religius dan novel sebagai
bahan acuannya.
Sepengetahuan penulis, belum ada kajian terhadap novel
Lampau Karya Sandi Firly untuk mengungkap nilai-nilai releigius yang terkandung
di dalamnya dengan tinjauan semiotik.
B.
Landasan Teori
1. Teori Semiotik
Tujuan
analisis karya sastra adalah mengungkapkan makna. Karya sastra hanyalah karya yang
bersifat artefak jika tidak diketahui makna yang terkandung di dalamnya. Suatu
karya sastra dalam hal ini novel, merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna.
Sesuai dengan konvensi ketandaan maka analisis struktur tidak dapat dilepaskan
dari analisis semiotik. Hal ini sesuai dengan pendapat Pradopo (2008: 108-109),
sesungguhnya strukturalisme berhubungan erat atau bahkan tak terpisahkan dengan
semiotik sebagai sarana untuk memahami karya sastra. Untuk menangkap (merebut)
makna unsur-unsur struktur karya sastra harus memerhatikan sistem tanda yang
dipergunakan dalam karya sastra. Dapat
dikatakan struktur karya sastra merupakan struktur sistem tanda yang bermakna.
Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan
tanda-tanda. Semiotik memelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan
konvensi-konvensi yang meyakinkan tanda-tanda itu mempunyai arti. Dalam kritik
sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan
bahasa yang bergantung (ditentukan) pada konvensi-konvensi tambahan dan
meneliti ciri (sifat-sifat) yang menyebabkan bermacam-macam cara agar wacana
memiliki makna (Pradopo, 2008: 119). Hal ini berarti penekanan pendekatan
semiotik adalah pemahaman makna karya sastra melalui tanda-tanda dalam karya
sastra.
Pierce (dalam Nurgiantoro, 2007: 42) membedakan
hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis hubungan, yaitu: (1)
Ikon adalah tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa
yang dimaksudkannya; (2) Indeks adalah suatu tanda yang memiliki kaitan kausal
dengan apa yang diwakilinya; (3) Simbol (tanda yang sesuai) adalah hubungan
antara penanda dengan petanda yang tidak
bersifat alamiah melainkan merupakan kesepakatan masyarakat semata-mata.
Barthes (dalam Al-Ma’ruf, 2006: 45) mengemukakan bahwa
di dalam karya sastra sebagai sistem semiotik tahap kedua terdapat tiga aspek,
yaitu penanda, petanda, dan tanda. Dalam sistem tanda yaitu asosiasi total
antara konsep dan imajinasi yang menduduki posisi sebagai penanda dalam sistem
yang kedua. Barthes memaparkan skema sebagai berikut.
1. Penanda 2. Petanda
|
|
3. Tanda
1. PENANDA
|
II. PETANDA
|
III
TANDA
|
|
Semiotik berhubungan erat dengan strukturalisme
sebagai sarana untuk menganalisis karya sastra. Hal ini sesuai dengan pendapat Pradopo
(2008: 108-109) yang mengemukakan bahwa strukturalisme berhubungan erat atau
bahkan tak terpisahkan dengan semiotik sebagai sarana untuk memahami karya
sastra. Karya sastra adalah sebuah struktur yang komplek. Oleh karena itu,
untuk dapat memahaminya haruslah karya
sastra itu dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan
unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan
dapat dipahami. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu adalah sebuah karya
sastra yang utuh. Di samping itu, sebuah struktur sebagai satu kesatuan yang
utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur
pembentuknya dan saling hubungan di antaranya dengan keseluruhannya. (Pradopo,
2008: 108)
Strukturalisme
dapat dipandang sebagi salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada
kajian hubungan antarunsur pembangun karya sastra yang bersangkkutan. Analisis struktural karya sastra dalam hal ini
fiksi dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan
fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. (Nurgiantoro,
2007: 60)
Menurut Teeuw (dalam Ratna, 2008: 103), khususnya
dalam ilmu sastra, strukturalisme berkembang melalui tradisi formalism.
Artinya, hasil-hasil yang dicapai melalui tradisi formalis sebagian besar
dilanjutkan dalam strukturalis. Secara definitif, strukturalisme berarti paham
mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme
antarhubungannya, di satu pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur yang
lainnya.
Sebuah karya sastra, fiksi, atau puisi, menurut kaum
strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh
berbagai unsur (pembangunnya). Strukturalisme dapat dipandang sebagi salah satu
pendekatan (baca: penelitian) kesastraan
yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya sastra yang
bersangkkutan. Analisis struktural karya sastra dalam hal ini fiksi dapat
dilakukan dengan mengidentifikasika, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan
hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. (Nurgiantoro, 2007: 61)
Stanton (2007: 22) mendeskripsikan unsur-unsur
pembagian struktur fiksi terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana sastra.
Tema merupakan makna penting atau gagasan utama dalam sebuah cerita. Fakta
cerita merupakan aspek cerita yang
berfungsi sebagai elemen-elemen catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita.
Fakta cerita terdiri atas alur, tokoh, dan latar. Sarana cerita adalah metode pengarang dalam
memilih dan menyusun detil agar tercapai pola-pola yang bermakna. Fungsi sarana
sastra adalah memadukan fakta cerita dan tema sehingga makna sastra dapat
dipahami dengan jelas. Sarana cerita terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa
dan suasana, simbol-simbol, imajinasi, dan juga cara-cara pemilihan judul di
dalam karya sastra.
2. Nilai Religius
Mangunwijaya (dalam Lathief, 2008: 175) mengemukakan
bahwa segala sastra adalah religius. Religius diambil dari bahasa Latin relego, dimaksudkan dengan menimbang kembali
atau prihatin tentang (sesuatu hal). Seorang yang religius dapat diartikan
sebagai manusia yang berarti, yang berhati nurani serius, saleh, teliti, dan
penuh dengan pertimbangan spiritual. (Lathief, 2008: 175)
Religiusitas lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk
hati’, moving in the deep hart, riak getaran hati nurani pribadi, sikap
personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain. Dengan demikian
sikap religius ini lebih mengajuk pada pribadi seseorang dengan Khaliqnya,
bertata laku sesuai dengan karsa Tuhan. (Lathief, 2008: 175)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah
metode kualitatif. Penerapan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang
berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan-kutipan.
Menurut Moleong (dalam Arikunto, 2002: 6), metode kualitatif yang bersifat
deskriptif dimaksudkan adalah bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka.
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif lebih
mengutamakan proses daripada hasil, analisis data cenderung induktif, dan makna
merupakan hal yang esensial (Semi, 1993: 59). Proses dalam penelitian
kualitatif lebih diutamakan karena hubungan antar bagian-bagian yang sedang diteliti
jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Dalam pelaksanaannya, metode
deskriptif kualitatif menuntut peneliti untuk menangkap aspek penelitian secara akurat serta memperhatikan secara
cermat apa saja yang menjadi fokus penelitian sehingga pemberian interpretasi
dapat lebih mendalam.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian novel Lampau Karya Sandi Firlyini adalah pendekatan
semiotik. Pendekatan semiotik bertolak dari anggapan bahwa fenomena sosial atau
masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Hal ini berarti penekanan
pendekatan semiotik dalam penelitian ini adalah pemahaman makna novel Lampau melalui
tanda-tanda dalam karya sastra.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sasaran yang akan diteliti
yang tentu saja tidak terlepas dari masalah penelitian (Al-Ma’ruf, 2009:
10-11). Objek penelitian ini adalah nilai-nilai religius dalam novel Lampau
Karya Sandi Firly dengan tinjauan semiotik.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data merupakan bahan yang sesuai untuk memberi jawaban
terhadap masalah yang dikaji (Subroto dalam Al-Ma’ruf, 2009: 11). Data
penelitian sastra adalah unsur-unsur sastra yang terdapat dalam teks sastra yang berkaitan
langsung dengan masalah penelitian. Data penelitian demikian substansinya
dipandang berkualifikasi valid (shahih)
dan reliable (terandal) (Al Ma’ruf,
2009: 11). Data dalam penelitian ini
berupa paparan bahasa (teks tertulis) yaitu kata-kata, frasa, kalimat yang
terdapat dalam novel Lampau Karya Sandi
Firly
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh (Arikunto, 2002: 107). Sumber data yang digunakan dalam
penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber dara
skunder (Al-Ma’ruf, 2009: 11-12).
1) Sumber data primer adalah sumber
data yang mengandung data primer dalam hal ini adalah teks sastra yang
diteliti. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa teks novel Lampau
karya Sandi Firly yang diterbitkan oleh penerbit Gagasmedia tahun 2013.
2) Sumber data sekunder adalah data
yang diperoleh dari hasil penelitian atau telaah yang dilakukan oleh orang lain
yang terdapat dalam berbagai pustaka seperti majalah, buku kritik sastra,
makalah artikel pada jurnal sastra, hasil seminar sastra, dan sebagainya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang
dilakukan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan novel Lampau
karya Sandi Firly secara cermat, terarah, dan teliti. Pada saat melakukan
pembacaan tersebut, peneliti mencatat data-data tentang nilai-nilai religius
yang ditemukan dalam novel Lampau.
E. Teknik Validasi Data
Validasi data dilakukan sebagai tahapan terakhir dalam
proses penelitian. Validasi data bertujuan untuk agar penafsiran dan analisis
data dapat dipertanggungjawabkan dan memeriksa apakah data yang diolah sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan masalah. Adapun teknik yang digunakan dalam
proses validasi data dikenal dengan nama triangulasi. Terdapat empat jenis triangulasi,
yaitu: (1) triangulasi data, (2)
triangulasi metode, (3) triangulasi
teori, (4) triangulasi peneliti. (Siswantoro, 2010: 79).
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
triangulasi metode yaitu pendiskusian dengan ahli (dosen pembimbing) dengan
tujuan untuk membantu mengecek kevalidan
data. Kemudian melakukan diskusi dengan teman sejawat yang peneliti anggap tahu
akan masalah yang diangkat.
F. Teknik Analisis Data
Milles dan Huberman (dalam Sutopo, 2002: 74)
menyatakan bahwa terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis di dalam
penelitian kualitatif, yaitu (1) model analisis jalinan atau mengalir dan (2)
model analisis interaktif. Dari dua model dalam melaksanakan analisis di dalam
penelitian kulalitatif tersebut peneliti menggunakan model kedua, yaitu model
analisis interaktif. Dalam model analisis interaktif terdiri dari empat
kemampuan analisis yaiutu, reduksi data, sajian data, pengumpulan data, dan penarikan
kesimpulan, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses
pengumpulan data sebagai proses siklus.
Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dipaparkan
sebagai berikut (Sutopo, 2002:87).
1) Pengumpulan data, yaitu
pengumpulan data di lokasi studi dengan
melakukan observasi,wawancara mendalam, dan mencatat dokumen menentukan
strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan menentukan fokus serta
pendalaman data pada proses pengumpulan data berikut.
2)
Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi pemfokusan, pengabstrakan,
dan transformasi data kasar yang ada dalam lapangan langsung dan diteruskan
pada pengumpulan data.
3) Sajian data yaitu, suatu rakitan
organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dilakukan.
4)
Penarikan kesimpulan, sejak awal pengumpulan data peneliti harus
mengamati dan tanggap terhadap hal-hal yang ditemui dilapangan (dengan meyusun
pola-pola asahan dan sebab akibat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Lathief, Supaat I. 208. Sastra: Eksistensialisme –
Mistisisme Religius. Lamongan: Pustaka Ilalang
Nugraheni,
Sekar. 2007. “Aspek Sufistik dalam Kumpulan Cerpen Setangkai Melati di Sayap
Jibril Karya Danarto: Tinjauan Semiotik”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Firly, Sandi. 2013. Lampau. a Jakarta: Gagasmedia
Post a Comment for "ANALISIS NILAI-NILAI RELIGIUS NOVEL LAMPAU KARYA SANDI FIRLY DENGAN TINJAUAN SEMIOTIK"