PENINGKATAN KEMAMPUAN BERDISKUSI YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII SMP
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pendidikan
adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap
sosial dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(sisdiknas, 2006:6).
Pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah merupakan
poin penting dalam tercapainya keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, proses
pembelajaran sarat dengan berbagai macam permasalahan. Dari sekian banyak
masalah yang muncul, sebagian besar berasal dari dalam kelas dimana proses
kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung.Dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang
diujikan dalam ujian nasional. Disinilah peran guru sangat penting dalam dunia
pendidikan. Hal ini dikarenakan guru berhubungan langsung dengan siswa.
Suryosubroto
(2007:71) mengemukakan dalam sistem belajar mengajar yang sifatnya klasikal,
guru harus berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan komunikasi dua
arah. Mengajar bukan semata-mata memberikan informasi seraya tanpa
mengembangkan kemampuan, mental, fisik, dan dan penampilan diri. Apabila guru
memaknai belajar adalah sebagai proses penerimaan informasi dari sumber
informasi, maka guru akan memaknai mengajar adalah memberi informasi. Kegiatan
belajar mengajar yang diciptakan guru akan sangat berpusat pada guru karena
guru bertindak sebagai sumber informasi yang akan mentransfer informasi kepada
siswa. Proses belajar mengajar seperti ini menyebabkan siswa pasif karena siswa
hanya duduk dan menunggu datangnya informasi dan mencatat hal yang dianggap
penting. Akibatnya informasi yang didapat kurang begitu penting.
Berdasarkan
alasan di atas, perlu strategi baru yang lebih memberdayakan siswa. Belajar
merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman. Alternatif
yang peneliti tawarkan dalam mengatasi masalah tersebut adalah metode Jigsaw. Metode ini mengajak siswa untuk
berdialog dan bertukar pendapat dalam memecahkan masalah yang ada dalam
kelompok. Satu kelompok tidak hanya bertugas memberikan pemahaman terhadap
anggotanya, namun juga memberikan pemahaman kepada kelompok lain, begitu juga
sebaliknya. Proses interaksi yang dilakukan siswa melalui metode ini adalah
menggunakan bahasa lisan. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam berbicara akan
dapat terlatih dan pada berikutnya akan menjadikan siswa terbiasa dan mampu
dalam berbicara atau berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dalam kegiatan
sehari-hari. Selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, pembelajaran
bahasa Indonesia juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan
bernalar untuk memperluas kepekaan perasaan siswa. oleh karena itu, tujuan
penerapan metode diskusi lebih ditekankan pada aspek keterampilan berbicara.
Berdasarkan
hal tersebut, penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Diskusi Melalui
Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VII SMP N 25 Purworejo tahun pelajaran 2013/2014”,
diharapkan mampu mengubah paradigma lama. Dalam penelitian ini, siswa
diharapkan untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dan kecakapan
berbicara mereka tercapai.
Peneliti
mengambil tempat penelitian di SMP N 25 Purworejo karena selain letaknya yang
dekat dengan lokasi tempat tinggal peneliti, sekolah ini juga merupakan sekolah
favorit di Kabupaten Purworejo. Fasilitas yang dimiliki, seperti pengajar,
gedung dan alat-alat pembelajaran lainnya terbilang cukup. Faktor inilah yang melatar
belakangi peneliti untuk mengadakan penelitian di SMP N 25 Purworejo dengan
harapan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
B.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Adanya permasalahan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu keterampilan berbicara siswa rendah,
sehingga kurang mampu melisankan buah pikiran serta argumennya di depan kelas.
Hal ini dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran yang masih menggunakan model
pembelajaran yang monoton dan membosankan.
C.
BATASAN
MASALAH
Untuk
lebih memfokuskan penelitian ini, penulis membatasi pada permasalahan upaya
peningkatan berbicara dengan metode jigsaw pada siswa kelas VII SMP N 25
Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Pembatasan masalah tersebut antara lain:
1. Model
pembelajaran yang dipakai untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia adalah model Jigsaw dan dilaksanakan dengan
metode diskusi.
2. Keterampilan
berbicara siswa dalam proses belajar dikhususkan pada keaktifan dalam bertanya
dan menjelaskan serta mempertahankan argumennya.
3. Studi
kasus dilakukan di kelas VII SMP Negeri 25 Purworejo.
D.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang pelaksanaan tindakan tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
pembelajaran materi diskusi dengan metode Jigsaw terhadap aktivitas belajar
siswa kelas VII SMP N 25 Purworejo?
2. Bagaimana
peningkatan keterampilan berbicara materi diskusi dengan metode Jigsaw pada
siswa kelas VII SMK N 25 Purworejo?
E.
TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan
rumusan masalah yang sudah dikemukakan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan
proses pembelajaran materi diskusi dengan metode Jigsaw pada siswa kelas VII
SMP N25 Purworejo.
2. Mendeskripsikan
peningkatan keterampilan berbicara materi diskusi dengan metode Jigsaw pada
siswa kelas VII SMP N 25 Purworejo.
F.
MANFAAT
PENELITIAN
Ada
dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu secara teoretis dan praktis.
1.
Manfaat
Teoretis
Secara
umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia terutama pada aspek keterampilan berbicara dengan metode
Jigsaw serta dapat menambah khasanah penelitian.
2.
Manfaat
Praktis
a. Bagi
peneliti, penelitian ini sangat berguna bagi penelitian untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang bagaimana cara meningkatkan keefektifan pembelajaran
siswa di SMP dan sebagai pertimbangan bagi peneliti-peneliti lain khususnya
guru SMP.
b. Bagi
siswa, diharapkan siswa mampu meningkatkan keterampilan berbicara setelah
mendapat pengajaran dengan metode Jigsaw. Siswa juga diharapkan akan lebih
berani untuk aktif bertanya, mencobamenjawab pertanyaan, mempertahankan argumen
, serta berani untuk tampil di depan kelas.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORI,
KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS.
1.
Tinjauan
Pustaka
Wujud aktivitas dalam sebuah komunikasi adalah
berbicara. Komunikasi yang efektif tidak hanya berkaitan dengan apa yang
dikatakan seorang, tetapi juga pada bagaimana ia mengatakannya. Kridalaksana menyatakan
bahwa berbicara adalah berkata, bercakap: berbahasa atau memberi pendapat
(dengan perkataan, tulisan dan sebagainya) atau berunding.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada
siswa telah banyak dilakukan. Hal ini terbukti dengan benyaknya penelitian yang
dilakukan oleh para ahli bahasa maupun mahasiswa. Penelitian tersebut belum
sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian
lanjutan demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian yang berhubungan dengan topik
penelitian ini adalah penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara dan
dijadikan sebagai kajian pustaka. Penelitian tersebut dilakukan oleh Mulyaningsih
(2000), danAri Sutrisno (2012).
Penelitian Mulyaningsih (2000) berjudul “Keefektifan
Teknik Berdiskusi untuk Meningkatkan Keterampilan berbicara siswa Kelas II SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta”. Hasil penelitian adalah menunjukkan adanya sekor posttest antara kelas yang menggunakan
teknik diskusi dengan kelas yang tidak menggunakan teknik diskusi yang
disebabkan oleh perlakuan yang berbeda.
Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan
Mulyaningsih adalah sama-sama meneliti keterampilan berbicara pada siswa.
Perbedaan adalah pada penggunaan metode pada proses pembelajaraan. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan
berbicara menggunakan metode Jigsaw.
Penelitian Ari Sutrisno (2012) berjudul “Peningkatan
Keterampilan Berbicara dengan Metode Kerja Kelompok Pada Siswa Kelas VII SMP
Muhammadiyah Sadang Tahun Pembelajaran 2011/2012.
Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan Ari
Sutrisno adalah sama-sama meneliti keterampilan berbicara pada siswa. Perbedaan
adalah pada penggunaan metode pada proses pembelajaraan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara
menggunakan metode Jigsaw.
2.
KAJIAN
TEORI
a.
Keterampilan
berbicara
Pada bagian ini akan dibahas mengenai keterampilan
berbicara yang meliputi, materi diskusi, model pembelajaran Jigsaw dan
langkah-langkah pembelajaran berbicara dengan metode Jigsaw.
Arsyad dan Mukti (1988:17) menjelaskan bahwa berbicara
adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang memakai bahasa untuk
menggunakan bahasa secara lisan dan mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar dan penyimak.
b.
Pengertian
Diskusi
Mill (dalam power; 1951:263) mengatakan
bahwa, satu-satunya cara tepat dimana manusia dapat mengemukakan beberapa
pendekatan, untuk mengetahui semua pokok pembicaraan adalah dengan jalan
mengetahui seluruh hal yang dikatakan oleh orang-orang yang mempunyai pendapat
berbeda.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa diskusi adalah pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara
dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari kesepakatan atau
kesepahaman gagasan atau pendapat. Diskusi yang melibatkan beberapa orang
disebut diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok diperlukan seorang pemimpin
yang disebut ketua diskusi. Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup diskusi,
membangkitkan minat anggota untuk menyampaikan gagasan, menengahi anggota yang
berdebat, serta mengemukakan kesimpulan hasil diskusi.
c.
Model
pembelajaran Jigsaw
Metode Jigsaw
merupakan salah satu variasi model Collaborattive
Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan
informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya, untuk secara barsama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh
anggota.
Strategi ini dapat diterapkan pada
pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan dan diketahui
siswa dengan membagikan bahan ajar dengan yang lengkap. Teknik ini dapat
digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.
d.
Langkah
Pembelajaran Berbicara dengan Model Jigsaw
1.
Kegiatan
awal
Kegiatan
awal dimulai dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan presentasi kepada siswa.
selanjutnya guru melakukan tanya jawab tentang pentingnya kemampuan mengawali percakapan/pembicaraan,mengajukanpendapat/pertanyaan/sanggahan
yang santun, mengalihkan topik (topic switching), dan mengakhiri percakapan
secara santun dalam berbicara, bercakap-cakap, berdiskusi, berdebat atau
berwawancara dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Kegiatan
inti
Pada
tahap ini, guru membagi enam kelompok peserta diskusi yang masing-masing
kelompok terdiri dari 4-7 siswa. Guru memberi tugas untuk membaca beberapa
materi pelajaran tentang bahasa Indonesia. Setelah itu, guru menunjuk salah
satu anggota kelompok untuk menyampaikan hasil dari diskusi dengan kelompoknya,
yang kemudian kelompok lain akan menanggapi, bertanya atau menyanggah. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa beradu argumen.
3.
Kegiatan
Akhir (Penutup)
Komentar
siswa yang baru saja dipelajari dijadikan sebagai feed back (umpan balik).
Selanjutnya guru melakukan penegasan tentang pentingnya kemampuan memulai
percakapan, bertanya, berpendapat, berdebat dan mengakhirinya dengan santun
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja.
e.
Kerangka
Berfikir
Interaksi
yang terjadi dalam belajar mengajar dipengaruhi oleh lingkungan, antara murid,
guru, kepala sekolah, petugas perpustakaan , materi pelajaran (modul, buku,
majalah dan sumber belajar lain), fasilitas, serta model pembelajaran.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini semakin mendorong upaya-upaya
pembaruan dalam model pembelajaran untuk kegiatan proses belajar mengajar.
Model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu hasil kemajuan pemikiran yang
bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia, terutama dalam
segi berbicara.
Pembelajaran
bahasa selama ini masih dianggap membosankan bagi siswa. Keadaan tersebut
menjadikan pelajaran bahasa Indonesia tidak menarik dan salah satu akibatnya adalah
rendahnya hasil belajar siswa. dalam pelaksanaannya, mungkin seorang guru
menyampaikan dengan model yang biasa-biasa saja dan terkesan monoton. Hal
inilah yang menyebabkan siswa belum mampu mengungkapkan gagasannya secara
lengkap, runtut dan jelas dalam bentuk lisan.
Penggunaan
model pembelajaran Jigsaw yang dilakukan dengan cara berdiskusi dalam
pembelajaran berbicara dan akan meningkatkan keterampilan siswa dalam
mengungkapkan gagasan secara lengkap, runtut dan jelas. Dalam model
pembelajaran Jigsaw, kualitas berbicara siswa tidak terlalu diperhatikan.
Namun, kualitas berbicara siswalah yang akan terus dieksploitasi sehingga
memunculkan ide-ide brilian dan bahkan terkadang gila guna memecahkan suatu
masalah. Siswa juga akan semakin tertarik untuk selalu mengikuti pelajaran,
karena munculnya rasa penasaran terhadap sesuatu yang baru ditampilkan dalam
kegiatan pembelajaran. Melalui model pembelajaran Jigsaw, maka akan membuat
siswa terpacu untuk memberanikan diri berbicara di depan teman-teman serta gurunya.
BAB
111
METODOLOGI PENELITIAN
1.
Desain
Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana dan struktur
penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga akan dapat memperoleh
jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian. Penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif yang termasuk dalam jenis penelitian eksperimen kuasi
atau semu. Penelitian eksperimen kuasi dimaknai sebagai penelitian yang mendekati penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen kuasi menggunakan subjek penelitian manusia
yang tidak dapat dimanipulasi dan dikontrol secara intensif. Oleh sebab itu,
penelitian dalam penelitian ini harus berhati-hati dalam menarik hubungan
kausal yang terjadi dalam penelitian tidak dapat memanipulasi dan mengontrol
secara bebas dan intensif. Untuk itu penelitian menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dalam melaksanakan tugas, memperdalam
tindakan-tindakan yang dilakukan dan memperbaiki tindakan-tindakan tersebut.
Pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas dilakukan secara kolaboratif dan
partisipatif. Secara kolaboratif maksudnya penelitian tidak melakukan sendiri,
namun bekerjasama dengan guru bahasa Indonesia kelas VII SMP N 25 Purworejo.
Secara partisipatif artinya penelitian bersama-sama dengan siswa kelas VII SMP N
25 Purworejo, penelitian melaksanakan penelitian ini tahap demi tahap.
2.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 25 Purworejo yang
beralamatkan di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah.
3.
Subjek
Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian
adalah siswa kelas VII SMP N 25 Purworejo.
4. FokusPenelitian
Penelitian
ini difokuskan pada aspek peningkatan keterampilan diskusimenggunakanmetode Jigsaw.
5.
Prosedur
penelitian
Pada penelitian ini, data penulis analisis menggunakan
metode deskripsi. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu: (1)
merencanakan tindakan sesuai dengan permasalahan yang ada; (2) melaksanakan
tindakan; (3) melakukan pengamatan; (4) refleksi.
6.
Tahap Penelitian
Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama sama. Menurut Arikunto (2010:
16). Secara garis besar ada empat tahap yaitu perencanan, tindakan, obserfasi,
dan refeleksi. Model yang digunakan adalah model yang dikemukakan oleh kemmis
dan mc Taggart dalam Arikunto (2010 : 137) adalah sebagai berikut.
SIKELUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PERENCANAAN
|
SIKLUS 1
|
PERENCANAAN
|
PELAKSANAAN
|
REFLEKSI
|
REFLEKSI
|
PELAKSANAAN
|
SIKLUS II
|
PENGAMATAN
|
PENGAMATAN
|
?
|
PENELITIAN TINDAKAN DALAM DUA SIKLUS
Gambar 1 : Desain PTK dalam Arikunto (2010 : 137)
Tindakan
penelitian ini dilakukan dua siklus dalam hal ini sikelus I bertujuan untuk
mengetahui keterampilan berbicara pada siswa. Sikelus satu dipakai sebagai
refelksi untuk melakukan sikus II. Sedangkan, sikelus II bertujuan untuk
mengetahui peningkatan keterampilan berbicara diskusi setelah dilakukan
perbaikan terhadap pelaksanaan belajar mengajar yang didasarkan pada refkeksi
sikelus I.
Perosedur
Penelitian
Perosedur penelitian tindakan
dillakukan melalui dua perosedur , yaitu tindakan peroses sikelus I dan
tindakan proses siklus II.
1. Peroses
Tindakan Siklus I
Perosedur tindakan siklus
I ini ada empat tahap yang harus dilakui, yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan , pengamatan dan refleksi. Adapun langkah-langkah sebaga berikut.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan harus
dilakukan dengan matang dan secermat mungkin , agar pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar dan hasilnya sesuai yang dinginkan . dalam tahap ini, rencana
yang dilakukan adalah sebagai berikut (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2)
media yang akan digunakan, (3) lembar evaluasi untuk diujikan pada ahir siklus,
(4) lembar dan pedoman pengamatan, (5) angket, dan (6) dokumen foto
b. Tindakan
Pada
tahap ini, melakukan tindakan harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan
yaitu mengenai langkah- langkah diskusi. Pembelajaran dilaksanakan pada tiga
tahap, yaitu tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup.
Tahap
persiapan guru menyiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam
pembelajaran .Sebelum mengawali pelajaran terlebih dahulu diawali dengan doa
dan mengondisikan siswa agar siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru
memberikan apersepsi kepada siswa mengenai tujuan dalam dengan berdiskusi. Tahap pelaksanaan guru memberikan
penjelasan tentang pembelajaran mengunakan metode Jigsaw. Dalam materi pembelajaran berbicara diskusi guru menjelaskan
kepada siswa kegiatan yang akan mereka jalani dalam proses pembelajaran.
Tahap
penutup guru memberikan evaluasi dengan mempersilakan siswa menyatakan pendapat
dari apa yang sudah mereka pelajari, dalam hal ini untuk mengetahui hasil
kemampuan berbicara siswa diakhir siklus .
c. Pengamatan
Pada tahap ini pengamatan bertujuan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara diskusi. Peneliti mengamati
keaktifan siswa dan perubahan perilaku siswa saat pembelajaran mengunakan
metode Jigsaw. Pengamatan dapat dilakukan dengan data tes maupun nontes, data
tes digunakan untuk megetahui kemampuan menulis puisi dengan metode Jigsawdata
nontes dapat mengunkan angket, lembar pengamatan dan dokumentasi foto pada saat
proses pelaksanaan pembelajaran .
d. Refelksi
Kegiatan
refleksi dilakukan dengan mengumpulkan data yang ada, yakni hasil tes kemampuan
berbicara diskusi dengan menggunakan
metode Jigsawdan hasil non tes berupa lembar penilain, angket, lembar
pengamatan, dan dokumentas foto sebagai perbandingan antara kegiatan
pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Penulis dapat menyimpulkan bagaimana
kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan metode sugesti imajinasi. Dari refleksi tersebut dapat diketahui kesulitan
yang dialami siswa dalam pembelajaran berbicara diskusi.
2. Proses tindakan siklus II
Tahap Tindakan Siklus II merupakan usaha peningkatan kemampuan
berbicara diskusi. Prosedur tindakan dalam siklus II juga dilakukan dalam empat
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
a.Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II sama dengan siklus I.
Tujuannya pun sama, yakni meningkatkan kemampuan berbicara diskusi dengan dengan
metode jigsaw.
b.Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan
tindakan yang dilakukan pada siklus I
pembelajaran berbicara diskusi mengunakan metode Jigsaw. Perbedaan pada
siklus II dilakukan pembelajaran diskusi dengan dibagi beberapa kelompok
terdiri atas enam anak setiap kelompok dan materi yang akan dibahas tentang
materi-materi pelajaran yang sudah diterima sebelumya.
Tahap tindakan yang dilakukan guru (Peneliti), yaitu
membimbing siswa dalam berbicara diskusi, memberikan motifasi kepada siswa agar
siswa lebih aktif dalam pembelajaran diskusi dengan mengunakan metode Jigsawdan
memberikan penghargaan kepada siswa yang
memperoleh nilai tinggi .
c.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang
dilakukan pada siklus I, yakni dilakukan melalui non tes. Pada siklus II ini,
diharapkan ada perubahan dan peningkatan kemampuan siswa dalam berdiskusi.
d. Refleksi
Refleksi yang dilakukan pada siklus II juga sama dengan yang
dilakukan pada siklus I, yakni menganalisis hasil tes dan non tes. Setelah
refleksi pada siklus II selesai, peneliti membandingkan dengan hasil refleksi
pada siklus I. Hasil itulah yang digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat
simpulan.
7.
Teknik
Pengumpulan Data
Arikunto (2008:127) menemukakan bahwa pengumpulan data
dalam penelitian tindakan kelas, baik data kualitatif maupun kuantitatif
dimanfaatkan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, perubahan pada kinerja
guru, hasil presentasi siswa, perubahan kinerja siswa, dan perubahan suasana
kelas. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan instrumen tes dan non tes.
a.
Insrumen
Tes
Menurut
Widoyoko (2009:45)Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran,
yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam hal
ini, yang diukur adalah keterampilan berbicara pada pembelajarandiskusi SMP
kelas VII.
b. Instrumen
Non Tes
Teknik
nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan peserta didik atau peserta tes tanpa melalui tes dengan alat
tes (Nurgiyantoro, 2012: 90). Ada sejumlah teknik nontes yang dapat
dipergunakan untuk memperoleh hasil belajar antara lain teknik catatan
lapangan, observasi, wawancara, lembar angket, dan dokumentasi foto.
8.
Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data yang dilakukan peneliti meliputi dua teknik yaitu: secara
kuantitatif dan kualitatif.
1. Teknik Kuantitatif
Teknik
kuantitatif adalah teknik analisis data secara kuantitatif yang diperoleh dari
hasil belajar kuesioner (Sukidin, 2010: 111). Teknik kuantitatif dipakai untuk
menganalisis data kuantitatif.
a. Merekap
skor yang diperoleh siswa;
b. Menghitung
skor komulatif dari seluruh aspek;
c. Menghitung
skor rata-rata;
d. Menghitung
persentase dengan rumus;
Data kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif
(prosentasi, mean, median, mode, tabel, grafik, frekwensi, chart, dan
sebagainya). Teknik deskriptif adalah teknik yang digunakan peneliti untuk
mencari nilai belajar siswa. Misalnya, mencari nilai rerata, persentase
keberhasilan belajar, dan lain-lain (Arikunto dkk., 2012: 131). Dalam hal ini
peneliti menggunakan teknik deskriptif. Teknik analisis data secara kuantitatif
digunakan untuk menganalisis data kuantitatif berupa skor keterampilan menulis
deskripsi sugestif. Skor penilain untuk keterampilan menulis deskripsi sugestif
peneliti paparkan sebagai berikut:
2.
Teknik Kualitatif
Teknik
kualitatif adalah teknik analisi yang berkaitan dengan data kualitatif yaitu data yang
berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa
tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan
atau sikap siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar dan
sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif (Arikunto dkk,. 2010: 131)
Teknik
kualitatif dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan, wawancara, angket, dan
dokumentasi foto. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Hasil analisis ini sebagai dasar untuk
menentukan kelebihan dan kekurangan siswa dalam pembelajaran diskusi dengan
metode jigsaw. Melalui analisis ini, peneliti dapat mengetahui pengembangan
pembelajaran menggunakan metode jigsaw atau tanpa metode jigsaw dan perubahan
selama proses pembelajaran berlangsung.
9.
Teknik
Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam
penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik penyajian hasil
analisis data informal. Teknik penyajian hasil analisis data informal merupakan
perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Dalam penelitian ini,
diterapkan teknik informal karena dalam penelitiandi dalamnya menggunakan
kata-kata biasa, dan tidak menggunakan lambang-lambang atau simbol.
Post a Comment for "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERDISKUSI YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII SMP"