Analisis Unsur Struktur Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye
BAB
I
TEMA
DAN MASALAH
Tema adalah gagasan dasar dan makna yang dikandung oleh sebuah cerita.
Untuk mendapatkan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi masalah-masalah di
dalam cerita yang dapat membantu menemukan tema.
Menurut Hartoko dan Rahmanto (1986: 142) menyatakan, Tema adalah
gagasan dasar umum yang terdapat dalam sebuah karya sastra dan yang terkandung
di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan dan
perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif konkrit yang menuturkan
urut peristiwa atau situasi tertentu.
Pengertian tema Fananie
(2000: 84) bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup yang melatar
belakangi penciptaan karya sastra. Karenakarya sastra merupakan refleksi
kehidupan masyarakat, tema yang diungkapkan dalam karya sastra sangat beragam.
Tema dapat berupa persoalan moral, etika, sosial budaya, agama, teknologi dan tradisi
yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Tema dapat berupa pandangan
pengarang dalam menyiasati persoalan yang memuncul.
Pengertian masalah dengan tema berbeda karena masalah merupakan suatu
unsur untuk membangun tema, sehingga timbul beberapa masalah yang mendukung
tema. Masalah yang terdapat pada novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin antara lain:
1.1 Masalah Percintaan/Asmara
Masalah percintaan yang terjadi di
dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin, terjadi pada Tania yang diam-diam mencintai Danar, malaikat
penolong bagi keuarganya.
“Ah,
Ibu tahu sejak awal. Aku menyukainya. Meyukai malaikat penolong bagi keluarga
kami. Bahkan sejak kami masih suka duduk di depan rumah kardus menunggu dia
datang. Menatap bulan sepotong yang indah dari sela-sela pohon linden”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:126)
Berdasarkan kutipan di atas,
diketahui Tania diam-diam menyukai Danar bahkan sejak awal pertama kali mereka
bertemu. Dan ibu pun mengetahui perasaan itu.
1.1.2
Masalah Kesalahpahaman
Masalah
kesalah pahaman yang terjadi di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
adalah saat Tania bertanya-tanya soal liontin yang diberikan Danar kepadanya.
Tania mengira arti huruf “T” yang ada pada liontin itu istimewa tetapi
kenyataannya tidak seperti apa yang dipikirkan Tania selama ini.
“Ternyata? Ternyata itu memang tidak special.
Anne benar. Aku megap-megap entak mengetikkan apa.
Seminggu kemudian kabar soal liontin yang
ternyata tidak istimewa itu menguap. Meskipun sebenarnya susah payah aku
membujuk hatiku berdamai dengan harapan. Dulu juga Anne sudah bilang! T =
teman. T = tidak lebih tidak kurang”. (Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:116)
Berdasarkan
kutipan di atas, jelas bahwa memang liontin itu tidak special. Karena pada
kenyataannya bukan hanya Tania yang mempuntai liontin tersebut dengan adanya
inisial huruf, tetapi Danar, Dede dan IBu pun juga mempunyai liontin yg sama
dengan Tania. Dalam hidup kita janganlah terlalu berharap dengan sesuatu hal secara
berlebihan bisa jadi apa yang kita harapkan itu malah semakin menjauh dari diri
kita.
1.1.3
Masalah Sosial
Danar
adalah orang yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, hal ini terlihat saat
Danar sedang menolong Tania yang pada saat itu tengah terluka kakinya karena
terkena paku payung. Selain itu dia juga begitu baik terhadap keluarga Tania.
Dia meberikan kesempatan kepada Tania dan Dede dengan membiarkan mereka bisa
bersekolah lagi dengan Danar yang membiayainya, dan juga memberikan rumah
kontrakan kepada keluarga Tania.
“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok
dihadapanku. Mengeluarkan sapu tangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku
yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan
ujung sapu tangan.kemudian membungkusnya perlahan”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:25).
Berdasarkan
kutipan di atas, jelas terlihat bahwa dalam hidup kita harus saling tolong
menolong antar sesama manusia sekalipun itu tidak dikenalnya. Manusia itu hidup
untuk bersosialisasi. Saling mengenal dan saling membantu satu sama lainnya.
“Dan ajaib, mulai besok kehidupan kami
berubah. Esok pagi selepas subuh, Ibu mengatakan beberapa hal kepada ku dan
Dede. Salah satunya yang paling kuingat dan seketika membuatku berlonjak
gembira, aku akan kembali sekolaj. Dede juga akan disekolahkan. Ibu tersenggal
haru saat mengatakan itu. Bahkan menangis, mendekap kami erat”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:27)
Berdasarkan
kutipan di atas, meskipun hanya baru sebentar Danar mengenal Tania tapi Danar
sudah begitu baik terhadap keluarga Tania, terbukti dengan dia membantu
keluarga Tania, menyekolahkan Tania dan Dede. Memberikan kesempatan kepada
mereka untuk merasakan masa depan yang lebih baik lagi. Bila ada kesempatan dan
kita diberi rezeki lebih alangkah baiknya kalau kita membantu saudara kita yang
membutuhkan. Itu tidak akan mengurangi rezeki kita, malahan kita akan diangkat
derajatnya di mata Allah SWT.
1.1.4
Masalah Kecemburuan
Masalah
kecemburuan yang terjadi dalam novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, yakni pada saat Tania pertama kali
merasa cemburu melihat Danar yang begitu dekat dengan Kak Ratna. Dan mulai saat
itu juga Tania menjadi tidak suka dengan Kak Ratna.
“Seketika hati kecilku tidak terima. Sakit
hati!. Bukankah selama ini kalau kami pergi entah kemana, akulah yang lengannya
digenggam? Akulah yang pundaknya dipegang? Akulah yang kepalanya diusap. Itu
jelas posisiku!.
Aku benci sekali.
Hari itu aku mulai mengenal kata cemburu”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:39).
“Dia dan Kak Ratna semangkuk berdua. Kenapa
harus sebegitunya coba? Kan Kak Ratna bisa saja ambil mangkuk yang lain?
Mengganggu saja! Tetapi sepertinya dia sedikit pun tidak merasa terganggu.
Malah terlihat senang dengan tawa lebarnya”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:42)
“Malam itu aku pulang ke kamar kontrakan kami
dengan perasaan jengkel yang tak bisa kumengerti. Entah apa maksud semua ini.
Aku masih terlalu kecil untuk mengartikan perasanku sendiri. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Memebenci Angin,
2013:43)
Berdasarkan
kutipan di atas, tampak sekali ketidak sukaan Tania terhadap kedekatan Danar
dan Kak Ratna. Dia merasa posisinya sudah digantikan dengan kedatangan Kak
Ratna. Tania merasa cemburu tapi dia belum bisa mengartikan secara mendetail
perasaan itu. Boleh kita cemburu terhadap sesuatu, cemburu terhadap orang yang
kita sukai, tapi jangan biarkan rasa cemburu itu menjadikan kita membenci
sesuatu berlarut-rarut. Itu tidak baik, bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi
juga berdampak terhadap orang lain juga.
Berdasarkan
paparan di atas yang terjadi pada Tania sebagai tokoh utama merupakan akibat
dari perasaannya terhadap Danar. Rasa cinta yang selama ini dirahasiakan yang membawa Tania
menjadi sakit hati akibat keputusan Danar yang memutuskan untuk menikah dengan
Kak Ratna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tema dalam noverl Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
adalah Cinta yang dirahasian dan menyakitkan.
BAB II
ANALISIS
FAKTA-FAKTA CERITA
Pada bab ini
dibahas yang berkenaan dengan fakta-fakta cerita, yang merupakan salah satu
unsur struktur novel. Pembahasan fakta-fakta cerita ini mencakup pembicaraan
mengenai plot, tokoh, dan penokohan, dan latar.
2.1
Pengertian Alur
Stanton (Dalam Nurgiantoro. 1995:113)
mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, setiap
kejadian itu hanya dihubungkan sebab akibat, peristiwa yang selalu disebabkan
atau menyebabkan kejadian peristiwa yang lain.
Sumirto (1988:7) menyimpulkan bahwa
plot atau alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dengan suatu
rangkaian peristiwa, tetapi lebih merupakan penyusunan yang dilakukan oleh
penulisnya tentang peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan hubungan-hubungan
kualitasnya.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terbagi dalam berbagai
bagian untuk memudahkan pembahasan mengenai plot.
Bagian-bagian
buku
- Pukul 20.00: Saat Semuanya berawal
Di
toko buku itu semuanya berawal, menjadi sebuah penanda perjalanan hidup seorang
Tania. Di tempat itu pertama kalinya Tania merasakan janji masa depan yang
lebih baik. Gambaran masa depan yang lebih indah. Yang ia dapatkan dari dia,
seseorang yang ia temukan pertama kali di bus saat mengamen. Semenjak pertemuan
itu mereka menjadi akrab satu sama lain. Dan semenjak itu pula Tania jadi tahu
bahwa seseorang itu bernama Danar. Keajaiban mulai datang, kehidupan mereka
berubah, Tania dan Dede kini kembali bersekolah. Dia begitu baik dan perhatian
dengan keluarga Tania. Dia benar-benar menjadi malaikat bagi keluarga Tania.
- Pukul 20.15: Pertama Kali Aku Mengenal Perasaan Itu
Menceritakan
Tania dan Dede bisa kembali kesekolah.
Danar juga memberikan mereka rumah kontrakan sehingga Tania, Dede dan ibunya
tidak perlu lagi tinggal di rumah kardus. Ibunya bisa berjualan kue. Mereka pun
semakin dekat seperti keluarga. Sampai suatu ketika Danar membawa teman wanitanya bernama Ratna.
Sejak saat itu sikap Tania sedikit berubah. Seketika hati kecil Tania tidak terima,
dan sakit hati melihat kedekatan Danar dan Ratna. Tania merasa benci, saat itu pula Tania mulai mengenal rasa
cemburu. Tetapi rasa itu bukan sekedar
perasaan iri seorang adik tapi Tania belum bisa menerjemahkan apa arti perasaan
itu.
3.
Pukul 20.21: Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin
Kebahagiaan
Tania sedikit berkurang, ibunya jatuh sakit dan meninggal. Sebelum ibunya
meninggal, ia berpesan kepada Tania untuk menjaga adiknya. Berat
sekali bagi Tania menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada.
Untungnya ada Danar yang selalu berada di samping mereka. Menguatkan mereka
agar tetap tegar menjalani kehidupan.
4.
Pukul 20.26: Setelah Ibu Pergi
Setelah
kepergian ibunya Tania masih belum bisa berdamai dengan keadaan. Untung saja
ada Danar yang menyemangati Tania agar kehidupannya terus berlanjut. Tania
mulai bangkit, dia mendapatkan beasiswa di Singapura. Sederet prestasi ia
dapatkan, nilainya pun sangat baik. Dia lulus urutan kedua dari seluruh siswa
di sekolahnya. Nomor satu untuk dua puluh dua pemerima ASEAN Scholarship
seluruh Negara. Sungguh prestasi yang membanggakan. Kini Tania tumbuh menjadi
gadis yang cantik dan pintar.
5.
Pukul 20.32: Sweet Seventeen yang Indah
Tania
mendapatkan beasiswa lagi untuk melajutkan pendidikannya di jenjang SMA. Dia
berangkat ke Singapura. Hari-harinya disibukkan dengan kegiatan sekolahnya. Tak
terasa Tania kini sudah berumur 17 tahun. Dan dia merayakan hari kelahirannya
di Singapura bersama Danar dan Dede. Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri bagi Tania
karena dia bisa merayakan ulang tahunnya yang ke 17 bersama Danar, seseorang
yang diam-diam dicintai oleh Tania. Sebelum Danar dan Dede kembali ke Jakarta,
Danar sempat memberikan hadiah sebuah liontin kepada Tania. Dia terharu
sekaligus senang menerimanya.
6.
Pukul 20.37: Liontin Seribu Pertanyaan
Tania
selalu mengenakan liontin yang diberikan Danar kepadanya. Terkadang dia sering
menerka-nerka dan berusaha mengartikan sendiri arti dari huruf “ T ”
tersebut. Saat Tania chattingan dengan
Dede, dia sempat menyinggung soal liontin. Dede mengatakan bahwa Danar juga
memiliki liontin yang sama dengan Tania. Dia merasa buncah mendengar hal
Seketika beribu pertanyaan muncul dipikiran Tania. Tapi Dede melanjutkan, bahwa
bukan hanya Tania dan Danar saja yang memiliki
liontin tersebut, dia dan ibunya pun diberi liontin juga oleh Danar.
7.
Pukul 20.45: Izinkan Aku Menangis demi Dia,
Ibu !
Menceritakan
Tania lulus SMA dengan predikat terbaik. Sebuah kejutan bagi Tania, Danar
datang saat perpisahan Tania. Namun raut wajahnya seketika berubah, ketika
tepat di belakang Danar muncul juga sosok Ratna menemaninya. Mereka datang
bukan hanya untuk menghadiri perpisahan Tania, tetapi mereka datang juga untuk
mengabarkan kepada Tania bahwa Danar dan Ratna memutuskan untuk menikah tiga
bulan lagi. Mendengar kabar tersebut Tania merasa sedih, hatinya tersayat-sayat
dan menangis. Tania patah hati. Dua minggu sebelum pernikahan akhirnya Tania
memutuskan untuk tidak menghadiri pernikahan mereka meskipun Danar dan Ratna
sudah membujuknya.
8.
Pukul 20.50: Hari-Hari Menyakitkan!
Kedatangan
Ratna ke Flat (tempat tinggal Tania). Tania terkejut dengan hal itu. Awalnya
mereka memperbincangkan tentang kabar Dede,
kabar Danar dan perbincangan paling penting yaitu memohon agar Tania
bisa pulang saat pernikahan mereka. Namun Tania tetap kekeh dengan keputusannya
untuk tidak pulang. Mendengar keputusan Tania, Ratna mengerti kemudian dia
meminta tolong kepada Tania untuk membantunya mengembalikan semangat dalam
hidup Danar. Mendengar hal tersebut Tania merasa sedih dan bingung. Apa yang
harus dilakukan. Pernyataan Ratna tersebut terus menghantui pikiran Tania.
Hari-hari Tania menjadi tidak tenang. Pukul 09.00 Danar dan ratna menikah.
Tania benar-benar terpuruk dan taka da yang bisa dilakukan lagi. Dia membiarkan
kamarnya gelap tak tertembus cahaya matahari.
9.
Pukul 21.00: Hidup Harus Terus Berlanjut,
dalam Bentuk Apa Pun
Bahwa
hidup harus terus berlanjut, dalam bentuk apapun. Dan kini Tania telah
membuktikantu, meskipun ia menjalannya dengan terluka dan penuh kesedihan,
namun ia bisa menjadikan kesedihan itu menjadi sesuatu yang berguna. Dan
sekarang ia telah bekerja di salah satu perusahaan pialang Singapura.
Perusahaan terbesar di Asia Pasifik.
10.
Pukul 21.02: Masa-Masa Berdamai!
Kini kehidupan Tania berangsur-angsur kembali normal. Dia menyibukkan
diri dengan berbagai kegiatan mulai dari dia mendaftarkan diri dalam program
teaching assistant, membuka kelas dongeng, tenggelam dalam berbagai organisasi,
ikut ekstrakurikuler, dia juga mulai membuat kue-kue kering. Kuliah lancar dan
kini penampilannya berbeda. Perasaannya pun sudah kembali normal dan bisa
menerima semua hal yang pernah terjadi dalam hidupnya.
11.
Pukul 21.06: Pulang!
Ketika Tania sudah maju dalam banyak hal, ia memutuskan untuk pulang
ke Jakarta. Mendengar kabar tersebut Dede sangat senang. Danar dan Ratna belum
tahu dengan kepulangan Tania. Selain itu kepulangan Tania dimaksudkan untuk
mengenang delapan tahun meninggalnya ibunya. Tania bermaksud menjadikan hari
itu hari istimewa untuk mengenang ibunya.
12.
Pukul 21.10: Potongan Teka-Teki yang Pertama
Tania mendapatkan pesan dari Dede yang mengabarkan bahwa melihat kak
Ratna menangis. Mendengar kabar tersebut Tania merasa tak nyaman. Sempat Tania
dan Dede bertengkar mengenai hal tersebut. Sisa malam Tania berfikir banyak hal
termasuk kabar yang diberikan Dede. Kemudian ada sebuah e-mail masuk dan itu
dari kak Ratna. Membaca e-mail tersebut Tania merasa tersentuh hatinya isinya
benar-benar menyedihkan. Setelah membacanya Tania bingung harus bersikap
seperti apa. Dia khawatir dengan Danar dan Ratna. Kemudian Tania menyuruh Dede
untuk memantau kehidupan mereka. Sambil Tania mencari tahu solusi terbaik untuk
hubungan Danar dan Ratna.
13.
Pukul 21-15: Semuanya Berubah Teramat
Cepat
Keadaan semakin memburuk. Setiap malam kak Ratna selalu
mengirimkan e-mail kabar buruk mengenai
Danar kepada Tania. Tania semakin tak mengerti dengan perubahan sikap yang
begitu cepat dari Danar. Demi untuk mengetahui permasalahan yang
sejelas-jelasnya akhirnya Tania memutuskan untuk pulang ke Jakarta.
14.
Pukul 21-17: Ketika Semua Potongan Lengka
Setelah
sampai di rumah, Tania menanyakan banyak hal ke Dede. Mengenai kak Ratna dan
kak Danar. Dede bercerita dia menemukan file naskah. Namanya pun terdengar
ganjil Cinta dari Pohon Linden. kemudian Dede memberikan file itu ke
Tania agar membacanya. Akhirnya sekarang Tania tahu bahwa Danar juga mencintai
Tania. Danar menuliskan
semua perasaannya dalam novel "Cinta
Pohon Linden" yang tidak pernah selesai ia tulis. Perbedaan usia yang
cukup jauh membuat Danar merasa tidak pantas mencintai Tania. Ketika Tania dan
Danar sama-sama mengetahui perasaan mereka masing-masing, semua sudah
terlambat. Bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna. Dan kini kak Ratna
tengah hamil empat bulan. Tania menyuruh Danar untuk kembali ke kak Ratna.
15.
Pukul 09.00 (Keesokan Pagi): Kembali
Akhirnya Tania kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan
semua masa lalunya dan cerita cintanya.
2.1.1
STRUKTUR PLOT
Ke Lima belas cerita di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin ini mengandung detil-detil
peristiwa atau kejadian yang seperti sudah disebutkan sebelumnya, mempunyai
hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat ini tidak hanya dijumpai di dalam
satu bagian cerita, tetapi dapat pula berada di bagian cerita yang lain. Jadi,
biasa saja sebuah peristiwa sebab terdapat pada bagian 1, sementara peristiwa
akibat dijumapai di bagian 5.
Sebelum pembahasan mengenai hubungan
sebab-akibat ditemukan di dalam novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, terlebih dahulu dirinci detil-detil
peristiwa yang mempunyai hubungan ini pada tiap-tiap bagian. Detil-detil ini
ditandai dengan:
- Pukul
20.00: Saat Semuanya berawal
1.a. Tania berada disebuah toko buku. (hal 8)
b. Disana
dia mengenang semua kehidupannya dimasa lalu. (hal 16)
c.
Awal mula bertemu dengan Danar. (ha 21)
d.
kebaikan dan perhatian Danar kepada keluarga Tania. (hal 25)
- Pukul
20.15: Pertama Kali Aku Mengenal Perasaan Itu
2.a. Tania dan Dede kembali bersekolah lagi.
(hal 33)
b. Danar juga memberikan rumah kontrakan
kepada keluarga Tania.
(hal
35)
c. Danar memperkenalkan teman wanitanya
kepada keluarga Tania. Wanita itu bernama Ratna. (hal 39)
d. Tania tidak suka dengan kak Ratna. Dia
cemburu dengan kedekatan Danar dan kak Ratna. ( hal 40)
e. Tania belum mengerti dengan
semua perasannya. (hal 43)
- Pukul
20.21: Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
3.a. Tania, Danar, Dede kerap mengunjungi toko
buku. (hal 52)
b.
Danar sering membelikan mereka buku. (hal 52)
c.
Tiba-tiba ibu Tania sakit dan masuk rumah sakit. (hal 53)
d. Sebelum meninggal, ibunya sempat
memberikan pesan kepada Tania. (hal 61)
e.
Tania terpukul atas kepergian ibunya. (hal 62)
f. Danar menguatkan Tania agar tetap tegar.
(hal 63)
- Pukul
20.26: Setelah Ibu Pergi
4.a. Setelah ibunya meninggal kehidupan Tania
sedikit berubah. (hal 65)
b.
Tania mendapatkan telepon dari sekretariat beasiswa. (hal 66)
c. Dia
mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Singapura.(hal 66)
d.
Keesokan harinya Tania berangkat ke Singapura. (hal 70)
e. Selama di Singapura Tania sering
mendapatnya prestasi yang gemilang.
(hal 72)
f. Tania lulus urutan kedua dari seluruh siswa
di sekolahnya. Urutan pertama untuk 22 penerima ASEAN Scholarship seluruh
Negara.
(hal
77)
- Pukul
20.32: Sweet Seventeen yang Indah
5.a. Tania kembali ke Singapura untuk
melanjutkan sekolahnya. (hal 86)
b.
Tania berulang tahun yang ke-17 (hal 91)
c. Danar memberikan kejutan dengan datang ke
Singapura bersama Dede. (hal 91)
d. Tania merayakan ulang tahunnya di dorm tempat tinggal Tania.
(hal 94)
e. Danar memberikan liontin kepada Tania.
(100)
f. Danar dan Dede kembali ke Jakarta. (hal
102)
- Pukul
20.37: Liontin Seribu Pertanyaan
6.a. Tania mencoba mengartikan huruf “ T ”
yang ada dalam liontin.
(hal 104)
b.
Tania iseng menanyakan pacar Danar kepada Dede. (hal 107)
c. Dede menyinggung soal liontin. Dede
mengatan bahwa bukan hanya Tania yang
memiliki liontin itu, tapi Danar juga mempunyainya.
(hal 114)
d.
Tania begitu berbunga-bunga mendengar hal tersebut. (hal 115)
e.
Dede melanjutkan bahwa dia dan ibunya juga mempunyai liontin yang sama. (116)
f.
Tania sedikit kecewa dengan kabar liontin tersebut. (hal 116)
g.
Tania memberi kejutan kepada Danar dan dede dengan pulang ke Jakarta tanpa
memberi tahu mereka. (hal 118)
- Pukul
20.45: Izinkan Aku Menangis demi Dia, Ibu !
7.a. Tania lulus SMA dengan predikat terbaik.
(hal 127)
b. Danar datang ke acara perpisahannya bersama
Ratna. (127)
c. Saat makan malam bersama, Danar dan Ratna
mengatakan bahwa mereka akan menikah. (hal 131)
d.
Tania kaget sekaligus sedih mendengar kabar mereka akan menikah.
(hal 132)
e.
Tania bercerita kepada Dede mengenai perasaannya. Ternyata Dede sudah
mengetahuinya sejak lama kalau Tania menyukai Danar. (hal 135)
f.
Tania memutuskan tidak pulang saat pernikahan. Karena Tania sudah terlanjur
sakit hati. (hal 140)
- Pukul
20.50: Hari-Hari Menyakitkan!
8.a. Ratna menemui Tania di Dorm tempat tinggalnya di Singapura.
(hal 147)
b. Ratna
membujuk Tania agar bisa pulang saat pernikahan mereka.
(hal 148)
c. Tania tetap pada pendiriannya untuk tidak
pulang. (hal 149)
d. Ratna sedikit kecewa, kemudian dia
meminta tolong kepada Tania untuk membujuk Danar agar bersemangat lagi dalam hidupnya.
(150)
e.
Tania bingung harus berbuat apa. (hal 151)
f. Tepat pukul 09.00 Danar dan Ratna menikah.
Tania gelisah dan menangis. (hal 154)
- Pukul
21.00: Hidup Harus Terus Berlanjut, dalam Bentuk Apa Pun.
9.a.
Tania beranjak pergi dari tempat dimana ia berdiri saat ia mengenang semua
cerita masa lalunya. (hal 158)
b. Sekarang Tania bekerja full time di salah
satu perusahaan pialang di Singapura. (hal 160)
c. Tania belajar banyak dari kejadian yang
dialami dalam hidupnya, terutama dari dia. Tania merubah energy kesedihannya
itu menjadi sesuatu yang berguna. (hal 160)
- Pukul
21.02: Masa-Masa Berdamai!
10.a. Tania mulai membenahi diri dibantu Anne
temannya. (162)
b. Dia menyibukkan diri dengan
berbagai kegiatan. (hal 166)
c. Tania jadi sering chatting dengan Dede.
(hal 167)
d. Dede
pergi ke Singapura. (hal 172)
e.
Selama di Singapura Tania dan Dede melakukan banyak hal.
(hal
175)
f.
Hari senin, Dede kembali ke Jakarta. (hal 181)
- Pukul
21.06: Pulang!
11.a.
Tania memutuskan mulai membuka diri berteman dengan cowok kampus. (hal 185)
b. Ketika hatinya sudah maju, Tania memutuskan
untuk pulang ke Jakarta. (hal 186)
c.
Tania bertemu dengan Danar setelah dua tahun tidak bertemu.
(hal
188)
d.
Tania mengenalkan Adi sebagai teman dekatnya. (hal 192)
e. Keesokan harinya, Tania, Dede, Adi pergi ke
pusara ibu mengenang delapan tahun meninggalnya ibu. (hal 193)
f. Danar dan Ratna menysul, ini pertama
kalinya Kak Ratna bertemu dengan Adi. (hal 194)
g.
Setelah selesai, mereka beranjak pulang. (hal 197)
- Pukul
21.10: Potongan Teka-Teki yang Pertama
12.a. Sekembali dari pusara ibu, mereka makan
siang bersama. (hal 199)
b.
Situasi sedikit berubah. (hal 199)
c.
Tania memutuskan untuk pergi ke toko buku dengan Adi. (hal 200)
d. Tania
kembali ke Singapura. (hal 201)
e. Tania lulus kuliah. Kini statusnya
berubah menjadi full-time senior associate di perusahaannya.(hal 202)
f.
Dede bercerita tentang teman wanitanya. (hal 205)
g. Dede memberi tahu Tania bahwa dia sempat
melihat kak Ratna menangis. (205)
h.
Tania sedikit tidak percaya. (hal 207)
i. Datang e-mail dari kak Ratna. Isinya sangat
menyedihkan. (hal 208)
j. Tania bingung harus berbuat apa dan meminta
pendapat ke Anne.
(hal 212)
k.
Tania menyuruh Dede untuk mencari tahu kebenarannya. Apa yang terjadi dengan
Danar dan kak Tania. (hal 216)
- Pukul
21-15: Semuanya Berubah Teramat Cepat
13.a. Setiap malam e-mail dari kak Ratna
datang. (hal 222)
b.
Tania menjadi sangat gelisah. (hal 225)
c. Anne
menyuruh Tania untuk melakukan tindakan. (hal 226)
d.
Keesokan harinya Tania memutuskan untuk pulang ke Jakarta.
(hal 230)
- Pukul
21-17: Ketika Semua Potongan Lengkap
14.a.
Tania pergi menuju rumah kardus tempat dimana ia tinggal dulu bersama ibu dan
Dede. (hal 231)
b.
Disana Tania menemui Danar. (hal 234)
c.
Dua minggu sebelumnya Tania sudah tiba di Jakarta. (hal 235)
d.
Tania mengintrogasi Dede. (hal 236)
e.
Tiba-tiba Tania menanyakan tentang buku
kepada Danar. (hal 239)
f.
Sebelumnya Tania sudah diberi tahu Dede tentang buku itu. (hal 240)
g.
Tania meminta penjelasan kepada Danar. (hal 243)
h.
Tak ada penjelasan yang berarti dari Danar. (hal 247)
i.
Dede menanyakan apa yang akan Tania lakukan selanjutnya.
(hal 251)
j. Tania mengingat kembali semua
perasaannya yang sudah dilupakan. (hal
252)
k.
Tania memutuskan untuk pergi. (hal 254)
- Pukul
09.00 (Keesokan Pagi): Kembali
15.a. Tania kembali ke Singapura. (hal 255)
b. Tania memutuskan untuk melupakan masa
lalunya dan kisah cintanya. (hal 256)
2.1.2 JALINAN STRUKTUR PLOT
Berikut
ini penjelasan mengenai terjadinya peristiwa di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang
mempunyai hubungan sebab-akibat satu sama lain.
Peristiwa
saat (bagian 1a) Tania berada disebuah toko buku. Di toko tersebut Tania
mengenang kembali semua kehidupannya di masa lalu. Sepuluh tahun terakhir
hidupnya yang pernuh warna. Sepuluh tahun silam untuk pertama kalinya ia bisa
merasakan janji masa depan yang lebih baik, merasakan kesenangan kanak-kanak
yang sempurna, merasakan betapa nyamannya memiliki seseorang yang memperhatikan
dan melindungi. (bagian b) mengakibatkan peristiwa (bagian c). Awal mula Tania
bertemu dengan seseorang itu. Pertemuan yang tidak disengaja saat Tania sedang
mengamen di bus bersama adiknya. Semenjak pertemuan itu mereka menjadi akrab
satu sama lain. Dan semenjak itu pula Tania jadi tahu bahwa seseorang itu
bernama Danar. Keajaiban mulai datang, kehidupan mereka berubah, Tania dan Dede
kini kembali bersekolah. Dia begitu baik dan perhatian dengan keluarga Tania
(bagian d).
Tania
dan Dede kini bisa kembali bersekolah lagi (bagian 2a). Dia juga tidak memaksa
mereka untuk berhenti mengamen, meskipun Tania tahu uang yang diberikannya kepada
ibu jauh lebih dari cukup. Dia juga memberikan rumah kontrakan kepada keluarga
Tania (bagian b). Dirumah kontrakan tersebut ibu juga membuka usaha kue kering.
Saat mereka berlibur ke Dufan, Danar membawa teman wanitanya. Danar
memperkenalkan wanita tersebut ke keluarga Tania namanya Ratna (bagian c)
mengakibatkan peristiwa (bagian d) Tania merasa tidak suka dengan Ratna. Dia
cemburu dengan kedekatan mereka. Namun taka ada yang perduli dengan
perasaannya. Tania masih terlalu kecil, dia belum terlalu mengerti dengan semua
perasaannya (bagian e).
Tania,
Dede dan Danar kerap ketoko buku (bagian 3a). Sebulan sekali mereka mengunjungi
toko buku. Danar juga sering membelikan mereka buku (bagian b). Situasi yang
menyenangkan ternyata berubah menjadi situasi yang buruk. Tiba-tiba ibunya
Tania jatuh sakit (bagian c) mengakibatkan peristiwa (bagian d). Ibunya
meninggal, sebelum meninggal ibunya sempat berpesan kepada Tania. Tania
terpukul atas hal itu (bagian e). Danar menguatkan Tania agar tetap tegar
(bagian f).
Setelah
Ibunya meninggal dunia Tania sedikit berubah (bagian 4a). Dia belum bisa
berdamai dengan keadaan yang ada. Dua bulan sebelum ibunya meninggal Tania
mengurus beasiswa ASEAN Scholarship.
Tania mendapatkan telepon dari sekretariat beasiswa (bagian b). Dia mendapatkan
beasiswa untuk sekolah di Singapura (bagian c). Keesokan harinya Tania
berangkat ke Singapura. (bagian d). Selama di Singapura Tania sering
mendapatnya prestasi yang gemilang
(bagian e). Tania lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolahnya. Urutan
pertama untuk 22 penerima ASEAN
Scholarship seluruh Negara (bagian f). Setelah lulus Tania berlibur ke
Jakarta.
Tania
kembali ke Singapura untuk melanjutkan sekolahnya (bagian 5a). Dia kembali
mendapatkan beasiswa. Setahun kemudian Tania berulang tahun yang ke-17 (bagian
b). Danar memberikan kejutan dengan datang ke Singapura bersama Dede (bagian
c). Tania merayakan ulang tahunnya di dorm
tempat tinggal Tania (bagian d). sebelum mereka kembali ke Jakarta, Danar
sempat memberikan liontin kepada Tania sebagai hadiah ulang tahun (bagian e).
Setelah merayakan bersama Danar dan Dede kembali ke Jakarta (bagian f).
Tania
mencoba mengartikan huruf “ T ” yang ada dalam liontin (bagian 6a). Keesokan
harinya Tania terkoneksi Dede. Tania iseng menanyakan pacar Danar kepada Dede
(bagian b). Dede menyinggung soal liontin. Dede mengatakan bahwa bukan hanya
Tania yang memiliki liontin itu, tapi Danar juga mempunyainya (bagian c). Tania
begitu berbunga-bunga mendengar hal tersebut. (bagian d). Dede melanjutkan
bahwa dia dan ibunya juga mempunyai liontin yang sama (bagian e). Tania sedikit
kecewa dengan kabar liontin tersebut (bagian f). Ternyata liontin tersebut
tidak berarti apa-apa bagi Danar. Beberapa bulan sebelum Tania lulus, Tania
diberikan tiket pulang pergi ke Jakarta dan liburan selama 2 minggu. Tania
memberi kejutan kepada Danar dan dede dengan pulang ke Jakarta tanpa memberi
tahu mereka (bagian g).
Tania
lulus SMA dengan predikat terbaik. (bagian 7a).
pada saat perpisahan, Danar datang ke acara perpisahan Tania bersama
Ratna (bagian b). Tania senang akan kedatangan Danar namun sdikit kecewa karena
ada Ratna juga. Saat makan malam bersama, Danar dan Ratna mengatakan bahwa
mereka akan menikah (bagian c). Tania kaget sekaligus sedih mendengar kabar mereka
akan menikah (bagian d). Tania bercerita kepada Dede mengenai perasaannya.
Ternyata Dede sudah mengetahuinya sejak lama kalau Tania menyukai Danar (bagian
e). Tania memutuskan tidak pulang saat pernikahan. Karena Tania sudah terlanjur
sakit hati (bagian f).
Ratna
menemui Tania di Dorm tempat
tinggalnya di Singapura (bagian 8a). Ratna membujuk Tania agar bisa pulang saat
pernikahan mereka (bagian b). Namun Tania tetap pada pendiriannya untuk tidak
pulang (bagian c). Ratna sedikit kecewa, kemudian dia meminta tolong kepada
Tania untuk membujuk Danar agar bersemangat lagi dalam hidupnya (bagian d).
Tania bingung harus berbuat apa (bagian e). Tania meminta saran kepada Anne
mengenai hal tersebut. Tepat pukul 09.00 Danar dan Ratna menikah. Tania gelisah
dan menangis (bagian f).
Tania
beranjak pergi dari tempat dimana ia berdiri saat ia mengenang semua cerita
masa lalunya (bagian 9a). Sekarang Tania bekerja full time di salah satu
perusahaan pialang di Singapura (bagian b). Tania belajar banyak dari kejadian
yang dialami dalam hidupnya, terutama dari dia. Tania merubah energi
kesedihannya itu menjadi sesuatu yang berguna (bagian c).
Tania
mulai membenahi diri dibantu Anne temannya (bagian 10a). Dia menyibukkan diri
dengan berbagai kegiatan (bagian b). Tania jadi sering chatting dengan (bagian
c). suatu ketika Tania dan dede chatting. Dede memberikan ucapan selamat ulang
tahun kepada Tania. Ini ulang tahun Tania yang ke 20. Menyuruh Tania untuk
pulang ke Jakarta. Tania tidak bisa, kemudian dia menyarankan agar Dede saja
yang pergi ke Singapura. seminggu kemudian Dede pergi ke Singapura (bagian d).
Selama di Singapura Tania dan Dede melakukan banyak hal (bagian e). Hari senin,
Dede kembali ke Jakarta (bagian f).
Tania memutuskan mulai membuka diri berteman dengan cowok kampus
(bagian 11a). Ketika hatinya sudah maju, Tania memutuskan untuk pulang ke
Jakarta (bagian b). selain itu kepulangan Tania dimaksudkan juga untuk
mengenang delapan tahun meninggalnya ibu Tania. Siang itu Danar datang ke
rumah. Tania bertemu dengan Danar setelah dua tahun tidak bertemu (bagian c).
mereka saling menyapa meskipun sedikit kaku diantara mereka. Kemudian Tania
mengenalkan Adi sebagai teman dekatnya (bagian d). Keesokan harinya, Tania,
Dede, Adi pergi ke pusara ibu mengenang delapan tahun meninggalnya ibu (bagian
e). Danar dan Ratna menysul, ini pertama kalinya Kak Ratna bertemu dengan Adi
(bagian f). Setelah selesai, mereka beranjak pulang (bagian g).
Sekembali
dari pusara ibu, mereka makan siang bersama (bagian 12a). Situasi sedikit berubah
(bagian b). Tania memutuskan untuk pergi ke toko buku ditemani Adi (bagian c).
Di toko buku itu Tania mengalami kejadian yang menyebalkan. Di saat itu pula
Adi menyatakan perasaannya kepada Tania. Setelah kejadian itu Adi sedikit
menghindar dari Tania. Tania kembali ke Singapura (bagian d). Saat di NUS pun Adi menghindar dari Tania. Anne
yang tahu mengenai hal itu juga tak berkomentar apa-apa. Tania lulus kuliah.
Kini statusnya berubah menjadi full-time senior associate di perusahaannya
(bagian e). Tania chatting dengan Dede.
Dede bercerita tentang teman wanitanya (bagian f). Dede memberi tahu Tania bahwa dia sempat
melihat kak Ratna menangis (bagian g).
Tania sedikit tidak percaya (bagian h). Datang e-mail dari kak Ratna.
Isinya sangat menyedihkan (bagian i). Tania bingung harus berbuat apa dan
meminta pendapat ke Anne (bagian j). Tania menyuruh Dede untuk mencari tahu
kebenarannya. Apa yang terjadi dengan Danar dan kak Tania (bagian k).
Setiap
malam e-mail dari kak Ratna datang (bagian 13a). Tania menjadi sangat gelisah
(bagian b) dengan kedatangan e-mail tersebut. Anne menyuruh Tania untuk
melakukan tindakan (bagian c). Demi untuk membaca e-mail tersebut Tania
memutuskan untuk pulang ke Jakarta (bagian d)
Dua
minggu sebelumnya Tania sudah tiba di Jakarta (bagian c). Dede sama sekali
tidak terkejut dengan kedatangan Tania. Lalu Tania mengintrogasi Dede (bagian
d). Dede memberi tahu semua yang ia ketahui kepada Tania, termasuk juga tentang
buku itu Dede juga memberi tahunya (bagian f). Saat membacanya Tania sempat
akan meneteskan air mata. Bagaimana tidak, karena buku itu berisi tentang
Tania, tentang Danar, tentang persaaannya terhadap Tania. Dan buku itu tidak
akan pernah jadi karena cerita itu
terhenti saat Danar memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Kemudian Dede
menanyakan apa yang akan Tania lakukan selanjutnya (bagian i). Seminggu
terakhir Tania datang ke toko buku itu. Tania mengingat kembali semua
perasaannya yang sudah dilupakan (bagian j). Setelah dari toko buku tersebut,
Tania memutuskan untuk pergi menuju rumah kardus tempat dimana ia tinggal dulu
bersama ibu dan Dede (bagian 14a). Disana Tania menemui Danar (bagian b).
Tiba-tiba Tania menanyakan tentang buku
kepada Danar (bagian e). Tania meminta penjelasan kepada Danar (bagian g)
tentang buku tersebut. Tak ada penjelasan yang berarti dari Danar (bagian h).
Tania memutuskan untuk pergi (bagian k).
Keesokan
harinya Tania kembali ke Singapura (bagian 15a). Sebelumnya Tania sempat mengatakan kepada Danar untuk
kembali ke kak Ratna, karena Kak Ratna
tengah hamil empat bulan. Tania memutuskan untuk melupakan masa lalunya dan
kisah cintanya (bagian b).
2.1.3
PERKEMBANGAN PLOT
Stanton
membagi perkembangan plot menjadi tiga tahapan, yaitu tahap awal, tengah, dan
akhir. Pada dasarnya pembagian ini hampir sama dengan perkembangan plot menurut
Tasrif. Akan tetapi, Tasrif membagi perkembangan plot sebuah novel secara
rinci, yaitu tahap situation, generating
circumstances, rising action, climax, dan denoument. Di dalam novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin kelima tahapan ini tidak berlaku
secara kronologis. Karena itu, plot novel ini disebut sebagai plot sorot balik (flashback).
1.
Situation (pengarang mulai melukiskan keadaan)
Dalam tahap ini tokoh-tokoh di dalam cerita mulai diperkenalkan dengan
keadaan. Berikut ini penjabaran perkenalan tokoh/keadaan di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
Pada bagian pertama digambarkan saat Tania pertama kali bertemu dengan Danar.
Pertemuan yang tidak disengaja saat Tania dan Dede sedang mengamen di dalam
sebuah bus kota. Pada saat itu Dia (Danar) tengah menolong Tania yang kakinya
terkena paku payung.
“Aku ingat
sekali saat menatap matanya untuk pertama kali. Dia tersenyum hangat
menentramkan. Mukanya amat menyenangkan. Muka yang memesona oleh cahaya
kebaikan. Kakak itu menggunakan kemeja lengan panjang berwarna biru, rapi
seperti penumpang bus lain yang pulang kerja”. (Daun Yang Jatuh Tak pernah Mmbenci Angin, 2013:23)
“Dia
beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan sapu
tangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas
jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung sapu tangan. Kemudian
membungkusnya perlahan-lahan”. (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:24)
Dalam hidup kita harus saling tolong menolong antar sesama manusia
sekalipun orang yang kita tolong tersebut tak dikenal. Kita harus menolong
dengan ikhlas tanpa mengharapkan pamrih dengan begitu kebaikan kita juga akan
diingat selalu oleh orang yang kita tolong. Seperti halnya Danar yang begitu
baik menolong Tania saat kakinya terkena paku paying. Padahal sebelumnya mereka
tak saling kenal.
Dari pertemuan tersebut, kehidupan Tania sedikit demi sedikit mulai
berubah menjadi lebih baik. Dia mulai bersekolah lagi begitu pula dengan Dede.
Dan kini Tania dan keluarganya sudah tinggal di kontrakan.
“Dan
ajaibnya, mulai besok kehidupan kami berubah. Esok pagi selepas subuh, Ibu
mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede. Salah satunya yang paling kuingat
dan seketika membuatku berlonjak gembira, aku akan kembali sekolah. Dede juga
akan disekolahkan. Ibu tersenggal haru saat mengatakan itu”. (Daaun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:27)
Tania merasa gembira mendengar kabar bahwa dirinya akan melanjutkan
sekolah lagi setelah tiga tahun dia berhenti sekolah karena keadaannya yang
tidak memungkinkan Tania untuk sekolah.
2.
Generating Circumstances (peristiwa-peristiwa yang berpaut mulai
bergerak).
Dalam tahap ini mengalami pergerakan atau rangsangan antartokoh. Dalam
sub klimaks ini menggambarkan ketika Danar memperkenalkan teman wanitanya yang bermana Ratna kepada keluarga Tania.
Pada saat itu mereka sedang berlibur di Dufan bersama-sama. Akibat dari
pertemuannya dengan Ratna, Tania menjadi tidak suka dengan Ratna karena melihat
dia begitu dekat dengan Danar. Hal itu membuat Tania menjadi cemburu.
“Siang itu
dia mengajak teman wanitanya. Namanya Ratna. Aku memanggilnya “kak Ratna”,
karena teman wanitanya tersebut memintanya demikian. “Panggil saja kak Ratna ,
Tania !” (Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin, 2013:39)
“Seketika
hati kecilku tidak terima. Sakit hati !. bukankah selama ini kalau kami pergi
entah kemana, akulah yang lengannya digenggam? Akulah yang pundaknya dipegang?
Akulah yang kepalanya diusap. Itu jelas-jelas posisiku !
Aku benci
sekali. Hari itu aku mulai mengenal kata cemburu!”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin, 2013:40)
Janganlah kecemburuan itu dijadikan sebuah alasan untuk kita menjadi
membenci seseorang sekalipun orang tersebut berbuat salah. Lebih baik kita
saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Rasa cinta itu tidak bisa
dipaksakan. Kita juga tetap harus menghagai perasaan orang lain pula.
3.
Rising Action (keadaan mulai memuncak)
Tahap ini berisi konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya
semakin berkembang. Keadaan ini menceritakan Danar yang memutuskan untuk
menikah dengan Ratna. Mendengar hal tersebut Tania merasa terpukul, sedih dan
kecewa. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Rasa cinta yang selama ini dia biarkan
tumbuh subur di dalam hatinya kini seketika hancur lebur dengan sebuah kata
pernikahan.
“Kami
akan menikah Tania! Dia tersenyum.
Kak Ratna
mesra memegang tangannya. Ikut tersenyum. Menatap bahagia.
Aku
tersedak. Buru-buru mengambil gelas air putih dihadapanku. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:131)
Ketika kita terlalu sibuk merangkai kata untuk menyenangkan hati kita,
ingatlah bahwa tidak semua yang kita inginkan itu akan menjadi nyata. Kita
tidak bisa memaksakan perasaan kita terhadap orang yang kita cintai. Sesakit
apapun perasaan itu, kalaupun melihat orang yang kita cintai bahagia,
semestinya kita juga ikut bahagia. Dengan begitu kita bisa melepas orang yang
kita cintai dengan ikhlas.
Setelah kejadian itu, Tania sedikit berubah. Tiba-tiba Tania
memutuskan untuk tidak pulang saat pernikahan Danar dan Ratna yang hanya
tinggal beberapa hari lagi. Tania merasa tidak pantas untuk berada disana. Dia
beranggapan itu hanya akan membuatnya tambah terluka jika datang ke acara
pernikahan tersebut.
“Dua
minggu sebelum pernikahan, aku menabuh gendering perang, aku memutuskan tidak
akan pulang. Dia dan kak Ratna berkali-kali kirim e-mail atau chatting
bertanya, aku hanya menjawab pendek. Tania sibuk, maaf tidak bisa pulang”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:140)
Seharusnya kita tidak boleh egois,
mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Meskipun itu sakit
bagi diri kita, kita tetap harus menghargai keputusan orang lain.
4.
Climax (peristiwa mencapai puncaknya)
Dalam tahap ini cerita mulai pada puncak permasalahan, Keadaan mulai
memuncak, ketika datang beberapa e-mail dari kak Ratna yang isinya begitu
menyedihkan. Kedatangan e-mail tersebut membuat Tania menjadi resah dan bingung
bagaimana menghadapinya.
“Ya Tuhan!
Surat yang panjang. Andai kata ditulis diatas kertas, akan terdapat
bercak-bercak air mata, karena e-mail itu menyedihkan. Surat itu membuatnya
tersentuh, meskipun aku bingung dengan maksudnya. Dan lebih bingung lagi apa
yang harus kulakukan menanggapinya”. (Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:208)
Jika ada orang yang meminta bantuan hendaknya
kita bantu sebisa kita. Tanyakan terlebih dahulu apa permasalahannya. Setelah
itu baru ada tindakan selanjutnya.
Akibat dari kejadian tersebut, Tania memutuskan untuk kembali ke
Jakarta. Mencari tahu duduk permasalahan yang sebenarnya karena Tania tidak
bisa hanya berdiam diri melihat rumah tangga Danar dan Kak Ratna berantakan.
“Demi
membaca e-mail berdarah-darah itu, esok harinya aku memutuskan pulang segera ke
Jakarta. Ini masalah serius. Aku tidak bisa hanya berdiam diri. Aku adalah
bagian dari keluarga mereka, dan aku berkepentingan untuk setidaknya bertanya.
Hal itu juga pasti akan dilakukan Ibu kalau Ibu masih ada”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013-230)
Merupakan suatu tindakan yang baik. Apabila
ada salah satu anggota keluarga yang sedang ada masalah hendaknya kita membantu
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sekembalinya Tania dari Singapura, akhirnya kini semua potongan
permasalahn mulai terungkap. Tentang perubahan sikap Danar, tentang e-mail yang
selalu dikirimkan oleh Kak Ratna,.Tania akhirnya mengetahui sebuah rahasia
besar yang selama ini disembunyikan oleh Danar. Tentang perasaannya selama ini
terhadap Tania yang ia tulis dalam sebuah buku yang tak akan pernah jadi.
“Buku
ini tentang aku. Buku ini tentang dia.
Buku ini
tentang kami. Buku ini tentang perasaannya. Ya Tuhan, perasaannya. Aku tergugu
lama. Naskah itu tak akan pernah selesai. Tak akan pernah. Karena terputus saat
kejadian itu. Terputus saat dia tega sekali! Memutuskan menikah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:243).
Sebaiknya kalau kita memiliki sebuah perasaan,
haruslah diungkapkan saat itu juga. Jangan sampai keputusan yang kita buat
menyakitkan banyak orang.
Tania memutuskan untuk menemui Danar menanyakan tentang semua itu.
Maksud perasaannya. Maksud semua potongan teka-teki permasalahan.
“kapan kau
tiba? Dia bertanya datar. Tidak bergerak dari duduknya. Tetap terpekur di bawah
pohon linden, duduk menghadap kea rah sungai. Tangannya memainkan sehelai daun
berbentuk hati dengan takzim”. (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci angin, 2013:234)
“Kau
pandai sekali menyembunyikan semua perasaan itu… tetapi mengapa? Aku mendesah
parau. Menatapnya sesaat meminta penjelasan.
Dia
mengusap mukanya, kau salah sangka, Tania. Aku tak tahu apa yang sedang kita
bicarakan. Tetapi kaua salah menduga, kau salah.
KAULAH
YANG SALAH, KARENA KAU TAK PERNAH MAU MENGAKUINYA! Aku membentaknya. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:244)
Kejadian tersebut, membuat Tania semakin terpukul. Melihat Danar yang
duduk diam, tanpa memberikan penjelasan apa-apa memaksa Tania untuk pergi dari
tempat tersebut.
5.
Denoument. (merupakan bagian yang ditandai dengan adanya
pemecahan soal dari semua peristiwa)
Pada tahap ini semua konflik berusaha diselesaikan. Akhirnya Tania
memutuskan untuk pergi dan kembali ke Singapura. Dia bermaksud untuk
melupakan semua cerita kisah cintanya
dan tidak akan pernah kembali,
“Desau
angin malam menerbangkan sehelai daun pohon linden. Jauh di atas rambutku. Aku
memutuskan untuk pergi”. (Daun Yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin, 2013:254)
“Dede
membantuku berkemas. Aku mengosongkan kamar bercat biru itu. Semua benda masa
lalu kubawa. Tersenyum untuk terakhir kalinya menatap seluruh bangunan.
Adikku
hanya menunduk. Aku meninju pelan bahunya.
“tersenyumlah”
Dede
menyeringai tertahan. Dan mobilku sesaat kemudian meleset menuju bandara”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:255)
Bahwa semua permasalahan pasti akan ada
penyelesaiannya. Tergantung kita yang berusaha bagaimana cara untuk
menyelesaikannya. Dan hal yang dipilih Tania adalah dengan menjauh dari
kehidupan Danar. Tania memutuskan untuk melupakan semua kisah cintanya.
2.1.4 TEKNIK PENGEPLOTAN
Ada
beberapa teknik pengeplotan yang digunakan pengarang di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
yaitu Conflict, backtracking atau flashback, suspense, dan Deus Ex Machine.
1.
Konfik (Conflict)
Konfik merupakan peristiwa pertentangan antara kekuatan di dalam
cerita. Konflik ini merupakan inti dari struktur cerita yang
mengimbuhkembangkan plot.
Staton (1965 : 16) membagi konflik menjadi dua macam bagian, yaitu
konflik internal (internal conflict)
dan konflik eksternal (external
conflict).
a.
Konflik Internal
Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa
seorang tokoh cerita, misalnya berbentuk pertentangan antara dua keinginan,
keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah lainnya. Konflik
internal yang terdapat dalan novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yaitu ketika Tania memutuskan untuk
tidak pulang saat pernikahan Danar. Sedang Ratna terus membujuknya untuk pulang
dan meminta tolong kepada Tania untuk membujuk Danar untuk bersemangat lagi.
Seketika itu Tania merasa bingung, bingung harus berbuat apa, disisi lain Tania
ingin menjauhi Danar.
“Maukah
kau pualng sejenak? Kak Ratna bertanya lagi.
“Aku
memang tidak bisa pulang kak ratna, maafkan aku”. Aku bertaka lirih.
Kak Ratna
diam sejenak. Tersenyum. Kecewa.
“kalau kau
tidak bisa pulang, bisakah kau membujuknya untuk kembali bersemanagt? Tolong
kakamu, Tania. Bantu aku untuk meyakinkan kembali bahwa keputusan kami untuk
menikah itu baik.
Aku ikut
tersenyum. Perih. Sama sekali tak menduga kalimat itu: membantu kak ratna?” (Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin, 2013:149)
Bahwa dalam hidup kita harus saling tolong menolong. Meskipun itu
menyakitkan sekalipun, tapi dengan kita
membantu bisa membuat orang lain bahagia kenapa tidak kita lakukan? Itu juga
merupakan suatu bagian dari perbuatan baik.
b.
Konflik Eksternal
Konflik eksternal, merujuk pada konflik yang terjadi antara seorang
tokoh dengan sesuatu yang ada di luar dirinya. Konflik eksternal dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
karya Tere Liye yaitu:
1)
Konflik Fisik
Konflik fisik yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin adalah pada saat Adi
menyeret Tania untuk keluar dari toko buku saat hujan. Karena Adi bermaksud
ingin mengungkapkan perasaannya kepada Tania.
“Ada yang
ingin aku tunjukkan padamu! Adi menatapku seirus.
“Apa? Aku
mengernyitkan dahi, tidak berselera.
“Ayo ! Adi
menyeretku keluar, enggan menjelaskan.
Aku
terpaksa menggikuti. Tarikan tangannya mengencang”. (Daun Yang Jatuh Tak PErnah Membenci Angin, 2013:13)
“Adi
sekali lagi berteriak ke langit. Tidak perduli. Aku berusaha melepaskan
pegangan tangannya. Dia justru mencengkeramku kencang. Menurunkan dongakan
kepalanya”. (Daun Yang Jatuh Tak Prnah
Membenci Angin, 2013:14)
Sebenarnya, kekerasan itu tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada
hanya akan menambah masalah. Walaupun itu demi sebuah ungkapan perasaan,
alangkah baikknya dilakukan dengan cara baik-baik tidak langsung menyeret
tangan orang yang kita sukai.
2)
Konflik Sosial
Konflik sosial yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah adanya perdebatan
antar Tania dan Anne saat mengartikan tanda “T” yang ada dalam liotin yang
diberikan Danar kepada Tania.
“Anne
berkali-kali menyelaku sat berusaha “mengartikan” pemberian itu. “T” memang
berate banyak, kan? Bukan sekedar Tania. Tetapi kalau secara sederhana
menggunakan bahasa Indonesia, bukankah itu hanya berarti Te…man?” Anne
menyeringai. Kesulitan menyebutkan kata “teman” barusan.
Aku melemparnya
dengan guling. Ah, mungkin benar kata Anne. Akulah yang berlebihan menaggapi
hadiah itu”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin, 2013:104)
Janganlah kita terlalu memperdebatkan suatu hal yang tidak terlalu
penting. Itu hanya sebuah pemberian, walaupun itu dari seseorang yang special
sekalipun. Kalaupun ada maksud dari pemberian itu, biarlah kita simpan sendiri,
hanya kita yang tahu maksud dari itu semua. Itu lebih baik.
2.
Sorot Balik (flashback)
Teknik sorot balik ditampilkan melalui dialog, mimpi, atau lamunan
tokoh. (Sudjiman; 1988: 2)
Dalam novel Daun Yang Tak Pernah Membenci Anign,
teknik ini digunakan pada saat tokoh Tania mengenang masa lalunya tentang
kehidupannya dimasa lalu. Awal mula ia bertemu dengan Danar. Awal mula ia
merasakan janji kehidupan yang lebih baik lagi. Awal mula ia memiliki seseorang
yang memperhatikannya dan melindungi.
“Toko buku ini penting. Selalu penting.
Toko buku
ini menjadi penanda perjalanan sepuluh tahun terakhir kehidupanku yang penuh
warna. Tonggak indah yang akan selalu kukenang. Sepuluh tahun silam di toko
inilah untuk pertama kalinya aku bias merasakan janji masa depan yang baik.
Merasakan kesenangan kanak-kanak yang sempurna. Merasakan betapa nyaman
memiliki seseorang yang memperhatikan dan melindungi:. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:16).
Bahwa kita berhak untuk memiliki masa depan yang lebih baik lagi..
kita berhak mendapatkan janji kehidupan yang lebih baik. Kita berhak untuk
mendapatkan perhatian dari seseorang yang kita sayangi. Tidak harus dari
seseorang yang spesial, kita bisa mendapatkan kasih sayang dan perhatian itu
dari orang-orang terdekat kita seperti, ayah,ibu, kakak, adik, saudara dan lain
sebagainya.
3.
Tegangan (Suspense)
Ketegangan yang membangkitkan rasa ingin tahu pembaca muncul dalam
beberapa peristiwa, misalnya pertama,
pada saat Danar memberikan liontin kepada Tania. Dalam liontin tersebut
terdapat huruf “T” yang penuh arti. Kedua, saat Danar memutuskan untuk menikah
dengan kak Ratna. Ketiga, saat Tania memutuskan untuk tidak pulang ke Jakarta
pada saat pernikahan Danar dan kak Ratna. Keempat, saat kak Ratna meminta tolong kepada Tania untuk
membujuk Danar agar bangkit lagi. Kelima, saat Dede bercerita bahwa dia pernah
melihat kak Ratna menangis. Keenam, tentang e-mail kak Ratna yang isinya
menyedihkan. Ketujuh, pengakuan Dede yang menemukan sebuah file yang berjudul Cinta Dari Pohon Linden. kedelapan, saat
Danar bungkam ketika Tania menunjukkan bukti-bukti bahwa Danar juga mencintai
Tania. Dan pada akhirnya Tania mengalah dan memutuskan untuk pergi
meninggalkannya.
4.
Dues ex Machina
Peristiwa yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dikehendaki oleh
tokoh, memang sengaja dimunculkan untuk memperlancar alur cerita. Deus ex Machina ini berupa peristiwa
pengakuan cinta Adi kepada Tania saat mereka pergi bersama kesebuah toko buku.
“Apa
yang kau lakukan! Aku mendesis.
Adi sekali
lagi berteriak ke langit. Tidak perduli. Aku berusaha melepaskan pegangan
tangannya. Dia justru mencengkeramku kencang.
“Ketahuilah,
Tania aku bisa menghentikan hujan ini… tetapi itu hanya bisa kulakukan jika aku tidak sedang dengan
seseorang yang kucintai…dan malam ini aku sepertinya tidak bisa
menghentikannya..” Adi serius menatapku. Aku terperangah. Lima detik berlalu
ganjil sekali. Menyeringai aneh. Maksudnya jelas sudah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin, 2013:14)
Cinta itu memang harus diungkapkan. Agar kita bisa lega dan orang yang
kita sayangi juga tahu sebesar apa perasaan kita. Cinta itu bisa diungkapkan
dalam berbagai situasi dan hal.. Seperti yang dilakukan oleh Adi. Demi untuk
mengungkapkan perasaannya kepada Tania, dia rela membuat dirinya malu didepan
orang banyak demi untuk mengungkapkan perasaannya.
2.1.5 TOKOH
DAN PENOKOHAN
Tokoh
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita yang mengalami peristiwa
dan mempunyai sifat, sikap, emosi,prinsip dan sebagainya. Di dalam sebuah
novel, tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan dalam beberapa macam sudut pandang
dan tinjauan itu adalah beberapa jenis tokoh, jenis watak, dan teknik
pelukisan.
1.
Jenis Tokoh
Jenis
tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh antagonis dan
protagonis.
a.
Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Pembagian
tokoh utama dan tokoh tambahan ini dilihat dari segi peranan atau tingkat
pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita. (Nurgiyantoro, 1998:176)
Berdasarkn
pendapat di atas di dalam novel Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Darwis Tere Liye ini tokoh utamnya
adalah Tania, Danar, Kak Ratna dan Dede karena tokoh ini sering dimunculkan oleh
pengarang dalam menggerakkan konflik cerita.
Dibandingkan
dengan tokoh utama, tokoh tambahan dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin beberapa diantaranya
adalah Ibu, Adi dan Anne, Miranti, Jony Chan.
b.
Tokoh Protagonis
Tokoh
protagonis adalah tokoh yang memegang peran penting dalam sebuah cerita. Tokoh
ini merupakan tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatan di dalam
peristiwa-peristiwa yang membangun cerita dan waktu yang digunakan tokoh
protagonit berhubungan dengan semua tokoh yang ada dalam cerita dan tokoh
protagonis menjadi pusat sorotan di dalam cerita.
Dalam
penentuan tokoh protagonist di dalam novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini lebih tepat menyebut Tania,
Danar,dan Kak Ratna. Tokoh-tokoh ini menempati sebagai tokoh protagonis dengan
alasan tokoh ini lebih banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada. Selain
itu di dalam novel ini banyak diungkapkan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh ini
terhadap permasalahan yang ada serta tokoh ini hadir dari awal hingga akhir
cerita.
c.
Tokoh Antagonis
Tokoh
antagonis merupakan tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis. Tokoh
antagonis dalam novel Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin, diantaranya Dede, Ibu, Adi dan Anne, Miranti, Jony
Chan.
2.
Jenis Watak
Forster
(1970:75) membagi watak tokoh ke dalam dua jenis, yaitu tokoh yang berwatak
bulat atau kompleks dan datar atau sederhana.
a.
Tokoh berwatak bulat atau kompleks
Tokoh bulat atau kompleks di katakan lebih mempunyai kehidupan
manusia, yang sesungguhnya karena di samping sebagai kemungkinan sebagai dan
tindakan, ia juga memberikan kebulatan.
b.
Sedangkan tokoh berwatak datar atau sederhana ( Flat or Simple
Character) adalah tokoh yang hanya memiliki satu kalimat pribadi tertentu, satu
sifat tertentu.
3.
Teknik Pelukisan Tokoh
Dalam
novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini tokoh-tokoh bulat dan datar
tampak jelas pada masing-masing tokohnya.
a.
Tania
Dilukiskan bentuk lahir tokoh ini sebagai berikut:
“Aku tahu aku cantik, tubuhku proporsional.
Rambutku hitam legam nan panjang.
“Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam
ini: “Mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania… kecerdasan berpikir, kedewasaan dan
penjelmaan positif atas semua pengalaman hidup… dan tahukah kau, matamu
misterius. Semua cowok suka wanita yang memiliki mata misterius”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013;15)
Penggambaran
bentuk fisik ini memang berhubungan dengan masalah kejiwaan, tetapi gambaran
itu tidak dapat dijadikan ukuran pernyataan watak yang dimiliki tokoh Tania.
Tania memiliki wajah cantik, pintar, dewasa. Ia tumbuh dan berkembang
dilingkungan keluarga yang sederana.
“Beruntungnya aku tak perlu diantar Kak Ratna
untuk mendaftar SMP keesokan paginya. Aku juga tak perlu repot-repot membujuk
DEde agar ikut (sejak tadi malam Dede menolak mentah-mentah untuk menemani).
Pagi-pagi telepon itu datang ke kontrakan. Dari sekretariat beasiswa. Application Guaranteed!”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:68)
“Tahukah kau, selama ini aku iri padamu., Tania.
Setiap melihat wajahmu yang menyenangkan, teman-teman di kelas juga terbawa
ikut senang. Aku tak pernah membanyangkan punya teman dengan kemampuan
memengaruhi sebesar kau”. (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:143)
Berdasarkan
kutipan di atas, digambarkan watak Tania juga dapat dikatakan sebagai orang
yang baik, tidak mudah menyerah, tekun, ramah/mudah bergaul dengan siapa saja
dan juga konsisten terbukti dia hanya mencintai Danar meskipun banyak lelaki
yang mencintai Tania.
b.
Danar
Danar
adalah seorang yang tampan, baik hati, suka menolong dan bertanggung jawab. Dia
juga dewasa dan perhatian terhadap keluarga Tania.
“Dia
beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan sapu
tangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas
jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung sapu tangan. Kemudian
membungkusnya perlahan-lahan”. (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:24)
Berdasarkan
kutipan di atas, digambarkan Danar adalah orang yang baik hati, suka menolong.
Terbukti dia membantu Tania saat Tania sedang kesakitan karena kakinya yang
terkena paku payung saat mengamen di bus kota.
“Sehari setelah Ibu meninggal, aku dan Dede
pindah ke kontrakannya. Kontrakan Ibu dikosongkan. Kak Ratna ikut membantu.
Dia sekarang berangkatk erja siang dan pulang
lebih cepat agar memiliki waktu bersama kami lebih banyak. Kami sekarang setiap
malam makan di luar. Dua minggu terakhir berganti-ganti warung tenda lain”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:67)
Berdasarkan
kutipan di atas, digambarkan Danar adalah seorang yang bertanggung jawab.
Terbukti saat Tania dan Dede di tinggal pergi oleh Ibunya, Danarlah yang
mengurus mereka sekarang. Menjaga mereka, menyekolahkan mereka.
“Kau pandai sekali menyembunyikan semua
perasaan itu… Tetapi mengapa? Aku mendesah parau.
Menatapnya sesaat. Meminta penjelasan.
Apa maksudmu? Dia tergagap.
Aku menatapnya lemah. Dia masih bertanya apa
maksudku? Lihatlah, Ibu. Betapa sulit baginya untuk mengaku. Hatiku pedih
menggelembungkan kemarahan.
Kau salah sangka Tania, aku tak tahu apa yang
sedang kau bicarakan. Tetapi kau salah menduga. “KAULAH YANG SALAH. KARENA KAU
TAK PERNAH MAU MENGAKUINYA!” (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:244)
Berdasarkan
kutipan di atas, selain digambarkan Danar adalah sosok yang baik hati, suka
menolong, bertanggung jawab. digambarkan
pula Danar adalah sosok yang pemendam rasa. Tidak jujur atas apa yang
dirasakan di dalam hatinya. Terbukti saat Tania mengetahui kalau Danar ternyata
juga mencintai Tania, tetapi saat di Tanya dia tetap tidak mau mengakui
perasaan itu. Dan menyalahkan Tania.
c.
Kak Ratna
Ratna adalah istri dari Danar. Dia digambarkan dalam bentuk fisik
sebagai wanita yang cantik,
“Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan
pakainya modis. Seperti artis-artis itu. Badannya wangi. Mukanya bermake-up
tipis. Cantik sekali”. (Daun Yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin, 2013:39)
Berdasarkan
kutipan di atas, Kak Ratna adalah sosok wanita yang cantik dengan rambutna yang
tergurai panjang dan hitam. Da juga modis dalam berpakaian dan make-up nya pun
tidak terlalu berlebihan. Namun tetap terlihat cantik.
“Kalau kau tidak bisa pulang, bisakah kau
membujuknya untuk kembali bersemangat? Tolonglah kakamu, Tania. Bantu aku untuk
menyakinkan kembali bahwa keputusan kami untuk menikah itu baik. Aku tak ingin
dia menyesali banyak hal.
Di matanya sedikit pun tidak ada sikap
permusuhan. Kak Ratna memelukku seklai lagi. Tidak ada wajah tidak suka padaku.
Kak Ratna melakukannya dengan tulus”. (Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:150)
Berdasarkan
kutipan di atas, digambarkan Kak Ratna memiliki watak yang baik hati, tidak
pernah mempunyai prasangka buruk terhadap Tania, sekalipun Tania sempat
membenci Kak Ratna karena telah merebut Danar darinya. Terbukti dalam kutipan Kak Ratna meminta tolong kepada Tania
untuk mebujuk Danar. Dimatanya tak sedikitpun rasa benci terhadap Tania tidak
ada sikap permusuhan.
“Ah, tapi besok pagi-pagi biar kucoba
membicarakannya, Tania. Dia sedang ambil cuti seminggu. Katanya untuk
menemaniku. Meskipun dia lebih sering tidak berada di rumah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:218)
“Dia dua minggu terakhir entah pergi ke mana.
Pulangnya selalu larut. Aku takut bertanya. Hanya membukakan pintu, lantas
mengikuti langkahnya. Diam”. (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:224)
Berdasarkan
kutipan di atas, Kak Ratna adalah seorang yang sabar, meskipun sering di buat
sakit oleh Danar tetapi dia tetap setia terhadapnya. Dia selalu menunggunya
pulang ke rumah meskipun Danar jarang pulang sekali pulang itu pun larut malam
dan Kak Ratna tetap menunggunya. Itu menandakan kalau kak Ratna adalah orang
yang sabar.
d.
Dede
Dalam novel Dede digambarkan sebagai adik dari Tania.
“Kan Om Danar di panggil om, jadi Tante juga
harus di panggil Tante Ratna! Dede ngotot membela logikanya. Dia hanya tertawa
melihat Kak Ratna berlepotan berargumntasi dengan adikku. Soal berdebat, adikku
nomor satu. Tidak ada yang bisa mengalahkan Dede”. (Daun Yang Jatuh Tak Penah Membenci Angin, 2013:39)
“Tania : kamu
kalo ganti profil bilang-bilang dong bikin bingung.
Bebek
Peking : orang
gantinya baru tadi pagi. Lagian di daftar teman kak Tania nggak hilang kan?
Hanya ganti nama doing.
Tania :
kenapa di ganti Bebek Peking ?
Bebek
Peking : iseng
aja, emang gak boleh? :-p dari pada diganti buntut bebek? J
(aku
tertawa)”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin, 2013:106)
Berdasarkan
kutipan di atas, digambarkan Dede memiliki watak iseng, dengan siapapun.
“Miamiheat
: kalo
kak Tania mau bilang kak Tania suka sama om Danar, Dede sudah lama tahu.
(Ya Tuhan, kalimat itu, Dede mengambil alih
permasalahan).
Tania
: bagaimana kamu tahu ?
(Aku
gugup mengetik.)
Miami
Heat : harusnya
kak Tania ingat kalimay Don Carleone,
“jangan remehkan tingkat intelektualitasku”. Sorry becanda! Bukannya sudah
jelas sekali? Semuanya terlihat, kan?
Tania
: jelas apanya?
Miami
Heat : jelas
banget, kakakku tercinta. Kak Tania yang selalu bersungut-sungut kalau ada kaka
Ratna. Kak Tania yang selalu pasang tampang sebel setiap kalo ada Kak Ratna.
Kak Tania yang memandang om danar
segitunya. Aduh, Dede saja yang amatiran bisa lihat kok”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:137)
Berdasarkan
kutipan di atas, Dede memiliki sifat pandai menyimpan
rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar). Mempunyai sifat polos
yang kental.
e.
Ibu
Merupakan
ibu dari Tania dan Dede. Beliau adalah orang yang baik hati dan juga ramah
terhadap orang lain.
“Kenapa kalian belum menikah? ….sudah cocok!
Ah, Ibu bisa saja. Aku belum genap tiga tahun
bekerja..
Ratna juga baru lulus dua tahun lagi.
Kalian pasangan yang serasi benar.
Aku yang beruntung…. Danar baik”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:40)
Berdasarkan
kutipan di atas, sifat Ibu digambarkan sebagai orang yang ramah, mudah bergaul
dengan orang yang baru dikenalnya.
“Ibu menjual kue-kue kecil. Kue kue kampong.
Ibu memang pandai membuatnya. Kue sederhana itu terlihat begitu menggiurkan.
Bentuknya dibikin aneh-aneh. Rasanya? Wuih, kue bikinan Ibu selalu top”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:46)
Berdasarkan
kutipan di atas, digambarkan pula Ibu memiliki sifat yang tekun, terbukti
beliau rajin membuat kue dengan beraneka variasi bentuknya.
Secara
garis besar, ada dua teknik pelukisan tokoh, yaitu teknik uraian (telling) dsn teknik ragaan (showing). (Abrams, 1981:21) atau oleh
Altenbernd dan Lewis (1966:56) disebut teknik penjelasan ekspositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic).
1.
Teknik Ekspositori
Teknik
ekspositori ini dikenal juga dnegan istilah analitis merupakan pelukisan tokoh
cerita yang dilakukan dnegan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan
secara langsung mengenai sifat, watak, tingkah laku dan juga ciri fisiknya (Nurgiyantoro,
1998: 195)
Di
dalam novel ini teknik ekspositori yanga digunakan pengarang adalah analisis
secara langsung (direct auther analisis). Disebut teknik analisis pengarang
secara langsung apabila pengarang secara langsung menyebutkan watak tokoh yang
dianalisis. Pembaca tidak perlu mengira-ngira watak seorang tokoh karena
pengarang sudah menyebutkan secara jelas.
Untuk
melukiskan bahawa Tania adalah seorang anak yang pintar, cantik, digambarkannya
dlam beberapa
kalimat yang dapat langsung dimengerti bagaimana sifat tokoh.
“Aku
tahu aku cantik, tubuhku proporsional. Rambutku hitam legam nan panjang. “Menurut seseorang yang akan penting sekali
dalam semua urusan malam ini: “Mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania… kecerdasan
berpikir, kedewasaan dan penjelmaan positif atas semua pengalaman hidup… dan
tahukah kau, matamu misterius. Semua cowok suka wanita yang memiliki mata
misterius”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin, 2013;15)
“Kau anak yang pintar Tania! Amat pinta!
Ibu hanya trsenyum, duduk di kursi plastic
pojok ruangan. Telingaku mengembang. Pujian itu membuatku memeluknya”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:36)
Berdasarkan
kutipan di atas, jelas digambarkan bahwa Tania adalah orang Yang cantik dan
juga pintar.
Penggunaan
teknik ini dalam sebuah novel mebuat pembaca lebih santai membaca cerita yang
dibacanya karena dia tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui kepribadian
tokoh-tokoh yang ada
dan sekaligus dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam penyimpulan watak
tokoh. Hal tersebut merupakan hal keutamaan atau kelebihan dari teknik ini.
Akan tetapi, penggambaran watak tokoh
yang secara langsung ini dapat pula menimbulkan kebosanan. Walaupun demikian
pada saat-saat tertentu teknik ini perlu dilakukan,di saat penggunaan teknik
ini dapat mengurangi nilai sebuah karya sastra.
2.
Teknik Dramatik
Pelukisan
tokoh melalui dramatic adalah pendeskripsian tokoh cerita dengan menunjukkan
kediriannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat
kata-kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui
peristiwa-peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 1998:198). Teknik ini mencakup
beberapa macam:
a.
Pelukisan Pikiran dan Perasaan (Portoroyal of trought stream of trought)
Teknik
pelukisan dan perasaan ini menyatakan bahwa keadaan dan jalan pikiran, serta
perasaan apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang
dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan
sifat-sifat kediriannya juga. (Nurgiyantoro, 1998:204)
“Tetapi
aku berhak melakukannya bukan? Separuh atiku yang lain muncul dengan gagah
membela. Aku berhak melakukannya.
Kau lupa apa yang dikatakan Anne. Separuh
hatiku yanh lain muncul membantah. Anne juga blang aku memang berhak
melakukannya! Tidak, kau hanya akan
menyakiti hatimu sendiri. Lihatlah, pernikahan itu tidak akan terhenti dengan
tingkah laku kekanak-kanakanmu. Kau hanya akan membuat hatimu semakin terbebat
oleh asumsi, perasaan-perasaan, keinginan-keinginan, mimpi-mimpi dan akhirnya
kau sama sekali tak tahu lagi mana simpul yang nyata, dan mana simpul yang
tidak. Kuat sekali separuh hati lainnya membantah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:152)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat dilihat bahwa jalan pikiran dan perasaan Tania saat itu
sedang bimbang dalam memutuskan akan
seperti apa kedepannya mengenai perasaannya. Persepsi banyak bermunculan dalam
pikiran dan hatinya.
b.
Reaksi Tokoh (Reaction of even)
Nurgiyantoro
(1998:209) menyebut teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang
diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama atau tokoh-tokoh yang dipelajari
kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain
sebagainya.
“Bukankah dia bukan siapa-siapa mu? Mana
mungkin ada malaikat yang bisa menuruti kemauan orang biasa?
Aku juga sudah bilang berkali-kali, kau
terlalu banyak berharap. Baginya kau tak lebih dari anak kecil yang bandel.
Atau adik kecil yang pencemburu. Atau sejenis itulah.
Aku tetap tertunduk”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin, 2013:132)
Berdasarkan
kutipan di atas, jelas terlihat reaksi Tania saat mendengar bahwa Danar akan
menikah dengan Kak Ratna. Kemudian dia menemui Anne untuk bercerita tentang
permasalahannya dan meminta solusi.
c.
Cakapan (Conversation
of outher about character)
Teknik
cakapan dimaksudkan untuk menunjuk pada tingkah laku verbal berwujud kata-kata para tokoh. Kata-kata yang dimaksud
menggambarkan sifat atau perwatakan dari tokoh yang mngucapkannya
(Nurgiyantoro, 1998:203)
“Tania, mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania…
kecerdasan berpikir, kedewasaan dan penjelmaan positif atas semua pengalaman
hidupmu…. Dan tahukah kau, matamu misterius. Semua cowok suka wanita yang
memiliki mata misterius”. (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:15)
Berdasarkan
kutipan di atas, membahas tentang Tania yang memiliki sifat yang dewasa, dia
juga pintar. Dan juga dia memiliki mata yang misterius yang banyak disukai oleh
laki-laki .
d.
Nama
Tokoh (The Name of character)
Staton
menyatakan bahwa teknik nama tokoh merupakan salah satu cara untuk
mengungkapkan watak tokoh (1965:17). Melalui teknik ini, dipilih nama tokoh
yang disesuaikan dengan watak yang dimilikinya.
Dalam
novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin teknik ini digunakan pengarang
untuk tokoh Ibu. Nama Ibu itu sendiri dapat menggambarkan sifat dari tokoh ini.
Nama itu merupakan sebutan yang diberikan kepada seorang wanita yang sudah
berkeluarga dan mempunyai anak.
2.1.6
LATAR/SETTING
Latar
merupakan tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita atau lingkungan yang
mengelilinginya pelaku di dalam cerita (Staton, 1965:18). Abrams (1981:175)
menyatakan bahwa latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Sejalan
dengan Abrams, Nurgiyantoro menyatakan bahwa novel sebagai sebuah dunia
imajinasi yang tidak hanya membutuhkan tokoh sebagai pennghuni beserta
permasalahan yang dihadapinya, tetapi juga membutuhkan ruang, tempat, dan waktu
bagi tokoh tersebut untuk “hidup”. Ruang, tempat dan waktu itu dikenal sebagai
latar (1998:227)
Berdasarkan
berbagai pendapat para ahli di atas, unsur latar dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial.
a.
Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
(Nurgiyantoro, 1998:227). Di dalam novel Daun Yang Jatuh Taj Pernah Membenci
Angin disebutkan secara eksplisit nama tempat, kota, Negara, tempat
peristiwa-pperistiwa berlangsung.
Secara garis besar,di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin, latar berkisar pada dua tempat. Latar pertama, pengarang menyatakan
adanya kota Jakarta, secara detailnya di rumah Tania, toko buku. Selain itu
Singapura tepatnya di asrama Tania di
Singapura.
“Dari
lantai 2 toko buku paling besar di kota ini, kalian bisa melihat dengan leluasa
jalan yang paling besar di kota ini. Jalan itu dibelah pembatas setinggi satu
jengkal. Dinding tembok toko buku ini diganti seluruhnya menjadi kaca-kaca
tebal”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin, 2013:8)
Berdasarkan kutipan di atas, di jelaskan bahwa dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
latar yang sering mucul atau paling dominan adalah di toko buku. Dimana seorang
Tania tengah mengingat kembali kenangan 10 tahun silam kehidupannya. Di toko
buku itulah dia mendapatkan janji masa depan yang lebih baik.
“Siang itu
entah apa alasannya dia datang ke rumah. Aku sedang rileks membaca buku di
teras belakang. Duduk di kursi rotan beralas bantal-bantal besar. Menatap
bugenvil yang mekar berbunga:. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:188)
Masih dalam lingkup latar pertama, yaitu rumah
Tania. Dijadikan sebagai tempat terjadinya peristiwa dalam novel tersebut.
Digambarkan sekilas Tania yang sedang duduk santai dihalaman belakang rumah dan
kemudian datang Danar kerumah sekedar ingin menjenguk.
“Malam
harinya kami langsung ke dorm. Anne,
teman junior high school-ku yang
lagi-lagi sekelas dengan ku di senior
high school, sudah menyiapkan pesta sederhana di ruang tamu asrama”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:94)
Latar kedua, yaitu di negara Singapura, tempat Tania menempuh
pendidikannya dari SMP sampai perguruan tinggi. Dalam kutipan di atas, lebih
spesifik di jelaskan terjadinya peristiwa yaitu di Dorm tempat tinggal Tania atau bisa disebut juga dengan asrama.
Selain kedua latar tempat tersebut, latar tempat lain yang di temui
misalnya di pemakaman Ibu Tania, di rumah sakit, di hotel, di rumah makan, di
bandara, di kampus Tania.
b.
Latar Waktu
Nurgiyantoro berpendapat (1998:230) berpendapat bahwa latar waktu
berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah fiksi.
Latar
waktu yang digunakan dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
sebagai berikut:
a.
Pagi hari
“Esok pagi
selepas subuh. Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede. Salah satunya
yang paling kuingat dan seketika membuatku berlonjak gembira, aku akan kembali
ke sekolah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin, 2013:27)
Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang
pertama, yaitu pagi hari ditunjukkan pada kutipan, “esok pagi selepas subuh”.
Disitu sudah menjelaskan bahwa terjadinya perisitiwa pada pagi hari. Saat itu
Ibu mengatakan kepada Tania dan Dede bahwa mereka akan bersekolah kembali.
b.
Siang hari
“Siang itu
entah apa alasannya dia datang ke rumah. Aku sedang rileks membaca buku di
teras belakang. Duduk di kursi rotan beralas bantal-bantal besar. Menatap
bugenvil yang mekar berbunga:. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:188)
Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang
kedua, siang hari. Di tunjukkan pada saat kedatangan Danar kerumah siang hari.
Pada saat itu Tania dengah membaca buku di halaman rumah.
c.
Sore hari
“Sore hari
mereka beranjak pulang. Aku yang membukakan pintu pagar. Menatap mobil mereka
dengan perasaan normal, seperti kita sedang melepas sepasang keluarga muda
bahagia yang pulang dar berkunjung. Aku tersenyum menghela nafas, lega”. (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. 2013:199)
Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang
ketiga, sore hari. Di tunjukkan pada saat Tana, Danar, Kak Ratna, Dede danAdi
tengah bersama di rumah Tania selepas dari pusara itu. Saat itu hari menjelang
sore dan Tania mengantarkan Danar dan Kak Ratna pulang.
d.
Malam hari
“Malam
harinya kami langsung ke dorm. Anne,
teman junior high school-ku yang lagi-lagi sekelas dengan ku di senior high
school, sudah menyiapkan pesta sederhana di ruang tamu asrama”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:94)
Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang
keempat, malam hari. Saat itu mereka menuju Dorm
tempat tinggal Tania untuk merayakan ulang tahun Tania yang ke-17.
c.
Latar Sosial
Nurgiyantoro (1998:233) menyatakan bahwa latar sosial adalah hal-hal
yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks, misalnya berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat,
tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritual. Nurgiyantoro menyatakan bahwa latar sosial juga
berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Latar sosial diceritakan di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin adalah masyarakat kota, sebuah masyarakat tepatnya di Jakarta.
Di dalam novel ini di jumpai nama-nama seperti Tania, Danar, Ibu, Dede, Kak
Ratna, Anne, Adi, Jhoni Chand, Ms. G.
Dibandingakan dengan kedua latar sebelumnya, latar sosial lebih
menonjol dan fungsional di dalam penggarapan novel ini. Kebiasaan masyarakat yang diolah sedemikian rupa di dalam cerita sehingga
pembaca mendapat gambaran yang cukup lengkap tentang kehidupan masyarakat.
Tidak itu saja, pemggambaran latar sosial ini membuat persoalan-persoalan dan
pemecahan yang dilakukan terasa lebih logis.
Latar sosial dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
antara lain:
a.
Seorang Dermawan
Sosok ini terdapat pada Danar. Seorang anak laki-laki yang dermawan,
baik hati dan suka menolong.
“Dia
beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan sapu
tangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas
jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung sapu tangan. Kemudian
membungkusnya perlahan-lahan”. (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:24)
Berdasarkan kutipan di atas, sosok dermawan
terdapat dalam diri Danar. Di buktikan dalam kutipan Danar melonong Tania yang
sedang terkena musibah, meskipun awalnya Danar tidak mengenal Tania.
b.
Seorang pekerja keras
Sosok ini terdapat dalam okoh Tania. Dia begitu gigih dan pantang
menyerah untuk menggapi cita-citanya.
“Beruntungnya aku tak perlu diantar Kak Ratna
untuk mendaftar SMP keesokan paginya. Aku juga tak perlu repot-repot membujuk
Dede agar ikut (sejak tadi malam Dede menolak mentah-mentah untuk menemani).
Pagi-pagi telepon itu datang ke kontrakan. Dari sekretariat beasiswa. Application Guaranteed!”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:68)
Berdasarkan kutipan di atas, sosok pekerja
keras terdapat pada tokoh Tania. Dibuktikan dia yang mendapatkan beasiswa untuk
sekolah ke Singapura melanjutkan pendidikannya. Dan tidak sia-sia Tania
mendapat predikat lulus terbaik se-Asia.
c.
Seorang yang mempengaruhi
Sosok in terdapat pula pada Tania. Dimana dia sangat begitu lihat
dalam mempengaruhi teman-temannya.
“Tahukah kau, selama ini aku iri padamu.,
Tania. Setiap melihat wajahmu yang menyenangkan, teman-teman di kelas juga
terbawa ikut senang. Aku tak pernah membanyangkan punya teman dengan kemampuan
memengaruhi sebesar kau”. (Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:143)
Berdasarkan kutipan di atas, Tania adalah
sosok orang yang berpengaruh besar terhadap teman-temannya. Dia begitu mudahnya
mempengaruhi teman-temannya. Dia juga sosok yang menyenangkan bagi
teman-temannya. Itu diakui oleh Anne.
BAB III
SARANA SASTRA
Stanton (1965:23) menyatakan sarana sastra sebagai cara pengarang untuk
menyeleksi dan menyusun bagian-bagian cerita sehingga tercipta karya yang
bermakna. Tujuan sarana sastra adalah agar pembaca dapat melihat fakta-fakta
cerita melalui sudut pandang pengarang, melihat arti fakta cerita sehingga
dapat bertukar pendapat tentang pengalaman yang terlukiskan. Pembahasan
mengenai sarana sastra meliputi pusat pengisahan, gaya bahasa, nada dan ironi.
Di bawah ini ketiga sarana sastra itu dibahas satu persatu.
Dalam bab ini pembahasan mengenai sarana sastra meliputi pusat
pengisahan, gaya bahasa, nada, dan ironi. Di bawah ini, ketiga sarana sastra
itu dibahas satu per satu.
A.
Pusat Pengisahan
Di dalam
sebuah cerita, pengarang memilih posisi atau hubungan dengan setiap peristiwa
atau tokoh yang diceritakannya, apakah secara emosional pengarang ikut terlibat
atau tidak. Posisi yang merupakan dasar berpijak untuk melihat peristiwa dalam
cerita itulah yang disebut sudut pandang (point
of View) (Stanton, 1965:26).
Adapun
Abrams (1981:142) menyatakan bahwa sudut pandang adalah cara yang dipergunakan
pengarang, sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fisik kepada pembaca.
Pengarang
menggunakan pusat pengisahan persona pertama pelaku utama atau Warren dan
Wellek (1989:296) menyebutnya sebagai metode naratif yang salah satu cirinya
adalah pengarang menggunakan persona pertama sebagai tokoh utama di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
Pengarang menjadi narator, yaitu seseorang yang berada di luar cerita yang
menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau gantinya, saya atau
aku (Nurgiyantoro, 1998:256). Di dalam teknik ini nama-nama tokoh sering
disebut, terutama tokoh utamanya.
Pusat
pengisahan persona pertama, oleh Wellek dan Warren di bagi atas dua jenis,
yaitu metode romantic-ironik dan metode objektif. Metode romantic-ironik
memungkinkan pengarang mengetahui segala macam hal mengenai peristiwa dan
tokoh, juga diperbolehkan mengomentari peristiwa dan menasihati tokoh-tokoh ada
dalam cerita.
Adapun
metode objektif mempunyai ciri, tidak hadirnya pengarang yang mahatahu dan
berlakunya sudut pandang yang terkontrol. Pengarang menceritakan ceritanya
dengan menjelaskan semua proses yang dialami tokoh dengan tidak memberitahu apa
yang akan terjadi kemudian. Dengan batasan bahwa di dalam metode ini tidak
diperkenankan hadirnya pengarang yang mahatahu.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
dianggap menggunakan metode naratif dengan sudut pandang orang pertama pelaku
utama, dengan mengombinasikan metode dramatik-ironik dengan metode objektif.
Pengombinasian ini mengakibatkan pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa,
sikap, pikiran dan perasaan tokoh, tetapi dia tidak mengomentari hal tersebut
sehingga sudut pandang tetap terkontrol dan cerita tidak diganggu dengan
berbagai komentar atau nasihat pengarang.
“Aku mendesiskan luka di atas tempat tidur.
Membiarkan kamarku gelap tak tertembus cahaya matahari pagi. Aku tak akan
menangis lagi. Aku akan memilih meneruskan hidup. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:157)
Berdasarkan
kutipan di atas, bahwa kita harus siap dalam situasi apapun. Baik dalam situasi
yang menegangkan atuapun sebaiknya. Yang kita butuhkan adalah mental dan fisik
yang siap dan kuat dengan harapan apapun.
B.
Gaya
bahasa dan Nada
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 1990;113).
Menurut Nurgiyantara, (2005:296)
pemajasan merupakan salah satu bentuk retorika. Pemajasan merupakan teknik
pengungkapan bahasa, penggayaan bahasa, yang maknanya tidak menunjukkan makna
harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada yang ditambahkan, makna
yang tersirat.
Penggunaan gaya bahasa di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
dapat dibagi atas gaya bahasa umum dan gaya bahasa khusus.
- Gaya Bahasa
Umum
Yang dimaksud dengan gaya bahasa umum
adalah gaya bahasa yang dapat dikategorikan pada gaya bahasa yang sudah sering
digunakan oleh pengarang lain. Gaya bahasa yang biasa digunakan tersebut dapat
dibagi atas dua macam, yaitu bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.
a.
Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa ini merupakan
penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu
(Keraf,1990:129) atau oleh Altenbernd (1970:22) disebut sebagai kepuitisan yang
berupa muslihat pikiran. Gaya bahasa ini dibuat pengarang untuk menarik
perhatian dan pikiran sehingga pembaca berkontemplasi atas apa yang dikemukakan
pengarang. Gaya bahasa retoris yang dipergunakan di dalam Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah sebagai berikut:
1)
Hiperbola
Gaya bahasa hiperbola adalah gaya
bahasa yang mengandung pertanyaan yang berlebih-lebihan terhadap suatu hal atau
keadaan. Penggunaan gaya bahasa ini memberikan kesan menyangkatkan intensitas,
dan juga ekspresivitas terhadap hal dan keadaan (Pradopo, 1990 : 98).
“Tubuhku langsung kaku. Amat berat leherku menoleh,
seperti diganduli beban berkilo-kilo. Kakiku seperti diikat sejuta tali-temali
saat beranjak berdiri”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:189)
“Demi membaca e-mail berdarah-darahitu, esoknya aku
memutuskan pulang segera ke Jakarta. Ini masalah serius”. (Daun Yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin, 2013:230)
Berdasarkan kutipan di atas,
penggunaan hiperbola di dalam kalimat-kalimat ini mengandung pengertian yang
menyangatkan sehingga menimbulkan suasana menegangkan.
b.
Bahasa
Kiasan
Menurut Keraf, bahasa kiasan adalah
bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata yang
telah membentuknya. (Nurgiyantoro,
2008:298)
Menurut (Pradopo, 1990:61-62), bahasa
kiasan dibentuk dengan mengiaskan atau mempersamakan suatu hal dengan yang
lain. Berfungsi untuk menarik perhatian, menimbulkan kesegaran hidup dan
terutama menimbulkan kejelasan gambar.
1)
Simile
Menurut Nurgiyantoro (2005:298),
Simile menyarankan pada adanya perbandingan yang langsung dan eksplisit, dengan
mempergunakan penanda keeksplisitan seperti : seperti, bagaikan, sebagai,
laksana, mirip dan sebagainya. Fungsi dari simile adalah dapat memahami dengan
baik lewat konteks wacana bersangkutan.
“Tanganku
meraih satu daun kecoklatan yang jatuh. Daun berbentuk hati yang kuning
mongering. Seperti hatiku yang
tiba-tiba kering”. (Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin, 2013:235).
Di dalam novel ini, contoh simile
digunakan adalah mempersamakan daun yang sudah kering dengan sebuah hati yang
tiba-tiba kering, Dari simile tersebut menimbulkan suasana yang menyedihkan dan
mengharukan.
C.
Penggunaan
Kata dan Bahasa Asing
Banyak ditemui bahasa atau kata-kata
asing yang sering digunakan oleh Tere Liye dalam novel Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin. Bahasa
atau kata-kata asing yang ditemui tersebut berasal dari Luar negeri seperti
Inggris.
“Dia
menepuk pundak adikku. Dede buru-buru mengeluarkan sesuatu daari kantong
plastic yang tadi dipegangnya. Apa isi kantong itu. Dede hanya menyengir, “surprise! Kak Tania gak boleh
nanya-nanya !(Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin, 2013:87).
Berdasrakan kutipan di atas, bahwa
kata surprise menunjukkan sebuah arti
kejutan. Dimana biasanya hal tersebut dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain untuk menunjukkan kepeduliannya.
D.
Nada Ironi atau Ironi Verbal
Nada merupakan kualitas gaya yang
memaparkan sikap pengarang terhadap pembaca karyanya. Suasana dapat berkisar
pada suasana yang religius, romantis, melankolis, menegangkan, mencekam,
tragis, mengharukan, dan sebagainya.
Menurut Kenny, nada merupakan
ekspresi sikap-sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan terhadap
pembaca. Stile adalah sarana, sedangkan nada adalah tujuan. Salah satu
kontribusi penting dari stile adalah untuk membangkitkan nada (Nurgiyantoro, 2005;284-285).
Ironi diartikan sebagai suatu
pernyataan yang berlawanan dengan apa yang diharapkan. Menurut Stanton
(1965:34), membagi ironi yang ada di dalam karya sastra menjadi dua macam,
yaitu ironi dramatik (dramtic irony)
dan nada ironis.
- Ironi Dramatis
Menurut Stanton (1965:45), ironi
dramatis atau sering dikenal pula sebagai ironi plot atau ironi situasi secara
mendasar tergantung pada pertentangan yang sangat kontras antara penampilan dan
kenyataan, antara perhatian tokoh dengan apa yang nyata-nyata terjadi.
Seringkali unsur-unsur yang dikontraskan itu dihubungkan secara logis atau
sebagai hubungan sebab akibat.
Dalam novel Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin, ironi jenis
ini terdapat pada saat Tania kehilangan ibunya yang meninggal karena sakit
keras. Saat itu Tania menjadi tidak semangat dan sangat terpuruk oleh keadaan yang ada. Namun
kenyataannya Tania dapat bangkit kembali dan dibuktikannya dengan ia diterima
beasiswa di Singapura sampai dengan ia masuk perguruan tinggi. Serangkaian
prestasi diraihnya selama ia belajar di Singapura. sampai akhirnya ia tumbuh
menjadi gadis yang cantik dan pintar.
- Nada Ironi
atau Verbal
Menurut Stanton (1965:46), nada
verbal muncul ketika seseorang menyampaikan maksudnya dengan mengatakan sebaliknya.
Nada ironis diucapkan oleh Thomas dalam konvensi partai pemenang.
“Pandai
sekali menyembunyikan semua perasaan itu… tetapi mengapa? Aku mendesah parau.
Menatapnya sesaat, meninta penjelasan. “apa maksudmu? Dia tergagap”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
2013:243).
Berdasarkan kutipan di atas, bahwa
tak selamanya perasaan itu bisa disembunyikan sedemikian lamanya. Suatu saat
nanti, pasti akan terungkap kebenarannya. Karena perasaan cinta itu anugrah
yang dititipkan Allah kepada manusia.
BAB IV
HUBUNGAN
ANTARUNSUR DALAM CERITA
Pada bab-bab
sebelumnya, penelitian unsur-unsur novel dilakukan secara terpisah satu sama
lain. Hal tersebut dilakukan untuk meneliti unsur-unsur novel secara lebih
detail. Akan tetapi, penelitian unesur-unsur novel yang terpisah, harus diikuti
dengan penelitian hubungan antar unsur novel, karena sesungguhnya unsur-unsur
novel tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling
terkait satu sama lain.
Di dalam bab IV
ini, keterkaitan atau hubungan antarunsur di dalam novel Negeri Para Bedebah ini dibahas satu-persatu, yaitu hubungan tema
dengan tokoh, tema dengan alur, tema dengan latar, tokoh dengan alur, tokoh
dengan latar, alur dengan latar, judul dengan alur, judul dengan tokoh, dan
tokoh dengan latar.
1.
Hubungan
Tema dengan Tokoh dan Penokohan
Untuk menyampaikan ide atau gagasan
utama, diperlukan pembawa gagasan berupa pelaku atau tokoh-tokoh cerita.
Biasanya pembawa gagasan utama adalah tokoh-tokoh utama, sementara tokoh lain
merupakan tokoh latar yang memperkuat penokohan tokoh utama dan gagasan yang
dibawanya.
Menurut Nurgiyantoro (2005;74),
tokoh-tokoh utama ditugasi menyampaikan tema yang dimaksudkan pengarang baik
secara langsung maupun tidak tidak langsung, yaitu melalui tingkah laku, pikiran,
perasaan dan berbagai peristiwa yang dialami tokoh.
Tema
yang terjadi pada Tania sebagai tokoh utama merupakan akibat dari perasaannya terhadap Danar. Rasa cinta
yang selama ini dirahasiakan yang
membawa Tania menjadi sakit hati akibat keputusan Danar yang memutuskan untuk
menikah dengan Kak Ratna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tema dalam
noverl Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin adalah Cinta yang dirahasian dan menyakitkan.
2.
Hubungan
Tema dengan Alur
Tema adalah ide
pokok atau gagasan utama yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca.
Untuk menyampaikan ide atau gagasan pengarang harus menciptakan cerita yang
terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab-akibat
(plot). Adanya peristiwa sebab-akibat tersebut harus mutlak, supaya cerita
lebih jelas dan tema dapat ditemukan. Sebaliknya untuk menentukan tema dapat
dilihat melalui konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian dari plot.
Tema novel Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin adalah Cinta yang dirahasian dan menyakitkan.Untuk
membawa tema ini, pengarang membuat cerita mengenai seseorang yang mempunyai
sifat yang baik hati, tanggungjawab, cerdas dan pintar mempengaruhi, penyayang.
Dari hal tesebut muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di
dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
Konflik di dalam
novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin berawal dari Danar yang
memperkenalkan teman wanitanya kepada keluarga Tania. Dan disaat itu pula Tania
merasa tidak suka kepada teman wanita Danar (Kak Ratna), karena Tania merasa
cemburu dengan kedekatan Danar dengan Kak Ratna. Kemudian Danar yang memutuskan
untuk menikah dengan Kak Ratna yang membuat hati Tania teriris, sakit dan
merasa sedih. Namun dikemudian hari, Tania mengetahui suatu rahasia yang
benar-benar membuat Tania teringat lagi akan perasaannya kepada Danar.
Bahwasanya Danar juga mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan
oleh Tania.
3.
Hubungan
Tema dengan Latar
Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi
tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar bersifat memberikan
“aturan” permainan terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi pemilihan tema.
Sebaliknya, tema yang dipilih akan menuntut latar yang sesuai yang mampu mendukung.
(Nurgiyantoro, 1998:75)
Seperti disebut dalam
tema novel ini, yaitu cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan, yang menimbulkan
keresahan di dalam hati Tania dan Danar, mengakibatkan munculnya perlawanan. Latar
novel ini disebutkan secara eksplisit nama tempat, kota, Negara, tempat
peristiwa-peristiwa berlangsung. Secara garis besar di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
latar berkisar pada tempat yaitu Jakarta, rumah Tania, Singapura. Selain latar
tempat di atas, latar sosial yang berupa sikap dan perilaku, dan sebagainya
juga dapat mendukung tema yang diangkat. Sementara latar waktu di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci yang
juga tidak kalah pentingnya seperti latar yang lainnya.
Jika dilihat dari kata “Rahasia” sudah tentu
identik dengan usaha menyembunyikan semua perasaan cinta yang dirasakan. Latar
tempat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin yaitu Latar tempat yang
menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro,
1998:227). Di dalam novel Daun Yang Jayuh
Tak Pernah Membenci Angin disebutkan secara eksplisit nama tempat, kota,
Negara, desa tempat peristiwa-peristiwa berlangsung. Secara garis besar di
dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin, latar berkisar pada tempat yaitu Jakarta, rumah Tania, toko
buku dan Singapura. Didasari oleh latar tempat dan sosial yang melingkupi
mereka, latar yang ada membentuk mereka menjadi orang-orang yang sederhana
dengan sikap, pemikiran, dan keinginan yang sederhana pula. Pada saat perubahan
yang melanda mereka dirasa terlalu kompleks melanggar ajaran dan tradisi yang
sudah mengakar jauh dalam kehidupan. Jadi, walaupun sudah berusaha, akhirnya
latar yang melatarbelakanginya dapat menerima perubahan menuju pencerahan.
4.
Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Alur
Tokoh-tokoh di dalam
sebuah cerita memerlukan alur, saat, dan keadaan sosial plot atau alur mereka
melakukan atau melakukan sesuatu. alur, saat, dan keadaan tersebut berpengaruh
pula terhadap tokoh dan penokohan.
Tokoh-tokoh di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
adalah mempunyai sifat berani, tanggungjawab, cerdas dan pintar mempengaruhi,
keras kepala, dermawan, dan lain sebagainya. Dari hal tesebut muncul
masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam novel Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Konflik di dalam novel Daun Yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin berawal
dari Danar yang memperkenalkan teman wanitanya kepada keluarga Tania. Dan
disaat itu pula Tania merasa tidak suka kepada teman wanita Danar (Kak Ratna),
karena Tania merasa cemburu dengan kedekatan Danar dengan Kak Ratna. Kemudian
Danar yang memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna yang membuat hati Tania
teriris, sakit dan merasa sedih. Namun dikemudian hari, Tania mengetahui suatu
rahasia yang benar-benar membuat Tania teringat lagi akan perasaannya kepada
Danar. Bahwasanya Danar juga mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang
dirasakan oleh Tania. Yang membuat tokoh utama harus kembali mengingat masa
lalunya yang kelam.
5.
Hubungan
Tokoh dan Penokohan dengan Latar
Tokoh-tokoh di dalam sebuah cerita
memerlukan ruang, saat, dan keadaan sosial tempat mereka melakukan atau
melakukan sesuatu. Ruang, saat, dan keadaan tersebut berpengaruh pula terhadap
tokoh dan penokohan.
Tokoh-tokoh di dalam novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah masyarakat kota yaitu tepatnya
di ibukota Jakarta. Selain itu pola
pikir para tokoh juga sederhana namun dengan tetap menjunjung bahasa-bahasa
yang intelek. Tania sejak kecil sudah memiliki kecerdasan yang tinggi
dibandingkan anak-anak seusianya, terbukti saat kejadian masa lalu yang menyangkut
kehidupannya yang kelam kemudian bertemu dengan Danar dan dijanjikan masa depan
yang lebih baik, Tania mampu bangkit kembali sampai akhirnya dia sukses.
6.
Hubungan
Alur dengan Latar
Plot merupakan peristiwa yang
mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita, sedangkan latar adalah tempat,
saat, dan keadaan sosial yang menjadi tokoh melakukan dan dikenai kejadian.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan
cerita yang berlatar belakang orang kota
tepatnya di Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat
tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut.
Berawal dari kegiatan mengamen yang
dilakukan oleh Tania dan Dede. Kemudian mereka bertemu dengan Danar. Mulai dari
situlah kehidupan mereka berubah. Tania kini bisa sekolah lagi sampai akhirnya
dia mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Singapura. serentetan prestasi dia
dapatkan saat bersekolah di Singapura sampai akhirnya dia lulus dan bekerja di
salah satu perusahan terkenal di Singapura.
7.
Hubungan
Judul dengan Alur
Judul merupakan nama yang diberikan
untuk suatu cerita. Yang dapat dimaknai isinya secara eksplisit maupun implisit.
Dalam judul, mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita, sedangkan alur
adalah alur atau plot jalannya cerita.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan
cerita yang berlatar belakang orang kota
tepatnya di Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat
tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut. Dan alur flashback
yang selalu kembali mengingat masa lalunya. Hubungan judul dengan alur yang
sangat erat, karena isinya sesuai dengan apa yang ada pada gambaran awal Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,
dimana saat Tania berada disebuh toko buku. Disitulah dia mulai mengenang semua
masa lalunya, mengingat kembali untuk pertama kali ia merasakan janji kehidupan
yang lebih baik lagi.
8.
Hubungan
Judul dengan Tokoh
Judul merupakan nama yang diberikan
untuk suatu cerita. Yang dapat dimaknai isinya secara eksplisit maupun
implisit. Dalam judul, mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita,
sedangkan tokoh adalah tokoh utama dalam kejadian yang ada dalam cerita.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan
cerita yang berlatar belakang orang kota
tepatnya di Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat
tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut. Dengan tokoh utama
Tania, dan tokoh tambahan lain seperti Danar, Dede, Ibu, Kak Ratna dan
seterusnya. Kehidupan tokoh yang saling berhubungan dan selalu ada timbal balik
yang mengakibatkan konflik-konflik berkepanjangan selalu mnucul dalam cerita
ini. Dengan judul yang berfokus pada sebuah perasaan yang pelik mengakibatkan
cerita ini penuh intrik dan konspiran.
9.
Hubungan Judul dengan Latar
Judul merupakan nama yang diberikan
untuk suatu cerita. Yang dapat dimaknai isinya secara eksplisit maupun
implisit. Dalam judul, mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita,
sedangkan latar adalah tempat yang terdapat dalam cerita.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan
cerita yang berlatar belakang orang kota
tepatnya di Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat
tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut. Dengan latar tempat di
Jakarta, rumah Tania, toko buku dan Singapura. Dimana kejadian-kejadian terjadi
di tempat itu. Konflik yang dimulai dari Jakarta saat pertama kali Tania
bertemu dengan Danar kemudian disebuah toko buku dimana ia untuk pertama kali
merasakan janji kehidupan masa depan yang lebih baik. Dan Tania yang
mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Singapura.
BAB
V
KESIMPULAN
Penelitian yang
berjudul Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin Karya Tere Liye:
Analisis Tema, Fakta Cerita, dan Sarana sastra ini membahas keseluruhan
struktur novel, yaitu tema, fakta cerita yang terdiri dari plot, tokoh dan
penokohan, dan latar, dan sarana sastra yang meliputi pusat pengisahan, gaya
bahasa dan nada, dan ironi.
Pembahasan
mengenai tema memunculkan masalah-masalah yang dihadapi Tania, seperti masalah
perekonomian, keterpurukan, dan asmara.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tema novel
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
adalah Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan.
Plot novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
adalah flashback. Plot flashback digambarkan dengan dimulainya tahap Situation (pengarang mulai melukiskan
keadaan), kemudian dilanjutkan dengan tahap
Generating circumstances (peristiwa-peristiwa yang berpaut mulai bergerak).
Selanjutnya diteruskan tahap Rising
action (keadaan mulai memuncak), dirangkai dengan tahap Climax (peristiwa mencapai puncaknya), dan diakhiri dengan tahap Denoument (pemecahan permasalahan. Untuk
membuat cerita menarik, pengarang menggunakan teknik konflik Conflict, backtracking atau flashback,
suspense, dan Deus Ex Machine.
Adapun melalui
analisis tokoh dan penokohan dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama,
tokoh-tokoh di dalam novel Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angim sebagaian besar mempunyai nama, seperti
Tania, Danar, Kak Ratna, diberi peran yang lebih penting dibandingkan dengan
tokoh-tokoh lainnya, seperti Ibu, Dede,
Anne, Jhony Chan,
Kedua, tokoh
protagonis di dalam novel ini adalah Tania, sedangkan tokoh antagonisnya
diantaranya Dede, Ibu, Anne.
Ketiga, tokoh
Tania dapat disebut tokoh berwatak bulat
(round character), sedangkan tokoh Ibu, Anne, Jhony Chan dan tokoh tambahan
lainnya dimasukkan ke dalam kategori tokoh berwatak datar atau sederhana (flat or sample character).
Keempat, untuk
melukiskan tokoh, pengarang menggunakan berbagai teknik yang pada dasarnya
dapat digolongkan pada dua macam, yaitu teknik ekspositori analisis langsung (direct author analysis) dan teknik
dramatik yang meliputi teknik pelukisan pikiran dan perasaan (portrayal of thought stream or of conscious
thought), reaksi tokoh terhadap lingkungan (reaction to event), pelukisan lingkungan (discussion of environment), cakapan (conversation), dan reaksi tokoh lain (reaction of other to characters), dan teknik pelukisan tersebut
digunakan secara bergantian di dalam novel ini.
Selanjutnya,
melalui analisis latar dapat disimpulkan bahwa latar tempat yang dominan di
dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin adalah Jakarta.
Adapun latar waktu
yang digunakan, selain latar waktu parsial tidak dapat dipastikan, tetapi
diperkirakan sekitar 2011-2012. Dibandingkan dengan kedua latar sebelumnya,
latar sosial merupakan latar yang menonjol di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Mmebenci Angin. Di dalam latar ini,
digambarkan mengenai masyarakat ibu kota Jakarta.
Di dalam sarana
sastra yang meneliti pusat pengisahan (point
of view) disimpulkan bahwa sudut pandang yang digunakan pengarang dalam
novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin ini adalah metode naratif dengan sudut pandang orang pertama pelaku
utama, dengan mengombinasikan metode dramatik-ironik dengan metode objektif.
Pengombinasian ini mengakibatkan pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa,
sikap, pikiran, dan perasaan tokoh, tetapi pengarang tidak mengomentari hal
tersebut.
Gaya bahasa
merupakan salah satu unsur yang menonjol di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Penggunaan bahasa
retoris, seperti hiperbola dan bahasa kiasan seperti simile ditemukan untuk
menyampaikan cerita. Di antara berbagai gaya pengarang juga menggunakan bahasa
asing yang berasal dari Inggris. Selain itu, pengarang juga menggunakan nada
bahasa yang besifat ironis dengan mengatakan sebaliknya dari apa yang dimaksud.
Adapun pembahasan
mengenai ironi, dapat disimpulkan bahwa novel ini mengandung ironi, baik yang
bersifat ironi dramatis maupun nada ironi verbal. Pada ironis dramatis
ditemukan seorang ahli keuangan professional yang terombang ambing di tengah
laut.
Di dalam pembahasan mengenai hubungan
antarunsur yang terdapat di dalam novel
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, hubungan antara tema dengan tokoh dapat disimpulkan bahwa tema “Tema
yang terjadi pada Tania sebagai tokoh utama merupakan akibat dari perasaannya terhadap Danar. Rasa cinta
yang selama ini dirahasiakan yang
membawa Tania menjadi sakit hati akibat keputusan Danar yang memutuskan untuk
menikah dengan Kak Ratna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tema dalam noverl
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
adalah Cinta yang dirahasian dan menyakitkan.
Hubungan tema dengan alur, bahwa Tema novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah cinta uang dirahasiakan dan
menyakitkan. Untuk membawa tema ini, pengarang membuat cerita mengenai
seseorang yang mempunyai sifat berani, tanggungjawab, cerdas dan pintar
mempengaruhi. Dari hal tesebut muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus
bergerak di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Konflik
di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin berawal dari Danar yang memperkenalkan
teman wanitanya kepada keluarga Tania. Dan disaat itu pula Tania merasa tidak
suka kepada teman wanita Danar (Kak Ratna), karena Tania merasa cemburu dengan
kedekatan Danar dengan Kak Ratna. Kemudian Danar yang memutuskan untuk menikah
dengan Kak Ratna yang membuat hati Tania teriris, sakit dan merasa sedih. Namun
dikemudian hari, Tania mengetahui suatu rahasia yang benar-benar membuat Tania
teringat lagi akan perasaannya kepada Danar. Bahwasanya Danar juga mempunyai
perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Tania. Yang membuat tokoh
utama harus kembali mengingat masa lalunya yang kelam.
.
Hubungan tema dengan latar, Jika dilihat dari
kata “rahasia” sudah tentu identik dengan usaha untuk menyembunyikan sebuah
perasaan. Secara garis besar di dalam novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, latar berkisar pada tempat yaitu Jakarta,
toko buku, rumah Tania dan Singapura. Didasari oleh latar tempat dan sosial
yang melingkupi mereka, latar yang ada membentuk mereka menjadi orang-orang
yang sederhana dengan sikap, pemikiran, dan keinginan yang sederhana pula.
Hubungan tokoh dengan alur, tokoh-tokoh di
dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin adalah mempunyai sifat berani, tanggungjawab, cerdas dan
pintar mempengaruhi, keras, kejam, dan lain sebagainya. Dari hal tesebut muncul
masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam novel Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Konflik di dalam novel Daun Yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin berawal
dari Danar yang memperkenalkan teman wanitanya kepada keluarga Tania. Dan
disaat itu pula Tania merasa tidak suka kepada teman wanita Danar (Kak Ratna),
karena Tania merasa cemburu dengan kedekatan Danar dengan Kak Ratna. Kemudian Danar
yang memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna yang membuat hati Tania teriris,
sakit dan merasa sedih. Namun dikemudian hari, Tania mengetahui suatu rahasia
yang benar-benar membuat Tania teringat lagi akan perasaannya kepada Danar.
Bahwasanya Danar juga mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan
oleh Tania. Yang membuat tokoh utama harus kembali mengingat masa lalunya yang
kelam.
Adapun hubungan
tokoh dengan latar, tokoh-tokoh di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
membenci Angin adalah masyarakat
ibukota Jakarta. Selain itu pola pikir para tokoh juga sederhana namun dengan
tetap menjunjung bahasa-bahasa yang intelek. Tania sejak kecil sudah memiliki
kecerdasan yang tinggi dibandingkan anak-anak seusianya, terbukti saat kejadian
masa lalu kehidupannya yang kelam. kemudian bertemu dengan Danar dan dijanjikan
masa depan yang lebih baik, Tania mampu bangkit kembali sampai akhirnya dia
sukses.
Hubungan alur
dengan latar, Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita yang berlatar belakang orang ibukota Jakarta.
Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai
pada adat istiadat yang dianut dengan latar di Jakarta.
Hubungan judul
dengan alur, Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita yang berlatar belakang orang ibukota jakarta.
Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai
pada adat istiadat yang dianut. Dan alur flashback yang selalu kembali
mengingat masa lalunya. Hubungan judul dengan alur yang sangat erat, karena
isinya sesuai dengan apa yang ada pada gambaran awal Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, dimana saat Tania berada disebuh toko buku. Disitulah
dia mulai mengenang semua masa lalunya, mengingat kembali untuk pertama kali ia
merasakan janji kehidupan yang lebih baik lagi.
Hubungan judul dengan tokoh, Novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya menampilkan cerita yang
berlatar belakang orang ibukota Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan
mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut.
Dengan tokoh utama Tania, dan tokoh tambahan lain seperti Danar, Kak Ratna,
Dede dan seterusnya. Kehidupan tokoh yang saling berhubungan dan selalu ada
timbale balik yang mengakibatkan konflik-konflik berkepanjangan selalu mnucul
dalam cerita ini. Dengan judul yang berfokus pada percintaan yang pelik yang mengakibatkan
cerita ini penuh intrik dan konspiran.
Terakhir adalah
hubungan judul dengan latar, Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita yang berlatar belakang orang ibukota Jakarta.
Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai
pada adat istiadat yang dianut. Dengan latar tempat di Jakarta, toko buku,
rumah Tania, Singapura. Dimana kejadian-kejadian terjadi di tempat itu. Konflik
yang dimulai dari Jakarta saat pertama kali Tania bertemu dengan Danar kemudian
disebuah toko buku dimana ia untuk pertama kali merasakan janji kehidupan masa
depan yang lebih baik. Dan Tania yang mendapatkan beasiswa untuk sekolah di
Singapura.
Berdasarkan uraian
di atas dapat diketahui bahwa novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin memiliki hubungan yang erat antara
berbagai unsur dalam cerita sehingga membuat novel selain enak dibaca, bermutu,
dan memiliki nilai sastra yang agung.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of
Literary Terms. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
Altenbernd, Lynn and Leslie L. Lewis. 1996. A Handbook for the Study of Fiction. London: The Macmillan Company.
Basral, Akmal
Nasery. 2010. Sang Pencerah. Jakarta : PT. Mizan Pustaka.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Forster, E.M. 1970. Aspect of the Novel. Harmondswort:
Penguin Book.
Jones, Edward.
1968. Outlines of Literature: Short
Stories, Novels, and Poems. New York: The Macmillan Company.
Kenny, William.
1966. How to Analyze Fiction. New
York: Monarch Press.
Keraf, Gorys.
1990. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:
PT.Gramedia.
Lubis, Mochtar.
1978. Teknik Mengarang. Jakarta:
Balai Pustaka.
Luxemburg, Jan
van, dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra.
Diterjemahkan oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.
Nurgiyantoro,
Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Panuti-Sudjiman.
1988. Memahami Cerita Rekaan.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Pradopo, Rachmat
Djoko. 1990. Pengkajian Puisi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Stanton, Robert.
1965. An Introduction to Fiction. New
York: Holt, Rinehart, and Winston.
Theo, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta:
Gramedia.
---------. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori
Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Welleck, Rene dan
Austin Warren. 1989. Teori Kesastraan.
Diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia
Post a Comment for "Analisis Unsur Struktur Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye"