Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

NILAI PENDIDIKAN NOVEL WANITA BAIK UNTUK LELAKI BAIK KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA


A.    Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah suatu seni kreatif pengarang. Terciptanya sebuah karya sastra sebagai hasil imajinatif pengarang sehingga terbentuk dunia imajinatif. Menurut Ginanjar (2012: 56), kreativitas dan kepekaan rasa seseorang, tidak hanya menyajikan keindahan rangkaian cerita, melainkan juga mampu memberikan pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang agama, filsafat, serta beraneka ragam pengalaman tentang problema  hidup dan kehidupan.

Karya sastra diciptakan manusia sekaligus membicarakan manusia dengan segala problematikanya, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra terlahir dari dalam masyarakat selalu melibatkan diri masyarakat dan gejala-gelaja sosial yang ada di sekitarnya. Kurniawan (2012: 12) mengatakan bahwa sastra adalah sebuah dunia yang kompleks yang menggambarkan suatu kondisi sosial masyarakat tertentu sesuai dengan tafsir dan interpretasi penulisnya.  Karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai hiburan atau keindahan saja kepada pembacanya, melainkan juga dapat memberikan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat yakni berupa nilai pendidikan karya sastra seperti nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan religius, dan nilai pendidikan budaya. Kurniawan (2012: 6) mengatakan karya sastra hakikatnya adalah sebuah bentuk refleksi keadaan, nilai, dan kehidupan masyarakat yang menghidupi penulisnya, atau paling tidak pernah mempengaruhi penulisnya.
Karya sastra mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter peserta didik karena dengan pembelajaran sastra siswa dapat memahami dan mengekspresikan sebuah karya sastra. Dalam pembelajaran sastra, seorang guru tidak hanya sekedar mengajar tetapi juga mendidik siswa. Dengan adanya pembelajaran sastra, siswa diharapkan dapat menambah wawasan dan mengambil nilai positif yang ada dalam karya sastra khususnya nilai pendidikan.
Novel merupakan salah satu karya sastra yang diharapkan mampu memunculkan nilai-nilai positif bagi pembaca sehingga mereka peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan memotivasi untuk berperilaku yang baik. Ginanjar (2012: 57) menyatakan bahwa nilai pendidikan dalam sastra adalah sifat-sifat (hal-hal) atau merupakan sesuatu yang positif yang berguna dalam kehidupan manusia dan pantas untuk dimiliki setiap manusia. Karya sastra yang khususnya novel selalu mengungkapkan nilai pendidikan baik itu nilai pendidikan moral, agama, sosial, maupun estetis.  Hubungan antara karya sastra dan nilai pendidikan dapat diamati pada hasil karya sastra yaitu bagaimana nilai pendidikan itu ditampilkan dalam sebuah karya sastra.
Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Depdiknas, 2011: 969). Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik mempunyai nilai pendidikan yang dapat dimanfaatkan bagi penikmat atau pembacanya. Nilai pendidikan yang dapat dimanfaatkan diantaranya nilai agama, nilai moral, nilai sosial yang ada dalam novel tersebut. Pembaca dapat memanfaatkan novel  Wanita Baik untuk Lelaki Baik sebagai referensi pembelajaran nilai pendidikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan diterapkan dalam pembelajara siswa.
Taufiqurrahman al-Azizy adalah satu pengarang novel yang mampu menarik perhatian pembaca dengan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel karyanya. Pemilihan novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik dilatarbelakangi oleh rasa ingin tahu dan memahami nilai pendidikan yang terdapat dalam novel tersebut. Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik pertama kali terbit pada bulan Januari 2013 dan mempunyai nilai pendidikan yang menjadi teladan bagi penikmat dan lembaga pendidikan sehingga dapat dijadikan contoh bagi pembacanya.
Tujuan pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk menambah wawasan dan meningkatkan apresiasi siswa. Pendidikan mempunyai peranan penting termasuk didalamnya adalah pembelajaran sastra.   Dalam pembelajaran sastra di SMA, Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah tentang lika-liku kehidupan dan mengambil nilai pendidikan sebagai referensi dalam pembentukan kepribadian serta dapat meningkatkan apresiasi terhadap sebuah karya sastra.
Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman Al-Azizy dengan judul “Nilai Pendidikan Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik Karya Taufiqurrahman Al-Azizy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA” dengan alasan sebagai berikut:
1.      Taufiqurrahman al-Azizy adalah seorang pengarang alumni Pesantren Ilmu al-Qur’an Hidayatul Qur’an yang di asuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M. A. dan alumni Universitas Sains al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo, Jurusan Dakwah dan Komunikasi. Ia pernah menulis trilogi novel spiritual Makrifat Cinta (Syahadat Cinta, Musafir Cinta, dan Makrifat Cinta). Beberapa novel lain yang telah dibuat drama seri dan tayang di TV al-Hijrah Malaysia. Novel   Wanita Baik untuk Lelaki Baik merupakan novel edisi baru yaitu Januari 2013.
2.      Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik sangat menarik dan layak dibaca bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada mumnya karena novel tersebut memberikan motivasi dan semangat juang bagi pembaca dalam menjalani kehidupan ini.
3.      Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik terdapat  nilai pendidikan yang bisa dijadikan referensi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi pelajar dan mahasiswa dalam menjalani hidup yang penuh dengan rintangan maupun cobaan.



B.     Penegasan Istilah
Guna menghindari terjadinya kesalahpahaman tentang perstilahan yang digunakan dalam judul, di bawah ini diuraikan definisi beberapa istilah yang ada di dalam judul sripsi ini.

1.      Nilai
Nilai dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 2007: 1004) diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
2.      Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya dan upaya memfasilitasi mereka agar terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih hakiki, lebih tahan lama, dan merupakan kebenaran yang dihormati dan diyakini secara sahih sebagai manusia yang beradab (Setiadi, 2010: 120)
3.      Novel
Novel merupakan karya fiksi yang bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam (Nurgiyantoro, 2010: 15). Novel menurut Depdiknas (2011: 969) novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat perilaku.
4.      Skenario Pembelajaran
Skenario pembelajaran adalah langkah-langkah yang digunakan sebagai acuan untuk diajarkan kepada siswa. Pemilihan karya sastra sebagai bahan pembelajaran sastra harus dilihat dari segi bahasa, kematangan jiwa (psikologi), dan latar belakang budaya (Rahmanto, 1988: 27)
5.      Kelas XI SMA
Kelas XI SMA merupakan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas setelah SMP.
Dari penegasan istilah di atas, dapat dipahami maksud judul “Nilai Pendidikan Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA” adalah menyelidiki novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy untuk berusaha menelaah karya sastra yang menekankan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy dan kesesuaiannya sebagai bahan atau materi yang dipilih untuk diajarkan kepada siswa berupa karya sastra, melalui kegiatan bersastra di kelas XI SMA.
C.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut.
1.      Pembelajaran sastra dipengaruhi oleh faktor, salah satunya penggunaan media atau bahan pembelajaran. Pada penelitian ini dipilih media buku khususnya novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik sebagai media pembelajaran sastra di kelas XI SMA. Penggunaan media buku novel karena ketersediaan novel banyak dijumpai atau dimiliki oleh peserta didik. Novel yang dipilih sebagai bahan pembelajaran sastra tersebut adalah novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman Al-Azizy diterbitkan oleh Najah Yogyakarta, pada bulan Januari 2013, novel ini mempunyai tebal 372 halaman.
2.      Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman Al-Azizy adalah sarat akan nilai pendidikan yang sangat tepat bila diajarkan di sekolah sekaligus dengan skenario pembelajarannya bagi peserta didik.
3.      Novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman Al-Azizy memberikan pemahaman kepada pembaca akan pentingnya nilai pendidikan dalam sebuah karya sastra novel dalam pembentukan karakter seseorang.



D.    Batasan Masalah
Tidak semua unsur yang terkandung dalam suatu karya sastra bisa secara tuntas diapresiasi dalam waktu yang relatif terbatas. Oleh sebab itu, bertolak dari pendapat Aminuddin (2010: 45) yang menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan apresiasi sastra melalui analisis tidak harus meliputi keseluruhan aspek yang terkandung dalam suatu cipta sastra, melainkan bisa membatasi diri pada analisis struktur, diksi, gaya bahasa, atau mungkin analisis unsur kebahasaan seperti dilaksanakan dalam pendekatan linguistik. Peneliti membatasi pada masalah nilai yaitu pendidikan dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman Al-Azizy.

E.     Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimanakah unsur intrinsik novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy?
2.      Bagaimanakah nilai pendidikan dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy?
3.      Bagaimanakah skenario pembelajaran novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA?

F.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1.      Unsur intrinsik novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy;
2.      Nilai pendidikan dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy;
3.      Skenario pembelajaran  novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

G.    Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini ada dua, teoretis dan praktis:
1.      Secara Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan terutama di bidang sastra Indonesia serta mengembangkan pengetahuan kajian sastra, khususnya tentang nilai pendidikan dalam novel.
2.      Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, peneliti lain, dan pembaca.
a.       Bagi siswa dan guru
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa dan guru terutama dalam pembelajaran sastra. Bagi siswa diharapkan dapat menjadi wawasan untuk merangsang kepekaan siswa terhadap nilai pendidikan yang dapat diambil dari sebuah karya sastra, sedangkan bagi guru diharapkan dapat menambah alternative pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan inovatif dalam menanamkan nilai pendidikan yang baik kepada siswa.
b.      Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.
c.       Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami isi novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik dan mengambil manfaat dari novel tersebut. Selain itu, diharapkan pembaca semakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya novel) dengan memilih novel-novel yang mengandung nilai pendidikan.

H.    Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali terhadap pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, dengan tinjauan pustaka, seorang peneliti dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara penelitiannya dengan penelitian sebelumnya.
Kajian mengenai nilai pendidikan dalam karya sastra sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Eni Kusrini (2012) dalam skripsinya berjudul “Nilai Religius Novel Sang pencerah Karya Akmal Nasery Basral dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA” dan Tri Asih (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Nilai Pendidikan Karaker dalam Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Karya Tere Liye dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA”.
1.      Eni Kusrini (2012) dalam skripsinya berjudul “Nilai Religius Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Hasil penelitian Eni Kusrini menunjukkan bahwa aspek pendidikan yang ada dalam novel Sang pencerah meliputi nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel tersebut. Persamaan penelitian Eni Kusrini  dengan peneliti adalah sama-sama memfokuskan penelitian pada aspek atau nilai pendidikan yang ada dalam novel dan alternatif  pembelajarannya. Perbedaannya, objek penelitian Eni Kusrini adalah Novel Sang pencerah Karya Akmal Nasery Basral, sedangkan penelitian ini mengkaji novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy. Penelitian Eni Kusrini terfokus pada nilai religious, sedangkan peneliti memfokuskan pada semua nilai pendidikan yang ada pada novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy.
2.      Tri Asih (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Nilai Pendidikan Karakter dalam novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Karya Tere Liye dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA”. Tri Asih membahas tentang nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Karya Tere Liye. Persamaan penelitian Tri Asih dengan penelitian ini adalah mengkaji tentang nilai pendidikan yang menjadi acuan. Perbedaannya, penelitian Tri Asih memfokuskan pada pendidikan karakter, sedangkan peneliti mencakup semua nilai pendidikan (agama, moral, sosial, dan adat/budaya).
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini bukanlah penelitian yang baru, tetapi merupakan penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian terdahulu sehingga diharapkan dapat melengkapi dan mendukung penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.

I.       Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teoretis yang memuat materi untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Dalam kajian teoretis ini akan membahas mengenai struktur karya sastra, nilai pendidikan karya sastra, dan skenario pembelajaran sastra di kelas XI SMA. Struktur karya sastra meliputi: tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, amanat, dan sudut pandang. Nilai pendidikan karya sastra meliputi macam-macam nilai pendidikan karya sastra yang terdapat dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy (nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan dan sosial). Skenario pembelajaran sastra di SMA meliputi: pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran sastra, materi pembelajaran sastra, strategi pembelajaran sastra, metode pembelajaran, sumber belajar, waktu, dan evaluasi pembelajaran.
1.      Struktur Karya sastra
Struktur karya sastra terdiri dari berbagai unsur pembangun yang membentuk sebuah karya sastra. Menurut Baribin (1985: 85), unsur pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang.
a.       Tema
Menurut Nurgiyantoro (2010: 67) tema adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita.  Menurut Aminuddin (2010: 91) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam menerapkan karya fiksi yang diciptakan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah suatu gagasan utama yang mendasari sebuah cerita.
b.      Tokoh
Menurut Nurhayati Ginanjar (2012: 15) Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam prosa. Menurut Aminuddin (2010: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang berperan dalam suatu karya sastra.
c.       Alur
Menurut Nurhayati Ginanjar (2012: 12) alur atau plot adalah pengatur urutan peristiwa pembentuk cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Menurut Herman J. Waluyo (2011: 9) Alur atau plot sering disebut kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa yang akan datang. Menurut Rene Wellek (dalam Herman J. Waluyo, 2011: 9) plot merupakan struktur pennceritaan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alur atau plot merupakan jalinan peristiwa yang membentuk suatu jalannya peristiwa.
d.      Latar
Menurut Baribin (1985: 63) latar adalah lingkungan tempat terjadinya peristiwa. Menurut Herman J. Waluyo (2011: 23) setting atau latar adalah tempat kejadian cerita. Menurut Nurhayati Ginanjar (2012: 17) latar disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar merupakan suatu tempat dimana terjadi sebuah cerita dalam karya sastra.
e.       Sudut Pandang  
Menurut Abrams (dalam Ginanjar Nurhayati, 2012: 17) mendefinisikan sudut pandang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Menurut Herman J. Waluyo (2011: 25) point of view atau sudut pandang pengarang, yaitu teknik yang digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam cerita.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah cara pengarang menceritakan suatu karya sastra.

2.      Nilai Pendidikan dalam Karya sastra
Nilai pendidikan karya sastra akan dijelaskan dalam kajian teori ini meliputi pengertian nilai pendidikan dan macam-macam nilai pendidikan dalam karya sastra.
a.       Pengertian Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra
Karya sastra pada dasarnya merupakan hasil kreativitas pengarang. Seorang pengarang akan mengungkapkan pikirannya menjadi sebuah karya sastra. Hasil pemikiran tersebut tidak hanya menjadi sebuah cerita yang indah, akan tetapi mampu memberikan pandangan yang berhubugan dengan agama, serta beraneka ragam pengalaman hidup. Hasil kreatifitas pengarang tersebut yang mampu mendidik pembaca untuk mengarah kepada kehidupan yang lebih baik.
Nilai pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang berupa novel selalu mngungkapkan nilai pendidikan misalnya nilai pendidikan agama, moral, sosial, maupun keindahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo (2011: 30) bahwa kita dapat mengambil nilai kegunaan setelah membaca karya sastra misalnya nilai agama, moral, budi pekerti, dan etika dari cerita tersebut. Dengan demikian karya sastra pada dasarnya selalu mengandung bermacam-macam nilai kehidupan yang akan bermanfaat bagi pembaca.
Nilai pendidikan dalam sastra merupakan segala sesuatu yang positif dan berguna dalam kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri manusia melalui upaya pengajaran sastra. Apabila dihubungkan dengan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia.
b.      Macam-macam Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra
Karya sastra tidak hanya terlahir karena kejadian, tetapi juga dari kesadaran penciptanya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif dan fiktif, melainkan juga harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan serta bertendens. Karya sastra diciptakan tidak hanya untuk dinikmati, tetapi untuk dipahami dan diambil manfaatnya. Dalam karya sastra, ada berbagai nilai-nilai kehidupan yang hadir dan mampu mendidik manusia sehingga manusia mencapai hidup yang baik dan berkarunia akal, pikiran, dan perasaan.
Nilai pendidikan yang ada dalam karya sastra novel diantaranya, nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan adat/budaya.
1)      Nilai Pendidikan Agama
Agama adalah hal yang hakiki bagi manusia. Setiap manusia mempunyai hak masing-masing untuk meyakini sebuah agama. Mangunwijaya (dalam Nurgiyantoro, 2010: 327) mengatakan bahwa agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan hukum-hukum resmi. Religious dipihak lain melihat aspek yang di lubuk hati, getar nurani, totalitas ke dalam pribadi manusia.  Dengan demikian, religious bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi. Nilai religious bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntutan agama dan selalu mengingat Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar pembaca karya sastra mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religious dalam karya sastra bersifat personal atau individual. 
2)      Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Nurgiyantoro (2010: 319) menyatakan bahwa moral merupakan laku perbuatan manusia dipandang dari nilai-nilai baik dan buruk, benar dan salah, dan berdasarkan adat kebiasaan dimana individu berada. Nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku untuk karya menjujung tinggi budi pekerti dan nilai sastra.
3)      Nilai Pendidikan Sosial
Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat atau umum. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar bahwa betapa peningnya hidup bermasyarakat yang paling membantu.
Dengan demikian, nilai sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai sosial merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting.
4)      Nilai Pendidikan Adat/Budaya
Nilai adat/budaya biasanya nilai keturunan dari nenek moyang kita yang sulit untuk ditinggalkan. Nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan tertinggi bagi kehidupan manusia.

3.      Pembelajaran di SMA
Pada dasarnya pembelajaran sastra di sekolah, khususnya di SMA hendaknya melibatkan  keaktifan siswa dalam menggali sungguh-sungguh sastra tersebut. Dengan adanya novel sebagai salah satu bentuk karya sastra, besar kemungkinan untuk dijadikan salah satu bahan ajar di SMA. Novel sebagai bahan ajar di SMA, memiliki kelebihan yaitu karya sastra (novel) tersebut cukup mudah dinikmati sesuai dengan kemampuan setiap individu.
a.       Pengertian Pembelajaran Sastra
Menurut Hamalik (2011: 57) pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran sastra merupakan suatu penyajian karya sastra dalam situasi belajar mengajar di kelas yang bertujuan untuk menanamkan sikap positif terhadap hasil karya dalam wujud pemahaman transformasi dari tekstual ke faktual. Pembelajaran sastra di samping bicara tentang sejarah sastra dan teori sastra, perlu terutama diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra yang mencakup adanya pemberian kesempatan untuk berkreasi, mencoba sendiri menciptakan karya sastra.
b.      Tujuan Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra diarahkan untuk memperbaiki budi pekerti dan mempertajam kepekaan perasaan siswa. Tujuan pembelajaran sastra yang bersifat operasional dalam kurikulum terangkum dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
c.       Manfaat Pembelajaran Sastra
Selain mempelajari tentang teori-teori sastra, pembelajaran sastra juga memiliki manfaat bagi siswa, yaitu dapat membantu pembentukan watak dan karakter siswa melalui pembelajaran sastra tersebut.
d.      Bahan Pembelajaran Sastra
Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pada pengajaran tertentu. Guru dapat memilih bahan yang tepat dengan tingkat perkembangan siswa.
e.       Metode Pembelajaran Sastra
Model adalah pola, contoh, acuan, ragam, dan sebagainya dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Depdiknas, 2011: 923).  Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan ada orang yang mengajar dan belajar dengan didukung oleh komponen lainnya seperti kurikulum dan fasilitas kegiatan belajar mengajar. Guru dapat memilih model yang dianggap tepat dan sesuai dengan tujuan, bahan dan keadaan siswa untuk menghindari kejenuhan disarankan guru menggunakan metode yang beragam. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sastra (dalam hal ini novel) yaitu metode pembelajaran kolaboratif tipe jigsaw. Metode pembelajaran kolaboratif tipe jigsaw adalah suatu metode pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
f.        Langkah-langkah Pembelajaran Sastra
Langkah-langkah pembelajaran adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Tahapan-tahapan tersebut dipilih dan ditentukan masing-masing guru sesuai dengan model dan metode yang digunakan.
g.      Sumber Belajar
Sumber belajar menurut Sukirno (2009: 108) adalah teks/materi ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar tidak hanya diperoleh dari guru saja, melainkan buku pelajaran dapat sebagai sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku teks, buku pendamping, koran, majalah, brosur, dan lain sebagainya.
h.      Evaluasi
Evaluasi belajar adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan pembelajaran. Ada dua bentuk tes tertulis yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi, yaitu tes esai dan tes objektif.

J.      Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja untuk memenuhi suatu objek yang menjadi sarana ilmu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini akan disajikan objek penelitian, fokus penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.
1.      Objek Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 99) objek adalah hal yang menjadi pusat perhatian penelitian. Objek penelitian ini adalah nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA yang dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra di SMA.

2.      Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan titik pusat dari objek penelitian. Penelitian ini difokuskan pada nilai pendidikan yang ada dalam novel dan skenario pembelajarannya. 
Fokus penelitian ini adalah nilai pendidikan yang ada dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy meliputi nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan skenario pembelajaran di kelas XI SMA.

3.      Sumber Data
Sumber data adalah subjek data diperoleh (Arikunto, 1998: 128). Sumber data dalam penelitian adalah sumber data dari mana data-data tersebut diperoleh. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber datanya adalah objek dari penelitian tersebut, yaitu novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy cetakan pertama dan diterbitkan oleh DIVA Press, Yogyakarta. Cetakan pertama, 2013, tebal 372 halaman. Data-data berupa kutipan-kutipan, baik kutipan langsung maupun tidak langsung dari novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy.


4.      Instrumen Penelitian
Arikunto (2002: 136) mengatakan instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerja lebih mudah, hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Menurut Sugiyono (2013: 148), dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument adalah penulis sebagai peneliti, kartu pencatat data dan alat tulisnya.
Istrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sebagai peneliti, kartu pencatat data dan alat tulisnya kartu pencatat data tersebut, penulis gunakan untuk mencatat data tentang struktur pembangun novel (tema, tokoh, plot, latar dan sudut pandang) dan nilai pendidikan yang terdapat pada novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy. Kartu ini diberi nomor sesuai dengan nomor yang ada dalam novel sesuai dengan struktur pembangun dan nilai pendidikan.

5.      Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2013: 224) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Arikunto (2010: 22) mengatakan bahwa teknik observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar. Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
a.       Membaca keseluruhan novel secara intensif
b.      Mengelompokkan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy.
c.       Mencatat data-data yang diperoleh dalam kartu pencatat data.

6.      Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data dengan metode isi. Barelson (dalam Bungin, 2009: 156) mengatakan bahwa analisis isi merupakan teknik penelitian untuk mendeskripsikan secara objektif dan sistematis tentang manifestasi komunikasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa bentuk-bentuk bahasa, yakni teks dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy. Penjelasan tersebut berupa deskripsi konkret.
 Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam melakukan metode analisis isi adalah sebagai berikut:
a.       Menentukan objek, yaitu novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy.
b.      Membaca teks novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy secara sungguh-sungguh dan memahami apa kandungan isi yang ada dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy.
c.       Mencatat data-data yang diperlukan, yang mengandung nilai pendidikan.
d.      Mengklasifikasikan data yang diperoleh berdasarkan aspek pendidikannya.
e.       Mencatat hasil pengklasifikasian data yang sudah diperoleh.
f.        Menganalisis data dengan teori struktural (tema, tokoh, alur, latar dan sudut pandangan).
g.      Menganalisis nilai pendidikan.
h.      Menyusun hasil analisis (penyajian data, pembahasan data, dan penimpulan data hasil penelitian).

7.      Teknik Penyajian Hasil Analisis
Menurut Sudaryanto (1993: 145-146) dalam penyajian analisis data, penulis menggunakan metode informal, yakni penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Hasil penelitian berupa nilai pendidikan yang ada dalam novel Wanita Baik untuk Lelaki Baik karya Taufiqurrahman al-Azizy dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA.

Post a Comment for "NILAI PENDIDIKAN NOVEL WANITA BAIK UNTUK LELAKI BAIK KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA"