Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Analisis Unsur Struktur Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye


BAB I
TEMA DAN MASALAH

Tema adalah gagasan dasar dan makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Untuk mendapatkan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi masalah-masalah di dalam cerita yang dapat membantu menemukan tema.

Menurut Hartoko dan Rahmanto (1986: 142) menyatakan, Tema adalah gagasan dasar umum yang terdapat dalam sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan dan perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif konkrit yang menuturkan urut peristiwa atau situasi tertentu.
Pengertian tema Fananie (2000: 84) bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup yang melatar belakangi penciptaan karya sastra. Karenakarya sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, tema yang diungkapkan dalam karya sastra sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan moral, etika, sosial budaya, agama, teknologi dan tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Tema dapat berupa pandangan pengarang dalam menyiasati persoalan yang memuncul.
Pengertian masalah dengan tema berbeda karena masalah merupakan suatu unsur untuk membangun tema, sehingga timbul beberapa masalah yang mendukung tema. Masalah yang terdapat pada novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin antara lain:

1.1  Masalah Percintaan/Asmara
Masalah percintaan yang terjadi di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, terjadi pada Tania yang diam-diam mencintai Danar, malaikat penolong bagi keuarganya.

“Ah, Ibu tahu sejak awal. Aku menyukainya. Meyukai malaikat penolong bagi keluarga kami. Bahkan sejak kami masih suka duduk di depan rumah kardus menunggu dia datang. Menatap bulan sepotong yang indah dari sela-sela pohon linden”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:126)

Berdasarkan kutipan di atas, diketahui Tania diam-diam menyukai Danar bahkan sejak awal pertama kali mereka bertemu. Dan ibu pun mengetahui perasaan itu.

1.1.2        Masalah Kesalahpahaman
Masalah kesalah pahaman yang terjadi di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, adalah saat Tania bertanya-tanya soal liontin yang diberikan Danar kepadanya. Tania mengira arti huruf “T” yang ada pada liontin itu istimewa tetapi kenyataannya tidak seperti apa yang dipikirkan Tania selama ini.

“Ternyata? Ternyata itu memang tidak special. Anne benar. Aku megap-megap entak mengetikkan apa.
Seminggu kemudian kabar soal liontin yang ternyata tidak istimewa itu menguap. Meskipun sebenarnya susah payah aku membujuk hatiku berdamai dengan harapan. Dulu juga Anne sudah bilang! T = teman. T = tidak lebih tidak kurang”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:116)

Berdasarkan kutipan di atas, jelas bahwa memang liontin itu tidak special. Karena pada kenyataannya bukan hanya Tania yang mempuntai liontin tersebut dengan adanya inisial huruf, tetapi Danar, Dede dan IBu pun juga mempunyai liontin yg sama dengan Tania. Dalam hidup kita janganlah terlalu berharap dengan sesuatu hal secara berlebihan bisa jadi apa yang kita harapkan itu malah semakin menjauh dari diri kita.

1.1.3        Masalah Sosial
Danar adalah orang yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, hal ini terlihat saat Danar sedang menolong Tania yang pada saat itu tengah terluka kakinya karena terkena paku payung. Selain itu dia juga begitu baik terhadap keluarga Tania. Dia meberikan kesempatan kepada Tania dan Dede dengan membiarkan mereka bisa bersekolah lagi dengan Danar yang membiayainya, dan juga memberikan rumah kontrakan kepada keluarga Tania.

“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok dihadapanku. Mengeluarkan sapu tangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung sapu tangan.kemudian membungkusnya perlahan”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:25).

Berdasarkan kutipan di atas, jelas terlihat bahwa dalam hidup kita harus saling tolong menolong antar sesama manusia sekalipun itu tidak dikenalnya. Manusia itu hidup untuk bersosialisasi. Saling mengenal dan saling membantu satu sama lainnya.

“Dan ajaib, mulai besok kehidupan kami berubah. Esok pagi selepas subuh, Ibu mengatakan beberapa hal kepada ku dan Dede. Salah satunya yang paling kuingat dan seketika membuatku berlonjak gembira, aku akan kembali sekolaj. Dede juga akan disekolahkan. Ibu tersenggal haru saat mengatakan itu. Bahkan menangis, mendekap kami erat”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:27)

Berdasarkan kutipan di atas, meskipun hanya baru sebentar Danar mengenal Tania tapi Danar sudah begitu baik terhadap keluarga Tania, terbukti dengan dia membantu keluarga Tania, menyekolahkan Tania dan Dede. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk merasakan masa depan yang lebih baik lagi. Bila ada kesempatan dan kita diberi rezeki lebih alangkah baiknya kalau kita membantu saudara kita yang membutuhkan. Itu tidak akan mengurangi rezeki kita, malahan kita akan diangkat derajatnya di mata Allah SWT.




1.1.4        Masalah Kecemburuan
Masalah kecemburuan yang terjadi dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, yakni pada saat Tania pertama kali merasa cemburu melihat Danar yang begitu dekat dengan Kak Ratna. Dan mulai saat itu juga Tania menjadi tidak suka dengan Kak Ratna.

“Seketika hati kecilku tidak terima. Sakit hati!. Bukankah selama ini kalau kami pergi entah kemana, akulah yang lengannya digenggam? Akulah yang pundaknya dipegang? Akulah yang kepalanya diusap. Itu jelas posisiku!.
Aku benci sekali.
Hari itu aku mulai mengenal kata cemburu”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:39).

“Dia dan Kak Ratna semangkuk berdua. Kenapa harus sebegitunya coba? Kan Kak Ratna bisa saja ambil mangkuk yang lain? Mengganggu saja! Tetapi sepertinya dia sedikit pun tidak merasa terganggu. Malah terlihat senang dengan tawa lebarnya”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:42)

“Malam itu aku pulang ke kamar kontrakan kami dengan perasaan jengkel yang tak bisa kumengerti. Entah apa maksud semua ini. Aku masih terlalu kecil untuk mengartikan perasanku sendiri. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Memebenci Angin, 2013:43)

Berdasarkan kutipan di atas, tampak sekali ketidak sukaan Tania terhadap kedekatan Danar dan Kak Ratna. Dia merasa posisinya sudah digantikan dengan kedatangan Kak Ratna. Tania merasa cemburu tapi dia belum bisa mengartikan secara mendetail perasaan itu. Boleh kita cemburu terhadap sesuatu, cemburu terhadap orang yang kita sukai, tapi jangan biarkan rasa cemburu itu menjadikan kita membenci sesuatu berlarut-rarut. Itu tidak baik, bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga berdampak terhadap orang lain juga.
Berdasarkan paparan di atas yang terjadi pada Tania sebagai tokoh utama merupakan akibat dari perasaannya terhadap Danar. Rasa cinta yang  selama ini dirahasiakan yang membawa Tania menjadi sakit hati akibat keputusan Danar yang memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tema dalam noverl Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah Cinta yang dirahasian dan menyakitkan.







BAB II
ANALISIS  FAKTA-FAKTA CERITA

Pada bab ini dibahas yang berkenaan dengan fakta-fakta cerita, yang merupakan salah satu unsur struktur novel. Pembahasan fakta-fakta cerita ini mencakup pembicaraan mengenai plot, tokoh, dan penokohan, dan latar.

2.1 Pengertian Alur
Stanton (Dalam Nurgiantoro. 1995:113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, setiap kejadian itu hanya dihubungkan sebab akibat, peristiwa yang selalu disebabkan atau menyebabkan kejadian peristiwa yang lain.
Sumirto (1988:7) menyimpulkan bahwa plot atau alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dengan suatu rangkaian peristiwa, tetapi lebih merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya tentang peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan hubungan-hubungan kualitasnya.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terbagi dalam berbagai bagian untuk memudahkan pembahasan mengenai plot.

Bagian-bagian buku

  1. Pukul 20.00: Saat Semuanya berawal 
Di toko buku itu semuanya berawal, menjadi sebuah penanda perjalanan hidup seorang Tania. Di tempat itu pertama kalinya Tania merasakan janji masa depan yang lebih baik. Gambaran masa depan yang lebih indah. Yang ia dapatkan dari dia, seseorang yang ia temukan pertama kali di bus saat mengamen. Semenjak pertemuan itu mereka menjadi akrab satu sama lain. Dan semenjak itu pula Tania jadi tahu bahwa seseorang itu bernama Danar. Keajaiban mulai datang, kehidupan mereka berubah, Tania dan Dede kini kembali bersekolah. Dia begitu baik dan perhatian dengan keluarga Tania. Dia benar-benar menjadi malaikat bagi keluarga Tania.

  1. Pukul 20.15: Pertama Kali Aku Mengenal Perasaan Itu 
Menceritakan Tania dan Dede bisa kembali kesekolah. Danar juga memberikan mereka rumah kontrakan sehingga Tania, Dede dan ibunya tidak perlu lagi tinggal di rumah kardus. Ibunya bisa berjualan kue. Mereka pun semakin dekat seperti keluarga. Sampai suatu ketika Danar membawa teman wanitanya bernama Ratna. Sejak saat itu sikap Tania sedikit berubah. Seketika hati kecil Tania tidak terima, dan sakit hati melihat kedekatan Danar dan Ratna. Tania merasa benci,  saat itu pula Tania mulai mengenal rasa cemburu. Tetapi rasa itu bukan sekedar perasaan iri seorang adik tapi Tania belum bisa menerjemahkan apa arti perasaan itu.

3.    Pukul 20.21: Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin  
Kebahagiaan Tania sedikit berkurang, ibunya jatuh sakit dan meninggal. Sebelum ibunya meninggal, ia berpesan kepada Tania untuk menjaga adiknya. Berat sekali bagi Tania menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada. Untungnya ada Danar yang selalu berada di samping mereka. Menguatkan mereka agar tetap tegar menjalani kehidupan.

4.    Pukul 20.26: Setelah Ibu Pergi            
Setelah kepergian ibunya Tania masih belum bisa berdamai dengan keadaan. Untung saja ada Danar yang menyemangati Tania agar kehidupannya terus berlanjut. Tania mulai bangkit, dia mendapatkan beasiswa di Singapura. Sederet prestasi ia dapatkan, nilainya pun sangat baik. Dia lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolahnya. Nomor satu untuk dua puluh dua pemerima ASEAN Scholarship seluruh Negara. Sungguh prestasi yang membanggakan. Kini Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar.

5.    Pukul 20.32: Sweet Seventeen yang Indah  
Tania mendapatkan beasiswa lagi untuk melajutkan pendidikannya di jenjang SMA. Dia berangkat ke Singapura. Hari-harinya disibukkan dengan kegiatan sekolahnya. Tak terasa Tania kini sudah berumur 17 tahun. Dan dia merayakan hari kelahirannya di Singapura bersama Danar dan Dede. Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri bagi Tania karena dia bisa merayakan ulang tahunnya yang ke 17 bersama Danar, seseorang yang diam-diam dicintai oleh Tania. Sebelum Danar dan Dede kembali ke Jakarta, Danar sempat memberikan hadiah sebuah liontin kepada Tania. Dia terharu sekaligus senang menerimanya.

6.    Pukul 20.37: Liontin Seribu Pertanyaan  
Tania selalu mengenakan liontin yang diberikan Danar kepadanya. Terkadang dia sering menerka-nerka dan berusaha mengartikan sendiri arti dari huruf “ T ” tersebut.  Saat Tania chattingan dengan Dede, dia sempat menyinggung soal liontin. Dede mengatakan bahwa Danar juga memiliki liontin yang sama dengan Tania. Dia merasa buncah mendengar hal Seketika beribu pertanyaan muncul dipikiran Tania. Tapi Dede melanjutkan, bahwa bukan hanya Tania dan Danar saja  yang memiliki liontin tersebut, dia dan ibunya pun diberi liontin juga oleh Danar.

7.    Pukul 20.45: Izinkan Aku Menangis demi Dia, Ibu ! 
Menceritakan Tania lulus SMA dengan predikat terbaik. Sebuah kejutan bagi Tania, Danar datang saat perpisahan Tania. Namun raut wajahnya seketika berubah, ketika tepat di belakang Danar muncul juga sosok Ratna menemaninya. Mereka datang bukan hanya untuk menghadiri perpisahan Tania, tetapi mereka datang juga untuk mengabarkan kepada Tania bahwa Danar dan Ratna memutuskan untuk menikah tiga bulan lagi. Mendengar kabar tersebut Tania merasa sedih, hatinya tersayat-sayat dan menangis. Tania patah hati. Dua minggu sebelum pernikahan akhirnya Tania memutuskan untuk tidak menghadiri pernikahan mereka meskipun Danar dan Ratna sudah membujuknya.

8.    Pukul 20.50: Hari-Hari Menyakitkan!        
Kedatangan Ratna ke Flat (tempat tinggal Tania). Tania terkejut dengan hal itu. Awalnya mereka memperbincangkan tentang kabar Dede,  kabar Danar dan perbincangan paling penting yaitu memohon agar Tania bisa pulang saat pernikahan mereka. Namun Tania tetap kekeh dengan keputusannya untuk tidak pulang. Mendengar keputusan Tania, Ratna mengerti kemudian dia meminta tolong kepada Tania untuk membantunya mengembalikan semangat dalam hidup Danar. Mendengar hal tersebut Tania merasa sedih dan bingung. Apa yang harus dilakukan. Pernyataan Ratna tersebut terus menghantui pikiran Tania. Hari-hari Tania menjadi tidak tenang. Pukul 09.00 Danar dan ratna menikah. Tania benar-benar terpuruk dan taka da yang bisa dilakukan lagi. Dia membiarkan kamarnya gelap tak tertembus cahaya matahari.

9.    Pukul 21.00: Hidup Harus Terus Berlanjut, dalam Bentuk Apa Pun
Bahwa hidup harus terus berlanjut, dalam bentuk apapun. Dan kini Tania telah membuktikantu, meskipun ia menjalannya dengan terluka dan penuh kesedihan, namun ia bisa menjadikan kesedihan itu menjadi sesuatu yang berguna. Dan sekarang ia telah bekerja di salah satu perusahaan pialang Singapura. Perusahaan terbesar di Asia Pasifik.

10.     Pukul 21.02: Masa-Masa Berdamai!           
Kini kehidupan Tania berangsur-angsur kembali normal. Dia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan mulai dari dia mendaftarkan diri dalam program teaching assistant, membuka kelas dongeng, tenggelam dalam berbagai organisasi, ikut ekstrakurikuler, dia juga mulai membuat kue-kue kering. Kuliah lancar dan kini penampilannya berbeda. Perasaannya pun sudah kembali normal dan bisa menerima semua hal yang pernah terjadi dalam hidupnya.

11.     Pukul 21.06: Pulang!             
Ketika Tania sudah maju dalam banyak hal, ia memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Mendengar kabar tersebut Dede sangat senang. Danar dan Ratna belum tahu dengan kepulangan Tania. Selain itu kepulangan Tania dimaksudkan untuk mengenang delapan tahun meninggalnya ibunya. Tania bermaksud menjadikan hari itu hari istimewa untuk mengenang ibunya.

12.     Pukul 21.10: Potongan Teka-Teki yang Pertama
Tania mendapatkan pesan dari Dede yang mengabarkan bahwa melihat kak Ratna menangis. Mendengar kabar tersebut Tania merasa tak nyaman. Sempat Tania dan Dede bertengkar mengenai hal tersebut. Sisa malam Tania berfikir banyak hal termasuk kabar yang diberikan Dede. Kemudian ada sebuah e-mail masuk dan itu dari kak Ratna. Membaca e-mail tersebut Tania merasa tersentuh hatinya isinya benar-benar menyedihkan. Setelah membacanya Tania bingung harus bersikap seperti apa. Dia khawatir dengan Danar dan Ratna. Kemudian Tania menyuruh Dede untuk memantau kehidupan mereka. Sambil Tania mencari tahu solusi terbaik untuk hubungan Danar dan Ratna.

13.     Pukul 21-15: Semuanya Berubah Teramat Cepat       
Keadaan semakin memburuk. Setiap malam kak Ratna selalu mengirimkan  e-mail kabar buruk mengenai Danar kepada Tania. Tania semakin tak mengerti dengan perubahan sikap yang begitu cepat dari Danar. Demi untuk mengetahui permasalahan yang sejelas-jelasnya akhirnya Tania memutuskan untuk pulang ke Jakarta.


14.     Pukul 21-17: Ketika Semua Potongan Lengka
Setelah sampai di rumah, Tania menanyakan banyak hal ke Dede. Mengenai kak Ratna dan kak Danar. Dede bercerita dia menemukan file naskah. Namanya pun terdengar ganjil Cinta dari Pohon Linden.  kemudian Dede memberikan file itu ke Tania agar membacanya. Akhirnya sekarang Tania tahu bahwa Danar juga mencintai Tania. Danar menuliskan
 semua perasaannya dalam novel "Cinta Pohon Linden" yang tidak pernah selesai ia tulis. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat Danar merasa tidak pantas mencintai Tania. Ketika Tania dan Danar sama-sama mengetahui perasaan mereka masing-masing, semua sudah terlambat. Bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna. Dan kini kak Ratna tengah hamil empat bulan. Tania menyuruh Danar untuk kembali ke kak Ratna.

15.     Pukul 09.00 (Keesokan Pagi): Kembali  
Akhirnya Tania kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua masa lalunya dan cerita cintanya.


2.1.1 STRUKTUR PLOT

Ke Lima belas cerita di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin  ini mengandung detil-detil peristiwa atau kejadian yang seperti sudah disebutkan sebelumnya, mempunyai hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat ini tidak hanya dijumpai di dalam satu bagian cerita, tetapi dapat pula berada di bagian cerita yang lain. Jadi, biasa saja sebuah peristiwa sebab terdapat pada bagian 1, sementara peristiwa akibat dijumapai di bagian 5.
Sebelum pembahasan mengenai hubungan sebab-akibat ditemukan di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, terlebih dahulu dirinci detil-detil peristiwa yang mempunyai hubungan ini pada tiap-tiap bagian. Detil-detil ini ditandai dengan:

  1. Pukul 20.00: Saat Semuanya berawal 
1.a. Tania berada disebuah toko buku. (hal 8)
   b. Disana dia mengenang semua kehidupannya dimasa lalu. (hal 16)
   c. Awal mula bertemu dengan Danar. (ha 21)
   d. kebaikan dan perhatian Danar kepada keluarga Tania. (hal 25)

  1. Pukul 20.15: Pertama Kali Aku Mengenal Perasaan Itu 
2.a. Tania dan Dede kembali bersekolah lagi. (hal 33)
   b. Danar juga memberikan rumah kontrakan kepada keluarga Tania.
 (hal 35)
   c. Danar memperkenalkan teman wanitanya kepada keluarga Tania. Wanita itu bernama Ratna. (hal 39)
 d. Tania tidak suka dengan kak Ratna. Dia cemburu dengan kedekatan Danar dan kak Ratna. ( hal 40)
   e.  Tania belum mengerti dengan semua perasannya. (hal 43)

  1. Pukul 20.21: Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin  
3.a. Tania, Danar, Dede kerap mengunjungi toko buku. (hal 52)
   b. Danar sering membelikan mereka buku. (hal 52)
   c. Tiba-tiba ibu Tania sakit dan masuk rumah sakit. (hal 53)
   d. Sebelum meninggal, ibunya sempat memberikan pesan kepada Tania. (hal 61)
   e. Tania terpukul atas kepergian ibunya. (hal 62)
   f. Danar menguatkan Tania agar tetap tegar. (hal 63)
  1. Pukul 20.26: Setelah Ibu Pergi       
 
4.a. Setelah ibunya meninggal kehidupan Tania sedikit berubah. (hal 65)
 b. Tania mendapatkan telepon dari sekretariat beasiswa. (hal 66)
 c. Dia mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Singapura.(hal 66)
 d. Keesokan harinya Tania berangkat ke Singapura. (hal 70)
 e. Selama di Singapura Tania sering mendapatnya prestasi yang   gemilang. (hal 72)
 f. Tania lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolahnya. Urutan pertama untuk 22 penerima ASEAN Scholarship seluruh Negara.
 (hal 77)

  1. Pukul 20.32: Sweet Seventeen yang Indah  
5.a. Tania kembali ke Singapura untuk melanjutkan sekolahnya. (hal 86)
 b. Tania berulang tahun yang ke-17 (hal 91)
 c. Danar memberikan kejutan dengan datang ke Singapura bersama Dede. (hal 91)
 d. Tania merayakan ulang tahunnya di dorm tempat tinggal Tania.
(hal 94)
 e. Danar memberikan liontin kepada Tania. (100)
 f. Danar dan Dede kembali ke Jakarta. (hal 102)

  1. Pukul 20.37: Liontin Seribu Pertanyaan 
6.a. Tania mencoba mengartikan huruf “ T ” yang ada dalam liontin.
(hal 104)
 b. Tania iseng menanyakan pacar Danar kepada Dede. (hal 107)
 c. Dede menyinggung soal liontin. Dede mengatan bahwa bukan hanya   Tania yang memiliki liontin itu, tapi Danar juga mempunyainya.
(hal 114)
d. Tania begitu berbunga-bunga mendengar hal tersebut. (hal 115)
e. Dede melanjutkan bahwa dia dan ibunya juga mempunyai liontin yang sama. (116)
f. Tania sedikit kecewa dengan kabar liontin tersebut. (hal 116)
g. Tania memberi kejutan kepada Danar dan dede dengan pulang ke Jakarta tanpa memberi tahu mereka. (hal 118)

  1. Pukul 20.45: Izinkan Aku Menangis demi Dia, Ibu ! 
7.a. Tania lulus SMA dengan predikat terbaik. (hal 127)
 b. Danar datang ke acara perpisahannya bersama Ratna. (127)
 c. Saat makan malam bersama, Danar dan Ratna mengatakan bahwa mereka akan menikah. (hal 131)
d. Tania kaget sekaligus sedih mendengar kabar mereka akan menikah.
(hal 132)
e. Tania bercerita kepada Dede mengenai perasaannya. Ternyata Dede sudah mengetahuinya sejak lama kalau Tania menyukai Danar. (hal 135)
f. Tania memutuskan tidak pulang saat pernikahan. Karena Tania sudah terlanjur sakit hati. (hal 140)

  1. Pukul 20.50: Hari-Hari Menyakitkan!      
8.a. Ratna menemui Tania di Dorm tempat tinggalnya di Singapura.
(hal 147)
 b. Ratna membujuk Tania agar bisa pulang saat pernikahan mereka.
(hal 148)
   c. Tania tetap pada pendiriannya untuk tidak pulang. (hal 149)
   d. Ratna sedikit kecewa, kemudian dia meminta tolong kepada Tania untuk membujuk Danar agar bersemangat lagi dalam hidupnya. (150)
 e. Tania bingung harus berbuat apa. (hal 151)
 f. Tepat pukul 09.00 Danar dan Ratna menikah. Tania gelisah dan menangis. (hal 154)

  1. Pukul 21.00: Hidup Harus Terus Berlanjut, dalam Bentuk Apa Pun.
9.a. Tania beranjak pergi dari tempat dimana ia berdiri saat ia mengenang semua cerita masa lalunya. (hal 158)
   b. Sekarang Tania bekerja full time di salah satu perusahaan pialang di Singapura. (hal 160)
   c. Tania belajar banyak dari kejadian yang dialami dalam hidupnya, terutama dari dia. Tania merubah energy kesedihannya itu menjadi sesuatu yang berguna. (hal 160)

  1. Pukul 21.02: Masa-Masa Berdamai!           
10.a. Tania mulai membenahi diri dibantu Anne temannya. (162)
 b. Dia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan. (hal 166)
 c. Tania jadi sering chatting dengan Dede. (hal 167)
 d. Dede pergi ke Singapura. (hal 172)
 e. Selama di Singapura Tania dan Dede melakukan banyak hal.
    (hal 175)
     f. Hari senin, Dede kembali ke Jakarta. (hal 181)

  1. Pukul 21.06: Pulang!             
11.a. Tania memutuskan mulai membuka diri berteman dengan cowok kampus. (hal 185)
 b. Ketika hatinya sudah maju, Tania memutuskan untuk pulang ke Jakarta. (hal 186)
 c. Tania bertemu dengan Danar setelah dua tahun tidak bertemu.
 (hal 188)
 d. Tania mengenalkan Adi sebagai teman dekatnya. (hal 192)
 e. Keesokan harinya, Tania, Dede, Adi pergi ke pusara ibu mengenang delapan tahun meninggalnya ibu. (hal 193)
 f. Danar dan Ratna menysul, ini pertama kalinya Kak Ratna bertemu dengan Adi. (hal 194)
 g. Setelah selesai, mereka beranjak pulang. (hal 197)

  1. Pukul 21.10: Potongan Teka-Teki yang Pertama
12.a. Sekembali dari pusara ibu, mereka makan siang bersama. (hal 199)
     b. Situasi sedikit berubah. (hal 199)
     c. Tania memutuskan untuk pergi ke toko buku dengan Adi. (hal 200)
     d. Tania kembali ke Singapura. (hal 201)
     e. Tania lulus kuliah. Kini statusnya berubah menjadi full-time senior associate di perusahaannya.(hal 202)
     f. Dede bercerita tentang teman wanitanya. (hal 205)
     g. Dede memberi tahu Tania bahwa dia sempat melihat kak Ratna menangis. (205)
h. Tania sedikit tidak percaya. (hal 207)
i. Datang e-mail dari kak Ratna. Isinya sangat menyedihkan. (hal 208)
j. Tania bingung harus berbuat apa dan meminta pendapat ke Anne.
   (hal 212)
k. Tania menyuruh Dede untuk mencari tahu kebenarannya. Apa yang terjadi dengan Danar dan kak Tania. (hal 216)

  1. Pukul 21-15: Semuanya Berubah Teramat Cepat        
13.a. Setiap malam e-mail dari kak Ratna datang. (hal 222)
 b. Tania menjadi sangat gelisah. (hal 225)
 c. Anne menyuruh Tania untuk melakukan tindakan. (hal 226)
 d. Keesokan harinya Tania memutuskan untuk pulang ke Jakarta.
     (hal 230)

  1. Pukul 21-17: Ketika Semua Potongan Lengkap   
14.a. Tania pergi menuju rumah kardus tempat dimana ia tinggal dulu bersama ibu dan Dede. (hal 231)
     b. Disana Tania menemui Danar. (hal 234)
     c. Dua minggu sebelumnya Tania sudah tiba di Jakarta. (hal 235)
     d. Tania mengintrogasi Dede. (hal 236)
     e. Tiba-tiba Tania menanyakan  tentang buku kepada Danar. (hal 239)
     f. Sebelumnya Tania sudah diberi tahu Dede tentang buku itu. (hal 240)
     g. Tania meminta penjelasan kepada Danar. (hal 243)
     h. Tak ada penjelasan yang berarti dari Danar. (hal 247)
     i. Dede menanyakan apa yang akan Tania lakukan selanjutnya.
        (hal 251)
      j. Tania mengingat kembali semua perasaannya yang sudah dilupakan.    (hal 252)
      k. Tania memutuskan untuk pergi. (hal 254)


  1. Pukul 09.00 (Keesokan Pagi): Kembali 
15.a. Tania kembali ke Singapura. (hal 255)
 b. Tania memutuskan untuk melupakan masa lalunya dan kisah cintanya. (hal 256)

2.1.2 JALINAN STRUKTUR PLOT

Berikut ini penjelasan mengenai terjadinya peristiwa di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang mempunyai hubungan sebab-akibat satu sama lain.
Peristiwa saat (bagian 1a) Tania berada disebuah toko buku. Di toko tersebut Tania mengenang kembali semua kehidupannya di masa lalu. Sepuluh tahun terakhir hidupnya yang pernuh warna. Sepuluh tahun silam untuk pertama kalinya ia bisa merasakan janji masa depan yang lebih baik, merasakan kesenangan kanak-kanak yang sempurna, merasakan betapa nyamannya memiliki seseorang yang memperhatikan dan melindungi. (bagian b) mengakibatkan peristiwa (bagian c). Awal mula Tania bertemu dengan seseorang itu. Pertemuan yang tidak disengaja saat Tania sedang mengamen di bus bersama adiknya. Semenjak pertemuan itu mereka menjadi akrab satu sama lain. Dan semenjak itu pula Tania jadi tahu bahwa seseorang itu bernama Danar. Keajaiban mulai datang, kehidupan mereka berubah, Tania dan Dede kini kembali bersekolah. Dia begitu baik dan perhatian dengan keluarga Tania (bagian d).
Tania dan Dede kini bisa kembali bersekolah lagi (bagian 2a). Dia juga tidak memaksa mereka untuk berhenti mengamen, meskipun Tania tahu uang yang diberikannya kepada ibu jauh lebih dari cukup. Dia juga memberikan rumah kontrakan kepada keluarga Tania (bagian b). Dirumah kontrakan tersebut ibu juga membuka usaha kue kering. Saat mereka berlibur ke Dufan, Danar membawa teman wanitanya. Danar memperkenalkan wanita tersebut ke keluarga Tania namanya Ratna (bagian c) mengakibatkan peristiwa (bagian d) Tania merasa tidak suka dengan Ratna. Dia cemburu dengan kedekatan mereka. Namun taka ada yang perduli dengan perasaannya. Tania masih terlalu kecil, dia belum terlalu mengerti dengan semua perasaannya (bagian e).
Tania, Dede dan Danar kerap ketoko buku (bagian 3a). Sebulan sekali mereka mengunjungi toko buku. Danar juga sering membelikan mereka buku (bagian b). Situasi yang menyenangkan ternyata berubah menjadi situasi yang buruk. Tiba-tiba ibunya Tania jatuh sakit (bagian c) mengakibatkan peristiwa (bagian d). Ibunya meninggal, sebelum meninggal ibunya sempat berpesan kepada Tania. Tania terpukul atas hal itu (bagian e). Danar menguatkan Tania agar tetap tegar (bagian f).
Setelah Ibunya meninggal dunia Tania sedikit berubah (bagian 4a). Dia belum bisa berdamai dengan keadaan yang ada. Dua bulan sebelum ibunya meninggal Tania mengurus beasiswa ASEAN Scholarship. Tania mendapatkan telepon dari sekretariat beasiswa (bagian b). Dia mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Singapura (bagian c). Keesokan harinya Tania berangkat ke Singapura. (bagian d). Selama di Singapura Tania sering mendapatnya prestasi yang   gemilang (bagian e). Tania lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolahnya. Urutan pertama untuk 22 penerima ASEAN Scholarship seluruh Negara (bagian f). Setelah lulus Tania berlibur ke Jakarta.
Tania kembali ke Singapura untuk melanjutkan sekolahnya (bagian 5a). Dia kembali mendapatkan beasiswa. Setahun kemudian Tania berulang tahun yang ke-17 (bagian b). Danar memberikan kejutan dengan datang ke Singapura bersama Dede (bagian c). Tania merayakan ulang tahunnya di dorm tempat tinggal Tania (bagian d). sebelum mereka kembali ke Jakarta, Danar sempat memberikan liontin kepada Tania sebagai hadiah ulang tahun (bagian e). Setelah merayakan bersama Danar dan Dede kembali ke Jakarta (bagian f).
Tania mencoba mengartikan huruf “ T ” yang ada dalam liontin (bagian 6a). Keesokan harinya Tania terkoneksi Dede. Tania iseng menanyakan pacar Danar kepada Dede (bagian b). Dede menyinggung soal liontin. Dede mengatakan bahwa bukan hanya Tania yang memiliki liontin itu, tapi Danar juga mempunyainya (bagian c). Tania begitu berbunga-bunga mendengar hal tersebut. (bagian d). Dede melanjutkan bahwa dia dan ibunya juga mempunyai liontin yang sama (bagian e). Tania sedikit kecewa dengan kabar liontin tersebut (bagian f). Ternyata liontin tersebut tidak berarti apa-apa bagi Danar. Beberapa bulan sebelum Tania lulus, Tania diberikan tiket pulang pergi ke Jakarta dan liburan selama 2 minggu. Tania memberi kejutan kepada Danar dan dede dengan pulang ke Jakarta tanpa memberi tahu mereka (bagian g).
Tania lulus SMA dengan predikat terbaik. (bagian 7a).  pada saat perpisahan, Danar datang ke acara perpisahan Tania bersama Ratna (bagian b). Tania senang akan kedatangan Danar namun sdikit kecewa karena ada Ratna juga. Saat makan malam bersama, Danar dan Ratna mengatakan bahwa mereka akan menikah (bagian c). Tania kaget sekaligus sedih mendengar kabar mereka akan menikah (bagian d). Tania bercerita kepada Dede mengenai perasaannya. Ternyata Dede sudah mengetahuinya sejak lama kalau Tania menyukai Danar (bagian e). Tania memutuskan tidak pulang saat pernikahan. Karena Tania sudah terlanjur sakit hati (bagian f).
Ratna menemui Tania di Dorm tempat tinggalnya di Singapura (bagian 8a). Ratna membujuk Tania agar bisa pulang saat pernikahan mereka (bagian b). Namun Tania tetap pada pendiriannya untuk tidak pulang (bagian c). Ratna sedikit kecewa, kemudian dia meminta tolong kepada Tania untuk membujuk Danar agar bersemangat lagi dalam hidupnya (bagian d). Tania bingung harus berbuat apa (bagian e). Tania meminta saran kepada Anne mengenai hal tersebut. Tepat pukul 09.00 Danar dan Ratna menikah. Tania gelisah dan menangis (bagian f).
Tania beranjak pergi dari tempat dimana ia berdiri saat ia mengenang semua cerita masa lalunya (bagian 9a). Sekarang Tania bekerja full time di salah satu perusahaan pialang di Singapura (bagian b). Tania belajar banyak dari kejadian yang dialami dalam hidupnya, terutama dari dia. Tania merubah energi kesedihannya itu menjadi sesuatu yang berguna (bagian c).
Tania mulai membenahi diri dibantu Anne temannya (bagian 10a). Dia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan (bagian b). Tania jadi sering chatting dengan (bagian c). suatu ketika Tania dan dede chatting. Dede memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Tania. Ini ulang tahun Tania yang ke 20. Menyuruh Tania untuk pulang ke Jakarta. Tania tidak bisa, kemudian dia menyarankan agar Dede saja yang pergi ke Singapura. seminggu kemudian Dede pergi ke Singapura (bagian d). Selama di Singapura Tania dan Dede melakukan banyak hal (bagian e). Hari senin, Dede kembali ke Jakarta (bagian f).

Tania memutuskan mulai membuka diri berteman dengan cowok kampus (bagian 11a). Ketika hatinya sudah maju, Tania memutuskan untuk pulang ke Jakarta (bagian b). selain itu kepulangan Tania dimaksudkan juga untuk mengenang delapan tahun meninggalnya ibu Tania. Siang itu Danar datang ke rumah. Tania bertemu dengan Danar setelah dua tahun tidak bertemu (bagian c). mereka saling menyapa meskipun sedikit kaku diantara mereka. Kemudian Tania mengenalkan Adi sebagai teman dekatnya (bagian d). Keesokan harinya, Tania, Dede, Adi pergi ke pusara ibu mengenang delapan tahun meninggalnya ibu (bagian e). Danar dan Ratna menysul, ini pertama kalinya Kak Ratna bertemu dengan Adi (bagian f). Setelah selesai, mereka beranjak pulang (bagian g).
Sekembali dari pusara ibu, mereka makan siang bersama (bagian 12a). Situasi sedikit berubah (bagian b). Tania memutuskan untuk pergi ke toko buku ditemani Adi (bagian c). Di toko buku itu Tania mengalami kejadian yang menyebalkan. Di saat itu pula Adi menyatakan perasaannya kepada Tania. Setelah kejadian itu Adi sedikit menghindar dari Tania. Tania kembali ke Singapura (bagian d). Saat di NUS pun Adi menghindar dari Tania. Anne yang tahu mengenai hal itu juga tak berkomentar apa-apa. Tania lulus kuliah. Kini statusnya berubah menjadi full-time senior associate di perusahaannya (bagian e). Tania chatting dengan Dede.  Dede bercerita tentang teman wanitanya (bagian f).  Dede memberi tahu Tania bahwa dia sempat melihat kak Ratna menangis (bagian g).  Tania sedikit tidak percaya (bagian h). Datang e-mail dari kak Ratna. Isinya sangat menyedihkan (bagian i). Tania bingung harus berbuat apa dan meminta pendapat ke Anne (bagian j). Tania menyuruh Dede untuk mencari tahu kebenarannya. Apa yang terjadi dengan Danar dan kak Tania (bagian k).
Setiap malam e-mail dari kak Ratna datang (bagian 13a). Tania menjadi sangat gelisah (bagian b) dengan kedatangan e-mail tersebut. Anne menyuruh Tania untuk melakukan tindakan (bagian c). Demi untuk membaca e-mail tersebut Tania memutuskan untuk pulang ke Jakarta (bagian d)
Dua minggu sebelumnya Tania sudah tiba di Jakarta (bagian c). Dede sama sekali tidak terkejut dengan kedatangan Tania. Lalu Tania mengintrogasi Dede (bagian d). Dede memberi tahu semua yang ia ketahui kepada Tania, termasuk juga tentang buku itu Dede juga memberi tahunya (bagian f). Saat membacanya Tania sempat akan meneteskan air mata. Bagaimana tidak, karena buku itu berisi tentang Tania, tentang Danar, tentang persaaannya terhadap Tania. Dan buku itu tidak akan pernah jadi karena cerita  itu terhenti saat Danar memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Kemudian Dede menanyakan apa yang akan Tania lakukan selanjutnya (bagian i). Seminggu terakhir Tania datang ke toko buku itu. Tania mengingat kembali semua perasaannya yang sudah dilupakan (bagian j). Setelah dari toko buku tersebut, Tania memutuskan untuk pergi menuju rumah kardus tempat dimana ia tinggal dulu bersama ibu dan Dede (bagian 14a). Disana Tania menemui Danar (bagian b). Tiba-tiba Tania menanyakan  tentang buku kepada Danar (bagian e). Tania meminta penjelasan kepada Danar (bagian g) tentang buku tersebut. Tak ada penjelasan yang berarti dari Danar (bagian h). Tania memutuskan untuk pergi (bagian k).
Keesokan harinya Tania kembali ke Singapura (bagian 15a). Sebelumnya  Tania sempat mengatakan kepada Danar untuk kembali ke  kak Ratna, karena Kak Ratna tengah hamil empat bulan. Tania memutuskan untuk melupakan masa lalunya dan kisah cintanya (bagian b).  

2.1.3 PERKEMBANGAN PLOT

Stanton membagi perkembangan plot menjadi tiga tahapan, yaitu tahap awal, tengah, dan akhir. Pada dasarnya pembagian ini hampir sama dengan perkembangan plot menurut Tasrif. Akan tetapi, Tasrif membagi perkembangan plot sebuah novel secara rinci, yaitu tahap situation, generating circumstances, rising action, climax, dan denoument. Di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin kelima tahapan ini tidak berlaku secara kronologis. Karena itu, plot novel ini disebut sebagai plot sorot balik (flashback).

1.    Situation (pengarang mulai melukiskan keadaan)
Dalam tahap ini tokoh-tokoh di dalam cerita mulai diperkenalkan dengan keadaan. Berikut ini penjabaran perkenalan tokoh/keadaan di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Pada bagian pertama digambarkan saat Tania pertama kali bertemu dengan Danar. Pertemuan yang tidak disengaja saat Tania dan Dede sedang mengamen di dalam sebuah bus kota. Pada saat itu Dia (Danar) tengah menolong Tania yang kakinya terkena paku payung.

“Aku ingat sekali saat menatap matanya untuk pertama kali. Dia tersenyum hangat menentramkan. Mukanya amat menyenangkan. Muka yang memesona oleh cahaya kebaikan. Kakak itu menggunakan kemeja lengan panjang berwarna biru, rapi seperti penumpang bus lain yang pulang kerja”. (Daun Yang Jatuh Tak pernah Mmbenci Angin, 2013:23)

“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan sapu tangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung sapu tangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:24)

Dalam hidup kita harus saling tolong menolong antar sesama manusia sekalipun orang yang kita tolong tersebut tak dikenal. Kita harus menolong dengan ikhlas tanpa mengharapkan pamrih dengan begitu kebaikan kita juga akan diingat selalu oleh orang yang kita tolong. Seperti halnya Danar yang begitu baik menolong Tania saat kakinya terkena paku paying. Padahal sebelumnya mereka tak saling kenal.

Dari pertemuan tersebut, kehidupan Tania sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi lebih baik. Dia mulai bersekolah lagi begitu pula dengan Dede. Dan kini Tania dan keluarganya sudah tinggal di kontrakan.

“Dan ajaibnya, mulai besok kehidupan kami berubah. Esok pagi selepas subuh, Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede. Salah satunya yang paling kuingat dan seketika membuatku berlonjak gembira, aku akan kembali sekolah. Dede juga akan disekolahkan. Ibu tersenggal haru saat mengatakan itu”. (Daaun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:27)

Tania merasa gembira mendengar kabar bahwa dirinya akan melanjutkan sekolah lagi setelah tiga tahun dia berhenti sekolah karena keadaannya yang tidak memungkinkan Tania untuk sekolah.

2.    Generating Circumstances  (peristiwa-peristiwa yang berpaut mulai bergerak).
Dalam tahap ini mengalami pergerakan atau rangsangan antartokoh. Dalam sub klimaks ini menggambarkan ketika Danar memperkenalkan teman wanitanya  yang bermana Ratna kepada keluarga Tania. Pada saat itu mereka sedang berlibur di Dufan bersama-sama. Akibat dari pertemuannya dengan Ratna, Tania menjadi tidak suka dengan Ratna karena melihat dia begitu dekat dengan Danar. Hal itu membuat Tania menjadi cemburu.

“Siang itu dia mengajak teman wanitanya. Namanya Ratna. Aku memanggilnya “kak Ratna”, karena teman wanitanya tersebut memintanya demikian. “Panggil saja kak Ratna , Tania !” (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:39)

“Seketika hati kecilku tidak terima. Sakit hati !. bukankah selama ini kalau kami pergi entah kemana, akulah yang lengannya digenggam? Akulah yang pundaknya dipegang? Akulah yang kepalanya diusap. Itu jelas-jelas posisiku !
Aku benci sekali. Hari itu aku mulai mengenal kata cemburu!”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin, 2013:40)

Janganlah kecemburuan itu dijadikan sebuah alasan untuk kita menjadi membenci seseorang sekalipun orang tersebut berbuat salah. Lebih baik kita saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Rasa cinta itu tidak bisa dipaksakan. Kita juga tetap harus menghagai perasaan orang lain pula.

3.    Rising Action (keadaan mulai memuncak)
Tahap ini berisi konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Keadaan ini menceritakan Danar yang memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Mendengar hal tersebut Tania merasa terpukul, sedih dan kecewa. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Rasa cinta yang selama ini dia biarkan tumbuh subur di dalam hatinya kini seketika hancur lebur dengan sebuah kata pernikahan.

“Kami akan menikah Tania! Dia tersenyum.
Kak Ratna mesra memegang tangannya. Ikut tersenyum. Menatap bahagia.
Aku tersedak. Buru-buru mengambil gelas air putih dihadapanku. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:131)


Ketika kita terlalu sibuk merangkai kata untuk menyenangkan hati kita, ingatlah bahwa tidak semua yang kita inginkan itu akan menjadi nyata. Kita tidak bisa memaksakan perasaan kita terhadap orang yang kita cintai. Sesakit apapun perasaan itu, kalaupun melihat orang yang kita cintai bahagia, semestinya kita juga ikut bahagia. Dengan begitu kita bisa melepas orang yang kita cintai dengan ikhlas.

Setelah kejadian itu, Tania sedikit berubah. Tiba-tiba Tania memutuskan untuk tidak pulang saat pernikahan Danar dan Ratna yang hanya tinggal beberapa hari lagi. Tania merasa tidak pantas untuk berada disana. Dia beranggapan itu hanya akan membuatnya tambah terluka jika datang ke acara pernikahan tersebut.

“Dua minggu sebelum pernikahan, aku menabuh gendering perang, aku memutuskan tidak akan pulang. Dia dan kak Ratna berkali-kali kirim e-mail atau chatting bertanya, aku hanya menjawab pendek. Tania sibuk, maaf tidak bisa pulang”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:140)


Seharusnya kita tidak boleh egois, mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Meskipun itu sakit bagi diri kita, kita tetap harus menghargai keputusan orang lain.

4.    Climax (peristiwa mencapai puncaknya)
Dalam tahap ini cerita mulai pada puncak permasalahan, Keadaan mulai memuncak, ketika datang beberapa e-mail dari kak Ratna yang isinya begitu menyedihkan. Kedatangan e-mail tersebut membuat Tania menjadi resah dan bingung bagaimana menghadapinya.

“Ya Tuhan! Surat yang panjang. Andai kata ditulis diatas kertas, akan terdapat bercak-bercak air mata, karena e-mail itu menyedihkan. Surat itu membuatnya tersentuh, meskipun aku bingung dengan maksudnya. Dan lebih bingung lagi apa yang harus kulakukan menanggapinya”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:208)

Jika ada orang yang meminta bantuan hendaknya kita bantu sebisa kita. Tanyakan terlebih dahulu apa permasalahannya. Setelah itu baru ada tindakan selanjutnya.

Akibat dari kejadian tersebut, Tania memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Mencari tahu duduk permasalahan yang sebenarnya karena Tania tidak bisa hanya berdiam diri melihat rumah tangga Danar dan Kak Ratna berantakan.

“Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esok harinya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta. Ini masalah serius. Aku tidak bisa hanya berdiam diri. Aku adalah bagian dari keluarga mereka, dan aku berkepentingan untuk setidaknya bertanya. Hal itu juga pasti akan dilakukan Ibu kalau Ibu masih ada”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013-230)

Merupakan suatu tindakan yang baik. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sedang ada masalah hendaknya kita membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.

Sekembalinya Tania dari Singapura, akhirnya kini semua potongan permasalahn mulai terungkap. Tentang perubahan sikap Danar, tentang e-mail yang selalu dikirimkan oleh Kak Ratna,.Tania akhirnya mengetahui sebuah rahasia besar yang selama ini disembunyikan oleh Danar. Tentang perasaannya selama ini terhadap Tania yang ia tulis dalam sebuah buku yang tak akan pernah jadi.


“Buku ini tentang aku. Buku ini tentang dia.
Buku ini tentang kami. Buku ini tentang perasaannya. Ya Tuhan, perasaannya. Aku tergugu lama. Naskah itu tak akan pernah selesai. Tak akan pernah. Karena terputus saat kejadian itu. Terputus saat dia tega sekali! Memutuskan menikah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:243).

Sebaiknya kalau kita memiliki sebuah perasaan, haruslah diungkapkan saat itu juga. Jangan sampai keputusan yang kita buat menyakitkan banyak orang.

Tania memutuskan untuk menemui Danar menanyakan tentang semua itu. Maksud perasaannya. Maksud semua potongan teka-teki permasalahan.

“kapan kau tiba? Dia bertanya datar. Tidak bergerak dari duduknya. Tetap terpekur di bawah pohon linden, duduk menghadap kea rah sungai. Tangannya memainkan sehelai daun berbentuk hati dengan takzim”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci angin, 2013:234)

“Kau pandai sekali menyembunyikan semua perasaan itu… tetapi mengapa? Aku mendesah parau. Menatapnya sesaat meminta penjelasan.
Dia mengusap mukanya, kau salah sangka, Tania. Aku tak tahu apa yang sedang kita bicarakan. Tetapi kaua salah menduga, kau salah.
KAULAH YANG SALAH, KARENA KAU TAK PERNAH MAU MENGAKUINYA! Aku membentaknya. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:244)

Kejadian tersebut, membuat Tania semakin terpukul. Melihat Danar yang duduk diam, tanpa memberikan penjelasan apa-apa memaksa Tania untuk pergi dari tempat tersebut.




5.    Denoument. (merupakan bagian yang ditandai dengan adanya pemecahan soal dari semua peristiwa)
Pada tahap ini semua konflik berusaha diselesaikan. Akhirnya Tania memutuskan untuk pergi dan kembali ke Singapura. Dia bermaksud untuk melupakan  semua cerita kisah cintanya dan tidak akan pernah kembali,

“Desau angin malam menerbangkan sehelai daun pohon linden. Jauh di atas rambutku. Aku memutuskan untuk pergi”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:254)

“Dede membantuku berkemas. Aku mengosongkan kamar bercat biru itu. Semua benda masa lalu kubawa. Tersenyum untuk terakhir kalinya menatap seluruh bangunan.
Adikku hanya menunduk. Aku meninju pelan bahunya.
“tersenyumlah”
Dede menyeringai tertahan. Dan mobilku sesaat kemudian meleset menuju bandara”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:255)

Bahwa semua permasalahan pasti akan ada penyelesaiannya. Tergantung kita yang berusaha bagaimana cara untuk menyelesaikannya. Dan hal yang dipilih Tania adalah dengan menjauh dari kehidupan Danar. Tania memutuskan untuk melupakan semua kisah cintanya.


2.1.4 TEKNIK PENGEPLOTAN

Ada beberapa teknik pengeplotan yang digunakan pengarang di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, yaitu Conflict, backtracking atau flashback, suspense, dan Deus Ex Machine.




1.      Konfik (Conflict)
Konfik merupakan peristiwa pertentangan antara kekuatan di dalam cerita. Konflik ini merupakan inti dari struktur cerita yang mengimbuhkembangkan plot.
Staton (1965 : 16) membagi konflik menjadi dua macam bagian, yaitu konflik internal (internal conflict) dan konflik eksternal (external conflict).
a.       Konflik Internal
Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita, misalnya berbentuk pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah lainnya. Konflik internal yang terdapat dalan novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yaitu ketika Tania memutuskan untuk tidak pulang saat pernikahan Danar. Sedang Ratna terus membujuknya untuk pulang dan meminta tolong kepada Tania untuk membujuk Danar untuk bersemangat lagi. Seketika itu Tania merasa bingung, bingung harus berbuat apa, disisi lain Tania ingin menjauhi Danar.

“Maukah kau pualng sejenak? Kak Ratna bertanya lagi.
“Aku memang tidak bisa pulang kak ratna, maafkan aku”. Aku bertaka lirih.
Kak Ratna diam sejenak. Tersenyum. Kecewa.
“kalau kau tidak bisa pulang, bisakah kau membujuknya untuk kembali bersemanagt? Tolong kakamu, Tania. Bantu aku untuk meyakinkan kembali bahwa keputusan kami untuk menikah itu baik.
Aku ikut tersenyum. Perih. Sama sekali tak menduga kalimat itu: membantu kak ratna?” (Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin, 2013:149)

Bahwa dalam hidup kita harus saling tolong menolong. Meskipun itu menyakitkan sekalipun, tapi  dengan kita membantu bisa membuat orang lain bahagia kenapa tidak kita lakukan? Itu juga merupakan suatu bagian dari perbuatan baik.

b.      Konflik Eksternal
Konflik eksternal, merujuk pada konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang ada di luar dirinya. Konflik eksternal dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye yaitu:
1)      Konflik Fisik
Konflik fisik yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin adalah pada saat Adi menyeret Tania untuk keluar dari toko buku saat hujan. Karena Adi bermaksud ingin mengungkapkan perasaannya kepada Tania.

“Ada yang ingin aku tunjukkan padamu! Adi menatapku seirus.
“Apa? Aku mengernyitkan dahi, tidak berselera.
“Ayo ! Adi menyeretku keluar, enggan menjelaskan.
Aku terpaksa menggikuti. Tarikan tangannya mengencang”. (Daun Yang Jatuh Tak PErnah Membenci Angin, 2013:13)

“Adi sekali lagi berteriak ke langit. Tidak perduli. Aku berusaha melepaskan pegangan tangannya. Dia justru mencengkeramku kencang. Menurunkan dongakan kepalanya”. (Daun Yang Jatuh Tak Prnah Membenci Angin, 2013:14)

Sebenarnya, kekerasan itu tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada hanya akan menambah masalah. Walaupun itu demi sebuah ungkapan perasaan, alangkah baikknya dilakukan dengan cara baik-baik tidak langsung menyeret tangan orang yang kita sukai.
2)      Konflik Sosial
Konflik sosial yang terdapat dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah adanya perdebatan antar Tania dan Anne saat mengartikan tanda “T” yang ada dalam liotin yang diberikan Danar kepada Tania.

“Anne berkali-kali menyelaku sat berusaha “mengartikan” pemberian itu. “T” memang berate banyak, kan? Bukan sekedar Tania. Tetapi kalau secara sederhana menggunakan bahasa Indonesia, bukankah itu hanya berarti Te…man?” Anne menyeringai. Kesulitan menyebutkan kata “teman” barusan.
Aku melemparnya dengan guling. Ah, mungkin benar kata Anne. Akulah yang berlebihan menaggapi hadiah itu”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:104)

Janganlah kita terlalu memperdebatkan suatu hal yang tidak terlalu penting. Itu hanya sebuah pemberian, walaupun itu dari seseorang yang special sekalipun. Kalaupun ada maksud dari pemberian itu, biarlah kita simpan sendiri, hanya kita yang tahu maksud dari itu semua. Itu lebih baik.

2.      Sorot Balik (flashback)
Teknik sorot balik ditampilkan melalui dialog, mimpi, atau lamunan tokoh. (Sudjiman; 1988: 2)
 Dalam novel Daun Yang Tak Pernah Membenci Anign, teknik ini digunakan pada saat tokoh Tania mengenang masa lalunya tentang kehidupannya dimasa lalu. Awal mula ia bertemu dengan Danar. Awal mula ia merasakan janji kehidupan yang lebih baik lagi. Awal mula ia memiliki seseorang yang memperhatikannya dan melindungi.

“Toko buku ini penting. Selalu penting.
Toko buku ini menjadi penanda perjalanan sepuluh tahun terakhir kehidupanku yang penuh warna. Tonggak indah yang akan selalu kukenang. Sepuluh tahun silam di toko inilah untuk pertama kalinya aku bias merasakan janji masa depan yang baik. Merasakan kesenangan kanak-kanak yang sempurna. Merasakan betapa nyaman memiliki seseorang yang memperhatikan dan melindungi:. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:16).

Bahwa kita berhak untuk memiliki masa depan yang lebih baik lagi.. kita berhak mendapatkan janji kehidupan yang lebih baik. Kita berhak untuk mendapatkan perhatian dari seseorang yang kita sayangi. Tidak harus dari seseorang yang spesial, kita bisa mendapatkan kasih sayang dan perhatian itu dari orang-orang terdekat kita seperti, ayah,ibu, kakak, adik, saudara dan lain sebagainya.

3.      Tegangan (Suspense)
Ketegangan yang membangkitkan rasa ingin tahu pembaca muncul dalam beberapa peristiwa, misalnya  pertama, pada saat Danar memberikan liontin kepada Tania. Dalam liontin tersebut terdapat huruf “T” yang penuh arti. Kedua, saat Danar memutuskan untuk menikah dengan kak Ratna. Ketiga, saat Tania memutuskan untuk tidak pulang ke Jakarta pada saat pernikahan Danar dan kak Ratna. Keempat, saat  kak Ratna meminta tolong kepada Tania untuk membujuk Danar agar bangkit lagi. Kelima, saat Dede bercerita bahwa dia pernah melihat kak Ratna menangis. Keenam, tentang e-mail kak Ratna yang isinya menyedihkan. Ketujuh, pengakuan Dede yang menemukan sebuah file yang berjudul Cinta Dari Pohon Linden. kedelapan, saat Danar bungkam ketika Tania menunjukkan bukti-bukti bahwa Danar juga mencintai Tania. Dan pada akhirnya Tania mengalah dan memutuskan untuk pergi meninggalkannya.

4.      Dues ex Machina
Peristiwa yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dikehendaki oleh tokoh, memang sengaja dimunculkan untuk memperlancar alur cerita. Deus ex Machina ini berupa peristiwa pengakuan cinta Adi kepada Tania saat mereka pergi bersama kesebuah toko buku.


“Apa yang kau lakukan! Aku mendesis.
Adi sekali lagi berteriak ke langit. Tidak perduli. Aku berusaha melepaskan pegangan tangannya. Dia justru mencengkeramku kencang.
“Ketahuilah, Tania aku bisa menghentikan hujan ini… tetapi itu hanya  bisa kulakukan jika aku tidak sedang dengan seseorang yang kucintai…dan malam ini aku sepertinya tidak bisa menghentikannya..” Adi serius menatapku. Aku terperangah. Lima detik berlalu ganjil sekali. Menyeringai aneh. Maksudnya jelas sudah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin, 2013:14)

Cinta itu memang harus diungkapkan. Agar kita bisa lega dan orang yang kita sayangi juga tahu sebesar apa perasaan kita. Cinta itu bisa diungkapkan dalam berbagai situasi dan hal.. Seperti yang dilakukan oleh Adi. Demi untuk mengungkapkan perasaannya kepada Tania, dia rela membuat dirinya malu didepan orang banyak demi untuk mengungkapkan perasaannya.


2.1.5  TOKOH DAN PENOKOHAN

Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita yang mengalami peristiwa dan mempunyai sifat, sikap, emosi,prinsip dan sebagainya. Di dalam sebuah novel, tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan dalam beberapa macam sudut pandang dan tinjauan itu adalah beberapa jenis tokoh, jenis watak, dan teknik pelukisan.
1.    Jenis Tokoh
Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh antagonis dan protagonis.




a.         Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Pembagian tokoh utama dan tokoh tambahan ini dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita. (Nurgiyantoro, 1998:176)
Berdasarkn pendapat di atas di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Darwis Tere Liye ini tokoh utamnya adalah Tania, Danar, Kak Ratna dan Dede karena tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam menggerakkan konflik cerita.
Dibandingkan dengan tokoh utama, tokoh tambahan dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin beberapa diantaranya adalah Ibu, Adi dan Anne, Miranti, Jony Chan.

b.        Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peran penting dalam sebuah cerita. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatan di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita dan waktu yang digunakan tokoh protagonit berhubungan dengan semua tokoh yang ada dalam cerita dan tokoh protagonis menjadi pusat sorotan di dalam cerita.
Dalam penentuan tokoh protagonist di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini lebih tepat menyebut Tania, Danar,dan Kak Ratna. Tokoh-tokoh ini menempati sebagai tokoh protagonis dengan alasan tokoh ini lebih banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada. Selain itu di dalam novel ini banyak diungkapkan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh ini terhadap permasalahan yang ada serta tokoh ini hadir dari awal hingga akhir cerita.



c.         Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis merupakan tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis. Tokoh antagonis dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, diantaranya Dede, Ibu, Adi dan Anne, Miranti, Jony Chan.

2.    Jenis Watak
Forster (1970:75) membagi watak tokoh ke dalam dua jenis, yaitu tokoh yang berwatak bulat atau kompleks dan datar atau sederhana.
a.         Tokoh berwatak bulat atau kompleks
Tokoh bulat atau kompleks di katakan lebih mempunyai kehidupan manusia, yang sesungguhnya karena di samping sebagai kemungkinan sebagai dan tindakan, ia juga memberikan kebulatan.
b.        Sedangkan tokoh berwatak datar atau sederhana ( Flat or Simple Character) adalah tokoh yang hanya memiliki satu kalimat pribadi tertentu, satu sifat tertentu.

3.    Teknik Pelukisan Tokoh
Dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini tokoh-tokoh bulat dan datar tampak jelas pada masing-masing tokohnya.

a.         Tania
Dilukiskan bentuk lahir tokoh ini sebagai berikut:

“Aku tahu aku cantik, tubuhku proporsional. Rambutku hitam legam nan panjang.  “Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: “Mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania… kecerdasan berpikir, kedewasaan dan penjelmaan positif atas semua pengalaman hidup… dan tahukah kau, matamu misterius. Semua cowok suka wanita yang memiliki mata misterius”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013;15)

Penggambaran bentuk fisik ini memang berhubungan dengan masalah kejiwaan, tetapi gambaran itu tidak dapat dijadikan ukuran pernyataan watak yang dimiliki tokoh Tania. Tania memiliki wajah cantik, pintar, dewasa. Ia tumbuh dan berkembang dilingkungan keluarga yang sederana.

“Beruntungnya aku tak perlu diantar Kak Ratna untuk mendaftar SMP keesokan paginya. Aku juga tak perlu repot-repot membujuk DEde agar ikut (sejak tadi malam Dede menolak mentah-mentah untuk menemani). Pagi-pagi telepon itu datang ke kontrakan. Dari sekretariat beasiswa. Application Guaranteed!”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:68)

“Tahukah kau, selama ini aku iri padamu., Tania. Setiap melihat wajahmu yang menyenangkan, teman-teman di kelas juga terbawa ikut senang. Aku tak pernah membanyangkan punya teman dengan kemampuan memengaruhi sebesar kau”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:143)


Berdasarkan kutipan di atas, digambarkan watak Tania juga dapat dikatakan sebagai orang yang baik, tidak mudah menyerah, tekun, ramah/mudah bergaul dengan siapa saja dan juga konsisten terbukti dia hanya mencintai Danar meskipun banyak lelaki yang mencintai Tania.

b.        Danar
Danar adalah seorang yang tampan, baik hati, suka menolong dan bertanggung jawab. Dia juga dewasa dan perhatian terhadap keluarga Tania.

“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan sapu tangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung sapu tangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:24)


Berdasarkan kutipan di atas, digambarkan Danar adalah orang yang baik hati, suka menolong. Terbukti dia membantu Tania saat Tania sedang kesakitan karena kakinya yang terkena paku payung saat mengamen di bus kota.

“Sehari setelah Ibu meninggal, aku dan Dede pindah ke kontrakannya. Kontrakan Ibu dikosongkan. Kak Ratna ikut membantu.
Dia sekarang berangkatk erja siang dan pulang lebih cepat agar memiliki waktu bersama kami lebih banyak. Kami sekarang setiap malam makan di luar. Dua minggu terakhir berganti-ganti warung tenda lain”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:67)

Berdasarkan kutipan di atas, digambarkan Danar adalah seorang yang bertanggung jawab. Terbukti saat Tania dan Dede di tinggal pergi oleh Ibunya, Danarlah yang mengurus mereka sekarang. Menjaga mereka, menyekolahkan mereka.

“Kau pandai sekali menyembunyikan semua perasaan itu… Tetapi mengapa? Aku mendesah parau.
Menatapnya sesaat. Meminta penjelasan.
Apa maksudmu? Dia tergagap.
Aku menatapnya lemah. Dia masih bertanya apa maksudku? Lihatlah, Ibu. Betapa sulit baginya untuk mengaku. Hatiku pedih menggelembungkan kemarahan.
Kau salah sangka Tania, aku tak tahu apa yang sedang kau bicarakan. Tetapi kau salah menduga. “KAULAH YANG SALAH. KARENA KAU TAK PERNAH MAU MENGAKUINYA!” (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:244)

Berdasarkan kutipan di atas, selain digambarkan Danar adalah sosok yang baik hati, suka menolong, bertanggung jawab. digambarkan  pula Danar adalah sosok yang pemendam rasa. Tidak jujur atas apa yang dirasakan di dalam hatinya. Terbukti saat Tania mengetahui kalau Danar ternyata juga mencintai Tania, tetapi saat di Tanya dia tetap tidak mau mengakui perasaan itu. Dan menyalahkan Tania.
c.         Kak Ratna
Ratna adalah istri dari Danar. Dia digambarkan dalam bentuk fisik sebagai wanita yang cantik,

“Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakainya modis. Seperti artis-artis itu. Badannya wangi. Mukanya bermake-up tipis. Cantik sekali”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:39)

Berdasarkan kutipan di atas, Kak Ratna adalah sosok wanita yang cantik dengan rambutna yang tergurai panjang dan hitam. Da juga modis dalam berpakaian dan make-up nya pun tidak terlalu berlebihan. Namun tetap terlihat cantik.

“Kalau kau tidak bisa pulang, bisakah kau membujuknya untuk kembali bersemangat? Tolonglah kakamu, Tania. Bantu aku untuk menyakinkan kembali bahwa keputusan kami untuk menikah itu baik. Aku tak ingin dia menyesali banyak hal.
Di matanya sedikit pun tidak ada sikap permusuhan. Kak Ratna memelukku seklai lagi. Tidak ada wajah tidak suka padaku. Kak Ratna melakukannya dengan tulus”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:150)

Berdasarkan kutipan di atas, digambarkan Kak Ratna memiliki watak yang baik hati, tidak pernah mempunyai prasangka buruk terhadap Tania, sekalipun Tania sempat membenci Kak Ratna karena telah merebut Danar darinya. Terbukti dalam  kutipan Kak Ratna meminta tolong kepada Tania untuk mebujuk Danar. Dimatanya tak sedikitpun rasa benci terhadap Tania tidak ada sikap permusuhan.

“Ah, tapi besok pagi-pagi biar kucoba membicarakannya, Tania. Dia sedang ambil cuti seminggu. Katanya untuk menemaniku. Meskipun dia lebih sering tidak berada di rumah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:218)

“Dia dua minggu terakhir entah pergi ke mana. Pulangnya selalu larut. Aku takut bertanya. Hanya membukakan pintu, lantas mengikuti langkahnya. Diam”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:224)

Berdasarkan kutipan di atas, Kak Ratna adalah seorang yang sabar, meskipun sering di buat sakit oleh Danar tetapi dia tetap setia terhadapnya. Dia selalu menunggunya pulang ke rumah meskipun Danar jarang pulang sekali pulang itu pun larut malam dan Kak Ratna tetap menunggunya. Itu menandakan kalau kak Ratna adalah orang yang sabar.

d.        Dede
Dalam novel Dede digambarkan sebagai adik dari Tania.

“Kan Om Danar di panggil om, jadi Tante juga harus di panggil Tante Ratna! Dede ngotot membela logikanya. Dia hanya tertawa melihat Kak Ratna berlepotan berargumntasi dengan adikku. Soal berdebat, adikku nomor satu. Tidak ada yang bisa mengalahkan Dede”. (Daun Yang Jatuh Tak Penah Membenci Angin, 2013:39)

“Tania             : kamu kalo ganti profil bilang-bilang dong bikin bingung.
Bebek Peking : orang gantinya baru tadi pagi. Lagian di daftar teman kak Tania nggak hilang kan? Hanya ganti nama doing.
Tania              : kenapa di ganti Bebek Peking ?
Bebek Peking : iseng aja, emang gak boleh? :-p dari pada diganti buntut bebek? J
(aku tertawa)”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:106)

Berdasarkan kutipan di atas, digambarkan Dede memiliki watak  iseng, dengan siapapun. 

“Miamiheat    : kalo kak Tania mau bilang kak Tania suka sama om Danar, Dede sudah lama tahu.
 (Ya Tuhan, kalimat itu, Dede mengambil alih permasalahan).
Tania              : bagaimana kamu tahu ?
(Aku gugup mengetik.)
Miami Heat    : harusnya kak Tania ingat kalimay Don Carleone, “jangan remehkan tingkat intelektualitasku”. Sorry becanda! Bukannya sudah jelas sekali? Semuanya terlihat, kan?
Tania              : jelas apanya?
Miami Heat    : jelas banget, kakakku tercinta. Kak Tania yang selalu bersungut-sungut kalau ada kaka Ratna. Kak Tania yang selalu pasang tampang sebel setiap kalo ada Kak Ratna. Kak Tania yang  memandang om danar segitunya. Aduh, Dede saja yang amatiran bisa lihat kok”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:137)

Berdasarkan kutipan di atas, Dede memiliki sifat pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar). Mempunyai sifat polos yang kental.

e.         Ibu
Merupakan ibu dari Tania dan Dede. Beliau adalah orang yang baik hati dan juga ramah terhadap orang lain.

“Kenapa kalian belum menikah? ….sudah cocok!
Ah, Ibu bisa saja. Aku belum genap tiga tahun bekerja..
Ratna juga baru lulus dua tahun lagi.
Kalian pasangan yang serasi  benar.
Aku yang beruntung…. Danar baik”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:40)

Berdasarkan kutipan di atas, sifat Ibu digambarkan sebagai orang yang ramah, mudah bergaul dengan orang yang baru dikenalnya.

“Ibu menjual kue-kue kecil. Kue kue kampong. Ibu memang pandai membuatnya. Kue sederhana itu terlihat begitu menggiurkan. Bentuknya dibikin aneh-aneh. Rasanya? Wuih, kue bikinan Ibu selalu top”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:46)

Berdasarkan kutipan di atas, digambarkan pula Ibu memiliki sifat yang tekun, terbukti beliau rajin membuat kue dengan beraneka variasi bentuknya.
Secara garis besar, ada dua teknik pelukisan tokoh, yaitu teknik uraian (telling) dsn teknik ragaan (showing). (Abrams, 1981:21) atau oleh Altenbernd dan Lewis (1966:56) disebut teknik penjelasan ekspositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic).

1.         Teknik Ekspositori
Teknik ekspositori ini dikenal juga dnegan istilah analitis merupakan pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dnegan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung mengenai sifat, watak, tingkah laku dan juga ciri fisiknya (Nurgiyantoro, 1998: 195)
Di dalam novel ini teknik ekspositori yanga digunakan pengarang adalah analisis secara langsung (direct auther analisis). Disebut teknik analisis pengarang secara langsung apabila pengarang secara langsung menyebutkan watak tokoh yang dianalisis. Pembaca tidak perlu mengira-ngira watak seorang tokoh karena pengarang sudah menyebutkan secara jelas.
Untuk melukiskan bahawa Tania adalah seorang anak yang pintar, cantik, digambarkannya dlam beberapa kalimat yang dapat langsung dimengerti bagaimana sifat tokoh.

 “Aku tahu aku cantik, tubuhku proporsional. Rambutku hitam legam nan panjang.  “Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: “Mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania… kecerdasan berpikir, kedewasaan dan penjelmaan positif atas semua pengalaman hidup… dan tahukah kau, matamu misterius. Semua cowok suka wanita yang memiliki mata misterius”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013;15)

“Kau anak yang pintar Tania! Amat pinta!
Ibu hanya trsenyum, duduk di kursi plastic pojok ruangan. Telingaku mengembang. Pujian itu membuatku memeluknya”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:36)

Berdasarkan kutipan di atas, jelas digambarkan bahwa Tania adalah orang Yang cantik dan juga pintar.
Penggunaan teknik ini dalam sebuah novel mebuat pembaca lebih santai membaca cerita yang dibacanya karena dia tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui kepribadian tokoh-tokoh yang ada dan sekaligus dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam penyimpulan watak tokoh. Hal tersebut merupakan hal keutamaan atau kelebihan dari teknik ini. Akan tetapi, penggambaran  watak tokoh yang secara langsung ini dapat pula menimbulkan kebosanan. Walaupun demikian pada saat-saat tertentu teknik ini perlu dilakukan,di saat penggunaan teknik ini dapat mengurangi nilai sebuah karya sastra.

2.         Teknik Dramatik
Pelukisan tokoh melalui dramatic adalah pendeskripsian tokoh cerita dengan menunjukkan kediriannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata-kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 1998:198). Teknik ini mencakup beberapa macam:

a.      Pelukisan Pikiran dan Perasaan (Portoroyal of trought stream of trought)
Teknik pelukisan dan perasaan ini menyatakan bahwa keadaan dan jalan pikiran, serta perasaan apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga. (Nurgiyantoro, 1998:204)

Tetapi aku berhak melakukannya bukan? Separuh atiku yang lain muncul dengan gagah membela. Aku berhak melakukannya.
Kau lupa apa yang dikatakan Anne. Separuh hatiku yanh lain muncul membantah. Anne juga blang aku memang berhak melakukannya! Tidak, kau hanya akan menyakiti hatimu sendiri. Lihatlah, pernikahan itu tidak akan terhenti dengan tingkah laku kekanak-kanakanmu. Kau hanya akan membuat hatimu semakin terbebat oleh asumsi, perasaan-perasaan, keinginan-keinginan, mimpi-mimpi dan akhirnya kau sama sekali tak tahu lagi mana simpul yang nyata, dan mana simpul yang tidak. Kuat sekali separuh hati lainnya membantah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:152)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa jalan pikiran dan perasaan Tania saat itu sedang  bimbang dalam memutuskan akan seperti apa kedepannya mengenai perasaannya. Persepsi banyak bermunculan dalam pikiran dan hatinya.

b.      Reaksi Tokoh (Reaction of even)
Nurgiyantoro (1998:209) menyebut teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama atau tokoh-tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain sebagainya.

“Bukankah dia bukan siapa-siapa mu? Mana mungkin ada malaikat yang bisa menuruti kemauan orang biasa?
Aku juga sudah bilang berkali-kali, kau terlalu banyak berharap. Baginya kau tak lebih dari anak kecil yang bandel. Atau adik kecil yang pencemburu. Atau sejenis itulah.
Aku tetap tertunduk”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin, 2013:132)

Berdasarkan kutipan di atas, jelas terlihat reaksi Tania saat mendengar bahwa Danar akan menikah dengan Kak Ratna. Kemudian dia menemui Anne untuk bercerita tentang permasalahannya dan meminta solusi.

c.       Cakapan (Conversation of outher about character)
Teknik cakapan dimaksudkan untuk menunjuk pada tingkah laku verbal berwujud kata-kata para tokoh. Kata-kata yang dimaksud menggambarkan sifat atau perwatakan dari tokoh yang mngucapkannya (Nurgiyantoro, 1998:203)

“Tania, mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania… kecerdasan berpikir, kedewasaan dan penjelmaan positif atas semua pengalaman hidupmu…. Dan tahukah kau, matamu misterius. Semua cowok suka wanita yang memiliki mata misterius”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:15)

Berdasarkan kutipan di atas, membahas tentang Tania yang memiliki sifat yang dewasa, dia juga pintar. Dan juga dia memiliki mata yang misterius yang banyak disukai oleh laki-laki .

d.      Nama Tokoh (The Name of character)
Staton menyatakan bahwa teknik nama tokoh merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan watak tokoh (1965:17). Melalui teknik ini, dipilih nama tokoh yang disesuaikan dengan watak yang dimilikinya.
Dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin teknik ini digunakan pengarang untuk tokoh Ibu. Nama Ibu itu sendiri dapat menggambarkan sifat dari tokoh ini. Nama itu merupakan sebutan yang diberikan kepada seorang wanita yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak.

2.1.6        LATAR/SETTING
              
Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita atau lingkungan yang mengelilinginya pelaku di dalam cerita (Staton, 1965:18). Abrams (1981:175) menyatakan bahwa latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Sejalan dengan Abrams, Nurgiyantoro menyatakan bahwa novel sebagai sebuah dunia imajinasi yang tidak hanya membutuhkan tokoh sebagai pennghuni beserta permasalahan yang dihadapinya, tetapi juga membutuhkan ruang, tempat, dan waktu bagi tokoh tersebut untuk “hidup”. Ruang, tempat dan waktu itu dikenal sebagai latar (1998:227)
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, unsur latar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial.

a.      Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1998:227). Di dalam novel Daun Yang Jatuh Taj Pernah Membenci Angin disebutkan secara eksplisit nama tempat, kota, Negara, tempat peristiwa-pperistiwa berlangsung.
Secara garis besar,di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, latar berkisar pada dua tempat. Latar pertama, pengarang menyatakan adanya kota Jakarta, secara detailnya di rumah Tania, toko buku. Selain itu Singapura tepatnya di asrama Tania di  Singapura.

“Dari lantai 2 toko buku paling besar di kota ini, kalian bisa melihat dengan leluasa jalan yang paling besar di kota ini. Jalan itu dibelah pembatas setinggi satu jengkal. Dinding tembok toko buku ini diganti seluruhnya menjadi kaca-kaca tebal”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:8)

Berdasarkan kutipan di atas, di jelaskan bahwa dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin latar yang sering mucul atau paling dominan adalah di toko buku. Dimana seorang Tania tengah mengingat kembali kenangan 10 tahun silam kehidupannya. Di toko buku itulah dia mendapatkan janji masa depan yang lebih baik.

“Siang itu entah apa alasannya dia datang ke rumah. Aku sedang rileks membaca buku di teras belakang. Duduk di kursi rotan beralas bantal-bantal besar. Menatap bugenvil yang mekar  berbunga:. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:188)

Masih dalam lingkup latar pertama, yaitu rumah Tania. Dijadikan sebagai tempat terjadinya peristiwa dalam novel tersebut. Digambarkan sekilas Tania yang sedang duduk santai dihalaman belakang rumah dan kemudian datang Danar kerumah sekedar ingin menjenguk.

“Malam harinya kami langsung ke dorm. Anne, teman junior high school-ku yang lagi-lagi sekelas dengan ku di senior high school, sudah menyiapkan pesta sederhana di ruang tamu asrama”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:94)

Latar kedua, yaitu di negara Singapura, tempat Tania menempuh pendidikannya dari SMP sampai perguruan tinggi. Dalam kutipan di atas, lebih spesifik di jelaskan terjadinya peristiwa yaitu di Dorm tempat tinggal Tania atau bisa disebut juga dengan asrama.

Selain kedua latar tempat tersebut, latar tempat lain yang di temui misalnya di pemakaman Ibu Tania, di rumah sakit, di hotel, di rumah makan, di bandara, di kampus Tania.

b.      Latar Waktu
Nurgiyantoro berpendapat (1998:230) berpendapat bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi.
Latar waktu yang digunakan dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin sebagai berikut:


a.      Pagi hari
“Esok pagi selepas subuh. Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede. Salah satunya yang paling kuingat dan seketika membuatku berlonjak gembira, aku akan kembali ke sekolah”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:27)


Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang pertama, yaitu pagi hari ditunjukkan pada kutipan, “esok pagi selepas subuh”. Disitu sudah menjelaskan bahwa terjadinya perisitiwa pada pagi hari. Saat itu Ibu mengatakan kepada Tania dan Dede bahwa mereka akan bersekolah kembali.

b.      Siang hari
“Siang itu entah apa alasannya dia datang ke rumah. Aku sedang rileks membaca buku di teras belakang. Duduk di kursi rotan beralas bantal-bantal besar. Menatap bugenvil yang mekar  berbunga:. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:188)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang kedua, siang hari. Di tunjukkan pada saat kedatangan Danar kerumah siang hari. Pada saat itu Tania dengah membaca buku di halaman rumah.

c.       Sore hari
“Sore hari mereka beranjak pulang. Aku yang membukakan pintu pagar. Menatap mobil mereka dengan perasaan normal, seperti kita sedang melepas sepasang keluarga muda bahagia yang pulang dar berkunjung. Aku tersenyum menghela nafas, lega”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. 2013:199)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang ketiga, sore hari. Di tunjukkan pada saat Tana, Danar, Kak Ratna, Dede danAdi tengah bersama di rumah Tania selepas dari pusara itu. Saat itu hari menjelang sore dan Tania mengantarkan Danar dan Kak Ratna pulang.

d.      Malam hari
“Malam harinya kami langsung ke dorm. Anne, teman junior high school-ku yang lagi-lagi sekelas dengan ku di senior high school, sudah menyiapkan pesta sederhana di ruang tamu asrama”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:94)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang keempat, malam hari. Saat itu mereka menuju Dorm tempat tinggal Tania untuk merayakan ulang tahun Tania yang ke-17.

c.       Latar Sosial
Nurgiyantoro (1998:233) menyatakan bahwa latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Nurgiyantoro menyatakan bahwa latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Latar sosial diceritakan di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah masyarakat kota, sebuah masyarakat tepatnya di Jakarta. Di dalam novel ini di jumpai nama-nama seperti Tania, Danar, Ibu, Dede, Kak Ratna, Anne, Adi, Jhoni Chand, Ms. G.
Dibandingakan dengan kedua latar sebelumnya, latar sosial lebih menonjol dan fungsional di dalam penggarapan novel ini.  Kebiasaan masyarakat yang diolah sedemikian rupa di dalam cerita sehingga pembaca mendapat gambaran yang cukup lengkap tentang kehidupan masyarakat. Tidak itu saja, pemggambaran latar sosial ini membuat persoalan-persoalan dan pemecahan yang dilakukan terasa lebih logis.
Latar sosial dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, antara lain:
a.      Seorang Dermawan
Sosok ini terdapat pada Danar. Seorang anak laki-laki yang dermawan, baik hati dan suka menolong.

“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan sapu tangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung sapu tangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:24)

Berdasarkan kutipan di atas, sosok dermawan terdapat dalam diri Danar. Di buktikan dalam kutipan Danar melonong Tania yang sedang terkena musibah, meskipun awalnya Danar tidak mengenal Tania.

b.      Seorang pekerja keras
Sosok ini terdapat dalam okoh Tania. Dia begitu gigih dan pantang menyerah untuk menggapi cita-citanya.

“Beruntungnya aku tak perlu diantar Kak Ratna untuk mendaftar SMP keesokan paginya. Aku juga tak perlu repot-repot membujuk Dede agar ikut (sejak tadi malam Dede menolak mentah-mentah untuk menemani). Pagi-pagi telepon itu datang ke kontrakan. Dari sekretariat beasiswa. Application Guaranteed!”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:68)

Berdasarkan kutipan di atas, sosok pekerja keras terdapat pada tokoh Tania. Dibuktikan dia yang mendapatkan beasiswa untuk sekolah ke Singapura melanjutkan pendidikannya. Dan tidak sia-sia Tania mendapat predikat lulus terbaik se-Asia.



c.       Seorang yang mempengaruhi
Sosok in terdapat pula pada Tania. Dimana dia sangat begitu lihat dalam mempengaruhi teman-temannya.

“Tahukah kau, selama ini aku iri padamu., Tania. Setiap melihat wajahmu yang menyenangkan, teman-teman di kelas juga terbawa ikut senang. Aku tak pernah membanyangkan punya teman dengan kemampuan memengaruhi sebesar kau”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:143)


Berdasarkan kutipan di atas, Tania adalah sosok orang yang berpengaruh besar terhadap teman-temannya. Dia begitu mudahnya mempengaruhi teman-temannya. Dia juga sosok yang menyenangkan bagi teman-temannya. Itu diakui oleh Anne.


















BAB III
SARANA SASTRA

Stanton (1965:23) menyatakan sarana sastra sebagai cara pengarang untuk menyeleksi dan menyusun bagian-bagian cerita sehingga tercipta karya yang bermakna. Tujuan sarana sastra adalah agar pembaca dapat melihat fakta-fakta cerita melalui sudut pandang pengarang, melihat arti fakta cerita sehingga dapat bertukar pendapat tentang pengalaman yang terlukiskan. Pembahasan mengenai sarana sastra meliputi pusat pengisahan, gaya bahasa, nada dan ironi. Di bawah ini ketiga sarana sastra itu dibahas satu persatu.
Dalam bab ini pembahasan mengenai sarana sastra meliputi pusat pengisahan, gaya bahasa, nada, dan ironi. Di bawah ini, ketiga sarana sastra itu dibahas satu per satu.

A.      Pusat Pengisahan
Di dalam sebuah cerita, pengarang memilih posisi atau hubungan dengan setiap peristiwa atau tokoh yang diceritakannya, apakah secara emosional pengarang ikut terlibat atau tidak. Posisi yang merupakan dasar berpijak untuk melihat peristiwa dalam cerita itulah yang disebut sudut pandang (point of View) (Stanton, 1965:26).
Adapun Abrams (1981:142) menyatakan bahwa sudut pandang adalah cara yang dipergunakan pengarang, sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fisik kepada pembaca.
Pengarang menggunakan pusat pengisahan persona pertama pelaku utama atau Warren dan Wellek (1989:296) menyebutnya sebagai metode naratif yang salah satu cirinya adalah pengarang menggunakan persona pertama sebagai tokoh utama di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Pengarang menjadi narator, yaitu seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau gantinya, saya atau aku (Nurgiyantoro, 1998:256). Di dalam teknik ini nama-nama tokoh sering disebut, terutama tokoh utamanya.
Pusat pengisahan persona pertama, oleh Wellek dan Warren di bagi atas dua jenis, yaitu metode romantic-ironik dan metode objektif. Metode romantic-ironik memungkinkan pengarang mengetahui segala macam hal mengenai peristiwa dan tokoh, juga diperbolehkan mengomentari peristiwa dan menasihati tokoh-tokoh ada dalam cerita.
Adapun metode objektif mempunyai ciri, tidak hadirnya pengarang yang mahatahu dan berlakunya sudut pandang yang terkontrol. Pengarang menceritakan ceritanya dengan menjelaskan semua proses yang dialami tokoh dengan tidak memberitahu apa yang akan terjadi kemudian. Dengan batasan bahwa di dalam metode ini tidak diperkenankan hadirnya pengarang yang mahatahu.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dianggap menggunakan metode naratif dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama, dengan mengombinasikan metode dramatik-ironik dengan metode objektif. Pengombinasian ini mengakibatkan pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa, sikap, pikiran dan perasaan tokoh, tetapi dia tidak mengomentari hal tersebut sehingga sudut pandang tetap terkontrol dan cerita tidak diganggu dengan berbagai komentar atau nasihat pengarang.
          
“Aku mendesiskan luka di atas tempat tidur. Membiarkan kamarku gelap tak tertembus cahaya matahari pagi. Aku tak akan menangis lagi. Aku akan memilih meneruskan hidup. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:157)

Berdasarkan kutipan di atas, bahwa kita harus siap dalam situasi apapun. Baik dalam situasi yang menegangkan atuapun sebaiknya. Yang kita butuhkan adalah mental dan fisik yang siap dan kuat dengan harapan apapun.





B.       Gaya bahasa dan Nada
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 1990;113).
Menurut Nurgiyantara, (2005:296) pemajasan merupakan salah satu bentuk retorika. Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayaan bahasa, yang maknanya tidak menunjukkan makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada yang ditambahkan, makna yang tersirat.
Penggunaan gaya bahasa di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dapat dibagi atas gaya bahasa umum dan gaya bahasa khusus.

  1. Gaya Bahasa Umum
Yang dimaksud dengan gaya bahasa umum adalah gaya bahasa yang dapat dikategorikan pada gaya bahasa yang sudah sering digunakan oleh pengarang lain. Gaya bahasa yang biasa digunakan tersebut dapat dibagi atas dua macam, yaitu bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.
a.       Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa ini merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf,1990:129) atau oleh Altenbernd (1970:22) disebut sebagai kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Gaya bahasa ini dibuat pengarang untuk menarik perhatian dan pikiran sehingga pembaca berkontemplasi atas apa yang dikemukakan pengarang. Gaya bahasa retoris yang dipergunakan di dalam Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah sebagai berikut:

1)      Hiperbola
Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pertanyaan yang berlebih-lebihan terhadap suatu hal atau keadaan. Penggunaan gaya bahasa ini memberikan kesan menyangkatkan intensitas, dan juga ekspresivitas terhadap hal dan keadaan (Pradopo, 1990 : 98).   
“Tubuhku langsung kaku. Amat berat leherku menoleh, seperti diganduli beban berkilo-kilo. Kakiku seperti diikat sejuta tali-temali saat beranjak berdiri”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:189)

“Demi membaca e-mail berdarah-darahitu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta. Ini masalah serius”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:230)


Berdasarkan kutipan di atas, penggunaan hiperbola di dalam kalimat-kalimat ini mengandung pengertian yang menyangatkan sehingga menimbulkan suasana menegangkan.

b.      Bahasa Kiasan
Menurut Keraf, bahasa kiasan adalah bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata yang telah membentuknya. (Nurgiyantoro, 2008:298)
Menurut (Pradopo, 1990:61-62), bahasa kiasan dibentuk dengan mengiaskan atau mempersamakan suatu hal dengan yang lain. Berfungsi untuk menarik perhatian, menimbulkan kesegaran hidup dan terutama menimbulkan kejelasan gambar.

1)         Simile
Menurut Nurgiyantoro (2005:298), Simile menyarankan pada adanya perbandingan yang langsung dan eksplisit, dengan mempergunakan penanda keeksplisitan seperti : seperti, bagaikan, sebagai, laksana, mirip dan sebagainya. Fungsi dari simile adalah dapat memahami dengan baik lewat konteks wacana bersangkutan.

“Tanganku meraih satu daun kecoklatan yang jatuh. Daun berbentuk hati yang kuning mongering. Seperti hatiku yang tiba-tiba kering”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:235).

Di dalam novel ini, contoh simile digunakan adalah mempersamakan daun yang sudah kering dengan sebuah hati yang tiba-tiba kering, Dari simile tersebut menimbulkan suasana yang menyedihkan dan mengharukan.

C.      Penggunaan Kata dan Bahasa Asing
Banyak ditemui bahasa atau kata-kata asing yang sering digunakan oleh Tere Liye dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Bahasa atau kata-kata asing yang ditemui tersebut berasal dari Luar negeri seperti Inggris.

“Dia menepuk pundak adikku. Dede buru-buru mengeluarkan sesuatu daari kantong plastic yang tadi dipegangnya. Apa isi kantong itu. Dede hanya menyengir, “surprise! Kak Tania gak boleh nanya-nanya !(Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:87).

Berdasrakan kutipan di atas, bahwa kata surprise menunjukkan sebuah arti kejutan. Dimana biasanya hal tersebut dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk menunjukkan kepeduliannya.


D.      Nada  Ironi atau Ironi Verbal
Nada merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap pembaca karyanya. Suasana dapat berkisar pada suasana yang religius, romantis, melankolis, menegangkan, mencekam, tragis, mengharukan, dan sebagainya.
Menurut Kenny, nada merupakan ekspresi sikap-sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan terhadap pembaca. Stile adalah sarana, sedangkan nada adalah tujuan. Salah satu kontribusi penting dari stile adalah untuk membangkitkan nada (Nurgiyantoro, 2005;284-285).
Ironi diartikan sebagai suatu pernyataan yang berlawanan dengan apa yang diharapkan. Menurut Stanton (1965:34), membagi ironi yang ada di dalam karya sastra menjadi dua macam, yaitu ironi dramatik (dramtic irony) dan nada ironis.

  1.  Ironi Dramatis
Menurut Stanton (1965:45), ironi dramatis atau sering dikenal pula sebagai ironi plot atau ironi situasi secara mendasar tergantung pada pertentangan yang sangat kontras antara penampilan dan kenyataan, antara perhatian tokoh dengan apa yang nyata-nyata terjadi. Seringkali unsur-unsur yang dikontraskan itu dihubungkan secara logis atau sebagai hubungan sebab akibat.
Dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, ironi jenis ini terdapat pada saat Tania kehilangan ibunya yang meninggal karena sakit keras. Saat itu Tania menjadi tidak semangat dan sangat  terpuruk oleh keadaan yang ada. Namun kenyataannya Tania dapat bangkit kembali dan dibuktikannya dengan ia diterima beasiswa di Singapura sampai dengan ia masuk perguruan tinggi. Serangkaian prestasi diraihnya selama ia belajar di Singapura. sampai akhirnya ia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar.

  1. Nada Ironi atau Verbal
Menurut Stanton (1965:46), nada verbal muncul ketika seseorang menyampaikan maksudnya dengan mengatakan sebaliknya. Nada ironis diucapkan oleh Thomas dalam konvensi partai pemenang.
      
“Pandai sekali menyembunyikan semua perasaan itu… tetapi mengapa? Aku mendesah parau. Menatapnya sesaat, meninta penjelasan. “apa maksudmu? Dia tergagap”. (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, 2013:243).

Berdasarkan kutipan di atas, bahwa tak selamanya perasaan itu bisa disembunyikan sedemikian lamanya. Suatu saat nanti, pasti akan terungkap kebenarannya. Karena perasaan cinta itu anugrah yang dititipkan Allah kepada manusia.
BAB IV
HUBUNGAN ANTARUNSUR  DALAM CERITA

Pada bab-bab sebelumnya, penelitian unsur-unsur novel dilakukan secara terpisah satu sama lain. Hal tersebut dilakukan untuk meneliti unsur-unsur novel secara lebih detail. Akan tetapi, penelitian unesur-unsur novel yang terpisah, harus diikuti dengan penelitian hubungan antar unsur novel, karena sesungguhnya unsur-unsur novel tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling terkait satu sama lain.
Di dalam bab IV ini, keterkaitan atau hubungan antarunsur di dalam novel Negeri Para Bedebah ini dibahas satu-persatu, yaitu hubungan tema dengan tokoh, tema dengan alur, tema dengan latar, tokoh dengan alur, tokoh dengan latar, alur dengan latar, judul dengan alur, judul dengan tokoh, dan tokoh dengan latar.

1.    Hubungan Tema dengan Tokoh dan Penokohan
Untuk menyampaikan ide atau gagasan utama, diperlukan pembawa gagasan berupa pelaku atau tokoh-tokoh cerita. Biasanya pembawa gagasan utama adalah tokoh-tokoh utama, sementara tokoh lain merupakan tokoh latar yang memperkuat penokohan tokoh utama dan gagasan yang dibawanya.
Menurut Nurgiyantoro (2005;74), tokoh-tokoh utama ditugasi menyampaikan tema yang dimaksudkan pengarang baik secara langsung maupun tidak tidak langsung, yaitu melalui tingkah laku, pikiran, perasaan dan berbagai peristiwa yang dialami tokoh.
     Tema yang terjadi pada Tania sebagai tokoh utama merupakan akibat dari perasaannya terhadap Danar. Rasa cinta yang  selama ini dirahasiakan yang membawa Tania menjadi sakit hati akibat keputusan Danar yang memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tema dalam noverl Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah Cinta yang dirahasian dan menyakitkan.


2.    Hubungan Tema dengan Alur
Tema adalah ide pokok atau gagasan utama yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan pengarang harus menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab-akibat (plot). Adanya peristiwa sebab-akibat tersebut harus mutlak, supaya cerita lebih jelas dan tema dapat ditemukan. Sebaliknya untuk menentukan tema dapat dilihat melalui konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian dari plot.
Tema novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah Cinta yang dirahasian dan menyakitkan.Untuk membawa tema ini, pengarang membuat cerita mengenai seseorang yang mempunyai sifat yang baik hati, tanggungjawab, cerdas dan pintar mempengaruhi, penyayang. Dari hal tesebut muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
Konflik di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin berawal dari Danar yang memperkenalkan teman wanitanya kepada keluarga Tania. Dan disaat itu pula Tania merasa tidak suka kepada teman wanita Danar (Kak Ratna), karena Tania merasa cemburu dengan kedekatan Danar dengan Kak Ratna. Kemudian Danar yang memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna yang membuat hati Tania teriris, sakit dan merasa sedih. Namun dikemudian hari, Tania mengetahui suatu rahasia yang benar-benar membuat Tania teringat lagi akan perasaannya kepada Danar. Bahwasanya Danar juga mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Tania.

3.    Hubungan Tema dengan Latar
Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar bersifat memberikan “aturan” permainan terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi pemilihan tema. Sebaliknya, tema yang dipilih akan menuntut latar yang sesuai yang mampu mendukung. (Nurgiyantoro, 1998:75)
Seperti disebut dalam tema novel ini, yaitu cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan, yang menimbulkan keresahan di dalam hati Tania dan Danar,  mengakibatkan munculnya perlawanan. Latar novel ini disebutkan secara eksplisit nama tempat, kota, Negara, tempat peristiwa-peristiwa berlangsung. Secara garis besar di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, latar berkisar pada tempat yaitu Jakarta, rumah Tania, Singapura. Selain latar tempat di atas, latar sosial yang berupa sikap dan perilaku, dan sebagainya juga dapat mendukung tema yang diangkat. Sementara latar waktu di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci yang juga tidak kalah pentingnya seperti latar yang lainnya.
 Jika dilihat dari kata “Rahasia” sudah tentu identik dengan usaha menyembunyikan semua perasaan cinta yang dirasakan. Latar tempat dalam  novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin yaitu Latar tempat yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1998:227). Di dalam novel Daun Yang Jayuh Tak Pernah Membenci Angin disebutkan secara eksplisit nama tempat, kota, Negara, desa tempat peristiwa-peristiwa berlangsung. Secara garis besar di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, latar berkisar pada tempat yaitu Jakarta, rumah Tania, toko buku dan Singapura. Didasari oleh latar tempat dan sosial yang melingkupi mereka, latar yang ada membentuk mereka menjadi orang-orang yang sederhana dengan sikap, pemikiran, dan keinginan yang sederhana pula. Pada saat perubahan yang melanda mereka dirasa terlalu kompleks melanggar ajaran dan tradisi yang sudah mengakar jauh dalam kehidupan. Jadi, walaupun sudah berusaha, akhirnya latar yang melatarbelakanginya dapat menerima perubahan menuju pencerahan.


4.     Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Alur
Tokoh-tokoh di dalam sebuah cerita memerlukan alur, saat, dan keadaan sosial plot atau alur mereka melakukan atau melakukan sesuatu. alur, saat, dan keadaan tersebut berpengaruh pula terhadap tokoh dan penokohan.
          Tokoh-tokoh di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah mempunyai sifat berani, tanggungjawab, cerdas dan pintar mempengaruhi, keras kepala, dermawan, dan lain sebagainya. Dari hal tesebut muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Konflik di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin  berawal dari Danar yang memperkenalkan teman wanitanya kepada keluarga Tania. Dan disaat itu pula Tania merasa tidak suka kepada teman wanita Danar (Kak Ratna), karena Tania merasa cemburu dengan kedekatan Danar dengan Kak Ratna. Kemudian Danar yang memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna yang membuat hati Tania teriris, sakit dan merasa sedih. Namun dikemudian hari, Tania mengetahui suatu rahasia yang benar-benar membuat Tania teringat lagi akan perasaannya kepada Danar. Bahwasanya Danar juga mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Tania. Yang membuat tokoh utama harus kembali mengingat masa lalunya yang kelam.

5.    Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Latar
Tokoh-tokoh di dalam sebuah cerita memerlukan ruang, saat, dan keadaan sosial tempat mereka melakukan atau melakukan sesuatu. Ruang, saat, dan keadaan tersebut berpengaruh pula terhadap tokoh dan penokohan.
Tokoh-tokoh di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah masyarakat kota yaitu tepatnya di ibukota Jakarta.  Selain itu pola pikir para tokoh juga sederhana namun dengan tetap menjunjung bahasa-bahasa yang intelek. Tania sejak kecil sudah memiliki kecerdasan yang tinggi dibandingkan anak-anak seusianya, terbukti saat kejadian masa lalu yang menyangkut kehidupannya yang kelam kemudian bertemu dengan Danar dan dijanjikan masa depan yang lebih baik, Tania mampu bangkit kembali sampai akhirnya dia sukses.

6.    Hubungan Alur dengan Latar
Plot merupakan peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita, sedangkan latar adalah tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi tokoh melakukan dan dikenai kejadian.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita  yang berlatar belakang orang kota tepatnya di Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut.
Berawal dari kegiatan mengamen yang dilakukan oleh Tania dan Dede. Kemudian mereka bertemu dengan Danar. Mulai dari situlah kehidupan mereka berubah. Tania kini bisa sekolah lagi sampai akhirnya dia mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Singapura. serentetan prestasi dia dapatkan saat bersekolah di Singapura sampai akhirnya dia lulus dan bekerja di salah satu perusahan terkenal di Singapura.

7.    Hubungan Judul dengan Alur
Judul merupakan nama yang diberikan untuk suatu cerita. Yang dapat dimaknai isinya secara eksplisit maupun implisit. Dalam judul, mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita, sedangkan alur adalah alur atau plot jalannya cerita.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita  yang berlatar belakang orang kota tepatnya di Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut. Dan alur flashback yang selalu kembali mengingat masa lalunya. Hubungan judul dengan alur yang sangat erat, karena isinya sesuai dengan apa yang ada pada gambaran awal Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, dimana saat Tania berada disebuh toko buku. Disitulah dia mulai mengenang semua masa lalunya, mengingat kembali untuk pertama kali ia merasakan janji kehidupan yang lebih baik lagi.


8.    Hubungan Judul dengan Tokoh
Judul merupakan nama yang diberikan untuk suatu cerita. Yang dapat dimaknai isinya secara eksplisit maupun implisit. Dalam judul, mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita, sedangkan tokoh adalah tokoh utama dalam kejadian yang ada dalam cerita.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita  yang berlatar belakang orang kota tepatnya di Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut. Dengan tokoh utama Tania, dan tokoh tambahan lain seperti Danar, Dede, Ibu, Kak Ratna dan seterusnya. Kehidupan tokoh yang saling berhubungan dan selalu ada timbal balik yang mengakibatkan konflik-konflik berkepanjangan selalu mnucul dalam cerita ini. Dengan judul yang berfokus pada sebuah perasaan yang pelik mengakibatkan cerita ini penuh intrik dan konspiran.

9.     Hubungan Judul dengan Latar
Judul merupakan nama yang diberikan untuk suatu cerita. Yang dapat dimaknai isinya secara eksplisit maupun implisit. Dalam judul, mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita, sedangkan latar adalah tempat yang terdapat dalam cerita.
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita  yang berlatar belakang orang kota tepatnya di Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut. Dengan latar tempat di Jakarta, rumah Tania, toko buku dan Singapura. Dimana kejadian-kejadian terjadi di tempat itu. Konflik yang dimulai dari Jakarta saat pertama kali Tania bertemu dengan Danar kemudian disebuah toko buku dimana ia untuk pertama kali merasakan janji kehidupan masa depan yang lebih baik. Dan Tania yang mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Singapura.





























BAB V
KESIMPULAN

Penelitian yang berjudul Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin  Karya Tere Liye: Analisis Tema, Fakta Cerita, dan Sarana sastra ini membahas keseluruhan struktur novel, yaitu tema, fakta cerita yang terdiri dari plot, tokoh dan penokohan, dan latar, dan sarana sastra yang meliputi pusat pengisahan, gaya bahasa dan nada, dan ironi.
Pembahasan mengenai tema memunculkan masalah-masalah yang dihadapi Tania, seperti masalah perekonomian, keterpurukan, dan  asmara. Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tema novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan.
Plot novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah flashback. Plot flashback digambarkan dengan dimulainya tahap Situation (pengarang mulai melukiskan keadaan), kemudian dilanjutkan dengan tahap Generating circumstances (peristiwa-peristiwa yang berpaut mulai bergerak). Selanjutnya diteruskan tahap Rising action (keadaan mulai memuncak), dirangkai dengan tahap Climax (peristiwa mencapai puncaknya), dan diakhiri dengan tahap Denoument (pemecahan permasalahan. Untuk membuat cerita menarik, pengarang menggunakan teknik konflik Conflict, backtracking atau flashback, suspense, dan Deus Ex Machine.
Adapun melalui analisis tokoh dan penokohan dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, tokoh-tokoh di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angim sebagaian besar mempunyai nama, seperti Tania, Danar, Kak Ratna, diberi peran yang lebih penting dibandingkan dengan tokoh-tokoh  lainnya, seperti Ibu, Dede, Anne, Jhony Chan,
Kedua, tokoh protagonis di dalam novel ini adalah Tania, sedangkan tokoh antagonisnya diantaranya Dede, Ibu, Anne.
Ketiga, tokoh Tania dapat disebut tokoh berwatak bulat (round character), sedangkan tokoh Ibu, Anne, Jhony Chan dan tokoh tambahan lainnya dimasukkan ke dalam kategori tokoh berwatak datar atau sederhana (flat or sample character).
Keempat, untuk melukiskan tokoh, pengarang menggunakan berbagai teknik yang pada dasarnya dapat digolongkan pada dua macam, yaitu teknik ekspositori analisis langsung (direct author analysis) dan teknik dramatik yang meliputi teknik pelukisan pikiran dan perasaan (portrayal of thought stream or of conscious thought), reaksi tokoh terhadap lingkungan (reaction to event), pelukisan lingkungan (discussion of environment), cakapan (conversation), dan reaksi tokoh lain (reaction of other to characters), dan teknik pelukisan tersebut digunakan secara bergantian di dalam novel ini.
Selanjutnya, melalui analisis latar dapat disimpulkan bahwa latar tempat yang dominan di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah Jakarta.
Adapun latar waktu yang digunakan, selain latar waktu parsial tidak dapat dipastikan, tetapi diperkirakan sekitar 2011-2012. Dibandingkan dengan kedua latar sebelumnya, latar sosial merupakan latar yang menonjol di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Mmebenci Angin. Di dalam latar ini, digambarkan mengenai masyarakat ibu kota Jakarta.
Di dalam sarana sastra yang meneliti pusat pengisahan (point of view) disimpulkan bahwa sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini adalah metode naratif dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama, dengan mengombinasikan metode dramatik-ironik dengan metode objektif. Pengombinasian ini mengakibatkan pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa, sikap, pikiran, dan perasaan tokoh, tetapi pengarang tidak mengomentari hal tersebut.
Gaya bahasa merupakan salah satu unsur yang menonjol di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Penggunaan bahasa retoris, seperti hiperbola dan bahasa kiasan seperti simile ditemukan untuk menyampaikan cerita. Di antara berbagai gaya pengarang juga menggunakan bahasa asing yang berasal dari Inggris. Selain itu, pengarang juga menggunakan nada bahasa yang besifat ironis dengan mengatakan sebaliknya dari apa yang dimaksud.
Adapun pembahasan mengenai ironi, dapat disimpulkan bahwa novel ini mengandung ironi, baik yang bersifat ironi dramatis maupun nada ironi verbal. Pada ironis dramatis ditemukan seorang ahli keuangan professional yang terombang ambing di tengah laut.
 Di dalam pembahasan mengenai hubungan antarunsur yang terdapat di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin disimpulkan sebagai berikut. Pertama, hubungan antara tema dengan tokoh dapat disimpulkan bahwa tema “Tema yang terjadi pada Tania sebagai tokoh utama merupakan akibat dari perasaannya terhadap Danar. Rasa cinta yang  selama ini dirahasiakan yang membawa Tania menjadi sakit hati akibat keputusan Danar yang memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tema dalam noverl Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah Cinta yang dirahasian dan menyakitkan.
Hubungan tema dengan alur, bahwa Tema novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah cinta uang dirahasiakan dan menyakitkan. Untuk membawa tema ini, pengarang membuat cerita mengenai seseorang yang mempunyai sifat berani, tanggungjawab, cerdas dan pintar mempengaruhi. Dari hal tesebut muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Konflik di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin  berawal dari Danar yang memperkenalkan teman wanitanya kepada keluarga Tania. Dan disaat itu pula Tania merasa tidak suka kepada teman wanita Danar (Kak Ratna), karena Tania merasa cemburu dengan kedekatan Danar dengan Kak Ratna. Kemudian Danar yang memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna yang membuat hati Tania teriris, sakit dan merasa sedih. Namun dikemudian hari, Tania mengetahui suatu rahasia yang benar-benar membuat Tania teringat lagi akan perasaannya kepada Danar. Bahwasanya Danar juga mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Tania. Yang membuat tokoh utama harus kembali mengingat masa lalunya yang kelam.
.
Hubungan tema dengan latar, Jika dilihat dari kata “rahasia” sudah tentu identik dengan usaha untuk menyembunyikan sebuah perasaan. Secara garis besar di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, latar berkisar pada tempat yaitu Jakarta, toko buku, rumah Tania dan Singapura. Didasari oleh latar tempat dan sosial yang melingkupi mereka, latar yang ada membentuk mereka menjadi orang-orang yang sederhana dengan sikap, pemikiran, dan keinginan yang sederhana pula.
Hubungan tokoh dengan alur, tokoh-tokoh di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah mempunyai sifat berani, tanggungjawab, cerdas dan pintar mempengaruhi, keras, kejam, dan lain sebagainya. Dari hal tesebut muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Konflik di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin  berawal dari Danar yang memperkenalkan teman wanitanya kepada keluarga Tania. Dan disaat itu pula Tania merasa tidak suka kepada teman wanita Danar (Kak Ratna), karena Tania merasa cemburu dengan kedekatan Danar dengan Kak Ratna. Kemudian Danar yang memutuskan untuk menikah dengan Kak Ratna yang membuat hati Tania teriris, sakit dan merasa sedih. Namun dikemudian hari, Tania mengetahui suatu rahasia yang benar-benar membuat Tania teringat lagi akan perasaannya kepada Danar. Bahwasanya Danar juga mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Tania. Yang membuat tokoh utama harus kembali mengingat masa lalunya yang kelam.
Adapun hubungan tokoh dengan latar, tokoh-tokoh di dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin  adalah masyarakat ibukota Jakarta. Selain itu pola pikir para tokoh juga sederhana namun dengan tetap menjunjung bahasa-bahasa yang intelek. Tania sejak kecil sudah memiliki kecerdasan yang tinggi dibandingkan anak-anak seusianya, terbukti saat kejadian masa lalu kehidupannya yang kelam. kemudian bertemu dengan Danar dan dijanjikan masa depan yang lebih baik, Tania mampu bangkit kembali sampai akhirnya dia sukses.
Hubungan alur dengan latar, Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita  yang berlatar belakang orang ibukota Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut dengan latar di Jakarta.
Hubungan judul dengan alur, Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita  yang berlatar belakang orang ibukota jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut. Dan alur flashback yang selalu kembali mengingat masa lalunya. Hubungan judul dengan alur yang sangat erat, karena isinya sesuai dengan apa yang ada pada gambaran awal Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin,  dimana saat Tania berada disebuh toko buku. Disitulah dia mulai mengenang semua masa lalunya, mengingat kembali untuk pertama kali ia merasakan janji kehidupan yang lebih baik lagi.
 Hubungan judul dengan tokoh, Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita  yang berlatar belakang orang ibukota Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut. Dengan tokoh utama Tania, dan tokoh tambahan lain seperti Danar, Kak Ratna, Dede dan seterusnya. Kehidupan tokoh yang saling berhubungan dan selalu ada timbale balik yang mengakibatkan konflik-konflik berkepanjangan selalu mnucul dalam cerita ini. Dengan judul yang berfokus pada percintaan yang pelik yang mengakibatkan cerita ini penuh intrik dan konspiran.
Terakhir adalah hubungan judul dengan latar, Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin seperti yang sudah disebutkan sebelumnya menampilkan cerita  yang berlatar belakang orang ibukota Jakarta. Didalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan sampai pada adat istiadat yang dianut. Dengan latar tempat di Jakarta, toko buku, rumah Tania, Singapura. Dimana kejadian-kejadian terjadi di tempat itu. Konflik yang dimulai dari Jakarta saat pertama kali Tania bertemu dengan Danar kemudian disebuah toko buku dimana ia untuk pertama kali merasakan janji kehidupan masa depan yang lebih baik. Dan Tania yang mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Singapura.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin memiliki hubungan yang erat antara berbagai unsur dalam cerita sehingga membuat novel selain enak dibaca, bermutu, dan memiliki nilai sastra yang agung.

















DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Altenbernd, Lynn and Leslie L. Lewis. 1996. A Handbook for the Study of Fiction. London: The Macmillan Company.

Basral, Akmal Nasery. 2010. Sang Pencerah. Jakarta : PT. Mizan Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Forster, E.M. 1970. Aspect of the Novel. Harmondswort: Penguin Book.

Jones, Edward. 1968. Outlines of Literature: Short Stories, Novels, and Poems. New York: The Macmillan Company.

Kenny, William. 1966. How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press.

Keraf, Gorys. 1990. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT.Gramedia.

Lubis, Mochtar. 1978. Teknik Mengarang. Jakarta: Balai Pustaka.

Luxemburg, Jan van, dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Diterjemahkan oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Panuti-Sudjiman. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1990. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Stanton, Robert. 1965. An Introduction to Fiction. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Theo, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

---------. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Welleck, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesastraan. Diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia


Post a Comment for "Analisis Unsur Struktur Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye"