Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL INSYA ALLAH YOU’LL FIND YOUR WAY KARYA HENGKI KUMAYANDI


Tokoh Dan Penokohan
Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita yang mengalami peristiwa dan mempunyai sifat, sikap, emosi, prinsip dan sebagainya. Di dalam sebuah novel, tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan dalam beberapa macam sudut pandang dan tinjauan itu adalah beberapa jenis tokoh, jenis watak, dan teknik pelukisan.

1.    Jenis Tokoh
Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh antagonis dan protagonis.
a.    Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Pembagian tokoh utama dan tokoh tambahan ini dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita. (Nurgiyantoro, 1998:176)
Berdasarkn pendapat di atas di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way karya Hengki Kumayandi ini tokoh utamanya adalah Bram, Fajrin, dan Elis karena tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam menggerakkan konflik cerita.
Dibandingkan dengan tokoh utama, tokoh tambahan dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way ini lebih banyak. Beberapa di antaranya yaitu Pak Tris, Asep, Umi dan Abi Elis, ayah dan ibu Fajrin, Sulis, umak (Ibu Bram), Sylla, Edo, Derryl, Nayyara, Pak Sarmidi, Marcel, Pak Tio, Bu Veni, satpam di rumah Marcel, Tante Marcel, Reddy, Nelwan, Mas Pengamen, petugas keamanan di rumah Derryl, pelayan di rumah Derryl, Ibu Derryl, teman-teman Derryl yang bermotor besar, sepupu laki-laki Sulis, Mang Bahar, Kang Hafiz, siswa SMK Tunas Bangsa, siswa SMK Insan Kamil, dan Salsabila.
b.   Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peran penting dalam sebuah cerita. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatan di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita dan waktu yang digunakan tokoh protagonis berhubungan dengan semua tokoh yang ada dalam cerita dan tokoh protagonis menjadi pusat sorotan di dalam cerita.
Dalam penentuan tokoh protagonis di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way ini lebih tepat menyebut Bram, Fajrin, dan Elis. Tokoh-tokoh ini menempati sebagai tokoh protagonis dengan alasan tokoh ini lebih banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada. Selain itu di dalam novel ini banyak diungkapkan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh ini terhadap permasalahan yang ada serta tokoh ini hadir dari awal hingga akhir cerita.
c.    Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis merupakan tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis. Tokoh antagonis dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way adalah siswa SMK Insan Kamil, diantaranya yaitu bernama Sylla, Marcel, Edo dan Derryl.

2.    Jenis Watak
Forster (1970:75) membagi watak tokoh ke dalam dua jenis, yaitu tokoh yang berwatak bulat atau kompleks dan datar atau sederhana.
Tokoh Berwatak Bulat Dan Datar
Nurgiyantoro (1998: 183) mengatakan bahwa tokoh bulat atau kompleks sebagai tokoh yang memiliki dan disebut berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya. Abrams (1981: 20-21) bahwa tokoh bulat atau tokoh kompleks di katakan lebih mempunyai kehidupan manusia yang sesungguhnya karena di samping sebagai kemungkinan sebagai dan tindakan, ia juga memberikan kebulatan.
Sedangkan tokoh berwatak datar atau sederhana ( Flat or Simple Character) adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat tertentu (Nurgiyantoro, 1998: 182).

3.    Teknik Pelukisan Tokoh
Dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way ini, tokoh-tokoh bulat dan datar tampak jelas pada masing-masing tokohnya.
a.    Elis
Dilukiskan bentuk lahir tokoh ini sebagai berikut:
“Tergugup aku mendapati Elis yang tersenyum dan berdiri di depanku. Ujung jilbab lebarnya bergerak-gerak tertiup angin siang yang berhembus. Hari ini, wajahnya yang bersih cerah terlihat begitu indah dipandang.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 9)

“Kapan lagi ada cewek kayak dia?” Fajrin mulai menggodaku. “Salehah, pinter ngaji, cantik lagi!” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 11)

Penggambaran bentuk fisik ini memang berhubungan dengan masalah kejiwaan, tetapi gambaran itu tidak dapat dijadikan ukuran pernyataan watak yang dimiliki tokoh Elis. Elis memiliki wajah cantik, salehah, dan pintar mengaji. Ia tumbuh dan berkembang di keluarga yang sederhana.
Watak Elis juga dapat dikatakan sebagai orang yang mudah cemburu. Setelah melihat Bram dipeluk oleh Nayyara (muridnya), Elis langsung pergi tanpa mau mendengarkan penjelasan Bram terlebih dahulu.  Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Elis berdiri kaku dengan nampan berisi makanan di tangannya, memandangi Nayyara yang menangis dalam pelukanku. Wajah cantik Elis merah padam.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 144)

“Elis! Nggg, Lis, inii... ini Nayya, murid Aa!” kataku sambil melepas paksa pelukan Nayyara dengan sisa-sisa tenaga yang ada.
..........
“Elis! Tunggu, Lis!” Aku berseru sebelum dia sampai di teras rumahnya.
Dia tidak peduli. Begitu tubuh mungilnya menghilang ke dalam, Elis bahkan langsung membanting pintu rumahnya keras-keras. Brakk! (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 1145)

b.   Fajrin
Fajrin memiliki postur tubuh yang tinggi, berambut cepak, dan berkulit putih. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Cowok berpostur tinggi, berambut cepak, dan berkulit putih itu memandangku dengan serius.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 12)

Fajrin adalah sahabat dari Bram. Dia satu kos dengan Bram. Dia merupakan sahabat yang baik. Dia pengertian pada sahabatnya yang sedang mempunyai masalah keuangan. Dia menawarkan bantuan dengan meminjamkan uang kepada sahabatnya, dan boleh dibayar kapan saja. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Ane ini sahabat ente. Kalau ada masalah, ceritalah. Mungkin ane bisa bantu. Ane tahu, ente lagi punya masalah keuangan, kan?”
Aku terkejut. Entah dari mana Fajrin mengetahuinya. Aku diam saja.
“Udah, nggak usah mikir ane tahu dari mana.” Fajrin menepuk bahuku, seolah bisa membaca jalan pikiranku. “Ente bisa pakai duit ane dulu buat bayar kuliah. Nanti kalau ente sudah ada duit, ente kan tinggal bayar? Kapan saja juga boleh.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 22)

Fajrin juga mempunyai watak pengertian pada Bram, sahabatnya. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Melihat kekurangsiapanku sejak kemarin, pagi itu juga Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, dan ikat pinggang miliknya untuk kukenakan. Selain itu, Fajrinpun menyodorkan sepatu kulitnya. Suka atau tidak suka, aku harus menerima tawaran baiknya. Lagi pula, memang tidak ada pakaian yang lebih baik selain yang sudah sering kukenakan untuk pergi kuliah. Lucu rasanya setelah semua yang dipinjamkan Fajrin melekat di tubuhku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 44)

Selain itu Fajrin memiliki karakter rajin beribadah. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Tengah malam, tiba-tiba aku terbangun karena mendengar suara isak tangis. Kulihat Fajrin terisak dalam doanya setelah bertahajud. Tubuhku bergetar melihat kesungguhannya beribadah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 21)

Fajrin juga memiliki karakter suka berbagi. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
 Aku menikmati makanan yang tadi diantar Elis, sementara Fajrin dengan makanan  yang dibawanya sendiri meski aku tahu dia sengaja membeli dengan ukuran porsi besar untuk dua orang. Dia memang sangat baik. Dia rela berbagi makanan denganku setiap saat.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 13)

c.    Bram
Bram memiliki karakter penyabar.  Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Kucoba menahan emosi walaupun terkejut melihat sikap siswa tadi. Satu per satu, tanpa dikomando siswa-siswi yang masih tinggal di kelaspun berdiri dan berjalan acuh tak acuh melewatiku.... Kini, aku berdiri mematung di kelas ini seorang diri. Merasa benar-benar tak ada harganya.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 51)

Bram juga memiliki karakter penuh semangat. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Dari informasi yang kuperoleh di kampus, jika sulit menemukan pekerjaan dengan jam kerja malam hari dan terpaksa harus bekerja dari pagi hingga sore, aku tetap bisa kuliah pada hari Sabtu-Minggu. Konsekuensinya, aku harus pindah kelas. Bukan masalah besar bagiku, yang terpenting aku tetap terus kuliah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 26)

Aku berdiri seolah terpaku menghadap jalan yang basah oleh rinai hujan. Punggung dan kakiku masih terasa sakit. Semalam, di antara nyeri yang belum mau pergi, aku kembali menulis surat lamaran pekerjaan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 31)

Bram juga termasuk anak yang soleh, berbakti pada orang tuanya. Bram tidak ingin selalu merepotkan ibunya.  Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
 “Giliran Bram yang bekerja sekarang, agar Bram tidak selalu merepotkan Umak. Umak tetaplah berusaha memajukan warung kita, agar adik-adik bisa terus sekolah. Insya Allah, setelah Bram selesai kuliah nanti, Bram yang akan bekerja untuk Umak.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 21)

Selain itu Bram juga orang yang baik. Dia dengan tulus mau membantu orang yang sedang membutuhkan bantuannya tanpa minta maupun mengharapkan imbalan apapun, apalagi kepada orang yang sering berbuat baik kepadanya.
“Kalau Bram nggak keberatan, tolong jemput Elis. Umi bingung harus minta tolong siapa.”
“Biar Bram yang jemput Elis.” Aku memutuskan. Tak mungkin kutolak permohonan Umi. Sesibuk atau selelah apapun aku saat ini.
.................
“Dan ini untuk ongkos naik bus, Bram.”
....................
“Nggak usah, Mi. Kebetulan Bram ada uang.” Kutolak sehalus mungkin agar Umi Elis tidak tersinggung.
“Sudah, ayo ambil. Sekalian buat beli bensin motornya Elis. Katanya bensinnya juga habis.”
“Beneran, Mi, nggak usah. Bensin motor Elis juga biar Bram saja yang isikan,” ucapku.
Umipun menyerah, tak lagi memaksaku menerima uangnya.
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 125)


d.   Edo (siswa SMK Insan Kamil)
Edo adalah salah satu siswa SMK Insan Kamil, murid dari Bram. Edo memiliki postur tubuh yang tinggi besar dan kulitnya hitam legam. Dia berwatak berani dan sombong. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
 Salah satu dari yang bersikap tak acuh tiba-tiba berdiri dengan tangan teracung di samping wajahnya yang berbekas luka. Tubuhnya tinggi besar dan kulitnya hitam legam.
Pak! Apa yang bapak ceritakan tadi, sudah saya baca! Basi! Saya ingin sesuatu yang belum pernah saya dengar atau saya baca. Atau minimal tentang hal-hal unik para tokoh besar seperti Mahatma Gandhi, atau Bung Karno, atau Hilter, atau Julius Caesar. Atau setidaknya  Marthin Luther, Da Vinci, atau Thomas Alfa Edison! Kalau Cuma begitu saja, sudah kelewat sering. Jadi guru itu harus menantang dong ilmunya! Bisa nggak sih?!” katanya pongah. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 57)

Selain itu Edo juga memiliki karakter tidak sopan atau tidak bertata krama. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
Belum usai mengecek kehadiran murid-muridku, tiba-tiba saja Edo berdiri dari duduknya. Berjalan ke depan, lalu langsung meninggalkan kelas tanpa pamit.
“Edo!” Aku memanggilnya.
Remaja itu berhenti sejenak, lalu membalikkan badannya menghadap ke arahku.
“Saya mau ke toilet, Pak,” ucapnya datar, seolah-olah tak melakukan kekeliruan apapun.
Dia benar-benar tidak menghargai keberadaanku ketika kembali melangkah pergi. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 279)

e.    Marcel
Marcel salah satu siswa SMK Insan Kamil, murid dari Bram. Marcel memiliki postur tubuh yang ceking dan wajahnya tirus. Matanya berkacamata model bundar. Dia memiliki karakter tidak sopan. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
Ternyata reaksi itu cuma hiburan semata bagiku. Seolah mewakili aspirasi teman-temannya, salah satu dari mereka tiba-tiba berdiri, seorang pelajar laki-laki, masih dengan tas sekolah yang terselempang di bahunya, dia kemudian maju ke depan kelas. Tubuhnya ceking dan wajahnya tirus. Bahkan kacamata model bundar yang dikenakannya sama sekali tidak memberi kesan berisi pada wajahnya.
“Gue nggak mau belajar kalau gurunya keliatan nggak punya pengalaman. Dan malah keliatan nggak berkualitas!” ceracaunya. Lalu, menggeloyor meninggalkan kelas begitu saja. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 51)

Sebelumnya, Marcel merupakan anak yang rajin, namun setelah ia kurang menerima perhatian dari orang tuanya, dia berubah menjadi anak yang susah bergaul, dan sinis pada siapapun. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Dulu dia anak yang rajin. Sejak SD, nilai-nilai Marcel selalu yang terbaik di kelasnya. Tiga tahun lalu, dia adalah lulusan terbaik se-SMP. Sayang, semenjak mamanya meninggal dan papanya terus sibuk di luar negeri, dia berubah seperti sekarang. Susah bergaul, sinis pada siapapun, dan tak pernah bisa menerima kehadiran orang-orang baru dalam hidupnya.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 78)

Di mata teman-temannya, Marcel adalah orang yang tengil, yang sok pintar dan tidak tahu diri. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Kita nggak peduli. Terserah, mau dia sakit yang mematikan kayak gimanapun, kita semua nggak mau tahu. Nggak sudi kita kasih semangat sama anak tengil yang sok pintar dan nggak tahu diri itu!” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 82)

Setelah menerima kartu ucapan berisi penyemangat untuknya dari teman-temannya, dia sadar bahwa ternyata masih ada yang mau peduli dengannya. Diapun kembali ke watak semula. Dia menjadi anak yang manis (baik) yang tahu terima kasih dan kembali bersemangat untuk melanjutkan hidup yang lebih baik lagi. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada bapak. Kartu-kartu penyemangat dari teman-teman telah membuat saya menangis haru. Saya menjadi lebih hidup, yang selama ini saya merasa tak ada yang peduli dengan saya.
................
Tapi semenjak saya membaca semua ucapan penyemangat dari teman-teman, saya merasa bahwa hidup harus terus berjalan. Dan saya berhak untuk hidup lebih baik.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 96)

“Aku masih belum percaya ini. sampai kapanpun tidak akan pernah percaya ini. Tapi, setiap kupandangi tulisan tangan kalian, juga buket bunga itu, aku yakin ini bukan mimpi. Friends, thanks a million for the present, for supporting. Really, I feel much better.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 100)

Secara garis besar, ada dua teknik pelukisan tokoh, yaitu teknik uraian (telling) dan teknik ragaan (showing). (Abrams, 1981: 21) atau oleh Altenbernd dan Lewis (1966: 56) disebut teknik penjelasan ekspositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic).
1.    Teknik Ekspository
Teknik ekspositori ini dikenal juga dnegan istilah analitis merupakan pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dnegan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung mengenai sifat, watak, tingkah laku dan juga ciri fisiknya (Nurgiyantoro, 1998: 195).
Di dalam novel ini teknik ekspositori yanga digunakan pengarang adalah analisis secara langsung (direct auther analisis). Disebut teknik analisis pengarang secara langsung apabila pengarang secara langsung menyebutkan watak tokoh yang dianalisis. Pembaca tidak perlu mengira-ngira watak seorang tokoh karena pengarang sudah menyebutkan secara jelas.
Untuk melukiskan bahwa Elis adalah anak yang solehah, pintar mengaji, dan cantik, digambarkannya dalam kalimat yang dapat langsung dimengerti bagaimana sifat tokoh tersebut.
“Kapan lagi ada cewek kayak dia?” Fajrin mulai menggodaku. “Salehah, pinter ngaji, cantik lagi!” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 11)

Berdasarkan kutipan di atas, jelas digambarkan bahwa Elis adalah orang yang solehah, pintar mengaji, dan juga cantik.
Penggunaan teknik ini dalam sebuah novel mebuat pembaca lebih santai membaca cerita yang dibacanya karena dia tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui kepribadian tokoh-tokoh yang ada dan sekaligus dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam penyimpulan watak tokoh. Hal tersebut merupakan hal keutamaan atau kelebihan dari teknik ini. Akan tetapi, penggambaran  watak tokoh yang secara langsung ini dapat pula menimbulkan kebosanan. Walaupun demikian pada saat-saat tertentu teknik ini perlu dilakukan, di saat penggunaan teknik ini dapat mengurangi nilai sebuah karya sastra.
2.    Teknik Dramatik
Pelukisan tokoh melalui dramatic adalah pendeskripsian tokoh cerita dengan menunjukkan kediriannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata-kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 1998: 198). Teknik ini mencakup beberapa macam:
a.    Pelukisan Pikiran dan Perasaan (Portroyal of trought stream of trought)
Teknik pelukisan dan perasaan ini menyatakan bahwa keadaan dan jalan pikiran, serta perasaan apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga (Nurgiyantoro, 1998: 204).
“Aku menarik napas panjang. Rasanya tak berselera menikmati nasi pemberian Elis. Aku tak mau Umak menjual sawah peninggalan almarhum Ayah. Selama ini, sawah itulah yang menjadi penambah penghasilan Umak selain dari kebun kopi kami. Aku harus bekerja, bagaimanapun juga aku tak boleh putus kuliah hanya gara-gara cobaan ini. Namun, aku harus kerja apa? Bagaimana cara mengatur jadwalnya?” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 11)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa jalan pikiran Bram sedang bimbang. Di satu sisi, dia tidak ingin Umaknya menjual sawahnya untuk membayar biaya kuliahnya, di lain sisi dia belum tahu harus kerja apa untuk biasa membayar biaya kuliahnya sendiri.
b.   Reaksi Tokoh (Reaction to event)
Nurgiyantoro (1998: 209) menyebut teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama atau tokoh-tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain sebagainya.
Pelukan erat Abi kembali menenangkan perasaanku, perlahan-lahan. Abipun menuntunku membisikkan doa-doa yang menguatkan hati kami.
“Inilah takdir, Bram. Kita tak pernah tahu kapan maut memanggil. Elis telah menemui takdirnya. Ini yang terbaik untuk Elis.”
“Tapi... tapi kenapa harus Elis, Abi,” sahutku sambil terus sesenggukkan. “Bram nggak bisa menerimanya. Allah nggak adil, Bi. Allah nggak adil! Allah mengambil Fajrin, sekarang Allah mengambil Elis dari hidup Bram.”
“Bram! Istighfar, Bram. Tidak pantas meratapi kematian seperti itu!” Abi Elis menepuk pundakku. Aku menatapnya dan tak sanggup lagi menahan segala pedih yang memenuhi dadaku. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 327)

Reaksi Bram terlihat sangat jelas setelah mendengar kabar bahwa Elis meninggal dunia. Dia menangis sesenggukkan, tak sanggup lagi menahan segala pedih yang memenuhi dadanya. Hal itu membuat Abi Elis yang saat itu sedang berada di dekatnya mencoba menenangkannya.
c.    Cakapan (Conversation of outher about character)
Teknik cakapan dimaksudkan untuk menunjuk pada tingkah laku verbal berwujud kata-kata para tokoh. Kata-kata yang dimaksud menggambarkan sifat atau perwatakan dari tokoh yang mengucapkannya (Nurgiyantoro, 1998:203).
“Gue nggak mau belajar kalau gurunya keliatan nggak punya pengalaman. Dan malah keliatan nggak berkualitas!” ceracaunya. Lalu, menggeloyor meninggalkan kelas begitu saja. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 51)

Kutipan di atas membahas tentang seorang siswa yang secara langsung mengatakan kepada guru yang sedang mengajarnya di kelas yaitu Bram, bahwa dia adalah guru yang tidak berpengalaman dan tidak berkualitas, sehingga dia lebih memilih untuk meninggalkan kelas.
d.   Nama Tokoh (The Name of character)
Staton menyatakan bahwa teknik nama tokoh merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan watak tokoh (1965: 17). Melalui teknik ini, dipilih nama tokoh yang disesuaikan dengan watak yang dimilikinya.
Dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, teknik ini digunakan pengarang untuk tokoh Bapak. Nama Bapak itu sendiri dapat menggambarkan sifat dari tokoh ini. Nama itu merupakan sebutan yang diberikan kepada seorang laki-laki yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Nama itu juga merupakan sebutan yang diberikan oleh seseorang dengan status tertentu kepada seseorang dengan status yang lebih tinggi dari yang menyebut, misalnya murid kepada gurunya.

Latar/ Setting
Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita atau lingkungan yang mengelilinginya pelaku di dalam cerita (Staton, 1965: 18). Abrams (1981: 175) menyatakan bahwa latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Sejalan dengan Abrams, Nurgiyantoro menyatakan bahwa novel sebagai sebuah dunia imajinasi yang tidak hanya membutuhkan tokoh sebagai penghuni beserta permasalahan yang dihadapinya, tetapi juga membutuhkan ruang, tempat, dan waktu bagi tokoh tersebut untuk “hidup”. Ruang, tempat dan waktu itu dikenal sebagai latar (1998:227).
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, unsur latar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial.
1.    Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1998:227). Di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, disebutkan secara eksplisit nama tempat, kota, Negara, desa tempat peristiwa-peristiwa berlangsung.
Secara garis besar, di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, latar berkisar pada dua tempat.  Latar pertama, pengarang menyatakan adanya kota Jakarta, secara detailnya rumah kos Bram, di sekolah, jalan raya Pamulang, Ciputat, Pasar Ciputat, Pasar Jum’at, Lebak Bulus, kampus Universitas Indonesia, Bintaro, Stasiun Senen. Selain itu Tegal, secara detailnya Desa Bandar Sari di Kecamatan Bumi Jawa.
“Ya, siang ini kulihat jalan raya Pamulang, Ciputat, penuh sesak oleh kendaraan. Hampir tak ada celah untuk sekedar menikmati ketenangan di sini.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 3-4)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu jalan raya Pamulang, Ciputat. Bram siang itu sedang berada di sana.
“Setiba di rumah kos yang sangat sederhana, kubaringkan tubuh di atas lantai keramik putih.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 8)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu kamar kos Bram.
“Ya, saya sering lihat Sylla dan teman-temannya sesama pengamen di Pasar Jumat, Lebak Bulus, Pak,” ungkap Nelwan siang itu.
.........
“Kamu bisa antar saya ke tempat Sylla mengamen?”
“Bisa, Pak. Kebetulan hari ini saya bawa motor.”
.........
Di luar dugaanku, suasana petang menjelang malam ternyata tak membuat kami kesulitan menemukan gadis itu di antara para pengamen jalanan. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 111)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Pasar Jumat, Lebak Bulus. Di tempat itu Bram dan Nelwan kemudian menemukan keberadaan Sylla.

“Obrolan yang cukup menyenangkan itu membuat perjalanan kami menjadi tak terasa, tahu-tahu Pasar Ciputat sudah di depan mata.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 38)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Pasar Ciputat. Bram dan Elis baru saja tiba di Pasar Ciputat.

“Tanpa menghiraukan siswi yang kembali ke kelas, aku bergegas meninggalkan kelas, dan terperangah menyaksikan lapangan sekolah yang seolah menjadi medan pertempuran. ..... Siapa para remaja asing itu? ..... Aku tak mengenal mereka! Berbaur dengan para siswa dari SMU Insan Kamil, mereka adu jotos setelah berhasil menerobos pos satpam yang setahuku biasanya selalu dijaga ketat oleh petugas keamanan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 295)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu sekolah, tepatnya di SMU Insan Kamil, detailnya di kelas dan lapangan sekolah. Lapangan sekolah menjadi ajang tawuran antara murid Bram yaitu siswa SMU Insan Kamil dan remaja asing, yang ternyata mereka adalah siswa SMK Tunas Bangsa.
“Setelah hampir satu jam menempuh perjalanan, aku tiba di kampus UI.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 125)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu kampus UI (Universitas Indonesia).
“Seusai mengajar di sekolah, kucari kendaraan umum tujuan Bintaro. Setelah sempat bertanya pada orang yang ada di tepi jalan, aku melangkah mencari rumah Marcel.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 76)

Berdasarkan kutipan di atas,di jelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Bintaro, detailnya di tepi jalan. Bram hendak ke rumah Marcel.
“Waktu seakan begitu lambat dalam penantianku di Stasiun Senen.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 228)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Stasiun Senen. Di tempat itu Bram sedang menunggu datangnya kereta yang akan dia naiki.
“Kami sudah sampai di Tegal.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 229)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Tegal. Bram bersama penumpang kereta lainnya sudah sampai di Tegal.
“Tanpa terasa, setelah melewati jembatan panjang, berliku, dan menanjak, aku sampai di tujuan akhir. Tanah kelahiran Fajrin; Desa Bandar Sari, Bumi Jawa. Bergegas aku turun dari bus, dan langsung melangkah menuju rumah almarhum sahabatku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 230)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Desa Bandar Sari, Bumi Jawa. Di desa atau di tempat itulah rumah Fajrin, sahabat Bram berada.
2.    Latar Waktu
Nurgiyantoro berpendapat (1998: 230) berpendapat bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi.
Latar waktu yang digunakan dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way sebagai berikut:
a.    Pagi hari
“Melihat kekurangsiapanku sejak kemarin, pagi itu juga Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, dan ikat pinggang miliknya untuk kukenakan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 44)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu pagi hari. Di tunjukkan pada saat Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, dan ikat pinggang miliknya untuk kukenakan.
b.   Siang hari
“Ya, siang ini, kulihat jalan raya Pamulang, Ciputat, penuh sesak oleh kendaraan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 4)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada saat Bram melihat jalan raya Pamulang, Ciputat, penuh sesak oleh kendaraan.

“Lepas dzuhur, begitu tunai empat rakaat shalat di masjid kampus, tujuanku satu, ke halte bus yang akan membawaku bertemu Pak Tris dan para calon anak didikku nanti.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 45)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada saat Bram usai shalat dzuhur, ia ke halte bus.

“Selamat siang, Bu,” balasku tak kalah sopan. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 58)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada saat Bram membalas sapaan dari Bu Veni.

“Siang ini diskusi dengan dosen di kelas terasa begitu bergairah dan semangatku seakan meletup untuk segera menyelesaikan tugas-tugas makalah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 92)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada saat Bram berdiskusi dengan dosen di kelas.
c.    Sore hari
“Ketika sore datang, aku bisa langsung pulang karena memang jam mengajarku sudah selesai.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 95)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu sore hari. Di tunjukkan pada saat Bram pulang dari sekolah.
d.   Malam hari
“Malam harinya, aku benar-benar menepati janji pada Elis untuk datang ke rumahnya dan menemani Asep belajar.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 16)
Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram menepati janji pada Elis untuk datang ke rumahnya dan menemani Asep belajar.

“Tengah malam, tiba-tiba aku terbangun karena mendengar suara isak tangis. Kulihat Fajrin terisak dalam doanya setelah bertahajud.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 21)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram terbangun karena mendengar suara isak tangis Fajrin dalam doanya setelah bertahajud.

Semalam, di antara nyeri yang belum mau pergi, aku kembali menulis surat lamaran pekerjaan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 31)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram menulis surat lamaran pekerjaan dengan rasa nyeri yang belum mau pergi.

“Malam ini aku benar-benar tak dapat memejamkan mata.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 42)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram benar-benar tak dapat memejamkan mata.

“Malam harinya, setelah sepanjang sore menghabiskan waktu di SMU Insan Kamil, kuhirup udara segar di teras rumah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 60)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram menghirup udara segar di teras rumah.
“Bukan karena tak mau mengobrol dengan lagi dengan Elis, justru bagiku bersamanya malam ini membuatku kembali mendapat semangat baru.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 63)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram sedang bersama Elis.

“Malam ini konsentrasiku terbagi dua.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 65)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram sedang berkonsentrasi.

“Hari makin gelap, semoga saja rumah itu bisa segera kutemukan agar tak terlalu larut nanti aku pulang.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 76)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan dengan hari yang makin gelap. Pada saat itu Bram sedang mencari rumah Marcel.

“Saat mendongak ke langit, kupandangi bintang-bintang bertebaran.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 89)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan dengan adanya bintang-bintang saat Bram mendongak ke langit.
3.    Latar Sosial
Nurgiyantoro (1998: 233) menyatakan bahwa latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Nurgiyantoro menyatakan bahwa latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Latar sosial yang diceritakan di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way adalah masyarakat kota, sebuah masyarakat tepatnya di Jakarta. Orang yang tinggal di Jakarta tidaklah hanya mereka yang asli lahir di Jakarta, namun juga ada orang-orang yang sengaja datang ke sana untuk mengadu nasib, bekerja atau menuntut ilmu, bahkan ada yang kemudian menetap di sana. Di dalam novel ini dijumpai sebutan-sebutan seperti Aa, kang, mas, yang sebenarnya sebutan-sebutan tersebut bukan ciri sebutan untuk orang Jakarta. Mereka yang menyebut Aa biasanya adalah orang Sunda, dan mereka yang menyebut kang atau mas biasanya adalah orang Jawa Tengah. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam novel tersebut, di masyarakat Jakarta tidak hanya terdapat orang asli Jakarta saja.
Dibandingakan dengan kedua latar sebelumnya, latar sosial lebih menonjol dan fungsional di dalam penggarapan novel ini.  Adat-istiadat atau kebiasaan yang dianut dan dipercaya masyarakat Jakarta, diolah sedemikian rupa di dalam cerita sehingga pembaca mendapat gambaran yang cukup lengkap tentang kehidupan masyarakat Jakarta. Tidak itu saja, pemggambaran latar sosial ini membuat persoalan-persoalan dan pemecahan yang dilakukan terasa lebih logis.
Latar sosial dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, antara lain:
a.    Seorang Mahasiswa
Seorang mahasiswa ada dalam tokoh Bram. Bram adalah seorang mahasiswa Universitas Pamulang, jurusan Sastra Indonesia. Tugas mahasiswa adalah menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang diberikan dosennya.
“Kuliah, Pak. Di Universitas Pamulang, ngambil jurusan Sastra Indonesia,”
“Wah, hebat kamu! Cocok! Dulu kamu pengurus mading dan aktif teater. Bapak masih ingat waktu kamu berperan jadi orang gila di acara perpisahan siswa kelas tiga.”
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 6)

Mindset-ku terhadap tugas-tugas kuliah pun makin cenderung ke arah yang lebih positif. Siang ini diskusi dengan dosen di kelas terasa begitu bergairah dan semangatku seakan meletup untuk segera menyelesaikan tugas-tugas makalah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 92)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Bram bersemangat  dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya.
b.   Seorang Guru
Seorang guru ada dalam tokoh Pak Tris dan Bram. Pak Tris adalah guru Bram sewaktu di SMK. Sedangkan Bram adalah guru kesenian di sekolah tempat Pak Tris mengajar saat itu. Bram menjadi guru adalah berkat tawaran dari Pak Tris.

“Sambil sesekali mengelap keringat, kami bergantian menceritakan banyak hal tentang masa SMK dulu. Pak Tris adalah salah satu guru yang disukai teman-teman sekelas. Bila dia sudah mulai memotivasi murid-muridnya, maka semangatku melecut kian tinggi.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 6)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Bram berjumpa dengan guru SMKnya dulu, Pak Tris. Kemudian mereka secara bergantian menceritakan banyak hal tentang masa SMK dulu.

“Bram, kamu masih ingat cita-citamu menjadi penulis sekaligus seniman?” Pak Tris kembali bersuara. “Yang dapat memotivasimu adalah dirimu sendiri, Bram. Sebagai guru, bapak tidak bisa berbuat banyak selain mengajar dan memberi dukungan. Selebihnya, kamulah yang harus membangkitkan motivasi dalam dirimu.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 7)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat ditafsirkan bahwa Pak Tris tidak hanya guru yang sebatas memberikan pelajaran kepada muridnya, tapi juga memberi motivasi pada murid-muridnya.

“Kutemukan alamat rumah Marcel di buku induk sekolah. Dia tinggal di Bintaro, di sektor lima. Kusalin alamatnya ke dalam buku kecil. Aku akan mencarinya sesegera mungkin. Kuharap perhatian kecil semacam ini akan membuat Marcel menerimaku sebagai wali kelas yang bertanggung jawab.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 76)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Bram adalah seorang guru sekaligus menjadi seorang wali kelas. Dia berusaha untuk menjalankan kewajibannya dengan sebaik mungkin. Bram mencari rumah Marcel, muridnya, karena dia tidak masuk tanpa alasan yang jelas. Bram bermaksud ingin mengetahui alasan Marcel tidak masuk sekolah yang sebenarnya.

“Sekarang, sesuatu hal telah menyadarkanku bahwa tidaklah mudah menjadi seorang guru. Di sini, guru baru sepertiku bahkan tidak dipandang walau sebelah mata. Padahal, orang-orang berprofesi guru hanya segelintir saja yang hidup berkecukupan. Sebagian besar dari mereka yang teguh dan setia berjuluk pahlawan tanpa tanda jasa itu justru memiliki taraf hidup sangat sederhana dan terkesan menjalani hidup dengan apa adanya. Pak Tris adalah figur guru sederhana yang benar-benar mendidik dengan sepenuh hati: satu dari sekian banyak guru yang dari tangan merekalah terbentuk dan terbina para generasi penerus bangsa ini. Senantiasa terngiang doa-doa dan harapannya, terbayang ketulusan mereka dalam menebar ilmu dan membina anak-anak didiknya.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 54)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa menjadi seorang guru tidaklah mudah. Guru harus sabar dalam menghadapi murid-muridnya di kelas. Selain itu guru harus dengan ikhlas membentuk dan membina anak bangsa dengan taraf hidup yang sederhana.

c.    Seorang Ketua Osis
Seorang ketua OSIS ada dalam tokoh Reddy. Reddy adalah salah satu dari murid Bram.
“Dialah Reddy, ketua OSIS. Anak muda itu duduk dengan santun menungguku, setelah lebih dulu meletakan sebuah kotak besar yang dihias rapi dengan kertas kado bermotif cerah di atas meja kerjaku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 93)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Reddy, ketua OSIS dengan membawa sebuah kotak besar yang diletakan di atas meja sedang duduk dengan santun, menunggu Bram di meja kerja Bram.

“Ini luar biasa, Reddy,” aku mengamati dan membaca beberapa kartu ucapan secara acak. “Sekolah ini harus bangga memiliki kamu, juga tim yang kompak dan peka pada masalah sosial, yang bisa jadi penggerak rekan-rekannya. Semoga ini semua bermanfaat untuk Marcel. Terima kasih, ya. Sekali lagi, kalian luar biasa.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 93)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Bram sedang memuji Reddy, ketua OSIS, karena mampu menjadi penggerak rekan-rekannya untuk peka terhadap masalah sosial.

Post a Comment for "ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL INSYA ALLAH YOU’LL FIND YOUR WAY KARYA HENGKI KUMAYANDI"