SINOPSIS NOVEL PESANTREN IMPIAN KARYA ASMA NADIA
Bagian-bagian Buku
1 Kematian
Pada bab ini menceritakan tentang seseorang gadis
berambut panjang yang memandang sekelilingnya dengan wajah pucat karena
dihadapannya ada seorang laki-laki yang tergeletak sudah tidak bernyawa,
kejadian tersebut di Medan, Tiara Hotel.
Di RS Darmo, Surabaya,
Rini menyesal
telah mencoreng nama baik keluarganya. Di Bintaro,
Jakarta. Sissy yang baru berusia belasan tahun sudah memakai obat-obatan
terlarang, kemudian Sissy bertemu dengan Inong. Kemudiandi Pulau Lhok Jeumpa
Aceh terdapat sebuah pesantren yang di
kenala dengan sebutan PI atau Pesantren Impian.
2.
Teungku Budiman
Pada bab ini menceritakan PULAU LHOK JEUMPA yang selalu menimbulkan kerinduan khususnya bagi
pengunjung. Angin pantai, hijau daun, serta nikmat dan harum kopinya tak
ubahnya Meulaboh. Juga keberadaan Pesantren Impian dan keterpencilannya yang
membedakan. Pulau itu di huni masyarakat islam yang taat, bahkan diantaranya
ulama. Cukup banyak yang mengkaitkan para ulama sepuh di pulau Jeumpa sebagai
keturunan Tengku Di Buket dan Tengku Chik Mayet, keduanya putra Tengku Chik Di
Tiro, yang gugur di tahun 1909. Masyarakat tersebut hidup damai., tidak
mengalami kengerian akibat kebijakan pemerintah yang sempat menjadikan Aceh
sebagai Daerah Operasi Militer sepuluh tahun, dan tidak ada kasus penganiayaan
hingga korban pingsan, kepala bocor muka remuk, dan engsel paha lepas. Juga
tidak ada warga sipil yang tewas diberondong peluru atau kuburan missal di Lhok
Jeumpa. Tak lama setelahnya, Pesantren Impian dibangun, masyarakat semakin
gembira, karena kini pendidikan anak-anak semakin terjamin. Para santri putri
sudah saling mengenal selain Rini, Inong, dan Sissy, ada Tanti dari bali, Ipung
dari Semarang, Sri dari Jogja, Butet dan Eni dari Medan. Ada Santi dan Sinta, si
kembar dari Bandung, Ita dari Lmpung, Yanti dari Padang, Evi dari Kalimantan,
serta Iin dan Ina dari Bengkulu. Mereka juga sudah berkenalan dengan para
santri putera. Dan menurut Sissy semuanya terlihat kalem dan tak banyak bicara.
3 Masa Lalu
Kelahiran Umar disambut dengan gembira oleh ayahnya. Kehadiran
anak laki-laki adalah yang dinantikan oleh ayahnya. Kemudian ayahnya member
nama Umar karena kekagumannya kepada
pahlawan Aceh. PI, begitulah anak-anak menyebut pesantren mereka sekarang.
Disini mereka belajar lebih dalam tentang islam, belajar mengaji Qur’an dengan
tajwid yang benar, para santri juga mendapat pelajaran memasak, keterampilan,
bahasa Arab dan Inggris, bahkan kelas computer. Setiap hari Senin dan Kamis,
semua dijadwalkan berpuasa sunah. Sholat lima waktu yang biasa sering
diabaikan, di PI dilakukan dengan tertib dan berjamaah. Atas inisiatif Teungku
Budiman, perumahan bagi pengajar dan pengurus pesantren yang semula pisah-pisah
tak teratur, sejak lima tahun lalu telah dibangun terpusat.
4. Teriakan Tengah Malam
Pada bab ini menceritakan ustadz Agam dan istrinya
mendengar suara jeritan yang berasal dari kamar 08, yakni kamar milik Sinta dan
Santi. Mendengar jeritan tersebut, Uatadz Agam mengetuk pintu kamar Santi dan
Sinta. Setelah tidak ada jawaban kemudian Ustadz Agam mendobrak pintunya. Tepat
akhirnya Cut Ana muncul, Ina menyelesaikan kerjanya. Sinta terjongkok lemas
dengan wajah basah karena air mata. Di depannya, Santi berdiri dengan pisau
terbunus kearah saudara kembarnya. Paras dan penampilannya pun acak-acakan.
Matanya nerah sayup. Peluh bercucuran membasahi baju tidurnya dan tangan yang gemetar. Mendadak kesetanan,
gadis itu melompat dengan pisau terarah siap menikam Sinta. Ustadz Agam meraih
sebutir pil kecil yang tergeletak di meja belajar. Kemudian Sinta bilang kepada
Ustadz Agam bahwa santi memang habis neken, alias menenggak pil ecstasy. Ustadz
Agam meraih ponsel dan menghubungi Dokter Aulia untuk menyiapkan klinik. Sampai
subuh, tak satupun gadis penghuni santren mampu memejamkan mata. Mereka
memikirkan Santi dan Sinta yang untuk beberapa lama akan dirawat di klinik,
hingga hilang ketergantungannya. Ketika waktu sholat tiba, semua menjalankan
dengan lebih hening. Selesai sholat dan tilawah brrsama Cut Ana, para santri
tetap tinggal dimasjid untu mendengarkan dialog dari Dokter Aulia yang
berkaitan dengan bahaya narkoba.
5 Merajut Mimpi
Pulau
Lhok Jeumpa, 2003
Pada bab ini menceritakan tentang Teuku Budiman membangun Pesantren Impian untuk memberikan
ketenangan dan kedamaian bagi penghuni Pesantren Impian. Teuku Budiman justru
merasa tidak rugi, membangun Pesantren Impian itu sebagai investasi akhirat
jangka panjang. Kemudian diceritakan pula Eni yang mencurigai Butet sebagai
tersangka pembunuhan seorang laki-laki di Tiara Hotel.
6 Cermin Tipu Daya
Pada bab ini menceritakan tentang peristiwa
pemerkosaan yang dialami Rini. Kejadian pada malam itu telah meninggalkan
goresan yang panjang kepedihan yang tidak mungkin dalam ingatan Rini. Hidup
Rini tak lagi tenteram sejak peristiwa pemerkosaan itu, bahkan peristiwa
kecelakaan yang hampir menewaskan dirinya.
Solo,
Empat Bulan Sebelumnya
Keluarga Rini mengajak Rini pergi kesuatu tempat.
Mereka pergi berlima, Bapak, Ibu, Teguh, Paklik, dan Rini. Semula Rini menolak
ajakan mereka ke Tawangmangu, tapi semua mendesak. Usaha Rini untuk menolak
dengan berbagai alasan, ternyata tidak berhasil. Seperti biasa Rini dan Teguh
tak bosan menghitung jumlah tangga batu yang telah mereka lewati setiap kesana.
Entah bagaimana, mendadak Rini kehilangan keseimbangan dan tergelincir. Paklik
berusaha menangkapnya, tapi dia pun nyaris terjatuh. Beruntung Mas Bgus cepat
menyelamatkan Rini. Peristiwa yang bisa berakibat fatal itu berlalu begitu saja. Semua bersyukur Rini
selamat. Rini memeriksakan kandungannya ke dokter, dan kalimat dokter yang
menyatakan bahwa kandungan Rini baik-baik saja membuat Rini seketika terdiam.
Dalam hati, tersirat sebersit kekecewaan. Dia ingin mendapatkan kabar kalau jabang
bayinya tidak sehat bahkan cacat, hingga bisa dikuret. Tapi Gusti Allah
berkehendak lain. Bayi yang dikandung Rini ternyata sehat-sehat saja. Beberapa
kecelakaan lain sering terjadi. Rini terjatuh di kamar mandi, rem mobilnya
blong, dan baru berhentik ketika menabrak sebuah pohon. Lalu Mas Bagus yang
kebetulan lewat membawanya pulang ke rumah. Saking seringnya musibah yang
menimpa Rini, Ibu pun mengadakan selamatan. Kemudian Rini dimandikan dengan air
bunga tujuh rupa, agar sialnya hilang.
7 Menapak Kegelapan
Pada bab ini menceritakan tentang teman-teman Rini
yakni Sissy, Sri dan Tanti menatap simpati saat mendengar cerita Rini. Dan
penyesalan teman-teman telah berpikiran buruk tentang kehamilan Rini. Dan
mereka berpikir pasti sulit bagi Rini untuk menaggung semuanya sendiri. Satu
persatu dari mereka memeluk dan menepuk-nepuk pundak Rini. Memberikan dukungan.
Keberanian Rini menceritakan masalahnya patut diacungkan jempol. Apalagi ketika
akhirnya dia tak lagi menolak, dan dengan berani menanggung kehamilan yang sama
sekali tidak dikehendaki. Kemudian teman-teman Rini menduga bahwa orang dalam
lah yang telah memerkosa Rini. Dan bukti yang memerkosa Rini adalah Mas Bagus
anak dari Mbok Surti.
8
Fitnah
Pada bab ini menceritakan sejak penuturan Rini tempo
hari tentang kejadian yang menimpanya, seisi pesantren terus mereka-reka.
Teman-teman Rini kemudian menebak, ada yang yakin ayah tiri Rini lah pelakunya.
Beberapa justru meyakini lelaki jahat itu ialah Om Rini yang rada feminim. Ada
juga yang menuding Bagus sebagai pelaku pemerkosaan. Tiba-tiba saja Rini
menelungkupkan wajah ke sajadah yang masih terhampar. Rini tak percaya bahwa
Mas Bagus, laki-laki yang ia hormati, dikagumi, dan dipujinya habis, ternyata
serigala jahat yang menodainya. Rini masih diam perasaannya kalut dan sedih.
Tapi ia menyadari ini kenyataan yang harus diterima. Dengan adanya kejadian
itu, Ibu Rini kemudian mengusir Mas Bagus dan Mbok Surti.
9 Jejak Penuh Liku
Pada bab ini menceritakan selepas subuh, mereka,
kecuali Rini, berkumpul di lantai tiga, ruang olahraga. Mereka tidak menyangka
bahwa Mas Bagus kelihatan orang yang baik. Bukti botol kecil berisi cairan di
kamar Mas Bagus yang di temukan oleh Ibu Rini, yang setelah diperiksa ternyata
memiliki kandungan yang sama dengan yang ada di gelas Rini. Sejenis obat tidur
yang dituangkan kedalam minuman Rini. Kemudian mereka yang asyik membahas Rini,
tiba-tiba pergi untuk memilih baju mana yang akan dipakai untuk bertemu dengan
Teungku Budiaman, orang yang selama ini di nantikan oleh anak pesantren.
Jakarta, Delapan Bulan
Sebelumnya
Si Gadis menatap bayangan di cermin. Tersenyum puas.
Tidak sia-sia penderitaan yang dilaluinya selama mengikuti Tante Voni. Sebagai
asisten di salon merangkap kacung di rumah besar tante galak itu, hidupnya
tidak mudah. Tapi ia gadis yang kuat. Keinginan untuk belajar dan menimba ilmu
sebanyak mungkin dari Tante membuatnya sanggup menerima hinaan apa pun.
Usahanya kini membuahkan hasil yang bagus. Selama tiga tahun belajar pada Tante Voni, kemahirannya nyaris menyaingi
Tante Voni. Setelah itu, malah Tante Voni yang mengemis-ngemis agar ia tidak
meninggalkan salon. Sejak remaja si Gadis memang sudah menyadari bahwa
penampilannya biasa-biasa saja. Ia tidak memiliki kecantikan yang membuat kaum
hawa merasa tertarik pada dirinya. Kebutuhan anak-anak asuhnya memang besar dan
membuatnya sering berbuat nekat. Tapi ia bukan pelacur. Biasanya si Gadis hanya
menunggu di bar atau diskotik, sampai ada lelaki hidung belang yang tertarik
kepadanya dan mengajak dansa atau menginap. Seperti yang sudah-sudah. Setelah
sampai di hotel, si Gadis akan cepat-cepat menuang minuman dan mencampurkan
dengan obat tidur. Tidak menunggu lama, setelah korbannya pulas, si Gadis
dengan leluasa mengambil barang berharga milik korban, dan melenggang keluar.
Sebulan setelah itu, si Gadis mulai beroperasi di Medan. Di sanalah kejadian
buruk yang tak diharapkan terjadi. Ia membunuh orang.
10 Jalan Tak Berujung
Pada bab ini menceritakan Umar yang meminjam dokumen
Si Gadis penghuni Pesantren Impian atas izin Ustadzah Hanum. Kemudian Umar
simpati kepada perjuangan Si Gadis dalam file terakhirnya. Umar pun tertarik
akan Si Gadis, karena mereka berdua memiliki kesamaan. Selama enam bulan Umar
depresi atas rasa bersalahnya kepada keluarganya. Umar mencoba bunuh diri yakni
menuju api yang menyala. Kemudian Teungku Hasan menyelamatkannya dan bersama
Teungku Hasan, dirinya kini merasa berbeda.
11. Perangkap
Pada bab ini menceritakan Rini yang
memandang lurus keindahan dan menenangkan diri atas kekecewaan, kesedihan dan
kemarahan yang belum sirna di hatinya. Kata-kata ibu yang selalu ada dalam
pikirannya, bahwa Mas Bagus yang Rini banggakan ternyata penghinat untuk keluarganya.
Setelah itu Rini bertemu inong, kemudian inong meyakinkan Rini untuk melakukan
sarannnya untuk berteriak supaya lebih lega. Eni lalu memebuat perangkap yaitu
membahas soal pembunuhan di Tiara Hotel kepada teman-temannya. Kemudian para
santrin pun khawatir jika sesuatu terjadi pada dirinya.
12 Perburuan
Pada bab ini menceritakan Yanti meniru gaya Rini
supaya terlihat seperti orang yang sedang hamil. Yanti akan seperti orang hamil
sampai Rini melahirkan nanti. Kemudian diceritakan pula seorang laki-laki yang
mencari Pesantren Impian yang terletak di Pulau Lhok Jeumpa. Lalu laki-laki itu
bertemu dengan si bos yang dendan berat pada bekas anak buah yang kabur
melarikan barang dalam jumlah besar. Seminngu lamanya mereka memasang mata,
mengamati dengan cermat orang-orang yang keluar masuk pelabuhan. Pada saat Cut
ana melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an tiba-tiba Rini berteriak karena
perutnya kesakitan. Cut ana pun memberhentikan hafalannya tersebut dan segera
membawa Rini ke klinik besama Ustadzah Hanum dan Yanti. Pada saat hendah pulang di jalan Yanti di cegat oleh
seseorang yang tak ia kenal.
13. Teror
Pada bab ini menceritakan terbunuhnya Yanti yang
menjadi pukulan terberat bagi para Pesantren. Bantalan percak yang di pakai
Yanti di temukan Sissy sudah kotor dan sebagian robek. Inong, Ina, Eni dan
Sissy baru sadar, terakhir kali melihat Yanti saat akan mengantarkan Rini ke
Klinik bersama Cut Ana dan Ustadzah Hanum. Kemudian Ustadz Agam menggerakkan
semua anak pesantren putra untuk mencari keberadaan Yanti. Pukul tiga sore
akhirnya jenazah Ysnti ditemukan. Beberapa santriwati memandikan jenazah Yanti
dan Uastadz Agam memimpin sholat jenazah di masjid. Penjagaan di Pesantren pun
sekarang terlihat ketat, karena semua kunci hilang saat dititipkan pada Yanti.
14. Sandiwara
Pada bab menceritakan ketidak percaayaan Umar mendengar
Yanti telah meninggal. Dan yang membuatnya kaget karena Yanti meninggal karena
dibunuh. Umar pun tidak percaya bahwa Si Gadis lh yang membunuh Yanti. Menurut
Umar Gadis itu telah berubah tak seperti dulu lagi. Umar pun meminta paqda
Teungku untuk merahasiakan kejadian ini dalam pers. Semua itu agar tidak
membuat masyarakat panik dan merasa tidak aman. Umar memutuskaan untuk
meningkatkan keamanan di Pesantren sebanyak dua puluh relawan untuk bertugas di
luar. Pengumuman bahwa Rini sudah boleh pulang membuat santriwati merasa
senang. Karena selama tak ada Rini serasa sepi, apalagi setelah Yanti
meninggal. Para santriwati nyiapkan jawaban apabila Rini menanyakan soal Yanti.
Pukul setengah dua pagi, Eni terbangun dari tempat tidurnya dan keluar kamar
tanpa suara. Eni kemudian mendengar suara langkah dan bayangan yang kemudian
hilang di balik pintu gerbang.
15 Sahabat Sejati
Pada bab ini menceritakan
tentang kedatangan Rini ke Pesantren disambut dengan senang hati oleh penghuni
Pesantren. Inong dan kawan-kawan menyiapkan kejutan untuk menyaambut kedatangan
Rini, dengan menghias kamar sang calon ibu. Kemudian Ummu Shalihat juga
menyiapkan menu khusus seperti pesta besar untuk menyambut kedatangan Rini.
Namun suasana menjadi sunyi saat Rini menanyakan Yanti. Para santri pun
berpura-pura bahkan tak menghiraukan apa yang dikatakan Rini. Kemudian
teman-teman Rini mengajak untuk melihat Yanti setelah sholat Ashar, kemudian
Ustadzah Hanum memberikan kultum singkat tentang kematian. Kultum yang
diberikan Ustadzah Hanum pun menyentuh di hati para santri. Para santri pun
akhirnya bercerita kepada Rini tentang kejadian yang menimpa Yanti, hingga
akhirnya Yanti meninggal dunia. Rini yang masih diselimuti rasa sedih, kemudian
kaget melihat kamarnya yang dihias oleh teman-temannya. Berawal dari kehamilan
yang tak diharapkan, justru Rini mendapat sahat sejati di Pesantren Impian.
\16 Teror Berlanjut
Pada bab ini menceritakan Teungku Budiman dan Umar
mengawasi penggantian kunci-kunci semua ruangan Pesantren. Kemudian Teungku
Budiman, Umar dan dua puluh relawan mendengarkan Ustadz Agam menceritakan
peristiwa soal kematian Yanti. Butet yang mulai terserang kantuk, sehingga
telinganya tak mendengar dengan jelas suara kunci yang diputar dua kali dan
ketika pintu yang dibuka hati-hati berbunyi. Kemudian satu bayangan menyelinap
masuk. Butet baru terjaga ketika satu tangan satu tangan kuat membekap dan
menyumpal mulutnya, lalu dengan cepat mengikat kaki dan tangannya. Kemudian
seseorang lain berusaha menyeretnya keluar. Dua lelaki membopongnya keluar
menuruni tangga. Dalam keadaan gelap, Butet tak dapat mengenali sosok-sosok
memakai topeng yang membawanya keluar. Kemudian Eni muncul dan berteriak, dan
menit berikutnya penyusup mengeluarkan pisau dari saku celana kemudian
mengayukan pisau tersebut ke tubuh Butet.
17 Dilema
Pada bab ini menceritakan tentang peristiwa penyekapan
Butet, yang pada akhirnya diketahui oleh Eni. Mereka berdua akhirnya selamat
dari seseorang yang hendak mencelakainya. Seisi Pesantren pun melihat Butet dan
eni duduk lemas di dekat gerbang. Target pembunuh berikutnya adalah menjadika
Butet sebagai target berikutnya untuk dibunuh. Kemudian di ceritakan pula Rini
yang tak senang melihat Mas Bagus ada di Pesantren, dan menolak Mas Bagus yang
akan menemui dirinya. Menurut Butet ini adalah teka-teki ini semakin menarik.
Dan Butet juga berfikir bahwa seseorang yang menjadi pelaku kejahatan, tak
mungkin mendekati korban. Maka dari itulah Butet tidak percaya bahwa Mas Bagus
yang telah memperkosa Rini.
18 Teka-teki Mulai
Terbuka
Pada bab ini menceritakan tentang empat lelaki
termasuk dua orang yang gagal menculik Butet. Kemudian salah satu diantara
mereka yang di juluki Si Bencong, dengan santai melambaikan tangannya kepada
temannya yang pergi meninggalkannya. Di sinilah Si Bencong akan melihat-lihat
perkebunan. Si Gadis yang duduk di taman depan masjid, sibuk memikirkan
kejadian yang mereka alami. Yaitu rentetan peristiwa yang terjadi di Pesantren
Impian. Dua kilogram barang terlarang yang mungkin akan cukup membantu anak
Medan itu dikejar-kejar sampai seumur hidup. Diceritakan pula Umar dan Mas
Bagus terus berharap Rini akan menemui Bagus. Harapan Bagus untuk menemui Rini
pun ditolak oleh Butet. Kemudian Bagus tak sempat berpikir saat mengetahui
alasan Rini tak mau menemuinya. Bagus selalu meyaakinkan bahwa bukan dia yang
telah memperkosa Rini. Akhirnya gadis tersebut pun percaya bahwa bukan Bagus
lah yang telah memperkosa Rini, melainkan semua itu adalah ulah Ibu Rini yang
tak mau nama baik keluarganya tercemar. Ibu bagus di beri pesangon macam-macam
oleh Ibu Rini, sampai pada akhirnya Bagus dan ibunya pergi dari rumah. Semua itu
Bagus lakukan karena ia tak mau ibunya bekerja lagi, karena faktor usia ibunya
yang sudah tua. Tapi Rini tetap saja tidak mau menemui Bagus dengan alasan
apapun. Teungku Budiman mengajaak penghuni pesantren putra dan putri melihat
perkebunan salah satu miliknya. Disinilah bagus memanggil Rini, dan pada
akhirnya Rini di bawa oleh Pakliknya.
19 Panik
Pada bab ini menceritakan teman-teman Rini dan Mas
Bagus yang mencari keberadaan Rini yang di bawa lari oleh Paklik Rini. Dan
tanpa disadari Paklik dan Rini sudah memasuki daerah hutan tropis yang cukup
lebat. Kemudian Si Gadis yang bersembunyi dibalik sebuah pohon besar, akhirnya
keluar dari pesembunyiannya setelah tahu bahwa Umar lah yang datang dan
memberitahukan bahwa Rini telah melarikan diri. Kemudian Umar yang di temani
dua seorang relawan akhirnya mencari keberaadan Rini, setelah mereka menyadari
ada dua santriwati
yang terpisah saat berada di pekebunan salah
satu milik Teungku Budiman. Si Gadis terus bersikukuh untuk tetap ikut Umar dan
Bagus mencari Rini. Bagus bertekat untuk tidak kembali sebelum Rini di temukan.
Bagus pun ingin segera memberitahu tentang Paklik Kusno pada Rini. Hutan tropis
telah Bagus lewati, sampai pada akhirnya dia berada di hamparan pasir yaitu
pantai. Lalu Bagus terus berteriak menyebut nama Rini, berharap Rini dapat
mendengarnya. Bagas pun mulai putus asa, ketika sudut matanya melihat tebing
karang yang curam yang tampak menjorok ke laut. Disitulah Bagus melihat sosok
manusia berjalatan tertatih di atas karang curam.
20 Di Ujung Kematian
Pada bab ini menceritakan tentang
ketakutan Rini yang kemudian Paklik Kusno mencoba menenangkan hati Rini. Rini
pun lega melihat Paman yang selama ini tak lihatnya dengan gagah melindungi
dirinya. Bagus pun menyusun langkah untuk menyelamatkan Rini, bahwa ia telah berlindung
pada orang yang salah. Aksi diam pun terjadi antara Paklik Kusno dan Bagus.
Diam-diam Paklik Kusno meraih pisau saku dari kantong belakang jeans. Bagus pun
berpikir panjang jika ia tetap melawan, dia khawatir Paklik Kusno akan berbuat
nekad pada Rini. Bagus pun mencoba meyakinkan Rini bahwa ia tidak mungkin
berbuat apa yang telah terjadi pada Rini. Dia juga meyakinkan bahwa emua itu
adalah fitnah. Namun Rini lebih mendengarkan apa yang di katakana oleh ibunya,
karena ibunya tidak mungkin berbohong kepada Rini. Paklik Kusno pun mencoba
meyakinkan Rini bahwa apa yang dikatakan oleh ibunya itu adalah benar, dan
menyuruh Rini untuk tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Bagus. Paklik
Kusno pun marah pada Bagus karena Bagus telah merusak rencananya membunuh Rini.
kebimbangan pun terjadi pada Rini, dan akhirnya bukan Bagus lah yang telah
memperkosa melainkan adik tiri ibunya sendiri. Kemarahan Paklik Kusno pun
menjadi-jadi saat Bagus mencoba menghalangi iat jahatnya pada Rini. Kemudian
Bagus mencoba menghindari serangan Paklik Kusno yang mengayunkan pisau ke
dirinya. Hanya berdoalah saat itu yang bisa Bagus lakukan untuk keseamatan
Rini. Lalu Umar berusaha membujuk Paklik Kusno untuk tidak berbuat macam-macam
kepada Rini. Semua itu tak dihiraukan oleh Paklik Kusno, Rini pun dilemparkan
ke karang yang curam. Kemudian Umar dan Bagus berusaha menolong Rini. Rini pun
bertahan untuk tidak lemah, dan akhirnya Rini selamat.
21 Sang Penolong
Pada bab ini menceritakan
tentang bagaimana Umar saat menolong Rini yang pada saat itu diantara hidup dan
mati. Kemudian dengan cepat Umar menemukan cara untuk mengikatkan tali pada
batu yang besar dengan simpul yang kuat.
Bagus, Si Gadis, daan seorang tenaga dari perkebunan mengerahkan tenaga
penuh, menjaga batu agar tak beranjak selama menahan beban tubuh Umar yang hati-hati menapak turun. Bagus
pun mengulurkan potongan tali kedua yang cukup panjang untuk Rini. Lalu bagus
pun menarik tubuh Rini dengan hati-hati supaya tak terjadi sesuatu yang buruk
pada kandungannya. Menjelang Ashar setelah Rini selamat, kemudian Rini di bawa
ke klinik denga mobil oleh Ustadzah Hanum dan suaminya.
22 Yang Datang dan Yang
Pergi
Pada bab ini menceritakan tentang keselamatan Rini dan
bayinya saat melahirkan. Kehadiran anak Rini menjadi kabar yang paling gembira
yang diterima oleh santriwati menjelang kepulangannya. Akhirnya pembunuhan
Yanti pun diketahui bahwa Paklik Kusno lah yang telah membunuhnya. Yaitu
ditemukan barang bukti yang salah satunya sebuah kamera digital milik Paklik
Kusno. Di dalam kamera tersebut terdapat foto-foto yang menjadi beberapa bukti
pembunhan Yanti. Eni menyesal bahwa dirinya seharusnya bisa menyelamatkan
Yanti, kalau dirinya telah dibutakan rasa ambisinya untuk mencari Gadis
pembunuh di Medan Tiara Hotel. Butet pun menasihati Eni agar tidak menyesali
yang telah tejadi. Namun Butet masih merasa takut jika mereka kembali ke
pesantren. Kemudian hari ditemukan lah jenzah di kapal yang diduga kapal
tersebut menabrak karang. Ketiga orang tersebut di duga adalah anak buah Anton.
Kemudian Ustadzah Hanum membawa dua berita yang salah satunya dalah Bayi Rini
telah meninggal.
23 Duka Tak Beranjak
Pada bab ini menceritakan sebuah surat yang di tulis
oleh Nurul. Bahwa dalam tiga hari Si Gadis tersebut tidak pulang, maka
anak-anak terancam keselamatan. Anak anak yang lebih besar merelakan makanan
yang aada untuk adik-adik yang lebih kecil, hanya minum air putih yang mereka
lakukan. Jika tak bisa ditahan mereka akan mencari makanan di tong sampah, atau
bekas makanan yang ada di tempat yang bagus. Si Gadis pun sedih memikirkan
bagaimana jika ia tidak bisa memenuhi anak anak asuh nya tersebut. Pada
akhirnya Si Gadis bersumpah akan mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik
lagi. Umar pun melakukan shalat istikharoh keyakinan untuk menikah. Suasana
pesantren menjadi hiruk pikuk, karena mereka akan segera kembali ke asalnya
masing-masing kecuali Eni dan Butet. Rini pun memaafkan semua kebohongan ibunya
kepada Rini, dan meneruskan tali silahturahmi dengan Mbok Surti dan Mas Bagus.
Kehilangan bayi menjadi pukulan bagi Rini. Setelah itu semua teman-teman Rini
kecuali Butet dan Eni pulang ke asalnya masing-masing. Kemudian Santi dan Sinta
kini sembuh dari obat-obatan terlarang. Ita yang akan bertekad mempertahankan
krudung yang dipakainya. Iping dan Sri bersedih saat menjelang pepisahan. Evi
memutuskan kembali ke Kalimantan dan meneruskan kuliah. Sissy dan Inong akan
membuka usaha kecil-kecilan.
24 Meminang Kesunyian
Pada bab ini menceritakan kesedihan
Si Gadis yang akan meninggalkan Pesantren
dan berpikirnya ia tak akan kembali lagi. Ingatannya saat membunuh
seseorang pada saat di Tiara Hotel membuatnya menyesal dan terus berpikir,
bahwa ia tidak boleh terlarut dalam kesedihan dan dia harus kuat untuk
anak-anak asuhnya. Kemudian Si Gadis bersiap-siap untuk meninggalkan Pesantren
kemudian menuju ke pelabuhan. Umar menyesal karena terlambat menemui Si Gadis
yang dicintainya untuk dijadikan istrinya. Begitu pula dengan Teungku Hasan
yang menyesal karena tidak cepat menyuruh Umar untu menemui Si Gadis yang akan
pergi meninggalkan Pesantren Impian. Saat Ustadzah menerima telepon, saat
diakhir teleponya itulah Ustadzah Hanum tersenyum dan mengatakan bahwa Si Gadis
akan kembali. Mendengar perkataan Ustadzah Hanum kemudian Umar tersenyum lega.
Pada keesokan harinya dilangsukanlah pernikahan antara Umar dan Si Gadis. Si
Gadis merasa heran kenapa Umar lelaki yang begitu sempurna malah menikahinya,
dan jelas-jelas tahu bahwa ia pernah membunuh seseorang saat di Medan Tiara
Hotel.
Struktur Plot
1.Bagian pertama
1. Gadis
berambut panjang memandang sekeliling dengan paras pucat
2. Di
hadapannya tergeletak sesosok tubuh tak bergerak
3. Beling
pecahan botol berserakan, bercampur dengan percikan darah yang melebar menodai
karpet
4. Gadis
itu berulang kali menepuk kening
5. Si
Gadis membunuh laki-laki sampai mati
6. Si
gadis meraih jaket lelaki itu, kemudian keluar kamar hotel
7. Di
RS Darmo, Surabaya. Rini membuka mata dengan pelan-pelan
8. Kepalanya
terasa berat, saat mengingat kejadian yang menimpa dirinya
9. Dengan
punggung tangan, Rini menghapus air mata yang membasahi pipi
10. Bapak
tersenyum penuh kasih, walaupun ia sebenarnya terpukul.
11. Media
di Surabaya memberitakan usaha bunuh diri Rini
12. Rini
mengangguk lemah saat ditanya oleh adiknya
13. Rini
mahasiswi terbaik, dan sekarang Rini hamil
14. Rini
tenggelam dalam arus pikirannya sendiri
15. Inong
menemukan Sissy dalam keadaan tergeletak di moil dan tak sadar karena over
dosis
16. Sissy
menawari Inong tinggal di apartemen
17. Sebuah
senja di ujung Pulau Sumatera
Matahari memantulkan
bayangan di pasir putih yang basah dijilati ombak
2.Bagian
kedua
1. Pulau
Lhok Jeumpa selalu menimbulkan kerinduan dihati yang datang
2. Perlu
waaktu dua jam untuk sampai dari pelabuhan Malahayati
3. Satu-satunya
pelabuhan di Aceh yang mengabadika Panglima Armada Angkatan Laut di abad keenam
belas
4. Laksmana
Malahayati dan pasuka Inong Balee, para janda berani yang terjun ke medan
perang
5. Banyak
yang mengaitkan para ulama sepuh di Pulau Jeumpa sebagai keturunan Teungku Di
Buket dan Teungku Chik Mayet, keduanya putra Teungku Chik Di Tiro, yang gugur
di tahun 1909
6. Masyarakat
hidup damai
7. Tidak
mengalami berbagai kengerian akibat kebijakan pemerintah yang sempat menjadikan
Aceh sebagai Daerah Operasi Militer selama sepuluh tahun
8. Tidak
ada kasus penganiayaan hingga korban pingsan, bocor, muka remuk, dan engsel
paha lepas
9. Tidak
ada waarga sipil yang tewas dierondong peluru atau kuburan missal ditemukan di
Lhok Jeumpa
10. Tidak
terjadi ratusan perempuan diperkosa oknum aparat
11. Di
Lhok Jeumpa, konflik panas antara GAM dan pemerintah pusat dulu seakan-akan tak
pernah terjadi
12. Sekitar
sebelas tahun lalu, lelaki separuh baya tak dikenal, ditemani orang
kepercayaannya, datang ke pulau dan mulai membangun berbagai fasilitas umum,,
seperti balai desa yang berbentuk Rumoh Aceh, Puskesmas, WC umum, perkebunan
kelapa sawit, dan karet, yang merekrut banyak penduduk usia produktif
13. Teungku
Budiman menawarkan keinginannya membeli seluruh tanah di pulau Jeumpa dari
penduduk asli
14. Pesantren
Impian di bangun
15. Masyarakat
senang karena pendidikan anak-anak mereka terjamin
16. Teungku
Budiman menyediakan sekolah gratis bagi penduduk gampong, setara SD smpai SMA
17. Banyak
dari mereka yang melanjutkan pendidikan ke universitas Syiah Kuala, bahkan
perguruan tinggi diluar Aceh, atas beasiswaa Pesantren Impian
18. Setelah
mandi, para pendatang putri langsung mengenakan busana muslimah yang disediakan
pesantren
19. Banyak
diantara mereka yang biasanya berpakaian minim, tertawa geli melihat pakaiannya
sendiri, juga rekan lain
20. Penjelasan
ustadz Agam disambut kecewa para santri
21. Ustadz
Agam langsung berdiri untuk adzan
22. Usai
Sholat mereka menuju ke ruang makan
23. Ummu
Shalihat menghidangkan gulai Aceh, timpan, masak udang cumi, dan makanan khas
lain, kemudian disambut keganasan para santri yang lapar
3.
Bagian ketiga
1. Umar
menatap Teungku Hasan dengan penuh hormat
2. Umar
menawarkan air minum, ketika Teungku Hasan batuk
3. Aceh,
1979. Kelahiraan umar disambut gembira
4. Akikahan
diadakan secara besar-besaran
5. Ayah
memilih dua ekor kambing terbaik untuk disembelih, sebagai ungkapan sykur
6. Ayah
menamainya umar, karena kekagumannya yang besar terhadap pahlawan aceh yang
melegenda
7. Tiga
tahun lamanya Teungku Umar menipu Belanda
8. Tahun
1896, setelah mempunyai cukup pasukan senjata, perbekalan dan uang, beliau
meninggalkan Belanda
9. Teungku
Umar gugur, saat pertempuran sengit di Ulong Meulaboh.
10. Siratan
emas berubah menjadi kesedihan
11. Cepat-cepat
ayah menambahkan sambil memeluknya, “tapi Umar gugur dengaan gagah berani,
sebagai pahlawan.”
12. Kata-kata
ayah terngiang, menyala daalam benak Umar
13. Pertempuran
di Ulong Kala semakin lama semakin nyata dalam bayangannya
14. Ayah
bisa melihat Teuku Umar dalam pakaian khas Aceh, mengenakan jas leher tertutup,
celana panjang, dan sebilah rencong terbunus di tangan
15. Teriakan
Allahu Akbar, kobaaran api yang menyala, cipratan darah saat melawan penjajah
16. Setiap
haari senin dan kamis, semua dijadwalkan berpuasa sunnah
17. Sholat
lima waktu yang sering diabaikan, di PI dilakukan dengan tertibdan berjamaah
18. Kedua
suami istri baru akan beranjak meninggalkan masjid, ketika tiba-tiba satu
teriakan melengking mengoyak keheningan malam
19. Ustadzah
Hanum dan Suami bergegas menuju kamar 08
4. Bagian keempat
18. Kamar
Si kembar terkunci rapat
19. Ustadz
Agam berusaha mendobrak pintu, setelah beberapa kali mengetuk pintu tak ada
jawaban
20. Cut
Ana muncul, ina menyelesaikan kerjaannya
21. Tergesa
Ustadz Agam menyerbu masuk
22. Santi
berdiri dengan pisau terbunus ke arah sinta
23. Mendadak
Santi tertawa
24. Ustadz
Agam berjalan mendekati dan menyuruh santi beristigfar
25. Tangan
lelaki itu terulur, mendadak Santi melibaskan pisau
26. Untung
tak mengenai Ustadz Agammendadak seperti kesetanan, gadis itu melompat dengan
pisau terarah siap menikam Sinta
27. Ustadz
Agam reflex menyergap santi dari belakang
28. Eni
dengan gerakan tak kalah cepat merampas p[isau dari tangan Santi yang terus
meronta ingin melepaskan diri
29. Sinta
tergugu dipelukan Ustadzah Hanum
30. Rini
cepat-cepat mengambilkan sinta segelas air
31. Ustadz
Agam meraih sebutir pil kecil yang tergeletak di meja belajar
32. Sinta
mengangguk. Santi memang habis menenggak pil estacy
33. Sinta
bangkit. Sekujur tubuhnya terasa sakit
34. Ustadz
Aagam meraih ponsel menghubungi Dokter Aulia
35. Semalaman
Ustadzah Hanum menunggui Sinta di klinik
5. Bagian kelima
1. Pesantren
Impian dibangun untuk memberikan rasa Nyman bagi penghuninya
2. Dari
luar, Pesantren terlihat bangunan segi empat yang sederhan, dengangerbang
tinggi dan tembok ya ng mengelilingi area Pesantren putrid
3. Ketika
gerbang dibuka, barulah tampak kemegahannya
4. Masjid
terletak didepan, dan menjadi objek indah pertama yang terlihat
5. Disekeliling
masjid terdapat taman rumput hijau dan bunga yang warna-warni
6. Sebelah
dalam sesudah masjid, ada tempat khusus untuk memelihara berbagai binatang
jinak
7. Penghuni
pesantren bisa menyalurkan hobi berternak mereka
8. Pada
pagi hari, pintu gerbang selalu dibuka dan pesantren tak pernah sepi
9. Sebuah
jalan setapak yang membuat sebuah koridor dengan langit-langit lengkun, menjadi
tempat lalu-lalang dari satu kelas ke kelas lain
10. Dari
kejauhan, Eni menatap satu persatu santriwati yang keluar dari kantin
11. Sejakawal,
Butet menjadi tersangka pertama
12. Diam-diam
Butet memiliki riwayat kejahatan, selain pernah menjadi pengedar dan perampikan di Medan
13. Fakta
yang membuat Eni curiga adalah Butet terlihat disekitar Tiara Hotel sebelum
pembunuhan terjadi
14. Hati
eni bertambah yakin bahwa satu-satunya yang sedang ia cari adalah pembunuh di
Tiara Hotel
15. Apalagi
saat di feri ia bertemu Butet yang memiliki tujuan yang sama
16. Eni
harus memperluas pencarian
17. Eni
ingat perkataan Sinta dan Santi pernah selintas menyebutkan mereka suka
melancong yang belum lama ke Medan
18. Eni
meraih notes dan mulai membuat list.
19. Eni
berusaha tidak menghiraukan kepalanya yang berdenyut
20. Ketika
sakit kepalanya bertambah, Eni bangkit dan berjalan ke kamar untuk mencari
sebutir aspirin
6. Bagian keenam
1. Rini
berusaha membuka mata yang terasa berat
2. Ingin
berteriak, tapi tak ada suara dari mulutnya
3. Tak
lama kemudian Rini jatuh pingsan
4. Rini
melihat lelaki bertopeng rahwana yang tetawa penuh dengan kesombongan
5. Rini
terbangun dan menemukan butiran bening di matanya
6. Mimpi
buruk yang serupa kembali menghantui, membuat Rini takut memejamkan mata
7. Rini
memandang kehamilannya yang semakin besar, dadanya kembali sesak
8. Kejadian
biadab malam itu meninggalkan goresan
panjang kepedihan yang tak mungkin di hapus dari ingatannya
9. Rini,
Bapak, Ibu, Teguh dan Paklik pergi ke Tawangmangu
10. Meski
berat, Rini mengangguk. Teguh langsung bersorak
11. Rini
mendadak kehilangan keseimbangan dan tergelincir saat menghitung jumlah tangga
batu
12. Untunglah
Mas Bagus segera menyelamatkan Rini
13. Kondisi
Rini lemah karena sedang hamil muda
14. Sewaktu
diperjalanan mobil yang dikendarai Rini blong dan menabrak poho
15. Mas
Bagus yang kebetulan lewat, kemudian membawa pulang Rini
16. Saking
seringnya peristiwa yang menimpa eni, Ibu mengadakan selamatan
17. Rini
dimandikan dengan air bunga tujuh rupa, agar sialnya hilang
7. Bagian ketujuh
1. Rini
bercerita tentang kehamilannya kepada Sissy, Sri dan tanti
2. Satu-
persatu dari mereka memeluk dan menepuk-nepuk pundak Rini untuk memberikan
dukungan
3. Rini
menggeleng
4. Seingatnya
ia sempat menonton tv dengan Bapak, Ibu dan Teguh, setelah itu saya mematikan
lampu kemudian saya merebahkan tubuh saya
5. Di
rumah ada Paklik Kusno, Mas Bagus dan Mbok Surti
6. Rini
berusaha menjelaskan sesopan mungkin
7. Si
gadis mencubit keningnya dan berkata “bagaimana dengan paklik kusno”
8. Rini
tertawa geli
9. Paklik
sudah ikut ibu sejak saya masih kecil, Dia sudah seperti bapak kedua buat saya.
Jadi tak mungkin
10. Rr.
Harrtini mengangguk lemah. Ada genangan di sudut-sudut matanya
11. Wanita
anggun itu hilang di balik pintu. Meninggalkan mbok Surti yang mengurut dada,
menapaki petak-petak besar dilantai yang dingin
8. Bagian
kedelapan
1. Ustadz
Agam, Ustadzah Hanum, dokter Aulia, Teungku Budiman, dan Umar berkumpul di
ruangan
2. Cut
Ana dan Ummu Shalihat bolak-balik menyajikan the dan makanan kecil
3. Teungku
berharap, Umar akan mencuri pandangan saat Cut Ana keluardengan baki di tangan
4. Harapan
Teungku sia-sia, karena Umar sama sekali tak melirik Cut Ana
5. Ustadzah
Hanum meminta Dokter Aulia untuk menjelaskan dua gadis muda yang sempat teller
kemarin
6. Dokter
aulia menceritakan dengan gamblang
7. Ustadzah
Hanum menarik napas
8. Ustadzah
Hanum tidak secara rutin memeriksa bawaan anak-anak
9. Ustadz
Agam menyelesaikan, bahwa pertama sekali ketika para santri baru tiba, mereka
sudah memeriksa bawaan seluruh peserta
10. Saat
anak-anak melakukan sholat subuh, beberapa jenis obat terlarang yang ditemukan
lalu diamankan
11. Sejak
penuturan Rini tempo hari, beberapa diantaranya menuding om Rini yang rada
feminism
12. Ada
juga yang menuding Mas Bagus sebagai pelaku pemerkosaan.
13. Tiba-tiba
saja Rini menelungkupkan wajah kesajadah yang masih terhampar
14. Rini
terus menggeleng, berharap suatu mimpi buruk dan bukan kenyataan
15. Rini
mengangkat kepala, matanya basah, mukanya pucat, kemudian ia meminum air putih
yang disodorkan temannya
16. Yanti
meraih kepala Rini dan memeluknya
17. Keributan
kecil itu berakhir dengan pelototan mata Inong
18. Rini
menceritakan isi surat yang ia dapat dari ibunya yaitu bahwa Mas Bagus yang
telah memperkosanya
9. Bagian kesembilan
1. Selepas
subuh, mereka kecuali Rini berkumpul di lantai tiga, gedung olahraga
2. Mereka
mendengarkan gosip yang dibicarakan oleh Yanti, bahwa Ibunya Rini menemukan
botol kecil berisi cairan di kamar Mas Bagus, yang setelah diperiksa memiliki
kandungan yang sama dengan yang ada di gelas Rini
3. Sissy
memarahai Yanti yang sedang berbicara tentang Rini, kemudian Yanti membela diri
4. Seisi
pesantren tak sabar menunggu lelaki yang mereka hebohkan akan muncul
5. Setengah
delapan santriwati sudah menunggu dengan harapan-harapan cemas di masjid
6. Hingga
pukul sepuluh, sosok yang di tunggu para santriwati tak muncul juga
7. Ustadzah
Hanum mengumumkan bahwa pemilik Pesantren belum bisa bertemu mereka
8. Butet
spontan memimpin koor ‘huuu!’ sebagai tanda kecewa
9. Si
Gadis bekerja sebagai asisten di salon Tante Voni
10. Ketika
Tante Voni membuka butik di salon, Si Gadis dengan cepat belajar memadukan
busana untuk memperkuat kesan yang ingin di munculkan
11. Ia
mengerti bagaimana harus memadukan sapuan make up dan busana untuk menimbulkan
imej feminism, sporty, agresif, tomboy, atau trendy.
12. Banyak
langganan yang memuji kemampuannya menyulap penampilan orang
13. Tiba-tiba
suara Edi membuyarkan pikiran
14. Si
Gadis menghapus dandanan yang cukup menyolok
15. Uang
hasil jual Koran Andi di plak preman, kemudian tangan kanannya dibacok karena
melawan
16. Andi
selamat, tetapi pendarahan yang terjadi membuat Andi harus dirawat hamper
seminggu di rumah sakit.
17. Si
Gadis harus beroperasi di Medan, disanalah kejadian buruk yang tak diharapkan
terjadi, yaitu membunuh orang.
10. Bagian kesepuluh
1. Umar meminjam satu dokumen berisi data penghuni
pesantren tahun ini dengan izin Ustadzah Hanum
2. Umar
membolak-balik dokumen yang di pegangnya
3. Sampai
disana file berakhir
4. Umar
makin bersimpati terhadap jalan hidup Si Gadis
5. Sepasang
matanya yang tajam merayapi foto Si Gadis saat keluar dari Tiara Hotel, yang
terselip diakhir file
6. Umar
muda selalu membayangkan betapa gembira Ayah dan Mak menerima kiriman uang
darinya
7. Saat
usianya dua puluh tahun, ia kembali ke Piddie
8. Semalaman
lelaki itu duduk di rumoh geudong mereka kini yang tak bersisa
9. Enam
bulan yang dilalui Umar dalam depresi dan rasa bersalah yang bekepanjangan
10. Puncaknya,
lelaki itu membakar seluruh ladang ganjanya
11. Umar
menyaksikan kembali sambil tertawa-tawa, ditemani botol minuman ditangan
12. Umar
terus tertawa
13. Dalam
mabuknya, lelaki itu melihat kedua orang tua dan keempat saudara perempuan
melambai dari tengah kobaran api
14. Tanpa
berpikir panjang, Umar berlari menuju api yang menyala
15. Umar
menyambut kematiannya sambil tertawa
16. Pada
detik-detik terakhir Teungku Hasan menarik Umar menjauh
17. Setelak
kejadian malam itu, hidup Umar berubah
18. Bersama
Teungku Hasan, Umar menemukan titik balik
19. Dua
tahun berikutnya Umar dan Teungkun Hasan merancang proyek besar Pesantren
Impian
20. Dengan
Teungku Hasan berperan sebagai penasihat dan pengacaranya, tak tanggung-tanggung
ia mengerakkan hampir seluruh asset untuk pembangunan pesantren
21. Umar
meminta Teungku Hasan untuk berpura-pura menjadi pemilik pulau dan pesantren
impian
22. Umar
merasa dengan segunung dosa yang diperbuatnya selama ini, Umar pantas
mendapatkan wajah penuh terima kasih penduduk pulau, dan sebutan Teungku
Budiman, yang mereka berikan.
11.Bagian
kesebelas
1. Laut
tampak tenang dengan paduan semburat cahaya senja dan warna biru gelap yan g
meluas, begitu indah, mengantarkan keheningan pada malam hari
2. Rini
memandang lurus keindahan yang ada dihadapannya
3. Setelah
selesai sholat, Rini menyingkir dari masjid lewat pintu belakang untuk
menenangkan diri
4. Rini
mengalihkan pandangan, kemudian mengusp air mata
5. Inong
menyuruh Rini berteriak, untuk melampiaskan beban perasaan
6. Rini
menghapus air mata. Ujung-ujung bibirnya ditarik keatas. Mata jernihnya menatap
Inong setengah tak percaya
7. Inong
meyakinkan Rini. Tangannya menepuk pundak Rini
8. Inong
mengamit tangan Rini, saat menyusuri pantai yang lenggang
9. Para
gadis menghabiskan waktu di kantin usai pelajaran bahasa Arab selesai
10. Para
gadis menertawai Ina saat ditanya Ustadzah Hanum tentang ada berapa saudara Ina
11. Para
santri senang bisa mengolok Ina gadis dari Bengkulu itu
12. Sissy
melerai, kemudian sauasana tawa berhenti sesaat
13. Eni
mengalihkan percakapan
14. Eni
sengaja menggantung kalimat untuk menghimpun lebih banyak perhatian
15. Eni
berbicara tentang seorang pembunuh yang sekarang berada di pesantren
16. Evi
yang tidak pecaya langsung menyanggah
17. Butet
mengangguk, dan kalimat Butet mencairkan suasana
18. Eni
menggeleng, kemudian seolah-olah apa yang dibicarakannya menuding pada Butet
19. Reasi
butet biasa saja, hanya menarik napas panjang dan menjawab datar
20. eni
mencondongkan badannya, saat mendengar kalimat Ina yang cukup menarik
21. jawaban
ina tidak menghentikan pro dan kontra yang terjadi
22. butet
mengakhiri pidato panjang lebarnya
23. sissy
member applause panjang pada Butet
24. eni
tersenyum puas, sesaat tadi sudut pandangnya menagkap bayangan Ina
12.
Bagian
keduabelas
1. Suara
Sissy yang agak melengking terdengar kesibukan di kelas seni terhenti
2. Yanti
melenggang dengan perut gendut seperti orang hamil
3. Inong
ikut menghentikan sapuan kuas di kanvas, memandangi gadis itu dari atas kebawah
4. Si
Gadis bersyukur, sejak penjelasan Eni tempo hari soal pembunuh yang nyasar ke
pesantren, suasana cekap mencekam
5. Eni
merasa usahanya belum gagal, terus menunggu bahwa si pembunuh pasti akan datang
lagi
6. Perkiraan
Lelaki meleset saat mencari info tentang Pesantren Impian tak semudah yang
dibayangkan
7. Lelaki
itu bertemu dengan bos yang dendam berat pada bekas anak buah yang kabur
melarikan barang dalam jumlah besar
8. Sepekan
lamanya mereka memasang mata, mengamati dengan cermat orang-orang yang keluar
masuk pelabuhan
9. Jhoni
melihat dua orang seperti suami istri keluar pelabuhan
10. Lelaki
itu bersiul. Langkahnya agak mabuk ketika berlalu
11. Gadis-gadis
muda mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang sedang dibaca Cut Ana
12. Yanti
panik saat Rini mengalami kontraks, kemudian Cut Ana menghentikan hafaalan
13. Ustadzah
Hanum bergegas menghampiri kerumunan dengan beberapa bungkusan di tangan
14. Yanti
dan Cut Ana menemani Rini yang saat berada di ruang perawatan
15. Yanti
menarik napas panjang, karena Rini belum akan melahirkan
16. Yanti
pulang sendiri menyusuri jalan setapak sambil melantunkan shalawat
13.
Bagian
ketigabelas
1. Terbunuhnya
Yanti merupakan pukulan terberat yang diterima pesantren
2. Sissy
yang pertama kali menemukan bantalan dan kain perca yang selama dipakai Yanti
3. Sissy
menyodorkan bantalan itu ke Eni. Inong dan Ina yang kebetulan lewat ikut
tertarik
4. Mereka
baru sadar terakhir melihat Yanti ketika ia akan pergi ke klinik mengantar Rini
tadi malam
5. Cut
Ana yang di jumpai menggeleng saat di tanya soal yanti
6. Sampai
adzan Dzuhur bergema, Yanti belum ditemukan
7. Ustadz
Agam menggerahkan pengurus pesantren putra dan semua relawan untuk mencari
Yanti
8. Pukul
tiga sore, Yanti ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dan bekas cekikan
terlihat jelas di lehernya
9. Beberapa
santriwati memandikan Yanti dalam kediaman
10. Ustadz
Agam memimpin sholat jenazah di masjid
11. Senyum
Rini tampak cerah ketika satu rekannya masuk dan membawa udang cumi buatan Ummu
Shalihat.
12. Ina
dan Butet berusaha menuturkan cerita lucu untuk menghangatkan suasana
13. Inong
menambahi dengan satu dua lelucon
14. Rini
tersenyum mendengar guyonan yang dilontarkan oleh teman-temannya
15. Rini
bertanya kenapa Yanti tidak ikut menjenguknya
16. Santi
dan Sinta makin menunduk saat mendengar jawaban Ina soal pembunuhan
14.
Bagian
keempatbelas
1. Umar
kaget saat mendengar salah satu santriwatinya meninggal karena di bunuh
2. Umar
meminta kepada Teungku Hasan untuk merahasiakan apa yang terjadi di pesantren
kepada masyarakat
3. Teungku
Hasan mengangguk
4. Pemakaman
dilakukan dibelakang pesantren putri
5. Setahu
masyarakat, Teungku Hasan sebagai pengusaha sukses dan sosial yang tak suka
publisitas
6. Sedang
Umar dikenal sebagai orang kepercayaan Teungku Hasan
7. Acara
galang dana di Surabaya kemarin lusa berhasil
8. Rencananya
acara serupa akan diadakan juga dikota-kota lain
9. Pukul
setengah dua pagi, Eni pelan-pelan bangkit dari tempat tidur
10. Eni
menghentikan langkah saat mendengar suara gemerisik dari bawah
11. Eni
terengah-engah melihat bayangan yang sudah tidak ada lagi
12. Eni
memeriksa pintu gerbang dan dia tak menemukan gembok besar yang biasa terpasang
di pintu gerbang
15.
Bagian
kelimabelas
1. Ustadzah
Hanum berkali-kali menyesali diri dengan kejaadian di pesantren
2. Cuaca
buruk yang tak bisa mengganti kunci yang hilang
3. Ustadzah
Hanum berpesan kepada Eni untuk tidak memberitahukan bahwa kunci yang hilang
belum sempat dig anti
4. Dari
kantor Ustadzah Hanum, Eni bergabung bersama santriwati lain yang sedang
menunggu kedatangan Rini
5. Mereka
telah menyiapkaan kejutan manis
6. Dipimpin
Inong, anak-anak menghias kamar sang calon ibu
7. Rini
senang melihat kejutan yang di buat oleh teman-temannya
8. Mereka
berkumpul diruang makan
9. Ummu
Shalihat menyiapkan makan malam
10. Ba’da
sholat, mereka duduk membentuk lingkaran
11. Ustadzaah
Hanum memberikan kultum tentang kematian
12. Rini
menanggis saat tahu Yanti sudah meninggal
13. Mereka
berjalan kebelakang halaman diamana tempat Yanti di kuburkaan
14. Rini
yang masih dipenuhi kesedihan, tertegun melihat kamarnya terlihat meriah
15. Ekspresi
Rini yang ingin sekali mengucapkan terima kasih, namun tersekat di tenggorokan
saking haru, disambut pelukan bersama
17.Bagian ketujuhbelas
1. Teungku
Hasan dan Umar langsung mengawasi proses penggantian kunci-kunci semua ruangan,
termasuk kamar para santri putri, keesokan paginya
2. Ustadzah
Agam mulai menjelaskan peristiwa pembunuhan yang menimpa seorang santri putri
3. Teungku
Hasan dan Umar serta dua puluh orang relawan mendengarkan dengan seksama
4. Para
relawan juga melaporkan pengamatan mereka ke calon santri dan santriwati yang
akan dibina untuk di undang ke PI
5. Mereka
merupakan binaan PI dari berbagai angkatan
6. Pesantren
Impian cukup berkesan bagi para santrinya
7. Donasi
rutin dari mereka yang pernah mengenyam pendidikan di PI, tak pernah surut
untuk membantu penyelenggaraan pesantren dari tahun ke tahun
8. Barisan
inilah yang disebut oleh Teungku Budiman sebagai simpatisan
9. Lampu
kamar telah dari tadi dimatikan, tapi Butet belum mampu memejamkan mata
10. Dua
puluh menit kemudian, butet mulai terserang kantuk
11. Telinga
Butet tak menangkap dengan jelas suara kunci di putar dua kali
12. Butet
baru terjaga ketika satu tangan kuat membekap dan menyumpal mulutnya, lalu
dengan cepat mengikat kaki dan tangannya
13. Darahnya
terseriap saat ia ingat Yanti
14. Denyut
jantungnya mulai mendetakkan nama Allah lebih sering
15. Butet
pasrah menerima kenyataan jika ia harus mati
16. Butet
tidak mampu mengenali dua lelaki yang memakai topeng saat membopongnya keluar
17. Eni
mulai berteriak saat mengetahui Butet di bawa oleh laaki-laki yang misterius
18. Suasana
seketika terang benderang ketika lampu-laampu dinyalakan
19. Menit
berikutnya penyusup itu mengeluarkan sebilah pisau dari saaku celana, dan
mengayunkannya ketubuh Butet
18.Bagian kedelapanbelas
1. Si
Gadis duduk di taman depan masjid, sibuk berpikir kejadian yang mereka alami
2. Ada
petunjuk baru yaitu dua kilogram barang terlarang untuk mebuat Butet
dikejar-kejar seumur hidup
3. Si
Gadis menyapu pandangan kearah Bagus mengamatiengan cermat
4. Bagus
akan mengatakan siapa pelaku sebenarnya, sebagai bukti Ibu saya yang melihatnya
5. Si
Gadis menatap pemuda itu lurus, mengamati ekspresi dihadapaannya
6. Kejadian
sebenarnya adalah kami dibujuk untuk tidak menetap di rumah Rini. Ibu saya
diberikan sangon macam-macam.
7. Si
Gadis manggut-manggut saat mendengar penjelasan dari Bagus
8. Para
santri putrid berjalan dibelakang diiringi Ustadzah Hanum dan Cut Ana
9. Belasan
santri putra asyik mengamati deretan pohon karet yang berdiri menjulang dan
berjarak sekitar satu dua meter
10. Para
pekerja tampak asyik mencukili kulit batang pohon dengan pisau
11. Ina,
Sissy ,Inong dan Rini melihat proses didepan
mereka dengan bersungguh-sungguh
12. Jauh
didepan Rini terus berlari. Pandangan yang disesaki butiran air mata mulai
mengabur. Beberapa kali Gadis ayu itu terjatuh
13. Rini
meminta tolong pada Paklik Kusno untuk membawanya pulang
14. Lelaki
yang dipanggilnya Paklik mengangguk. Melingkarkan tangan ke bahu Rini, berusaha
menenangkan keponakannya yang masih terisak-isak
19.Bagian kesembilanbelas
1. Rini
dan paklik Kusno sudah berlari cukup jauh
2. Tanpa
disadari mereka sudah memasuki daerah hutan tropis yang cukup lebat
3. Pada
pinggang pengacara Teungku Budiman itu, terselip tali tambang, pisau dan
beberapa peralatan
4. Si
Gadis kemudian keluar dari persembunyiannya, setelah tahu bahwa Teungku Hasan
yang datang
5. Umar
yang ditemani dua relawan dan seorang penduduk lokal dengan cermat, dan segera
mencari saat menyadari dua santriwati terpisah dari rombongan, sewaktu meninjau
perkebunan
6. Umar
berembuk sebentar dengan tiga lelaki yang bersamanya. Mereka akhirnya berpencar
menjadi dua rombongan
7. Umar
melangkah cepat, seolah lupa seoraang gadis mengikuti
8. Dibagian
lain, jauh didepan Umar dan rombongan, Bagus menyusuri jejak Rini, bertekad
tidak akan kembali sebelum Rini di temukan
9. Tak
jauh didepan, cahaya matahari tampak terang, kemudian lelaki itu mempercepat
langkah menerobos rimbun daun dikiri kanan
10. Hingga
satu titik, ketika Bagus melihat sekeliling, pepohonan lebat tak ada lagi,
berganti haamparaan luas pasir putih
11. Bagus
hamper putus asa., ketika sudut matanya menangkap sebuah tebing karang curam
disisi kanan yang tampak menonjok ke laut, lebih kurang dua ratus meter dari
tempatnya berdiri terlihat dua orang berjalan tertatih diatas karang curam
12. Bagus
mempercepat laangkah. Bayangan Rini yang tergelincir diatas tebing membuatnya
berlari secepat angin
20.Bagian keduapuluh
1. Ketakutan
Rini melihat Mas Bagus
2. Rini
lega melihat paman yang sudah lama tak berjumpa, kemudian melindungi dirinya
3. Bagus
menyusun langkah untuk menyelamatkan Rini
4. Aksi
diam antara Bagus dan Paklik Kusno
5. Paklik
Kusno meraih pisau dari kantong celananya
6. Bagus
berfikir panjang, jika ia melawan maka paklik Kusno akan berbuat nekad pada
Rini
7. Bagus
meyakinkan Rini bahwa bukan dia lah yang telah melakukan hal biadab
8. Rini
lebih percaya kepada ibunya dari pada Mas Bagus
9. Paklik
Kusno meyakinkan Rini, bahwa perkataan ibunya benar
10. Kebimbangan
Rini yang tak tahu siapa yang telah memperkosanya
11. Kemarahan
Paklik Kusno pun menjadi-jadi saat Bagus mencoba menghalangi niat jahatnya pada
Rini
12. Bagus
menghindari serangan pisau yang diayunkan pada dirinya
13. Bagus
melantunkan doa agar tak terjadi sesuatu yang buruk menimpa gadis yang di
cintainya
14. Umar
berusaha membujuk Paklik Kusno agar menyerah dan tidak berbuat macam-macam
15. Rini
dilemparkan ke karang yang curam
16. Bagus
dan Umar menolong Rini saat hendak terjatuh ke karang yang curam
17. Rini
berusaha bertahan saat dirinya berada diantara hidup dan mati
21.Bagian keduapuluhsatu
1. Semua
terpaku menyaksikan tubuh itu melayang bebas, Umar tak berdiam diri.
2. Sepasang
matanya menemukan yang dicari. Satu bongkahan batu yang besar dan berat. Umar
mulai memotong tambang panjang yang ada dibawahnya. Kedua tali utas itu
diikatkan pada batu besar dengan simpul khusus yang kuat
3. Rini
meluncur, saat semua terpanah, Umar bergerak cepat
4. Tubuh
Rini berhenti meluncur, saat kedua tangannya menemukan tempat bertumpu
5. Umar
member intruksi cepat
6. Bagus,
Si Gadis, dan seorang lelaki dari perkebunan mengerahkan tenaga penuh menjaga
batu agar tidak beranjak, selama menahan beban tubuh Umar yang hati-hati
menapak turun
7. Kedua
kaki umar saip menjejak tebing dan turu kebawah, dan akhirnya berada sejajar
dengan Rini
8. Bagus mengulurkan potongan tali kedua hingga
cukup panjang menjangkau Rini saat Umar berhasi mendekati Rini
9. Umar
mengikatkan tali yang diulurkan Bagus hingga cukup aman membawa Rini ke atas
10. Bagus
mulai menarik tubuh Rini secara perlahan
11. Rini
berhasil ditarik keatas, bagus menarik Umar
12. Rini
menjatuhkan dirinya dalam sujud syukur ketika semuanya selamat
13. Bagus
tanpa diminta dengan cepat menggendong Rini hingga kebawah
14. Menjelang
Ashar baru mereka tiba di pesantren
15. Rini
langsung dilarikan dengan mobil ke klinik
22.Bagian keduapuluhdua
1. Rini
selamat daan bayinya telah lahir
2. Menjadi
kabar paling gembira bagi santriwati, menjelang saat kepulangan Rini
3. Misteri
pembunuhan yanti terkuak, setelah beberapa relawan yang menyisir daerah pantai
menemukan tenda milik Paklik Kusno .
4. Didalamnya
terdapat foto-foto yang menjadi bukti pembnhan Yanti
5. Saat
pembunuhan terjadi, suasana gelap sehingga Yanti kira adalah Rini
6. Jenazah
yang ditemukan di pelabuhan, diduga mereka menjadi korban sebuah speedboat yang
menabrak karang
7. Setelah
diidentifikasi salah satunya dikenal bernama Jhoni, anak buah Anton King
8. Ustadzah
Hanum member kabar bahwa bayi Rini tidak dapat diselamatkan
9. Bayi
perempuan yang diberi nama Fitri itu baru beberapa hari mengisi hari-hari mereka
23.Bagian keduapuluhtiga
1. Si
Gadis menerima surat dari Nurul yang berisi anak-anak terancam kelaparan
2. Hati
Si Gadis menangis
3. Si
Gadis dalam hatinya bersumpah akan mengulang lembaran hitam dalam hidup yang
dulu dilakukannya
4. Ketika
malam tiba, Si Gadis meminta izin pesantren untuk memperbolehkannya pulang
lebih cepat
5. Umar
yakin bahwa dirinya memang menyukai Si Gadis setelah ia melakukan sholat
istikharoh
6. Teungku
Hasan mengucap syukur, saat Umar memutuskan untuk menikah
7. Suasana
pesantren putri hiruk pikuk saat para santri akan menempuh jalan hidupnya
masing-masing
8. Rini
akan meneruskan kembali kuliahnya
9. Santi
dan Sinta sudah benar-benar sembuh dari ketergantungan
10. Ita
yang mempunyai masalah dengan berat badannya
11. Sri
dan Ipung berencana menjalankan usaha bersama
12. Evi
memeutuskan kembali ke Kalimantan
13. Ina
sadar, sudah kehilangan banyak kenangan bersama anaknya
14. Sissyi
dan Inong akan melanjutkan hidup
15. Ustadzah
Hanum tampak bahagia mendengar tekat para santri putri
24.Bagian keduapuluhempat
1. Perpisahan
selalu meninggalkan kesedihan
2. Si
gadis masih menungu dipelabuhan
3. Lima
belas menit sudah berlalu sejak Cut Ana diminta segera kembali ke pulau
4. Si
gadis masih berdiri dipinggir pelabuhan . mengamati layar terkembang. Kapal
yang datang dan berlalu
5. Si
gadis merapikan ransel, bersiap beranjak, ketika satu panggilan terdengar oleh
nya
6. Di
kantor Ustadzah Hanum, Umar menunggu resah. Ia terlambat. Gadis yang ia ingin
di jumpainya sudah pergi
7. Dipojok
ruangan, Teungku Hasan tak kalah gelisah. Menyesali diri tak memaksa Umar
berangkat lebih cepat
8. Umar
tersenyum saat Ustadzah Hanum di akhir telepon menhgatakan bahwa Si Gadis akan
kembali
9. Teungku
Hasan bangkit dari tempat duduknya dan menepuk pundak Umar pelan
10. Pernikahan
dilangsungkan keesokan harinya dengan penuh tiba-tiba. Kejutan kedua setelah
penghuni dibuat kaget saat teman mereka kembali
11. Si
Gadis heran, apa yang membuatnya begitu mudah membalikan langkah ketika Cut Ana
yang ternyata belum mendapatkan feri memburunya
12. Ia
masih ingin melihat rekan-rekannya untuk terakhir kalinya
13. Mata
Si Gadis menapaki awan putih yang bergelombang dari balik jendela pesawat.
14. Umar
mengakhiri kisahnya. Tapi rangkaian kalimat yang disusunnya dengan hati-hati,
masih menyisakan kekagetan diwajah istrinya
15. “satu-satu”
Umar meraih tangan istrinya, menciumnya lembut
16. Sebagai
lelaki Umar berjanji akan member kebahagiaan dan mengusir kesedihan yang pernah
dijalani gadis bertubuh mungil disampingnya
17. Pesawat
yang mereka tumpangi menambah ketinggian, terus mengangkasa. Semakin jauh
meninggalkan Aceh, pulau Lhok Jeumpa dan Pesantren Impian
18. Dari
baalik jendela, langit tampak luas. Meramaikan kebahagiaan yang meliputi hati
sepasang kekasih
JALINAN STRUKTUR PLOT
Berikut
ini penjelasan mengenai terjadinya peristiwa di dalam novel Pesantren Impian yang mempunyai hibungan
sebab akibat satu sama lain.
Peristiwa (Bagian Pertama 1.1.) Gadis berambut panjang
memandang sekeliling dengan paras pucat mengakibatkan peristiwa (Bagian
1.2) Di hadapannya tergeletak sesosok
tubuh tak bergerak (1.3) Beling pecahan botol berserakan, bercampur dengan
percikan darah yang melebar menodai karpet mengakibatkan peristiwa (Bagian 1.4)
Gadis itu berulang kali menepuk kening
Si Gadis membunuh laki-laki sampai mati (Bagian 1.5)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 1.6) Si gadis meraih jaket lelaki itu, kemudian
keluar kamar hotel. Di RS Darmo, Surabaya. Rini membuka mata dengan pelan-pelan
(Bagian 1.7) mengakibatkan peristiwa (Bagian 1.8) Kepalanya terasa berat, saat
mengingat kejadian yang menimpa dirinya. Dengan punggung tangan, Rini menghapus
air mata yang membasahi pipi (Bagian 1.9) mengakibatkan peristiwa (1.10) Bapak
tersenyum penuh kasih, walaupun ia sebenarnya terpukul. Media di Surabaya
memberitakan usaha bunuh diri Rini (Bagian 1.11) mengakibatkan peristiwa
(Bagian 1.12) Rini mengangguk lemah saat ditanya oleh adiknya. Rini mahasiswi
terbaik, dan sekarang Rini hamil (Bagian 1.13) mengakibatkan peristiwa (Bagian
1.14) Rini tenggelam dalam arus pikirannya sendiri. Inong menemukan Sissy dalam
keadaan tergeletak di mobil dan tak sadar karena over dosis (Bagian 1. 15)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 1.16) Sissy menawari Inong tinggal di
apartemen. Sebuah senja di ujung Pulau Sumatera (Bagian 1.17) menhakibatkan
peristiwa (Bagian 1.18) Matahari memantulkan bayangan di pasir putih yang basah
dijilati ombak.
Peristiwa (Bagian Kedua 2.1) Pulau Lhok Jeumpa selalu
menimbulkan kerinduan dihati yang datang mengakibatkan peristiwa (Bagian 2.2)
Perlu waaktu dua jam untuk sampai dari pelabuhan Malahayati mengakibatkan
peristiwa (Bagian 2.3) Satu-satunya pelabuhan di Aceh yang mengabadika Panglima
Armada Angkatan Laut di abad keenam belas. Laksmana Malahayati dan pasuka Inong
Balee, para janda berani yang terjun ke medan perang (Bagian 2.4) mengakibatkan
peristiwa (Bagian 2.5) Banyak yang mengaitkan para ulama sepuh di Pulau Jeumpa
sebagai keturunan Teungku Di Buket dan Teungku Chik Mayet, keduanya putra
Teungku Chik Di Tiro, yang gugur di tahun 1909. Masyarakat hidup damai (Bagian
2.6) mengakibatkan peristiwa (Bagian 2.7) Tidak mengalami berbagai kengerian
akibat kebijakan pemerintah yang sempat menjadikan Aceh sebagai Daerah Operasi
Militer selama sepuluh tahun mengakibatkan peristiwa (Bagian 2.8) Tidak ada
kasus penganiayaan hingga korban pingsan, bocor, muka remuk, dan engsel paha
lepas mengakibatkan peristiwa (Bagian 2. 9) Tidak ada waarga sipil yang tewas
dierondong peluru atau kuburan missal ditemukan di Lhok Jeumpa mengakibatkan
peristiwa (Bagian 2.10) Tidak terjadi ratusan perempuan diperkosa oknum aparat
. Di Lhok Jeumpa, konflik panas antara GAM dan pemerintah pusat dulu
seakan-akan tak pernah terjadi (Bagian 2.11) mengakibatkan peristiwa (Bagian
2.12) Sekitar sebelas tahun lalu, lelaki separuh baya tak dikenal, ditemani
orang kepercayaannya, datang ke pulau dan mulai membangun berbagai fasilitas
umum,, seperti balai desa yang berbentuk Rumoh Aceh, Puskesmas, WC umum,
perkebunan kelapa sawit, dan karet, yang merekrut banyak penduduk usia
produktif mengakibatkan peristiwa (Bagian 2.13) Teungku Budiman menawarkan
keinginannya membeli seluruh tanah di pulau Jeumpa dari penduduk asli.
Pesantren Impian di bangun (Bagian 2.14) mengakibatkan peristiwa (Bagian 2. 15)
Masyarakat senang karena pendidikan anak-anak mereka terjamin. Teungku Budiman
menyediakan sekolah gratis bagi penduduk gampong, setara SD smpai SMA (Bagian
2. 16) mengakibatkan peristiwa (Bagian 2.17) Banyak dari mereka yang
melanjutkan pendidikan ke universitas Syiah Kuala, bahkan perguruan tinggi
diluar Aceh, atas beasiswaa Pesantren Impian. Setelah mandi, para pendatang
putri langsung mengenakan busana muslimah yang disediakan pesantren (Bagian
2.18) mengakibatkan peristiwa (Bagian 2.19) Banyak diantara mereka yang
biasanya berpakaian minim, tertawa geli melihat pakaiannya sendiri, juga rekan
lain. Penjelasan ustadz Agam disambut kecewa para santri (Bagian 2. 20)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 2. 21) Ustadz Agam langsung berdiri untuk
adzan. Usai Sholat mereka menuju ke ruang makan (Bagian 2.22) mengakibatkan
peristiwa (Bagian 2.23) Ummu Shalihat menghidangkan gulai Aceh, timpan, masak
udang cumi, dan makanan khas lain, kemudian disambut keganasan para santri yang
lapar.
Peristiwa (Bagian 3.1) Umar menatap Teungku Hasan
dengan penuh hormat mengakibatkan peristiwa (Bagian 3.2) Umar menawarkan air
minum, ketika Teungku Hasan batuk. Aceh, 1979. Kelahiraan umar disambut gembira
(Bagian 3.3) mengakibatkan peristiwa (Bagian 3.4) Akikahan diadakan secara
besar-besaran mengakibatkan peristiwa (Bagian 3.5) Ayah memilih dua ekor
kambing terbaik untuk disembelih, sebagai ungkapan syukur mengakibatkan
peristiwa (Bagian 3.6) Ayah menamainya umar, karena kekagumannya yang besar
terhadap pahlawan aceh yang melegenda. Tiga tahun lamanya Teungku Umar menipu
Belanda (Bagian 3.7) mengakibatkan peristiwa (Bagian 3.8) Tahun 1896, setelah
mempunyai cukup pasukan senjata, perbekalan dan uang, beliau meninggalkan
Belanda. Teungku Umar gugur, saat pertempuran sengit di Ulong Meulaboh (Bagian
3.9) mengakibatkan peristiwa (Bagian 3. 10) Siratan emas berubah menjadi
kesedihan mengakibatkan peristiwa (Bagian 3.11) Cepat-cepat ayah menambahkan
sambil memeluknya, “tapi Umar gugur dengan gagah berani, sebagai pahlawan.”.
Kata-kata ayah terngiang, menyala daalam benak Umar (Bagian 3.12) mengakibatkan
peristiwa (Bagian 3.13) Pertempuran di Ulong Kala semakin lama semakin nyata
dalam bayangannya mengakibatkan peristiwa (Bagian 3.14) Ayah bisa melihat Teuku
Umar dalam pakaian khas Aceh, mengenakan jas leher tertutup, celana panjang,
dan sebilah rencong terbunus di tangan mengakibatkan peristiwa (Bagian 3.15)
Teriakan Allahu Akbar, kobaaran api yang menyala, cipratan darah saat melawan
penjajah. Setiap haari senin dan kamis, semua dijadwalkan berpuasa sunnah
(Bagian 3. 16) mengakibatkan peristiwa (Bagian 3.17) Sholat lima waktu yang
sering diabaikan, di PI dilakukan dengan tertibdan berjamaah. Kedua suami istri
baru akan beranjak meninggalkan masjid, ketika tiba-tiba satu teriakan
melengking mengoyak keheningan malam (Bagian 3.18) mengakibatkan peristiwa
(Bagian 3. 19) Ustadzah Hanum dan Suami bergegas menuju kamar 08.
Peristiwa (Bagian empat 4.1) Kamar Si kembar terkunci
rapat mengakibatkan peristiwa (Bagian 4.2) Ustadz Agam berusaha mendobrak
pintu, setelah beberapa kali mengetuk pintu tak ada jawaban. Cut Ana muncul,
Ina menyelesaikan kerjaannya ( Bagian 4.3) mengakibatkan peristiwa (Bagian 4.4)
Tergesa Ustadz Agam menyerbu masuk. Santi berdiri dengan pisau terbunus ke arah
sinta (Bagian 4.5) mengakibatkan peristiwa (Bagian 4. 6) Mendadak Santi tertawa
mengakibatkan peristiwa (Bagian 4.7) Ustadz Agam berjalan mendekati dan
menyuruh santi beristigfar mengakibatkan peristiwa (Bagian 4.8) Tangan lelaki itu
terulur, mendadak Santi melibaskan pisau mengakibaatkan peristiwa (Bagian 4. 9)
Untung tak mengenai Ustadz Agam mendadak seperti kesetanan, gadis itu melompat
dengan pisau terarah siap menikam Sinta mengakibatkan peristiwa (Bagian 4.10)
Ustadz Agam reflex menyergap santi dari belakang mengakibatkan peristiwa
(Bagian 4.11) Eni dengan gerakan tak kalah cepat merampas pisau dari tangan
Santi yang terus meronta ingin melepaskan diri mengakibatkan peristiwa (Bagian
4. 12) Sinta tergugu dipelukan Ustadzah Hanum mengakibatkan peristiwa (Bagian
4. 13) Rini cepat-cepat mengambilkan sinta segelas air. Ustadz Agam meraih
sebutir pil kecil yang tergeletak di meja belajar (Bagian 4. 14) mengakibatkan
peristiwa (Bagian 4.15) Sinta mengangguk. Santi memang habis menenggak pil
estacy. Sinta bangkit. Sekujur tubuhnya terasa sakit (Bagian 4.16)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 4.17) Ustadz Aagam meraih ponsel menghubungi
Dokter Aulia mengakibatkan peristiwa (Bagian 4.18) Semalaman Ustadzah Hanum
menunggui Sinta di klinik.
Peristiwa (Bagian lima 5.1) Pesantren Impian dibangun
untuk memberikan rasa Nyman bagi penghuninya. Dari luar, Pesantren terlihat
bangunan segi empat yang sederhan, dengangerbang tinggi dan tembok ya ng
mengelilingi area Pesantren putri (Bagian 5.2) mengakibatkan peristiwa (Bagian
5.3) Ketika gerbang dibuka, barulah tampak kemegahannya mengakibatkan peristiwa
(Bagian 5.4) Masjid terletak didepan, dan menjadi objek indah pertama yang
terlihat mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.5) Disekeliling masjid terdapat taman
rumput hijau dan bunga yang warna-warni mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.6)
Sebelah dalam sesudah masjid, ada tempat khusus untuk memelihara berbagai
binatang jinak mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.7) Penghuni pesantren bisa
menyalurkan hobi berternak mereka. Pada pagi hari, pintu gerbang selalu dibuka
dan pesantren tak pernah sepi (Bagian 5.8) mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.9)
Sebuah jalan setapak yang membuat sebuah koridor dengan langit-langit lengkun,
menjadi tempat lalu-lalang dari satu kelas ke kelas lain. Dari kejauhan, Eni
menatap satu persatu santriwati yang keluar dari kantin (Bagian 5.10)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.11) Sejakawal, Butet menjadi tersangka
pertama mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.12) Diam-diam Butet memiliki riwayat kejahatan,
selain pernah menjadi pengedar dan
perampikan di Medan mengakibatkan peristiwa (Bagian 5. 13) Fakta yang membuat
Eni curiga adalah Butet terlihat disekitar Tiara Hotel sebelum pembunuhan
terjadi mengakibatkan peristiwa (Bagian 5. 14) Hati eni bertambah yakin bahwa
satu-satunya yang sedang ia cari adalah pembunuh di Tiara Hotel mengakibatkan
peristiwa (Bagian 5.15) Apalagi saat di feri ia bertemu Butet yang memiliki
tujuan yang sama mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.16) Eni harus memperluas
pencarian mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.17) Eni ingat perkataan Sinta dan
Santi pernah selintas menyebutkan mereka suka melancong yang belum lama ke
Medan mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.18) Eni meraih notes dan mulai membuat
list mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.19) Eni berusaha tidak menghiraukan
kepalanya yang berdenyut mengakibatkan peristiwa (Bagian 5.20) Ketika sakit
kepalanya bertambah, Eni bangkit dan berjalan ke kamar untuk mencari sebutir
aspirin.
Peristiwa (Bagian enam 6.1) Rini berusaha membuka mata
yang terasa berat mengakibatkan peristiwa (Bagian 6.2) Ingin berteriak, tapi
tak ada suara dari mulutnya. Tak lama kemudian Rini jatuh pingsan (Bagian 6.3)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 6.4) Rini melihat lelaki bertopeng rahwana yang
tetawa penuh dengan kesombongan mengakibatkan peristiwa (Bagian 6.5) Rini
terbangun dan menemukan butiran bening di matanya mengakibatkan peristiwa
(Bagian 6.6) Mimpi buruk yang serupa kembali menghantui, membuat Rini takut
memejamkan mata mengakibatkan peristiwa (Bagian 6.7) Rini memandang
kehamilannya yang semakin besar, dadanya kembali sesak mengakibatkan peristiwa
(Bagian 6.8) Kejadian biadab malam itu
meninggalkan goresan panjang kepedihan yang tak mungkin di hapus dari
ingatannya. Rini, Bapak, Ibu, Teguh dan Paklik pergi ke Tawangmangu (Bagian
6.9) mengakibatkan peristiwa (Bagian 6.10) Meski berat, Rini mengangguk. Teguh
langsung bersorak. Rini mendadak kehilangan keseimbangan dan tergelincir saat
menghitung jumlah tangga batu (Bagian 6.11) mengakibatkan peristiwa (Bagian
6.12) Untunglah Mas Bagus segera menyelamatkan Rini. Kondisi Rini lemah karena
sedang hamil muda (Bagian 6.13) mengakibatkan peristiwa (Bagian 6.14) Sewaktu
diperjalanan mobil yang dikendarai Rini blong dan menabrak pohon mengakibatkan
peristiwa (Bagian 6.15) Mas Bagus yang kebetulan lewat, kemudian membawa pulang
Rini. Saking seringnya peristiwa yang menimpa eni, Ibu mengadakan selamatan
(Bagian 6.16) mengakibatkan peristiwa (Bagian 6.17) Rini dimandikan dengan air
bunga tujuh rupa, agar sialnya hilang.
Peristiwa (Bagian tujuh 7.1) Rini bercerita tentang
kehamilannya kepada Sissy, Sri dan tanti mengakibatkan peristiwa (Bagian 7.2)
Satu- persatu dari mereka memeluk dan menepuk-nepuk pundak Rini untuk
memberikan dukungan. Rini menggeleng (Bagian 7.3) Seingatnya ia sempat menonton
tv dengan Bapak, Ibu dan Teguh, setelah itu saya mematikan lampu kemudian saya
merebahkan tubuh saya. Di rumah ada Paklik Kusno, Mas Bagus dan Mbok Surti
(Bagian 7.4) mengakibatkan peristiwa (Bagian 7.5) Rini berusaha menjelaskan sesopan
mungkin mengakibatkan peristiwa (Bagian 7.6) Rini berusaha menjelaskan sesopan
mungkin mengakibatkan peristiwa (Bagian 7.7) Si gadis mencubit keningnya dan
berkata “bagaimana dengan paklik kusno” mengakibatkan peristiwa (Bagian 7.8)
Rini tertawa geli mengakibatkan peristiwa (Bagian 7.9) Paklik sudah ikut ibu
sejak saya masih kecil, Dia sudah seperti bapak kedua buat saya. Jadi tak
mungkin. Rr. Harrtini mengangguk lemah. Ada genangan di sudut-sudut matanya
(Bagian 7.10) mengakibatkan peristiwa (Bagian 7.11) Wanita anggun itu hilang di
balik pintu. Meninggalkan mbok Surti yang mengurut dada, menapaki petak-petak
besar dilantai yang dingin.
Peristiwa (Bagian delapan 8.1) Ustadz Agam, Ustadzah
Hanum, dokter Aulia, Teungku Budiman, dan Umar berkumpul di ruangan
mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.1) mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.2) Cut
Ana dan Ummu Shalihat bolak-balik menyajikan teh dan makanan kecil
mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.3) Teungku berharap, Umar akan mencuri
pandangan saat Cut Ana keluardengan baki di tangan mengakibatkan peristiwa
(Bagian 8.4) Harapan Teungku sia-sia, karena Umar sama sekali tak melirik Cut
Ana. Ustadzah Hanum meminta Dokter Aulia untuk menjelaskan dua gadis muda yang
sempat teller kemarin (Bagian 8.5) mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.6) Dokter
aulia menceritakan dengan gambling mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.7)
Ustadzah Hanum menarik napas. Ustadzah
Hanum tidak secara rutin memeriksa bawaan anak-anak (Bagian 8.8) mengakibatkan
peristiwa (Bagian 8.9) Ustadz Agam menyelesaikan, bahwa pertama sekali ketika
para santri baru tiba, mereka sudah memeriksa bawaan seluruh peserta
mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.10) Saat anak-anak melakukan sholat subuh,
beberapa jenis obat terlarang yang ditemukan lalu diamankan. Sejak penuturan
Rini tempo hari, beberapa diantaranya menuding om Rini yang rada feminism
(Bagian 8.11) mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.12) Ada juga yang menuding Mas
Bagus sebagai pelaku pemerkosaan mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.13)
Tiba-tiba saja Rini menelungkupkan wajah kesajadah yang masih terhampar
mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.14) Rini terus menggeleng, berharap suatu
mimpi buruk dan bukan kenyataan mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.15) Rini
mengangkat kepala, matanya basah, mukanya pucat, kemudian ia meminum air putih
yang disodorkan temannya mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.16) Yanti meraih kepala Rini dan memeluknya
mengakibatkan peristiwa 9Bagian 8.17) Keributan kecil itu berakhir dengan
pelototan mata Inong mengakibatkan peristiwa (Bagian 8.18) Rini menceritakan
isi surat yang ia dapat dari ibunya yaitu bahwa Mas Bagus yang telah
memperkosanya.
Peristiwa (Bagian Sembilan 9.1) Selepas subuh, mereka
kecuali Rini berkumpul di lantai tiga, gedung olahraga mengakibatkan peristiwa
(Bagian 9.2) Mereka mendengarkan gosip yang dibicarakan oleh Yanti, bahwa
Ibunya Rini menemukan botol kecil berisi cairan di kamar Mas Bagus, yang
setelah diperiksa memiliki kandungan yang sama dengan yang ada di gelas Rini
mengakibatkan peristiwa (Bagian 9.3) Sissy memarahai Yanti yang sedang
berbicara tentang Rini, kemudian Yanti membela diri. Seisi pesantren tak sabar
menunggu lelaki yang mereka hebohkan akan muncul (Bagian 9.4) mengakibatkan
peristiwa (Bagian 9.5) Setengah delapan santriwati sudah menunggu dengan
harapan-harapan cemas di masjid. Hingga pukul sepuluh, sosok yang di tunggu
para santriwati tak muncul juga (Bagian 9.6) mengakibatkan peristiwa (Bagian
9.7) Ustadzah Hanum mengumumkan bahwa pemilik Pesantren belum bisa bertemu
mereka mengakibatkan peristiwa (Bagian 9.8) Butet spontan memimpin koor ‘huuu!’
sebagai tanda kecewa. Si Gadis bekerja sebagai asisten di salon Tante Voni
(Bagian 9.9) mengakibatkan peristiwa 9Bagian 9.10) Ketika Tante Voni membuka
butik di salon, Si Gadis dengan cepat belajar memadukan busana untuk memperkuat
kesan yang ingin di munculkan mengakibatkan peristiwa (Bagian 9.11) Ia mengerti
bagaimana harus memadukan sapuan make up dan busana untuk menimbulkan imej
feminism, sporty, agresif, tomboy, atau trendy mengakibatkan peristiwa (Bagian
9.12) Banyak langganan yang memuji kemampuannya menyulap penampilan orang.
Tiba-tiba suara Edi membuyarkan pikiran (Bagian 9.13) mengakibatkan peristiwa
(Bagian 9.14) Si Gadis menghapus dandanan yang cukup menyolok. Uang hasil jual
Koran Andi di plak preman, kemudian tangan kanannya dibacok karena melawan
(Bagian 9.15) mengakibatkan peristiwa (Bagian 9.16) Andi selamat, tetapi
pendarahan yang terjadi membuat Andi harus dirawat hamper seminggu di rumah
sakit mengakibatkan peristiwa (Bagian 9.17) Si Gadis harus beroperasi di Medan,
disanalah kejadian buruk yang tak diharapkan terjadi, yaitu membunuh orang.
Peristiwa (Bagian sepuluh 10.1) Umar meminjam satu dokumen berisi data penghuni
pesantren tahun ini dengan izin Ustadzah Hanum mengakibatkan peristiwa (Bagian
10.2) Umar membolak-balik dokumen yang di pegangnya. Sampai disana file
berakhir (bagian 10.3) mengakibatkan peristiwa (Bagian 10.4) Umar makin
bersimpati terhadap jalan hidup Si Gadis mengakibatkan peristiwa (Bagian 10.5)
Sepasang matanya yang tajam merayapi foto Si Gadis saat keluar dari Tiara
Hotel, yang terselip diakhir file. Umar muda selalu membayangkan betapa gembira
Ayah dan Mak menerima kiriman uang darinya (Bagian 10.6) mengakibatkan
peristiwa (Bagian 10.7) Saat usianya dua puluh tahun, ia kembali ke Piddie.
Semalaman lelaki itu duduk di rumoh geudong mereka kini yang tak bersisa
(Bagian 10.8) mengakibatkan peristiwa (Bagian 10.9) Enam bulan yang dilalui
Umar dalam depresi dan rasa bersalah yang bekepanjangan mengakibatkan peristiwa
(Bagian 10.10) Puncaknya, lelaki itu membakar seluruh ladang ganjanya. Umar
menyaksikan kembali sambil tertawa-tawa, ditemani botol minuman ditangan
(Bagian 10.11) mengakibatkan peristiwa (Bagian 10.12) Umar terus tertawa. Dalam
mabuknya, lelaki itu melihat kedua orang tua dan keempat saudara perempuan
melambai dari tengah kobaran api (Bagian 10.13) mengakibatkan peristiwa (Bagian
10.14) Tanpa berpikir panjang, Umar berlari menuju api yang menyala
mengakibatkan peristiwa (Bagian 10.15) Umar menyambut kematiannya sambil tertawa
mengakibatkan peristiwa (Bagian 10.16) Pada detik-detik terakhir Teungku Hasan
menarik Umar menjauh. Setelak kejadian malam itu, hidup Umar berubah (Bagian
10.17) mengakibatkan peristiwa (Bagian 10.18) Bersama Teungku Hasan, Umar
menemukan titik balik. Dua tahun berikutnya Umar dan Teungkun Hasan merancang
proyek besar Pesantren Impian (Bagian 10.19) mengakibatkan peristiwa (Bagian
10.20) Dengan Teungku Hasan berperan sebagai penasihat dan pengacaranya, tak
tanggung-tanggung ia mengerakkan hamper seluruh asset untuk pembangunan
pesantren. Umar meminta Teungku Hasan untuk berpura-pura menjadi pemilik pulau
dan pesantren impian (Bagian 10.21)mengakibatkan peristiwa (Bagian 10.22) Umar
merasa dengan segunung dosa yang diperbuatnya selama ini, Umar pantas mendapatkan
wajah penuh terima kasih penduduk pulau, dan sebutan Teungku Budiman, yang
mereka berikan.
Peristiwa (Bagian sebelas 11.1) Laut tampak tenang
dengan paduan semburat cahaya senja dan warna biru gelap yan g meluas, begitu
indah, mengantarkan keheningan pada malam hari mengakibatkan peristiwa (Bagian
11.2) Rini memandang lurus keindahan yang ada dihadapannya. Setelah selesai
sholat, Rini menyingkir dari masjid lewat pintu belakang untuk menenangkan diri
(Bagian 11.3) mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.4) Rini mengalihkan pandangan,
kemudian mengusap air mata mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.5) Inong menyuruh
Rini berteriak, untuk melampiaskan beban perasaan mengakibatkan peristiwa
(Bagian 11.6) Rini menghapus air mata. Ujung-ujung bibirnya ditarik keatas.
Mata jernihnya menatap Inong setengah tak percaya mengakibatkan peristiwa
(Bagian 11.7) Inong meyakinkan Rini. Tangannya menepuk pundak Rini
mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.8) Inong mengamit tangan Rini, saat
menyusuri pantai yang lenggang. Para gadis menghabiskan waktu di kantin usai
pelajaran bahasa Arab selesai (Bagian 11.9) mengakibatkan peristiwa (Bagian
11.10) Para gadis menertawai Ina saat ditanya Ustadzah Hanum tentang ada berapa
saudara Ina mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.11) Para santri senang bisa
mengolok Ina gadis dari Bengkulu itu mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.12)
Sissy melerai, kemudian kemudian sauasana tawa berhenti sesaat. Eni mengalihkan
percakapan (Bagian 11.13) mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.14) Eni sengaja
menggantung kalimat untuk menghimpun lebih banyak perhatian. Eni berbicara
tentang seorang pembunuh yang sekarang berada di pesantren (Bagian 11.15)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.16) Evi yang tidak pecaya langsung
menyanggah mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.17) Butet mengangguk, dan kalimat
Butet mencairkan suasana mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.18) Eni menggeleng,
kemudian seolah-olah apa yang dibicarakannya menuding pada Butet mengakibatkan
peristiwa (Bagian 11.19) Reasi butet biasa saja, hanya menarik napas panjang
dan menjawab datar mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.20) eni mencondongkan
badannya, saat mendengar kalimat Ina yang cukup menarik mengakibatkan peristiwa
(Bagian 11.21) jawaban ina tidak menghentikan pro dan kontra yang terjadi
mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.22) butet mengakhiri pidato panjang lebarnya
mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.23) butet mengakhiri pidato panjang lebarnya
mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.23) sissy member applause panjang pada Butet
mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.24) eni tersenyum puas, sesaat tadi sudut
pandangnya menagkap bayangan Ina.
Peristiwa (Bagian dua belas 12.1) Suara Sissy yang
agak melengking terdengar kesibukan di kelas seni terhenti mengakibatkan
peristiwa (Bagian 12.2) Suara Sissy yang agak melengking terdengar kesibukan di
kelas seni terhenti mengakibatkan peristiwa (Bagian 12.3) Inong ikut
menghentikan sapuan kuas di kanvas, memandangi gadis itu dari atas kebawah
mengakibatkan peristiwa (Bagian 12.4) Si Gadis bersyukur, sejak penjelasan Eni tempo
hari soal pembunuh yang nyasar ke pesantren, suasana cekap mencekam
mengakibatkan peristiwa 9Bagian 12.5) Eni merasa usahanya belum gagal, terus
menunggu bahwa si pembunuh pasti akan datang lagi. Perkiraan Lelaki meleset
saat mencari info tentang Pesantren Impian tak semudah yang dibayangkan (Bagian
12.6) mengakibatkan peristiwa (Bagian 12.7) Lelaki itu bertemu dengan bos yang
dendam berat pada bekas anak buah yang kabur melarikan barang dalam jumlah
besar. Sepekan lamanya mereka memasang mata, mengamati dengan cermat
orang-orang yang keluar masuk pelabuhan (Bagian 12.8) mengakibatkan peristiwa
(Bagian 12.9) Jhoni melihat dua orang seperti suami istri keluar pelabuhan
mengakibatkan peristiwa (Bagian 11.10) Lelaki itu bersiul. Langkahnya agak
mabuk ketika berlalu. Gadis-gadis muda mendengarkan lantunan ayat suci
Al-Qur’an yang sedang dibaca Cut Ana (Bagian 12.11) mengakibatkan peristiwa
(Bagian 12.12) Yanti panik saat Rini mengalami kontraks, kemudian Cut Ana
menghentikan hafaalan mengakibatkan peristiwa (Bagian 12.13) Ustadzah Hanum
bergegas menghampiri kerumunan dengan beberapa bungkusan di tangan
mengakibatkan peristiwa (Bagian 12.14) Yanti dan Cut Ana menemani Rini yang
saat berada di ruang perawatan mengakibatkan peristiwa (Bagian 12.15) Yanti
menarik napas panjang, karena Rini belum akan melahirkan mengakibatkan
peristiwa (Bagian 12.16) Yanti pulang sendiri menyusuri jalan setapak sambil
melantunkan shalawat.
Peristiwa (Bagian tiga belas 13.1) Terbunuhnya Yanti
merupakan pukulan terberat yang diterima pesantren. Sissy yang pertama kali
menemukan bantalan dan kain perca yang selama dipakai Yanti (Bagian 13.2)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 13.3) Sissy menyodorkan bantalan itu ke Eni,
Inong dan Ina yang kebetulan lewat ikut tertarik mengakibatkan peristiwa
(Bagian 13.4) Mereka baru sadar terakhir melihat Yanti ketika ia akan pergi ke
klinik mengantar Rini tadi malam mengakibatkan peristiwa (Bagian 13.5) Cut Ana
yang di jumpai menggeleng saat di tanya soal yanti. Sampai adzan Dzuhur
bergema, Yanti belum ditemukan (Bagian 13.6) mengakibatkan peristiwa (Bagian
13.7) Ustadz Agam menggerahkan pengurus pesantren putra dan semua relawan untuk
mencari Yanti. Pukul tiga sore, Yanti ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dan
bekas cekikan terlihat jelas di lehernya (Bagian 13.8) mengakibatkan peristiwa
(Bagian 13.9) Beberapa santriwati memandikan Yanti dalam kediaman mengakibatkan
peristiwa (Bagian 13.10) Ustadz Agam memimpin sholat jenazah di masjid. Senyum
Rini tampak cerah ketika satu rekannya masuk dan membawa udang cumi buatan Ummu
Shalihat (Bagian 13.11) mengakibatkan peristiwa (Bagian13.12) Ina dan Butet
berusaha menuturkan cerita lucu untuk menghangatkan suasana mengakibatkan
peristiwa (Bagian 13.13) Inong menambahi dengan satu dua lelucon mengakibatkan
peristiwa (Bagian 13.14) Rini tersenyum mendengar guyonan yang dilontarkan oleh
teman-temannya. Rini bertanya kenapa Yanti tidak ikut menjenguknya (Bagian
13.15) mengakibatkan peristiwa (Bagian 13.16) Santi dan Sinta makin menunduk
saat mendengar jawaban Ina soal pembunuhan.
Peristiwa (Bagian empat belas 14.1) Umar kaget saat
mendengar salah satu santriwatinya meninggal karena di bunuh mengakibatkan
peristiwa (Bagian 14.2) Umar meminta kepada Teungku Hasan untuk merahasiakan
apa yang terjadi di pesantren kepada masyarakat mengakibatkan peristiwa (Bagian
14.3) Teungku Hasan mengangguk mengakibatkan peristiwa (Bagian 14.4) Pemakaman
dilakukan dibelakang pesantren putri. Setahu masyarakat, Teungku Hasan sebagai
pengusaha sukses dan sosial yang tak suka publisitas (Bagian 14.5)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 14.6) Sedang Umar dikenal sebagai orang
kepercayaan Teungku Hasan. Acara galang dana di Surabaya kemarin lusa berhasil
(Bagian 14.7) mengakibatkan peristiwa (Bagian 14.8) Rencananya acara serupa
akan diadakan juga dikota-kota lain. Pukul setengah dua pagi, Eni pelan-pelan
bangkit dari tempat tidur (Bagian 14.9) mengakibatkan peristiwa (Bagian 14.10)
Eni menghentikan langkah saat mendengar suara gemerisik dari bawah
mengakibatkan peristiwa (Bagian 14.11) Eni terengah-engah melihat bayangan yang
sudah tidak ada lagi mengakibatkan peristiwa (Bagian 14.12) Eni memeriksa pintu
gerbang dan dia tak menemukan gembok besar yang biasa terpasang di pintu
gerbang.
Peristiwa (Bagian lima belas 15.1) Ustadzah Hanum
berkali-kali menyesali diri dengan kejaadian di pesantren mengakibatkan
peristiwa (Bagian 15.2) Cuaca buruk yang tak bisa mengganti kunci yang hilang
mengakibatkan peristiwa (Bagian 15.3) Ustadzah Hanum berpesan kepada Eni untuk
tidak memberitahukan bahwa kunci yang hilang belum sempat diganti. Dari kantor
Ustadzah Hanum, Eni bergabung bersama santriwati lain yang sedang menunggu
kedatangan Rini (Bagian 15.4) mengakibatkan peristiwa (Bagian 15.5) Mereka
telah menyiapkaan kejutan manis. Dipimpin Inong, anak-anak menghias kamar sang
calon ibu (Bagian 15.6) mengakibatkan peristiwa (Bagian 15.7) Rini senang
melihat kejutan yang di buat oleh teman-temannya. Mereka berkumpul diruang
makan (Bagian 15.8) mengakibatkan peristiwa (Bagian 15.9) Ummu Shalihat
menyiapkan makan malam. Ba’da sholat, mereka duduk membentuk lingkaran (Bagian
15.10) mengakibatkan peristiwa (Bagian 15.11) Ustadzaah Hanum memberikan kultum
tentang kematian mengakibatkan peristiwa (Bagian 15.12) Rini menanggis saat
tahu Yanti sudah meninggal mengakibatkan peristiwa (Bagian 15.13) Mereka
berjalan kebelakang halaman diamana tempat Yanti di kuburkan. Rini yang masih
dipenuhi kesedihan, tertegun melihat kamarnya terlihat meriah (Bagian 15.14)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 15.15) Ekspresi Rini yang ingin sekali mengucapkan
terima kasih, namun tersekat di tenggorokan saking haru, disambut pelukan
bersama.
Peristiwa (Bagian enam belas 16.1) Teungku Hasan dan
Umar langsung mengawasi proses penggantian kunci-kunci semua ruangan, termasuk
kamar para santri putri, keesokan paginya mengakibatkan peristiwa (Bagian 16.2)
Ustadzah Agam mulai menjelaskan peristiwa pembunuhan yang menimpa seorang
santri putri mengakibatkan peristiwa (Bagian 16.3) Teungku Hasan dan Umar serta
dua puluh orang relawan mendengarkan dengan seksama mengakibatkan peristiwa
(Bagian 16.4) Para relawan juga melaporkan pengamatan mereka ke calon santri
dan santriwati yang akan dibina untuk di undang ke PI mengakibatkan peristiwa
(Bagian 16.5) Mereka merupakan binaan PI dari berbagai angkatan mengakibatkan
peristiwa (Bagian 16.6) Pesantren Impian cukup berkesan bagi para santrinya.
Donasi rutin dari mereka yang pernah mengenyam pendidikan di PI, tak pernah
surut untuk membantu penyelenggaraan pesantren dari tahun ke tahun (Bagian
16.7) mengakibatkan peristiwa (Bagian 16.8) Barisan inilah yang disebut oleh
Teungku Budiman sebagai simpatisan. Lampu kamar telah dari tadi dimatikan, tapi
Butet belum mampu memejamkan mata (Bagian 16.9) mengakibatkan peristiwa (Bagian
16.10) Dua puluh menit kemudian, butet mulai terserang kantuk mengakibatkan
peristiwa (Bagian 16.11) Telinga Butet tak menangkap dengan jelas suara kunci
di putar dua kali mengakibatkan peristiwa (Bagian 16.12) Butet baru terjaga
ketika satu tangan kuat membekap dan menyumpal mulutnya, lalu dengan cepat
mengikat kaki dan tangannya mengakibatkan peristiwa (Bagian 16.13) Darahnya
terseriap saat ia ingat Yanti mengakibatkan peristiwa (Bagian 16.14) Denyut
jantungnya mulai mendetakkan nama Allah lebih sering mengakibatkan peristiwa
(Bagian 16.15) Butet pasrah menerima kenyataan jika ia harus mati. Butet tidak
mampu mengenali dua lelaki yang memakai topeng saat membopongnya keluar (Bagian
16.16) mengakibatkan peristiwa (Bagian 16.17) Eni mulai berteriak saat
mengetahui Butet di bawa oleh laaki-laki yang misterius mengakibatkan peristiwa
(Bagian 16.18) Suasana seketika terang benderang ketika lampu-laampu dinyalakan
mengakibatkan peristiwa (Bagian 16.19) Menit berikutnya penyusup itu
mengeluarkan sebilah pisau dari saaku celana, dan mengayunkannya ketubuh Butet.
Peristiwa (Bagian tujuh belas 17.1) Eni melihat
kejadian itu lewat sudut mata. Kilatan pisau yang terayun diatasnya membuat
Butet hanya mampu memejam kan mata (Bagian 17.2) mengakibatkan peristiwa
(Bagian 17.3) Tangan Eni meraih sebuah batu berukuran sedang didekatnya
mengakibatkan peristiwa (Bagian 17.4) Eni melemparkan sekuat tenaga ke bagian
lawan. Butet mendorong tubuh penculiknya dengan menggunakan sikut (Bagian 17.5)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 17.6) Butet berhasil melepaskan diri
mengakibatkan peristiwa (Bagian 17.7) Eni melompat mendekati Butet, menolongnya
kabur. Para penculik yang tak berani mengambil resiko lebih jauh, tegesa-gesa
melarikan diri (Bagian 17.8) mengakibatkan peristiwa (Bagian 17.9) Hamper seisi
pesantren muncul, mereka hanya melihar Enid an Butet yang masih terduduk lemas
didekat gerbang mengakibatkan peristiwa (Bagian 17.10) Lima relawan ditugaskan
oleh Umar dan Ustadz Agam. Ustadzah Hanum anak-anak sholat berjamaah bersama
relawan yang sudah kembali dengan tangan kosong (Bagian 17.11) mengakibatkan
peristiwa (Bagian 17.12) Seorang laki-laki tampan dipesilahkan Ustadz Agam
untuk menjadi imam. Selesai sholat, pihak pesantren memajukan kesempatan untuk
berdialog dengan Teunku Budiman (Bagian 17.13) mengakibatkan peristiwa (Bagian
17.14) Dialog dengan Teungku Budiman berlangsung seru mengakibatkan peristiwa (Bagian
17.15) Evi mewakili anak-anak putrid menyakan sistem keamanan pesantren yang
dianggapnya lemah mengakibatkan peristiwa (Bagian 17.16) Lelaki itu menjawab
semua pertanyaan dengan bijaksana. Rini merasa \dadanya sesak saat meliahat Mas
Bagus ada di pesntren (Bagian 17.17) mengakibatkan peristiwa (Bagian 17.18)
Jawaban Rini tegas saat Ustadzah Hanum meminta dirinya untuk mau menemui Mas
Bagus.
Peristiwa (Bagian delapan belas 18.1) Si Gadis duduk
di taman depan masjid, sibuk berpikir kejadian yang mereka alami mengakibatkan
peristiwa (Bagian 18.2) Ada petunjuk baru yaitu dua kilogram barang terlarang
untuk mebuat Butet dikejar-kejar seumur hidup.
Si Gadis menyapu pandangan kearah Bagus mengamatiengan cermat (Bagian
18.3) mengakibatkan peristiwa (Bagian 18.4) Bagus akan mengatakan siapa pelaku
sebenarnya, sebagai bukti Ibu saya yang melihatnya mengakibatkan peristiwa
(Bagian 18.5) Si Gadis menatap pemuda itu lurus, mengamati ekspresi
dihadapaannya mengakibatkan peristiwa (Bagian 18.6) Kejadian sebenarnya adalah
kami dibujuk untuk tidak menetap di rumah Rini, kemudian Ibu saya diberikan
sangon macam-macam mengakibatkan peristiwa (Bagian 18.7) Si Gadis
manggut-manggut saat mendengar penjelasan dari Bagus. Para santri putri
berjalan dibelakang diiringi Ustadzah Hanum dan Cut Ana (Bagian 18.8)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 18.9) Belasan santri putra asyik mengamati
deretan pohon karet yang berdiri menjulang dan berjarak sekitar satu dua meter.
Para pekerja tampak asyik mencukili kulit batang pohon dengan pisau (Bagian
18.10) mengakibatkan peristiwa (Bagian 18.11) Ina, Sissy ,Inong dan Rini
melihat proses didepan mereka dengan
bersungguh-sungguh. Jauh didepan Rini terus berlari. Pandangan yang disesaki
butiran air mata mulai mengabur. Beberapa kali Gadis ayu itu terjatuh (Bagian
18.12) mengakibatkan peristiwa (Bagian 18.13) Rini meminta tolong pada Paklik
Kusno untuk membawanya pulang mengakibatkan peristiwa (Bagian 18.14) Lelaki
yang dipanggilnya Paklik mengangguk. Melingkarkan tangan ke bahu Rini, berusaha
menenangkan keponakannya yang masih terisak-isak.
Peristiwa
9Bagian Sembilan belas 19.1) Rini dan paklik Kusno sudah berlari cukup jauh
mengakibatkan peristiwa (Bagian 19.2) Tanpa disadari mereka sudah memasuki
daerah hutan tropis yang cukup lebat mengakibatkan peristiwa (Bagian 19.3) Pada
pinggang pengacara Teungku Budiman itu, terselip tali tambang, pisau dan
beberapa peralatan mengakibatkan peristiwa (Bagian 19.4) Si Gadis kemudian
keluar dari persembunyiannya, setelah tahu bahwa Teungku Hasan yang datang mengakibatkan
peristiwa (Bagian 19.5) Umar yang ditemani dua relawan dan seorang penduduk
lokal dengan cermat, dan segera mencari saat menyadari dua santriwati terpisah
dari rombongan, sewaktu meninjau perkebunan mengakibatkan peristiwa (Bagian
19.6) Umar berembuk sebentar dengan tiga lelaki yang bersamanya mengakibatkan
peristiwa (Bagian 19.7) Umar melangkah cepat, seolah lupa seoraang gadis
mengikuti mengakibatkan peristiwa (Bagian 19.8) akhirnya berpencar menjadi dua
rombongan. Dibagian lain, jauh didepan Umar dan rombongan, Bagus menyusuri
jejak Rini, bertekad tidak akan kembali sebelum Rini di temukan mengakibatkan
peristiwa (Bagian 19.9) Tak jauh didepan, cahaya matahari tampak terang,
kemudian lelaki itu mempercepat langkah menerobos rimbun daun dikiri kanan
mengakibatkan peristiwa (Bagian 19.10) Hingga satu titik, ketika Bagus melihat
sekeliling, pepohonan lebat tak ada lagi, berganti haamparaan luas pasir putih
megakibatkan peristiwa (Bagian 19.11) Bagus hamper putus asa., ketika sudut
matanya menangkap sebuah tebing karang curam disisi kanan yang tampak menonjok
ke laut, lebih kurang dua ratus meter dari tempatnya berdiri terlihat dua orang
berjalan tertatih diatas karang curam mengakibatkan peristiwa (Bagian 19.12)
Bagus mempercepat laangkah. Bayangan Rini yang tergelincir diatas tebing
membuatnya berlari secepat angin.
Peristiwa (Bagian keduapuluh 20.1) Ketakutan Rini
melihat Mas Bagus mengakibatkan peristiwa (Bagian 20.2) Rini lega melihat paman
yang sudah lama tak berjumpa, kemudian melindungi dirinya. Bagus menyusun
langkah untuk menyelamatkan Rini (Bagian 20.3) mengakibatkan peristiwa (Bagian
20.4) Aksi diam antara Bagus dan Paklik Kusno mengakibatkan peristiwa (Bagian
20.5) Paklik Kusno meraih pisau dari kantong celananya mengakibatkan peristiwa
(Bagian 20.6) Bagus berfikir panjang, jika ia melawan maka paklik Kusno akan
berbuat nekad pada Rini mengakibatkan peristiwa (Bagian 20.7) Bagus meyakinkan
Rini bahwa bukan dia lah yang telah melakukan hal biadab mengakibatkan
peristiwa (Bagian 20.8) Rini lebih percaya kepada ibunya dari pada Mas Bagus
mengakibatkan peristiwa (Bagian 20.9) Paklik Kusno meyakinkan Rini, bahwa
perkataan ibunya benar. Kebimbangan Rini yang tak tahu siapa yang telah
memperkosanya (Bagian 20.10) mengakibatkan peristiwa (Bagian 20.11) Kemarahan
Paklik Kusno pun menjadi-jadi saat Bagus mencoba menghalangi iat jahatnya pada
Rini mengakibatkan peristiwa (Bagian 20.12) Bagus menghindari serangan pisau
yang diayunkan pada dirinya mengakibatkan peristiwa (Bagian 20.13) Bagus
melantunkan doa agar tak terjadi sesuatu yang buruk menimpa gadis yang di
cintainya mengakibatkan peristiwa (Bagian 20.14) Umar berusaha membujuk Paklik
Kusno agar menyerah dan tidak berbuat macam-macam mengakibatkan peristiwa
(Bagian 20.15) Rini dilemparkan ke karang yang curam mengakibatkan peristiwa
(Bagian 20.16) Bagus dan Umar menolong Rini saat hendak terjatuh ke karang yang
curam mengakibatkan peristiwa (Bagian 20.17) Rini berusaha bertahan saat
dirinya berada diantara hidup dan mati.
Peristiwa (Bagian duapuluhsatu 21.1) Semua terpaku
menyaksikan tubuh itu melayang bebas, Umar tak berdiam diri mengakibatkan
peristiwa (Bagian 21.2) Sepasang matanya menemukan yang dicari. Satu bongkahan
batu yang besar dan berat. Umar mulai memotong tambang panjang yang ada
dibawahnya. Kedua tali utas itu diikatkan pada batu besar dengan simpul khusus
yang kuat mengakibatkan peristiwa (Bagian 21.3) Rini meluncur, saat semua
terpanah, Umar bergerak cepat mengakibatkan peristiwa (Bagian 21.4) Tubuh Rini
berhenti meluncur, saat kedua tangannya menemukan tempat bertumpu mengakibatkan
peristiwa (Bagian 21.5) Umar member intruksi cepat mengakibatkan peristiwa
(Bagian 21.6) Bagus, Si Gadis, dan seorang lelaki dari perkebunan mengerahkan
tenaga penuh menjaga batu agar tidak beranjak, selama menahan beban tubuh Umar
yang hati-hati menapak turun mengakibatkan peristiwa (Bagian 21.7) Kedua kaki
umar saip menjejak tebing dan turu kebawah, dan akhirnya berada sejajar dengan
Rini mengakibatkan peristiwa (Bagian 21.8) Bagus mengulurkan potongan tali
kedua hingga cukup panjang menjangkau Rini saat Umar berhasi mendekati Rini
mengakibatkan peristiwa (Bagian 21.9) Umar mengikatkan tali yang diulurkan
Bagus hingga cukup aman membawa Rini ke atas mengakibatkan peristiwa (Bagian
21.10) Bagus mulai menarik tubuh Rini secara perlahan mengakibatkan peristiwa
(Bagian 21.11) Rini berhasil ditarik keatas, bagus menarik Umar mengakibatkan
peristiwa (Bagian 21.12) Rini menjatuhkan dirinya dalam sujud syukur ketika
semuanya selamat mengakibatkan peristiwa (Bagian 21.13) Bagus tanpa diminta
dengan cepat menggendong Rini hingga kebawah. Menjelang Ashar baru mereka tiba
di pesantren (Bagian 21.14) mengakibatkan peristiwa (Bagian 21.15) Rini
langsung dilarikan dengan mobil ke klinik.
Peristiwa (Bagian duapuluh dua 22.1) Rini selamat daan
bayinya telah lahir mengakibatkan peristiwa (Bagian 22.2) Menjadi kabar paling
gembira bagi santriwati, menjelang saat kepulangan Rini. Misteri pembunuhan
yanti terkuak, setelah beberapa relawan yang menyisir daerah pantai menemukan
tenda milik Paklik Kusno (Bagian 22.3) mengakibatkan peristiwa (Bagian 22.4)
Didalamnya terdapat foto-foto yang menjadi bukti pembunuhan Yanti mengakibatkan
peristiwa (Bagian 22.5) Saat pembunuhan terjadi, suasana gelap sehingga Yanti
kira adalah Rini. Jenazah yang ditemukan di pelabuhan, diduga mereka menjadi
korban sebuah speedboat yang menabrak karang (Bagian 22.6) mengakibatkan
peristiwa (Bagian 22.7) Setelah diidentifikasi salah satunya dikenal bernama
Jhoni, anak buah Anton King. Ustadzah Hanum member kabar bahwa bayi Rini tidak
dapat diselamatkan (Bagian 22.8) mengakibatkan peristiwa (Bagian 22.9) Bayi
perempuan yang diberi nama Fitri itu baru beberapa hari mengisi hari-hari mereka.
Peistiwa (Bagian duapuluhtiga 23.1) Si Gadis menerima
surat dari Nurul yang berisi anak-anak terancam kelaparan mengakibatkan
peristiwa (Bagian 23.2) Hati Si Gadis menangis mengakibatkan peristiwa (Bagian
23.3) Si Gadis dalam hatinya bersumpah akan mengulang lembaran hitam dalam
hidup yang dulu dilakukannya mengakibatkan peristiwa (Bagian 23.4) Ketika malam
tiba, Si Gadis meminta izin pesantren untuk memperbolehkannya pulang lebih
cepat. Umar yakin bahwa dirinya memang menyukai Si Gadis setelah ia melakukan
sholat istikharoh (Bagian 23.5) mengakibatkan peristiwa (Bagian 23.6) Teungku
Hasan mengucap syukur, saat Umar memutuskan untuk menikah. Suasana pesantren
putri hiruk pikuk saat para santri akan menempuh jalan hidupnya masing-masing
(Bagian 23.7) mengakibatkan peristiwa (Bagian 23.8) Rini akan meneruskan
kembali kuliahnya. Santi dan Sinta sudah benar-benar sembuh dari ketergantungan
(Bagian 23.9) Ita yang mempunyai masalah dengan berat badannya (Bagian 23.10).
Sri dan Ipung berencana menjalankan usaha bersama (Bagian 23.11) Evi
memeutuskan kembali ke Kalimantan (Bagian 23.12) Ina sadar, sudah kehilangan
banyak kenangan bersama anaknya (Bagian 23.13) Sissyi dan Inong akan
melanjutkan hidup (Bagian 23.14) mengakibatkan peristiwa (Bagian 23.15)
Ustadzah Hanum tampak bahagia mendengar tekat para santri putri.
Peristiwa (Bagian duapuluhempat 24.1) Perpisahan
selalu meninggalkan kesedihan. Si gadis masih menungu dipelabuhan (Bagian 24.2)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 24.3) Lima belas menit sudah berlalu sejak Cut
Ana diminta segera kembali ke pulau mengakibatkan peristiwa (Bagian 24.4) Si
gadis masih berdiri dipinggir pelabuhan . mengamati layar terkembang. Kapal
yang datang dan berlalu mengakibatkan peristiwa (Bagian 24.5) Si gadis
merapikan ransel, bersiap beranjak, ketika satu panggilan terdengar oleh nya.
Di kantor Ustadzah Hanum, Umar menunggu resah. Ia terlambat. Gadis yang ia
ingin di jumpainya sudah pergi (Bagian 24.6) mengakibatkan peristiwa (Bagian
24.7) Dipojok ruangan, Teungku Hasan tak kalah gelisah. Menyesali diri tak
memaksa Umar berangkat lebih cepat. Umar tersenyum saat Ustadzah Hanum di akhir
telepon menhgatakan bahwa Si Gadis akan kembali (Bagian 24.8) mengakibatkan
peristiwa ( Bagian 24.9) Teungku Hasan bangkit dari tempat duduknya dan menepuk
pundak Umar pelan. Pernikahan dilangsungkan keesokan harinya dengan penuh
tiba-tiba. Kejutan kedua setelah penghuni dibuat kaget saat teman mereka
kembali (Bagian 24.10).Si Gadis heran, apa yang membuatnya begitu mudah
membalikan langkah ketika Cut Ana yang ternyata belum mendapatkan feri
memburunya (Bagian 24.11) mengakibatka
peristiwa (Bagian 24.12) Ia masih ingin melihat rekan-rekannya untuk terakhir
kalinya. Mata Si Gadis menapaki awan putih yang bergelombang dari balik jendela
pesawat (Bagian 24.13) mengakibatkan peristiwa (Bagian 24.14) Umar mengakhiri
kisahnya. Tapi rangkaian kalimat yang disusunnya dengan hati-hati, masih
menyisakan kekagetan diwajah istrinya mengakibatkan peristiwa (Bagian 24.15)
“satu-satu” Umar meraih tangan istrinya, menciumnya lembut mengakibatkan
peristiwa (Bagian 24.16) Sebagai lelaki Umar berjanji akan member kebahagiaan
dan mengusir kesedihan yang pernah dijalani gadis bertubuh mungil disampingnya.
Pesawat yang mereka tumpangi menambah ketinggian, terus mengangkasa. Semakin
jauh meninggalkan Aceh, pulau Lhok Jeumpa dan Pesantren Impian (Bagian 24.17)
mengakibatkan peristiwa (Bagian 24.18) Dari baalik jendela, langit tampak luas.
Meramaikan kebahagiaan yang meliputi hati sepasang kekasih.
Perkembangan Plot
1.
Situation
(pengarang mulai melukiskan keadaan)
Pada
bagian pertama digambarkan bahwa saat Rini berada di RS Darmo,Surabaya.
“ Rini membuka
mata perlahan. Dirasakan kepala teramat berat ketika ia mencoba mengingat apa
yang terjadi. Ruangan putih pucat disekitarnya jelas bukan rumah. Pandangan
yang masih samar kemudian hinggap pada seraut wajah yang teramat akrab. Wajah
yang selalu ia hormati. Tiba-tiba perasaan sedih dan kecewa menampar kembali.
Gusti Allah, kenapa aku tidak mati saja?”
(Pesantren Impian; 2014:3)
2.
Generating
Circumantaces (peristiwa-peristiwa yang berpaut mulai bergerak)
Dalam sub klimaks ini menggambarkan
saat Ustadzah Hanum menyerahkan surat kepada Rini yang dikirim dari ibunya.
“ Dari siapa Rin? Sissy tak bisa
menahan rasa ingin tahu. Inong menyikut pinggang rampingnya. Sementara Rini
hanya menjawa, dengan suara serupa bisikan. “Dari ibu..” (Pesantren Impian;
2014: 103)
Akibat surat yang dikirim dari ibunya
untuk Rini, sekarang Rini merasa sedih setelah membaca isi surat dari ibunya.
“ Rini menarik napas. Haruskah
diceritakan? Batinnya kisruh. Menyesal telah membuat bingung rekan-rekan lain.
Tapi begitu beratnya untuk menceritakan isi surat ibu. Ah Mas Bagus…benarkah
lelaki yang sangat dihormati, dikagumi, dan dipujinya habis, ternyata serigala
jahat yang menodainya?” (Pesantren Impian; 2014: 106)
3.
Rising
Action (keadaan mulai memuncak)
Keadaan ini menceritakan reaksi Rini pada
saat bertemu Bagus, kemudian Bagus meminta untuk mendengarkan penjelasan Bagus.
“ Rini merasa tubuhnya bergetar
menahan luapan emosi. Ini keterlaluan. Amarahnya terasa naik ke ubun-ubun.
Resah. Gamang, sebab disisi lain
kebaikan lelaki itu begitu banyak pada dirinya. Dilemma yang melahirkan
kesedihan. Kenangan-kenangan indah masa kecil lalu saat beranjak remaja,
menggugah. Terlalu banyak banyak yang harus dicerna saat ini. Ia tak sanggup.”
(Pesantren Impian; 2014:227)
Karena kejadian ini Rini menggerakkan
kakinya untuk melangkah cepat tanpa berfikir untuk menjauhi Mas Bagus.
4.
Climax
(Peristiwa mencapai puncaknya)
Pemaparan klimaks novel Pesantren Impian jelas sekali ketika
Rini, Paklik Kusno dan Bagus berada di atas tebing karang yang runcing,
kemudian Paklik Kusno mencoba melindungi dan meyakinkan Rini bahwa Bagus lah
yang telah memperkosanya. Terlebih Paklik Kusno menyinggung perkataan Ibunya
mengenai Mas Bagus.
“Aksi diam terjadi. Bagus berusaha
memeras otak, sementara Kusno meraih pisau saku dari kantong belakang jeans.
Tanpa senjata, ia pasti kalah menghadapi Bagus yang tubuhnya lebih besar. Tapi
keberadaan Rini membalikkan keadaan. Untuk sementara Bagus tak mungkin berani
bertindak apa-apa. Anak emban itu pasti takut ia akan melukai Rini, atau
mendorongnya ke laut. “Rin ,saya tidak mungkin melakukan hal seburuk itu. Ini
fitnah!’’ Bagus membuka percakapan, mencoba menyadarkan. Yang diajak bicara
memalingkan wajah. Ibu tak mungkin berbohong, beraninya laki-laki ini memutar
balik fakta. “ jangan didengarkan, Cah Ayu! Dia akan ngomong apa pun untuk
menghindar dari tanggung jawab. Ingat perbuatan keji yang dilakukannya
kepadamu!” (Pesantren Impian; 2014: 241)
“usahanya terus meronta, tanpa
diduga berhasil membebaskannya dari cengkeraman Paklik Kusno. Dengan mata
kepalanya Rini melihat tubuh lelaki itu meluncur sebelum jatuh dan menebar
cipratan merah pada sebuah karang kecil yang runcing.” (Pesantren Impian; 2014:
249)
Kejadian ini membuat Rini ikhlas. Karena
tak ada yang lebih buruk dari seseorang yang menemui Tuhannya dalam keadaan
ingka. Kehendak-Nya, apa pun harus Dia terima. Bukan akhir dari bilangan hari
yang harus disesali, tetapi berapa banyak hari, kehidupan yang telah Allah
karuniakan, dan harus disyukuri.
5.
Denaument
( merupakan bagian yang ditandai adanya pemecahan soal dari semua peristiwa)
Dalam peristiwa-peristiwa yang
terjadi akhirnya menemukan pemecahan masalah, yaitu umar, Bagus dan yang
lainnya mengatur strategi untu menyelamatkan Rini saat dilemparkan oleh Paklik
Kusno ke karang tebing yang runcing.
‘Bagus, si Gadis, dan seorang lelaki
dari perkebunan mengerahkan tenaga penuh, menjaga agar batu tak beranjak,
selama menahan beban tubuh Umar yang hati-hati menapak turun. Kedua kaki Umar
siap menjejak tebing dan turun kebawah. Ketika akhirnya lelaki itu berada
sejaajar dengan Rini, gadis itu sudah hampir pingsan. Setelah Umar berhasil
mendekati Rini, Bagus mengulurkan potongan tali kedua hingga cukup panjang
menjangkau Gadis itu” (Pesantren Impian; 2014: 253)
Post a Comment for "SINOPSIS NOVEL PESANTREN IMPIAN KARYA ASMA NADIA"