USULAN SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA MUSIKALISASI PUISI “RUANG GELAP NAN TUMPAH” KARYA MAHATMA MUHAMMAD PADA SISWA KELAS X SMA
A. Latar Belakang Masalah
Puisi merupakan salah satu bentuk karya
sastra yang memiliki nilai estetik tinggi. Menurut Nurhayati (2012: 15), puisi
merupakan bentuk kesusastraan yang paling tua dibandingkan dengan prosa dan
drama.
Waluyo (1991:25) menjelaskan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan
semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur
batin. Pradopo (2009:12) mengungkapkan bahwa dalam puisi kata-kata tidaklah
keluar dari simpanan ingatan, kata-kata dalam puisi itu lahir dan dilahirkan
kembali (dibentuk) pada waktu pengucapannya sendiri. Dalam puisi tidak ada
perbedaan antara kata dengan pikiran. Pikiran itu kata sendiri dan kata itu
pikiran sendiri (kata dan pikiran itu puisi).
Tarigan (1993:4) menjelaskan bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan eskpresif. Dalam kegiatan menulis
ini, penulis seharusnya terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi
harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Melatih siswa menulis puisi merupakan suatu hal yang sangat
penting. Pembelajaran menulis puisi tidak hanya ditujukan untuk mencetak
sastrawan, tetapi juga dapat digunakan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan. Pembelajaran menulis puisi juga dapat digunakan untuk melatih
kreativitas siswa dalam menciptakan sebuah karya yang memiliki nilai estetik
tinggi. Namun, dalam kenyataannya banyak siswa yang cenderung tidak tertarik
atau kurang berminat dalam menulis puisi. Mereka menganggap keterampilan
menulis puisi itu sulit dan cenderung membosankan seperti yang terjadi di SMA
Muhammadiyah Kutoarjo.
Berdasarkan hasil observasi awal melalui wawancara dengan
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Muhammadiyah Kutoarjo pada
hari Sabtu, tanggal 23 Maret 2013, diketahui bahwa pembelajaran menulis puisi
di kelas X SMA Muhammadiyah Kutoarjo masih menghadapi berbagai kendala dan
kesulitan. Guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Muhamamdiyah Kutoarjo
mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis puisi kurang diminati siswa. Mereka
menganggap menulis puisi itu sulit dan
membosankan. Kreativitas siswa juga sangat terbatas ketika menulis puisi. Hal
tersebut terjadi karena siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide dan
gagasan. Selain itu, kemampuan mereka tentang penggunaan diksi dan gaya bahasa
masih sangat kurang, sehingga mereka kurang menguasai dalam menulis puisi.
Penggunaan media dalam pembelajaran menulis puisi di kelas X SMA Muhammadiyah
Kutoarjo masih kurang optimal. Pembelajaran menulis puisi di SMA Muhammadiyah
Kutoarjo belum menggunakan media yang dapat meningkatkan minat siswa dalam
menulis puisi. Pembelajaran menulis
puisi di kelas X SMA Muhammadiyah Kutoarjo juga belum menggunakan teknik
pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan kreativitas mereka dalam
menulis puisi.
Berbagai pendekatan dan media
pembelajaran dapat digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran menulis puisi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
melalui media musikalisasi puisi untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi
siswa.
Komalasari (2011:
7) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual
adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna
materi tersebut bagi kehidupannya. Dalam pembelajaran
kontekstual, siswa harus meyakini bahwa yang dipelajari itu berguna sebagai
bekal hidupnya. Menurut Darling-Hammond dalam Rasyid dan Mansur (2012: 12),
keikutsertaan guru di di dalam aktivitas kelas, dari jam ke jam, dari hari ke
hari, memposisikan mereka untuk memperoleh informasi dan pemahaman-pemahaman
siswa mereka, tindakan-tindakannya, minat, niat, dan motivasi yang akan sulit
bila hanya melalui tes. Sehubungan dengan itu, dalam pembelajaran kontekstual,
guru harus menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk dapat menemukan
sendiri hal-hal yang seharusnya ditemukan. Siswa harus memosisikan diri sebagai
diri sendiri yang sedang mencari bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu,
guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Menurut Briggs
dalam Susilana dan Riyana (2012: 6), media adalah alat untuk memberikan
perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar. Dalam bentuk komunikasi
pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan
tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Dengan adanya media, siswa
merasakan aktivitas pembelajaran yang lebih menarik dan tidak membosankan.
Dalam penelitian ini, media yang digunakan oleh peneliti adalah sebuah media
audio visual musikalisasi puisi “Ruang Gelap nan Tumpah”
Musikalisasi puisi
“Ruang Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad merupakan salah satu puisi yang
baik dalam segi diksi, gaya bahasa, majas dan pesan yang disampaikan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras untuk
mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek-efek tertentu. Gaya bahasa
merupakan bahasa yang digunakan penyair, biasanya menggambarkan watak dan jiwa
penyair. Majas merupakan cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakan dengan
sesuatu yang lain. Cakupan gaya bahasa lebih luas daripada majas karena majas
sifatnya hanya sebagai unsur-unsur pelengkap gaya bahasa. Puisi tersebut
merupakan patokan bagi siswa untuk mengembangkan ide dan imajinasi mereka
dengan prosedur pendekatan pembelajaran kontekstual. Dengan kata lain,
musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad merupakan umpan
balik. Menurut Rasyid dan Mansur (2012: 13), umpan balik adalah suatu alat yang
digunakan oleh guru, yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik dan meningkatkan
kinerjanya.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo dipilih
sebagai lokasi penelitian karena masih rendahnya minat dan kemampuan siswa
dalam menulis puisi di sekolah tersebut. Guru yang bersangkutan pun menyadari
bahwa kemampuan siswa kelas X SMA
Muhammadiah kutoarjo dalam menulis puisi memang perlu
ditingkatkan sehingga peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ini.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut
:
1.
Pembelajaran menulis puisi
menghadapi berbagai kendala.
2.
Siswa menganggap pembelajaran
menulis puisi merupakan kegiatan yang sulit dan membosankan.
3.
Siswa kurang menguasai dalam
menulis puisi karena ide, imajinasi, dan kreativitas yang akan mereka tuangkan
terbatas.
C. Batasan Masalah
Identifikasi masalah di atas bervariasi,
sehingga perlu dilakukan pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus.
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran menulis puisi di kelas
X SMA Muhammadiah utoarjo dan penerapan pembelajaran kontekstual melalui media musikalisasi
puisi “Ruang Gelap nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad untuk meningkatkan
keterampilan menulis puisi siswa kelas X SMA Muhammadiah Kutoarjo.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah pendekatan kontekstual
melalui media musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma
Muhammad sebagai media pembelajaran dalam keterampilan menulis puisi dapat
meningkatkan mutu pembelajaran pada siswa kelas X SMA Muhammadiah Kutoarjo
tahun ajaran 2015/2016?
2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis
puisi setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
melalui media musikalisasi puisi “Ruang
Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad pada siswa kelas X SMA Muhammadiah Kutoarjo
tahun ajaran 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peningkatan mutu pembelajaran pada siswa kelas X SMA Muhammadiah Kutoarjo
tahun ajaran 2015/2016 dengan pendekatan kontekstual melalui media musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah”
karya Mahatma Muhammad.
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa
kelas X SMA Muhammadiah Kutoarjo tahun ajaran 2015/2016 dengan pendekatan kontekstual melalui media musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah”
karya Mahatma Muhammad.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat secara praktis.
Manfaat penelitian secara praktis
adalah sebagai berikut :
1.
Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran dalam menciptakan suasana belajar mengajar sastra khususnya menulis
puisi secara bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan untuk belajar Bahasa
dan Sastra Indonesia.
2.
Bagi siswa
Penggunaan
pendekatan pembelajaran kontektual melalui media musikalisasi puisi dapat
memotivasi siswa dalam mengekspresikan dan mencurahkan segenap kemampuan dalam
menulis puisi.
3.
Bagi sekolah
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan proses
pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam meningkatkan keterampilan menulis
puisi siswa kelas X SMA Muhammadiah
Kutoarjo.
G. 1. Tinjauan Pustaka
Penelitian menulis telah banyak
dikaji dan dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut masih menarik untuk diadakan
penelitian lagi, baik penelitian yang bersifat melengkapi maupun yang bersifat
baru.
Beberapa peneliti terdahulu yang
membahas topik peningkatan keterampilan menulis yang relevan dengan penelitian
ini dan dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka, antara lain Farizi (2009),
Fitriyana (2011), Rahayu (2007), Ekowati (2008), Ariastuti (2011), Andrina
(2011). Rangkuman hasil kelima penelitian yang dijadikan tinjauan pustaka
adalah sebagai berikut:
Farizi (2009) melakukan penelitian tentang Kemampuan
Menulis Cerita Pendek dengan Teknik Penyempurnaan Wacana Siswa Kelas VII SMP N
1 NARMADA. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa
dalam menulis cerita pendek menggunakan teknik penyempurnaan wacana. Pada
siklus I, nilai rata-ratanya mencapai 64,6 dan pada siklus II sebesar 70,05. Dengan demikian, terjadi peningkatan
nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 7,78%. Kemudian, pada siklus
III terjadi peningktan nilai rata-rata dari siklus II ke III sebesar 3,07%.
Fitriyana (2011) melakukan penelitian tentang Keterampilan Menulis
Cerpen melalui Media Berita dengan Metode latihan Terbimbing pada Siswa Kelas
X.3 SMA Negeri I Rembang, Purbalingga. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan terbimbing. Skor
rata-rata yang dicapai siswa sebelum proses tindakan adalah 61,44. Pada akhir
tindakan siklus I skor rata-rata yang diperoleh sebesar 70,31 sehingga
mengalami peningkatan 8,87 poin. Pada akhir siklus II skor rata-rata yang
diperoleh sebesar 83,81 sehingga mengalami peningkatan sebesar 13,5 poin dari
siklus I.
Rahayu
(2007) melakukan penelitian tentang Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Teknik
Latihan Terbimbing Berdasarkan Ilustrasi Tokoh Idola Siswa Kelas X.4 SMA N I
Wanadadi, Banjarnegara. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan menulis cerpen dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan
ilustrasi tokoh idola. Nilai rata-rata siswa pada prasiklus mencapai 53
kemudian setelah dilakukan siklus I meningkat menjadi 73 atau meningkat
sebanyak 25,94% dari prasiklus. Setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi
78 atau meningkat sebanyak 7,58% dari siklus I dan meningkat sebanyak 49,22%
dari prasiklus.
Ekowati
(2008) melakukan penelitian tentang Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Kata
Berantai Pada Siswa Kelas 1 SMP Kudus. Hasil penelitian menunjukan adanya
peningkatan kemampuan menulis puisi dengan teknik kata berantai. Nilai siswa
pada siklus I mencapai 85%, sedangkan pada siklus II mencapai 100% atau
meningkat sebanyak 15% dari siklus I.
Ariastuti
(2011) melakukan penelitian tentang Keterampilan Menulis Puisi Melalui Kegiatan
Sanggar Sastra Pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri I Pujangan Bantul. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis puisi melalui
kegiatan sanggar sastra. Pada pratindakan skor rata-rata siswa sebesar 16,67 setara dengan 47,62% setelah dilakukan
tindakan siklus I meningkat menjadi 21,99 setara dengan 62,83% dan pada akhir
siklus II skor ratarata siswa menjadi 28,39 atau setara dengan 81,13%. Kenaikan
skor rata-rata siswa mulai pratindakan hingga siklus II adalah sebesar 11,72
atau setara dengan 33,49%.
Andrina (2011) melakukan penelitian tentang Kemampuan Menulis Puisi
Dengan Media Kartu Mimpi Bergambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Magelang.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuann menulis dengan media
kartu mimpi bergambar. Hal ini berdasarkan hasil tes
siswa dari pretes dengan nilai rata-rata hitung sebesar 66,90 meningkat di
siklus I menjadi 72,48 dan pada akhir siklus II nilai rata-rata hitung kembali
meningkat menjadi 73,03. Jadi, kemampuan menulis puisi siswa dari pretes sampai
akhir siklus II mengalami peningkatan sebesar 6,13.
Berbagai
penelitian telah dilakukan dalam bidang menulis dan hasilnya menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan keterampilan menulis, setelah diterapkan pembelajaran yang
dilakukan peneliti. Namun, penelitian terhadap keterampilan menulis masih
menarik untuk dilakukan.
Kedudukan
penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya adalah pelengkap. Penelitian ini
dimaksudkan untuk melengkapi penelitian-penelitian mengenai keterampilan
menulis yang sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti tersebut di atas. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan media dan pendekatan kontekstual. Media
audio visual dimaksudkan membuat siswa lebih tertarik, bersemangat, dan tidak
merasa bosen ketika pembelajaan menulis puisi berlangsung, sedangkan pendekatan
kontekstual dimaksudkan membuat siswa belajar menulis puisi berdasarkan
pengalaman sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan
keteramplan siswa dalam menulis puisi. Selain itu, diharapkan siswa memperoleh
pengetahuan baru dari pembelajaran menulis puisi dengan media kontekstual
melalui media audio visual ini.
Penelitian
yang dilakukan oleh para peneliti tersebut memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan dalam penelitian
tersebut terletak pada jenis penelitian yang berupa penelitian tindakan kelas,
sedangkan instrumen yang digunakan sama-sama menggunakan instrumen yang berupa
tes dan nontes. Instrumen yang berupa tes diperoleh dari tes siswa, sedangkan
instrumen yang berupa nontes siswa diperoleh dari deskriptif data kualitatif.
Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut antara lain, subjek
penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, dan model pembelajaran serta
media yang digunakan. Penelitian ini
menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui media
musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad.
2. Kajian Teori
a. Puisi
1) Pengertian Puisi
Secara
etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani pocima
‘membuat’ atau poesis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau
poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada
dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi
pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah
(Aminuddin, 2010: 134).
Hudson dalam Aminuddin (2010: 134) mengungkapkan bahwa puisi
adalah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian
untuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Ilusi merupakan sesuatu yang hanya dalam
angan-angan khayalan, sedangkan imajinasi merupakan daya pikir untuk
membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan,
karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.
Waluyo (2010: 29) menjelaskan bahwa puisi adalah salah satu
bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif
dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya
Ahmad dalam Pradopo (2009: 60) mengumpulkan
definisi-definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair
romantik Inggris. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah
kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Carlyle berkata, puisi
merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa
puisi adaah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan
atau diangankan. Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan
perasaan yang bercampur-campur. Dunton berpendapat bahwa puisi itu merupakan
pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta
berirama. Kemudian, Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik
yang paling indah dalam hidup kita.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa pengertian puisi adalah kata-kata
indah yang berisi pesan atau gambaran suasana-suasana penyair, baik fisik
maupun batiniah. Puisi juga merupakan
ungkapan perasaan penyair yang diekspresikan dalam bentuk kata-kata berisi amanat
atau pesan. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki nilai
estetika tinggi.
2) Unsur Pembangun Puisi
Waluyo (2010: 82) menjelaskan
bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode
puisi, yakni unsur estetik yang membangun unsur luar dari puisi. Unsur-unsur
itu dapat ditelaah satu per satu, tetapi unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang
utuh. Unsur-unsur itu ialah: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif
(majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
a) Diksi (Pemilihan Kata)
Penyair sangat cermat dalam
memilih kata-kata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya,
komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu ditengah konteks kata
lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh
karena itu, di samping memilih kata-kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan
kata dan kekuatan atau daya magis dari kata-kata tersebut.
Kata-kata adalah hal yang
begitu penting dalam puisi. Oleh karena itu, bunyi kata juga perlu dipertimbangkan
secara cermat dalam pemilihannya. Berbagai aspek estetis dipertimbangkan dalam
pemilihan kata-kata sehingga kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk
puisinya bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya. Walaupun
unsur bunyinya hampir mirip dan maknanya sama, kata yang sudah dipilih itu
tidak dapat diganti. Apabila kata itu diganti akan mengganggu komposisi dengan
kata lainnya dalam konstruksi keseluruhan puisi itu.
b) Pengimajian (Imagery,
Pencitraan)
Terdapat hubungan erat
antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan
pengimajian sehingga kata-kata menjadi lebih konkret dan dapat dihayati melalui
penglihatan, pendengaran, atau citra rasa. Pengimajian dapat dibatasi dengan
pengertian: kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan
perasaan. Baris atau baris puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji
auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat kita
rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil) . Apabila penyair menginginkan imaji
pendengaran, maka pembaca menghayati puisi tersebut dan seolah-olah
mendengarkan sesuatu. Apabila penyair menginginkan imaji penglihatan, maka
pembaca seolah-olah dapat melihat sesuatu yang digambarkan dalam puisi
tersebut. Apabila penyair menggambarkan imaji taktil dalam puisinya, maka pembaca
seolah-olah merasakan sentuhan perasaan.
c) Kata Konkret
Cara untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca adalah
penyair harus mengongkritkan kata-kata. Maksudnya adalah kata-kata itu dapat
menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang
dikonkretkan ini juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang.
Jika penyair mahir mengonkretkan kata-kata, maka pembaca dapat menangkap makna
puisi dengan cepat dan secara keseluruhan. Pembaca juga seolah-olah dapat melihat,
mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian
pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisinya.
Imaji pembaca merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan
penyair, sedangkan kata konkret ini merupakan syarat atau sebab terjadinya
pengimajian itu. Dengan kata yang dikonkretkan, pembaca dapat membayangkan
secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.
d) Bahasa Figuratif
Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berfigura
sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi
prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa
figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan
cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata
atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang.
Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa
yang dimaksudkan penyair, karena: (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan
kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan
imajinasi tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan
puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas
perasaan penyair untuk puisinya dan
menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk
mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu
yng banyak dan luas dengan bahasa singkat (Perrine, 1974:616-617).
e) Versifikasi (Rima, Ritma)
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima
adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Digunakan kata rima untuk menggantikan
istilah persajakan pada sistem lama karena diharapkan penempatan bunyi dan
pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris, tetapi juga untuk
keseluruhan baris dan bait. Dalam ritma, pemotongan-pemotongan baris menjadi
frasa yang berulang-ulang merupakan unsur yang memperindah puisi itu.
f) Tata Wajah (Tipografi)
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan
prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun paragraf tetapi membentuk
bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris.
Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi
tulisan, hal ini tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang
demikian menunjukkan eksistensi sebuah puisi.
Baris-baris prosa dapat saja disusun seperti tipografi puisi.
Namun, makna prosa tersebut kemudian
akan berubah menjadi lebih kaya, apabila prosa itu ditafsirkan sebagai puisi.
Sebaliknya, jika orang tetap menafsirkan puisi sebagai prosa, tipografi
tersebut tidak berlaku. Cara sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang khas
menciptakan makna tambahan. Makna tambahan itu diperkuat oleh penyajian
tipografi puisi.
Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik
visual, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Selain itu,
tipografi juga perperanan dalam menunjukkan adanya loncatan gagasan serta
mempperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan
penyairnya (Aminuddin, 2010:146).
Waluyo (2010:124)
mengungkapkan bahwa struktur batin puisi adalah medium untuk mengungkapkan
makna yang hendak disampaikan penyair. I.A. Richards dalam Waluyo (2010:124)
menyebut makna atau struktur batin itu dengan istilah hakikat puisi. Ada empat
unsur hakikat puisi, yakni : tema (sense),
perasaan penyair (feeling), nada atau
sikap penyair terhadap pembaca (tone),
dan amanat (intention). Keempat unsur
itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair.
a) Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subjek
master yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan
konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus
(penyair), tetapi objektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak
dibuat-buat).
b)
Perasaan (Feeling)
Dalam
menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat
dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu
dengan perasaan yang diciptakan berbeda pula.
c)
Nada dan Suasana
Dalam menulis
puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia ingin
bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya
menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut
nada puisi. Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologi
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Apabila kita bicara tentang sikap
penyair, maka kita berbicara tentang nada; apabila kita bicara tentang suasana
jiwa pembaca yang timbul setelah membaca puisi, maka kita berbicara tentang
suasana. Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi
menimbulkan susana iba hati pembaca.
d)
Amanat (Pesan)
Amanat yang disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah
kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik
kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Amanat
yang hendak disampaikan oleh penyair secara sadar berada dalam pikiran penyair.
Akan tetapi, penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan.
Banyak penyair yang
tidak menyadari amanat puisi yang ditulisnya. Mereka yang berada dalam situasi
demikian biasanya merasa bahwa menulis puisi merupakan kebutuhan untuk
berekspresi, kebutuhan untuk berkomunikasi, atau kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Penyair adalah manusia yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan manusia
biasa dalam hal menghayati kehidupan ini. Oleh karena itu, karyanya pasti
mengandung amanat yang berguna bagi
manusia dan kemanusiaan.
b.
Menulis
1)
Pengertian Menulis
Lado
dalam Tarigan (1994: 22) menjelaskan bahwa menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis
merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Tarigan
(1994: 3-4) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
2)
Manfaat Menulis
Arsyad
(1994: 22-23) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya, fungsi utama dari tulisan
adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Dengan kata lain, tulisan
merupakan pesan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca tanpa adanya tatap
muka dalam penyampaiannya. Manfaat lain dari menulis antara lain:
a)
Menulis dapat memudahkan para
pelajar berpikir.
b)
Menulis dapat memudahkan penulis
merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau
persepsi penulis, memecahkan masalah-masalah yang penulis hadapi, menyusun
urutan bagi pengalaman.
c)
Menulis dapat membantu penulis
menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya
kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan,
masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual.
3)
Tujuan Menulis
Sebelum membuat suatu tulisan, seorang penulis
harus memusatkan terlebih dahulu tujuan apa yang hendak dicapai dengan
tulisannya. Hugo Hartig dalam Tarigan (1994:25) menyebutkan tujuan menulis
adalah sebagai berikut:
a)
Assignment
purpose (tujuan penugasan), yaitu penulis menulis
sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.
b)
Altruistic
purpose (tujuan altruistik), yaitu penulis
bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghilangkan kedukaan para pembaca,
ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya,
ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan
karyanya itu.
c)
Persuasive
purpose (tujuan persuasive), yaitu tulisan yang
bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
d)
Informational
purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan),
yaitu tulisan yang bertujuan member informasi atau keterangan/penerangan kepada
para pembaca.
e)
Self-ekspresive
purpose (tujuan pernyataan diri), yaitu, tulisan
yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para
pembaca.
f)
Creative
purpose (tujuan kreatif), yaitu tulisan ini
bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nila-nilai kesenian.
g)
Problem-slving
purpose (tujuan pemecahan masalah), yaitu dalam
tulisan ini penulis ingin memacahkan masalah yang dihadapi.
c. Proses Menulis Puisi
Rhodes dalam Endraswara (2003: 217-218)
mengungkapkan bahwa proses kreativitas perlu mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
1) Preparasi (persiapan), yaitu tahap pemunculan ide. Tahap ini,
diawali dengan pengumpulan data-data, baik pengalaman diri maupun dari luar
dirinya. Pengalaman dalam keluarga, kasih ibu, kerukunan keluarga, broken home, bapak yang sering pergi,
dan lain-lain a dalah penting dalam tahap ini. Dengan bertambah banyaknya
pengalaman, peserta didik akan semakin yakin dan tidak akan kekeringan ide
untuk memasuki tahap berikutnya.
2) Inkubasi, yaitu tahap pematangan dan pengolahan ide, atau sering
disebut “pengeraman ide”. Dalam kaitan ini, pengajar bisa mengajak peserta
didik untuk duduk pada tempat tertentu, untuk merenung-renungkan ide.
Perenungan dapat sampai proses bawah sadar. Pada saat ini, boleh saja dibumbui
dengan intuisi imajiner.
3) Iluminasi, yaitu tahap mengungkapkan ide atau pengekspresian. Dalam
menulis puisi, ide dan ekspresi diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Oleh karena
itu, pengajaran kosa kata terhadap siswa perlu ditingkatkan. Hal tersebut akan
membantu siswa lebih terarah dalam mengungkapkan ide dan gagasan.
4) Verifikasi, yaitu tahap untuk mengacu kreativitas. Tahap ini
dapat dilakukan dengan menggunting dan melipat karya yang telah jadi agar
menjadi sempurna. Caranya, dapat melalui perbandingan dengan karya lain,
melalui kritik antar teman, dan seterusnya. Dalam hal ini, segala masukan
diterima untuk dimasak ulang, demi kesempurnaan karyanya.
Menurut Endraswara (2003: 220-223), tingkatan selanjutnya dalam
apresiasi adalah memproduksi puisi. Kegiatan ini memang menjadi “mata rantai”
dalam apresiasi, yaitu dari proses pembaca merespon, menikmati, dan mencipta.
Lingkaran penciptaan ini pada akhirnya juga untuk dibaca hasilnya, direspon,
dinikmati, dan seterusnya. Penciptaan puisi, dapat diawali dalam proses:
1) Penginderaan
Penginderaan dalam menulis puisi
tampaknya sudah natural atau alami. Penginderaan merupakan proses awal yang
harus dilalui oleh peserta didik ketika menulis puisi. Dalam proses
penginderaan, peserta didik mencari dan menemukan bahan dari tema yang akan
direnungkan menggunakan panca indera mereka. Hampir setiap peserta didik dapat
melakukan hal tersebut. Penginderaan membutuhkan pelatihan yang berulang-ulang.
2) Perenungan dan Pengendapan
Proses setelah penginderaan
adalah perenungan atau pengendapan. Setelah peserta didik menggunakan panca
indera mereka untuk menentukan tema, peserta didik mulai merenungkan bagaimana
konsep puisi yang akan dibuat. Perenungan itu harus diperkaya dengan asosiasi.
Model perenungan ini menjadi dalam, jika dioplos dengan daya intuisi anda.
Intuisi adalah gerak hati yang bercampur dengan impauls, kata hati. Intuisi
akan menumbuhkan imajinasi yang membumbung tinggi, melahirkan
keinginan-keinginan, memunculkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
3) Memainkan kata
Proses setelah perenungan adalah memainkan kata. Apabila peserta
didik sudah merancang konsep dari isi puisi, peserta didik mulai menuangkannya
ke dalam kata-kata. Ketika menuangkan ide ke dalam kata-kata, peserta didik
harus cermat memperhatikan nilai estetika dari setiap kata yang dituangkan.
Dalam proses ini, unsur yang paling diperhatikan adalah masalah estetika. Kecermatan
dan kelihaian mencari, memilih, dan menyusun kata indah adalah proses
penciptaan puisi yang dapat menentukan keberhasilan penciptaan puisi.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
proses kreativitas dalam menulis puisi memiliki beberapa tahap, antara lain:
(a) preparasi atau tahap pemunculan ide, (b) inkubasi atau tahap pematangan dan
pengolahan ide, atau sering disebut “pengeraman ide”, (c) Iluminasi atau tahap
mengungkapkan ide atau pengekspresian, (d) verifikasi atau tahap untuk
mengacu kreativitas. Proses kreativitas
sangat penting dalam menulis puisi karena dapat menentukan keberhasilan
penciptaan puisi. Kemudian, proses yang ditempuh dalam menulis puisi, antara
lain: (a) penginderaan, (b) perenungan atau pengendapan, (c) memainkan kata. Proses
tersebut harus dilalui secara bertahap.
d.
Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual
1) Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual
Blanchard, Berns, dan Erickson dalam Komalasari (2011: 6)
mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan
mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong iwa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, dan pekerja.
Hull’s dan Sounders dalam Komalasari (2011:
6) meng-ungkapkan bahwa di dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan
hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam
konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasikan konsep melalui penemuan,
penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain
lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan
nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi
kehidupannya (Komalasari, 2011: 7).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang mengajak siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata. Pendekatan kontekstual bertujuan agar siswa dapat menemukan
makna materi pembelajaran dalam kehidupan mereka serta menjadikannya sebagai
bekal hidup siswa di masa yang akan datang.
2) Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Komalasari (2011:13) mengidentifikasi karakteristik
pembelajaran kontekstual meliputi pembelajaran yang menerapkan konsep
keterkaitan (relating), konsep
pengalaman langsug (experiencing),
konsep aplikasi (applying), konsep
kerja sama (cooperating), konsep
pengaturan diri (self-regulating),
dan konsep penilaian autentik (authentic
assessment). Penjelasan keenam konsep tersebut adalah sebagai berikut:
Keterkaitan (relating)
adalah proses pembelajaran yang memiliki keterkaitan (relevansi) dengan bekal
pengetahuan (prerequisite knowledge)
yang telah ada pada diri siswa dan dengan konteks pengalaman dalam kehidupan
dunia nyata siswa. Pengalaman langsung (experiencing)
adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengonstruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan mengalami sendiri secara
langsung. Aplikasi (applying) adalah
proses pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda sehingga bermanfaat bagi kehidupan siswa.
Kerja Sama (cooperating) adalah
pembelajaran yang mendorong kerja sama di antara siswa, antara siswa dengan
guru dan sumber belajar. Pengaturan Diri (self-regulating)
adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan pembelajarannya
secara mandiri. Asesmen autentik (authentic
assessment) adalah pembelajaran yang mengukur, memonitor, dan menilai semua
aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan
psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses
pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas dan perolehan
belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas.
e. Media Pembelajaran
1) Pengertian Media
Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,
2011: 3).
Heinich dalam
Arsyad (2011:4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio,
rekaman audio, gambar yang diproyeksikn bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya
adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi
yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka
media itu disebut media pembelajaran. Kemudian, menurut Susila dan Riyana
(2012: 6), media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran seperti buku, film, video, slide dan sebagainya.
Susilana dan
Riyana (2012: 7) menjelaskan bahwa media pembelajaran selalu terdiri atas dua
unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perngkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software). Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan ajar itu sendiri yang akan
disampaikan kepada siswa, sedangkan perangkat keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk
menyajikan pesan/bahan ajar tersebut.
Berdasarkan
definisi-definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
perantara atau pengantar pesan yang menyampaikan isi/materi pembelajaran, baik
dalam bentuk buku, film, video, maupun slide.
2) Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Kemp&Dayton dalam Arysad (2011:
21) menyatakan bahwa meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan
media pembelajaran, penerimaan serta pengintegrasiannya ke dalam
program-program pengajaran, berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa
hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai
berikut :
a) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang
melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda,
dengan penggunaan media ragam hasil tafsirsn itu dapat disampaikan kepada siswa
sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
b) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan
sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image
yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan
berpikir. Hal tersebut menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan
meningkatkan minat.
c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori
belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang
diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
d) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat
karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat unuk mengantarkan
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya
dapat diserap oleh siswa.
e) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan apabila integrasi kata
dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengomunikasikan elemen-elemen
pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.
f) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau
diperlukan terutama jika media pembelajaran, dirancang untuk penggunaan secara
individu.
g) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan
terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
h) Beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi
pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan
perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya
sebagai konsultan atau penasehat siswa.
Susilana dan Riyana
(2012:10) mengemukakan bahwa media pembelajaran memiliki nilai dan manfaat
sebagai berikut :
a) Membuat konkret konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang
dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada
siswa bisa dikonkretkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media
pembelajaran.
b) Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar
didapat ke dalam lingkungan belajar.
c) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.
d) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
3) Jenis-jenis Media
Pembelajaran
Menurut Arsyad (2011:29), media pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu 1) media hasil teknologi cetak, 2)
media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi yang berdasarkan
komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
a) Media hasil teknologi cetak
Media hasil teknologi cetak adalah cara
untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual
statis terutama melalui proses pencetakan mekanis fotografis. Kelompok media
hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto atau representasi fotografik
dan reproduksi.
b) Media hasil teknologi audio visual
Media hasil teknologi audio visual adalah cara menghasilkan
atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis atau elektronik
untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran melalui audio
visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar,
seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.
Jadi, pembelajaran melalui audio-visual adalah produksi dan penggunaan materi yang
penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya bergantung
pada pemahaman kata atau symbol-simbol
yang serupa.
c) Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer
Media hasil teknologi
komputer adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan
sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Perbedaan antara media yang dihasilkan
oleh teknologi berbasis komputer dengan yang dihasilkan dari dua teknologi lainnya
adalah karena informasi/materi disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam
bentuk cetakan atau visual. Pada dasarnya teknologi berbasis komputer
menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada siswa.
d) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer
Media hasil teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan
dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang
dikendalikan oleh komputer. Komputer dalam media ini berfungsi sebagai
operator, sedangkan teknologi cetak merupakan pesan yang disampaikan dalam
pembelajaran menggunakan media komputer.
Berdasarkan
jenis-jenis media di atas, peneliti menyimpulkan bahwa media yang digunakan
dalam penelitian ini, termasuk media hasil teknologi audio-visual/media
audio-visual karena musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma
Muhammad disajikan dalam bentuk audio dan visual. Audio dalam musikalisasi
puisi ini berupa suara dari pembaca puisi dan musik yang mengiringi pembacaan
puisi, sedangkan visual musikalisasi puisi ini berupa video pembacaan puisi
“Ruang Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad.
4). Penggunaan Musikalisasi Puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah”
sebagai media pembelajaran Kontekstual
Penggunaan media dalam
pembelajaran dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar menjadi lebih
efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat pesan-pesan yang harus
dikomunikasikan. Pesan tersebut merupakan isi dari suatu topik dan disampaikan
oleh guru melalui media dan prosedur pembelajaran tertentu.
Menurut Susila
dan Riyana (2013:4), dalam bentuk komunikasi pembelajaran mana pun sangat
dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian
tujuan/kompetensi. Kegiatan pembelajaran akan terjadi apabila ada komunikasi
antara penerima pesan dengan penyalur pesan lewat media tersebut. Selain itu,
media juga dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan media audio visual musikalisasi puisi
karena penggunaan media dalam pembelajaran menulis puisi di SMA Muhammadiyah
Kutoarjo belum optimal. Dengan penggunaan media ini, diharapkan dapat
meningkatkan minat siswa dalam belajar menulis puisi. Media musikalisasi puisi
“Ruang Gelap nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad digunakan sebagai penyalur
pesan kepada siswa. Peneliti memilih musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan
Tumpah” karya Mahatma Muhammad karena puisi tersebut merupakan salah satu karya
dalam bentuk audio visual yang memiliki nilai estetika tinggi. Keselarasan
antara intonasi dalam pembacaan dan alunan musik yang mengiringi adalah salah
satu faktor pendukung yang membuat karya tersebut terlihat indah. Mimik dari si
pembaca juga terlihat sangat menghayati sehingga maksud dari puisi tersebut
bisa diterima dengan mudah oleh pendengar. Penggunaan unsur fisik dan unsur
batin juga sudah diterapkan dalam puisi ini. Selain itu, puisi ini juga
memiliki nilai pesan yang sangat positif, yaitu mengungkapkan bahwa tidak ada
gunanya hidup dalam dunia hitam atau kemaksiatan. Maksiat akan membut hidup
yang susah menjadi tambah susah. Membuat hidup menjadi tidak tenang. Penyair
juga menyampaikan pesan agar pembaca segera merencanakan hal baik untuk
perbaikan hidup dan masa depan. Syair penuh dari musikalisasi puisi “Ruang
Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad adalah sebagai berikut :
Ruang Gelap Nan Tumpah
Mahatma Muhammad
Satu puisi, dua puisi, tiga puisi dan seterusnya puisi kita
kunyah kita mamah kita muntahkan imaji kita tumpah dari segala resah
Menjelma namanu pada setiap helai kertas entah yang keberapa,
menghikmati persetubuhan permainan rasa dengan rangkaian kata-kata pada sebuah
sudu yang kita sebut ruang gelap nan tumpah
Apa lagi yang kita cari dari lembaran kertas dan secangkir kopi?
Berikutnya kita mengorek senyum dan mencabik-cabik naskah
sandiwara hingga kita bernyanyi menari melonjak-lonjak tak tau diri
Percakapan kita mengalir tanpa menjumpai muara karena memang
sudut waktu menuntut untuk tidak pernah lelah payah mencari nama kita sendiri
di persimpangan yang kita sebut ruang gelap nan tumpah
Siapa yang akan hentikan kapal kertas kita jika kapal kertas
kita berlayar dengan lautnya secangkir kopi
Seterusnya kita tidak akan tidur karena sudah berjanji
mengarungi bumi yang tak pernah tidur meski terkesan mendengkur
Kita akan diskusi beraneka rupa, beraneka warna, beraneka tawa,
ha ha ha ha
Hantar kita menuju sesuatu tak terduga yang dicintai sekaligus
dicaci maki dari berbagai lapis tipis maha manusia
Ruang gelap nan tumpah belum akan mati dengan lembaran kertas
dan secangkir kopi
Nah, waktunya tiba
Bersoleklah untuk janji kita
Buku kita…
Media musikalisasi puisi ini digunakan
untuk menunjang kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan pembelajaran
kontekstual. Media dan pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan
komponen-komponen dari sebuah system pembelajaran. Menurut Susilana dan Riyana
(2013:5), system adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen
atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya. Komponen-komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, media,
dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan.
Puisi
ini dijadikan sebagai patokan bagi kegiatan pembelajaran kontekstual. Dengan
kata lain, puisi ini akan mengarahkan siswa dalam memunculkan ide dan
kreativitas siswa dalam menulis puisi. Dengan amanat positif yang terkandung
dalam puisi ini, diharapkan dapat menjadi
bekal bagi siswa baik dalam kegiatan pembelajaran menulis, khususnya
menulis puisi maupun bagi kehidupan realita siswa sehari-hari.
3. Rumusan Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan
(Sugiyono, 2013: 96). Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Pendekatan pembelajaran kontekstual
melalui media musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma
Muhammad dapat meningkatkan mutu pembelajaran menulis puisi.
2.
Pendekatan pembelajaran kontekstual
melalui media musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma
Muhammad dapat membantu siswa menemukan gagasan, diksi, serta gaya bahasa yang
akan mereka tuangkan dalam puisi siswa sehingga keterampilan siswa dalam
menulis puisi dapat meningkat.
H. Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini yang dibahas adalah (1) Waktu dan Tempat Penelitian, (2) Subjek
dan Objek Penelitian, (3) Desain Penelitian, (4) Variabel Penelitian, (5)
Pengumpulan Data, (6) Instrumen Penelitian, (7) Analisis data, dan (8) Teknik
Penyajian Hasil Analisis Data.
1.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Mei 2015 dan bertempat di SMA Muhammadiyah Kutoarjo.
Dipilihnya sekolah ini berdasarkan pertimbangan bahwa di SMA Muhammadiyah
Kutoarjo belum pernah ada penelitian yang serupa. Berdasarkan observasi, guru
Bahasa Indonesia di SMA Muhammadiyah Kutoarjo mengungkapkan bahwa keterampilan
menulis puisi siswa-siswa SMA Muhammadiyah Kutoarjo, khususnya kelas X perlu
ditingkatkan. Minat siswa dalam menulis puisi masih sangat rendah dan mereka
menganggap menulis puisi adalah kegiatan yang membosankan. Mereka juga
mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide dan gagasan, serta penggunaan kata
dan gaya bahasa.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah
kelas X SMA Muhammadiyah Kutoarjo yang berjumlah 52 siswa. Penentuan subjek
penelitian didasarkan secara sederhana dengan memilih dua kelas X yang memiliki
kendala dalam pembelajaran praktik menulis puisi. Sementara itu, objek
penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan siswa kelas X
SMA Muhammadiyah Kutoarjo dalam menulis puisi,.
3.Desain Penelitian
Penelitian mengenai keterampilan menulis puisi menggunakan
pembelajaran kontekstual dengan media musikalisasi puisi ‘Ruang Gelap Nan Tumpah”
karya Mahatma Muhammad ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama (Arikunto, 2012: 3).
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus, yaitu
siklus I dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat tahap,
yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada dua siklus ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
a. Prosedur penelitian tindakan siklus I
Prosedur tindakan pada siklus ini terdiri atas perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
1) Perencanaan
Tahap
perencanaan dilakukan sebelum tindakan diberikan kepada siswa. Pada tahap ini,
peneliti dan guru kolaborator menetapkan alternatif tindakan dalam upaya
peningkatan keadaan dan kemampuan siswa dalam pembelajaran praktik menulis
puisi. Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan melakukan diskusi
untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran menulis
puisi. Hal-hal yang didiskusikan menyangkut pembelajaran praktik menulis puisi.
Kemudian, peneliti bersama kolabolator menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan identifikasi masalah yang muncul dalam pembelajaran
menulis puisi. Selanjutnya, peneliti dan kolabolator merencanakan
langkah-langkah penelitian tindakan kelas dan jadwalnya. Agar implementasi
tindakan sesuai dengan yang diinginkan, peneliti dan kolabolator menyiapkan
materi dan sarana pendukung dalam proses pembelajaran. Mahasiswa peneliti dan
guru kolabolator juga menyiapkan instrumen berupa lembar pengamatan, lembar
penilaian, dan catatan lapangan untuk mengamati jalannya pembelajaran menulis
puisi. Di tahap perencanaan ini dilaksanakan tes praktik menulis puisi untuk
mengetahui kemampuan awal menulis puisi siswa, yang dilanjutkan dengan
membagikan angket kepada siswa untuk mengetahui proses, kendala, tanggapan
tentang pembelajaran menulis puisi yang biasa dilakukan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dalam penelitian ini dikenai tindakan sebanyak tiga
kali pertemuan.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam siklus I ini adalah sebagai
berikut:
a) Guru menjelaskan materi tentang puisi dan teknik penulisan
puisi.
b) Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan.
c) Guru menampilkan video musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan
Tumpah” karya Mahatma Muhammad.
d) Kemudian guru bersama murid menganalisis unsur fisik dan unsur
batin puisi tersebut dengan teknik tanya jawab.
e) Setiap siswa membuat puisi dengan tema yang mirip atau sama
dengan contoh puisi. Dalam membuat puisi, siswa mengaitkan tema dengan
kehidupan mereka sehari-hari baik di lingkungan sekolah (guru atau teman),
keluarga, maupun lingkungan lain yang sering mereka gunakan untuk
bersosialisasi. Saat menulis puisi,
siswa harus memperhatikan penggunaan bait, rima, dan irama. Bait terakhir dari
puisi yang akan mereka buat berisi rencana dan harapan untuk hidup mereka ke
depan agar lebih baik. Bait-bait sebelumnya berisi ungkapan dan penyesalan mereka
tentang sikap dan perilaku mereka yang masih kurang baik. Misalnya, tema
tentang penyesalan sikap terhadap orang tua. Bait awal diungkapkan tentang
bagaimana sikap kita terhadap orang tua kita selama ini. Bait akhir diungkapkan
tentang rencana dan harapan kita tentang sikap kita terhadap orang tua agar
lebih baik.
f) Setiap siswa membacakan puisi mereka dalam satu kelompok dan
anggota kelompok lain memberikan penilaian. Siswa diberi panduan atau kriteria untuk
menilai puisi. Setiap kelompok diambil hasil puisi terbaik untuk dilombakan
dengan hasil puisi terbaik dari kelompok lain. Kemudian setiap siswa yang
memiliki puisi terbaik maju ke depan umtuk membacakan hasil karyanya. Siswa
lain dan guru memberikan penilaian untuk menentukan hasil terbaik.
3)
Observasi
Observasi
dilakukan selama tindakan berlangsung. Mahasiswa peneliti mengamati dengan
seksama suasana pembelajaran dan reaksi siswa dalam pelaksanaan praktik menulis
puisi. Aktivitas siswa menjadi fokus utama pengamatan, baik peran serta dalam
kelompok atau setelah terlepas dari kelompoknya. Mahasiswa peneliti menggunakan
instrumen observasi antara lain lembar observasi yang dilengkapi catatan
lapangan. Rekaman berupa foto dan hasil tulisan siswa berupa karya puisi
menjadi salah satu data yang akan dianalisis sebagai hasil observasi pada tindakan
siklus.
4)
Refleksi
Refleksi dilakukan oleh
mahasiswa peneliti dan guru untuk menilai tingkat keberhasilan menulis puisi menggunakan
pendekatan kontekstual dengan media musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah”
karya Mahatma Muhammad. Peneliti dan guru berdiskusi untuk memahami proses,
kendala dan masalah yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan. Kekurangan dan
kendala selama penelitian berlangsung akan didiskusikan dan dicari solusinya
sebagai pijakan bagi siklus selanjutnya.
b. Prosedur Penelitian Tindakan Siklus II
Prosedur tindakan pada siklus ini terdiri atas perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama, rencana
pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan guru pada siklus II yakni guru dan
peneliti merancang skenario pembelajaran pada siklus II. Pada pelaksanaan
tindakan siklus II, peneliti akan memberikan motivasi siswa untuk menulis puisi
lebih baik dengan cara membentuk kelompok yag terdiri dari dua orang setiap
kelompoknya. Siswa dalam setiap kelompok saling bertukaran puisi yang mereka
buat pada siklus I. mereka saling menceritakan isi puisi mereka. Kemudian
mereka memperbaiki atau mengembangkan puisi teman mereka dengn diksi dan gaya
bahasa yang lebih baik. Seperti halnya siklus I, mahasiswa peneliti dan guru
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran agar
pembelajaran berlangsung sesuai yang direncanakan. Guru dan siswa juga
menyiapkan instrumen pengambilan data yang berupa berupa lembar pengamatan,
lembar penilaian, dan catatan lapangan. Perbedaan yang terjadi pada siklus II
adalah siswa menulis puisi dengan mengembangkan puisi karya teman.
2) Pelaksanaan Tindakan
Siklus II
dalam penelitian ini, dikenai tindakan sebanyak tiga kali pertemuan. Prosedur
kegiatan pada siklus II secara bertahap dilaksanakan sesuai perencanaan.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam siklus II ini adalah
sebagai berikut:
a) Guru menjelaskan materi tentang puisi dan teknik penulisan puisi
(ditekankan pada materi yang belum dikuasai siswa).
b) Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan (membuka peluang bagi siswa untuk bertanya sebanyak-banyaknya
tentang apa yang belum dipahami).
c) Guru menampilkan video musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan
Tumpah” karya Mahatma Muhammad.
d) Kemudian guru bersama murid menganalisis unsur fisik dan unsur
batin puisi tersebut dengan teknik tanya jawab (ditekankan pada unsur-unsur yang belum dipahami siswa).
e) Setiap siswa membuat puisi dengan tema yang mirip atau sama
dengan contoh puisi. Dalam membuat puisi, siswa mengaitkan tema dengan
kehidupan mereka sehari-hari baik di lingkungan sekolah (guru atau teman), keluarga,
maupun lingkungan lain yang sering mereka gunakan untuk bersosialisasi. Saat menulis puisi, siswa harus memperhatikan
penggunaan bait, rima, dan irama. Bait terakhir dari puisi yang akan mereka
buat berisi rencana dan harapan untuk hidup mereka ke depan agar lebih baik.
Bait-bait sebelumnya berisi ungkapan dan penyesalan mereka tentang sikap dan
perilaku mereka yang masih kurang baik. Misalnya, tema tentang penyesalan sikap
terhadap orang tua. Bait awal diungkapkan tentang bagaimana sikap kita terhadap
orang tua kita selama ini. Bait akhir diungkapkan tentang rencana dan harapan
kita tentang sikap kita terhadap orang tua agar lebih baik.
f) Setiap siswa membacakan puisi mereka dalam satu kelompok dan
anggota kelompok lain memberikan penilaian. Siswa diberi panduan atau kriteria
untuk menilai puisi. Setiap kelompok diambil hasil puisi terbaik untuk
dilombakan dengan hasil puisi terbaik dari kelompok lain. Kemudian setiap siswa
yang memiliki puisi terbaik maju ke depan umtuk membacakan hasil karyanya. Siswa
lain dan guru memberikan penilaian untuk menentukan hasil terbaik.
3) Observasi
Seperti
halnya pengamatan yang dilakukan pada siklus I, pengamatan yang dilakukan pada
siklus II ini juga dilakukan selama tindakan berlangsung. Observer (peneliti)
menggunakan instrumen observasi antara lain lembar observasi yang dilengkapi
catatan lapangan. Aktivitas siswa menjadi fokus utama pengamatan, baik peran
serta dalam kelompok atau setelah terlepas dari kelompoknya. Rekaman berupa
foto dan hasil tulisan siswa berupa karya puisi menjadi salah satu data yang
akan dianalisis sebagai hasil observasi pada tindakan siklus.
4)
Refleksi
Setelah
dilakukan implementasi tindakan dalam dua siklus, mahasiswa peneliti dan guru
kolabolator mengadakan diskusi mengenai hasil kemampuan menulis siswa dan
proses pembelajaran menulis puisi. Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru
untuk menilai tingkat keberhasilan menulis puisi menggunakan pendekatan kontekstual
dengan media musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad.
4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini
adalah keterampilan menulis puisi, penggunaan pendekatan pembelajaran
kontekstual, dan media musikalisasi puisi.
a. Keterampilan Menulis Puisi
Keterampilan menulis puisi adalah kegiatan
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, yang merupakan hasil dari ilusi dan
imajinasi fisik maupun batiniah.
Keterampilan siswa dalam menulis puisi yang
dimaksud sesuai dengan indikator kompetensi menulis puisi, yaitu: (1)
mengidentifikasikan puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima, (2) menulis
puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima, (3) menyunting puisi
baru yang dibuat teman. Tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran menulis
puisi dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan pembelajaran
kontekstual melalui media musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya
Mahatma Muhammad. Dengan konsep pembelajaran tersebut, penulis berharap adanya
peningkatan mutu pembelajaran menulis puisi yang akan mendorong minat dan bakat
siswa dalam menulis puisi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
sempurna.
b.
Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan
pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengajak
siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata mereka
dengan tujuan agar mereka dapat menemukan makna materi tersebut dalam kehidupan
mereka.
Karakteristik pendekatan
pembelajaran kontekstual meliputi pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan,
konsep pengalaman langsung, konsep aplikasi, konsep kerja sama, konsep
pengaturan diri, dan konsep penilaian autentik. Dalam pembelajaran kontekstual,
siswa diharapkan lebih aktif dan cerdas dalam menemukan masalah dan jalan
keluar yang nantinya dapat dijadikan bekal hidup bagi mereka. Guru berperan
sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa nantinya dalam menulis puisi. Dalam
penelitian ini, pembelajaran kontekstual akan dikolaborasikan dengan penggunaan
media musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya mahatma Muhammad.
c. Musikalisasi Puisi Ruang Gelap nan Tumpah karya Mahatma Muhammad
Musikalisasi puisi adalah
pembacaan puisi yang diiringi oleh permainan alat-alat musik. Media
musikalisasi puisi ini termasuk media audio visual karena penyampaiannya dalam
bentuk audio dan visual. Puisi ini sangat tepat digunakan dalam pembelajaran
menulis puisi. Selain nilai pesan yang positif, diksi serta gaya bahasa dalam
puisi ini sangat indah. Musikalisasi puisi “Ruang Gelap Nan Tumpah” karya
Mahatma Muhammad diharapkan dapat memberkan pengetahuan serta memancing daya
imajinasi mereka tentang dikksi dan gaya bahasa, sehingga keterampilan siswa
dalam menulis puisi dapat meningkat.
5. Teknik Pengumpulan Data
Salah satu kegiatan penting dalam
penelitian adalah pengumpulan data yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data,
diperlukan suatu alat penelitian yang akurat karena hasilnya sangat menentukan
mutu dan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam menulis puisi, sedangkan nontes digunakan untuk
mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran menulis puisi menggunakan
pendekatan kontekstual melalui media audio visual musikalisasi puisi “Ruang
Gelap Nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad.
a. Tes
Data
dalam penelitian ini diperoleh menggunakan tes. Tes adalah suatu bentuk
pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa (testi,
tercoba) yang sedang dites (Nurgiyantoro, 2001: 59). Tes dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu pada siklus I dan tes pada siklus II. Tes dalam penelitian ini
berupa tugas siswa untuk menulis puisi dengan prosedur pendekatan kontekstual. Pengumpulan
data tes digunakan untuk mengungkapkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Tugas
menulis puisi digunakan untuk mengetahui ketercapaian indikator. Puisi ditulis
berdasarkan prosedur pendekatan kontekstual mealui media audio visual
musikalisasi puisi “Ruang Geap nan Tumpah” karya Mahatma Muhammad. Dari hasil
analisis tes tersebut dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa.
b.
Teknik Nontes
Teknik
nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan si tertes (testi, tercoba, Inggris: testee) tanpa dengan alat tes. Teknik nontes dipergunakan untuk
mendapatkan data yang tidak atau paling tidak secara tidak langsung, berkaitan
dengan tingkah laku kognitif (Nurgiyantoro, 2001: 54). Teknik pengumpulan data
nontes diperlukan untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian
ini. Teknik nontes yang dipergunakan yaitu observasi pengamatan kinerja siswa
dilaksanakan pada saat pembelajaran, kuesioner dilaksanakan setelah proses
pembelajaran, dan dokumentasi.
1) Observasi/ Pengamatan
Penelitian yang dilakukan
dengan teknik pengamatan atau observasi adalah penilaian dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti, dan sistematis
(Nurgiyantoro, 2001: 57). Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai
ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
kuesioner.Sugiyono (2013: 203) menjelaskan bahwa kuesioner selalu berkomunikasi
dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek
alam yang lain.
Teknik observasi digunakan untuk mengetahui perilaku siswa pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dan
guru pengampu bahasa dan sastra Indonesia sebagai kolabolator. Observasi
dilakukan dengan lembar observasi yang dilengkapi pedoman observasi dan
dokumentasi foto. Observasi juga dilakukan dengan menggunakan catatan lapangan
agar segala sesuatu yang terjadi pada saat pengambilan data bisa terangkum.
2) Angket/Kuesioner
Kuesioner/angket merupakan serangkaian (daftar) pertanyaan
tertulis yang ditujukan kepada siswa (dalam penelitian: responden) mengenai
masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari siswa
(responden) (Nurgiyantoro, 2001: 54).
Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2013:
199).
Angket digunakan untuk mengetahui ranah afektif siswa dalam
pembelajaran menulis puisi. Ranah afektif yang dimaksud meliputi penerimaan,
sikap, tanggapan, perhatian, keyakinan siswa, kerja sama, serta partisipasi
siswa dalam menulis puisi.
3) Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah riwayat tertulis, deskriptif,
longitudinal, tentang apa yang dikatakan atau yang dilakukan baik guru maupun
siswa dalam situasi pembelajaran dalam suatu jangka waktu. Catatan lapangan
digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan pembelajaran. Catatan pembelajaran
dibuat oleh mahasiswa dan peneliti berdasarkan pengamatan saat pembelajaran.
4) Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan
penelitian tindakan dari awal sampai akhir yang berguna untuk merekam peristiwa
penting dalam aspek kegiatan kelas.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan
data dalam penelitian meliputi angket, observasi dan catatan lapangan. Selain
itu, dokumentasi yang berupa foto-foto penelitian juga ikut disertakan agar
data yang diperoleh lebih akurat.
Peneliti juga menggunakan pedoman penilaian puisi untuk
menentukan tingkat keberhasilan menulis puisi siswa kelas X SMA Muhammaddiyah
Kutoarjo. Nurgiyantoro (2001: 307-308) mengungkap-
kan model penilaian dari Harris dan Halim yang digabungkan
dengan model ESL yang telah dimodifikasi. Model penelitian tersebut digunakan
oleh peneliti untuk menilai produk puisi siswa SMA Muhammadiyah Kutoarjo. Rincian
tiap-tiap aspek terdapat dalam Tabel 1 berikut.
Tabel I. Model Pedoman Penilaian Menulis Puisi
Aspek
|
Kriteria
|
Indikator
|
Skor
|
Diksi
|
Pemilihan kata yang dipakai
|
SANGAT BAIK: Pemilihan kata
tepat-pemilihan kata indah-tidak bersifat keseharian
|
5
|
BAIK : Pemilihan kata tepat-pemilihan
kata indah-bersifat keseharian
|
4
|
||
CUKUP BAIK: Pemilihan kata tepat-
Pemilihan kata kurang indah
- Bersifat keseharian
|
3
|
||
KURANG BAIK: Pemilihan kata
kurang tepat-Pemilihan kata kurang indah- Bersifat keseharian
|
2
|
||
Tema
|
Kesesuaian isi dengan judul
dan tema
|
SANGAT BAIK: isi sangat
sesuai dengan tema yang ditentukan-isi sangat sesuai dengan judul
puisi-pemilihan judul kreatif
|
5
|
BAIK: isi sesuai dengan
tema yang ditenutukan-isi sesuai dengan judul puisi-judul kurang kreatif
|
4
|
||
CUKUP BAIK: isi puisi
kurang relevan dengan tema yang ditentukan-isi puisi kurang sesuai dengan
judul puisi-judul kurang kreatif
|
3
|
||
KURANG BAIK: isi tidak
relevan dengan tema dan judul puisi
|
2
|
||
Struktur Bait
|
Kepaduan makna antar baris
dan bait
|
SANGAT BAIK: ide pokok
jelas-gagasan tiap bait jelas-susunan baris teratur-ada kepaduan makna dalam
tiap baris dan tiap bait puisi
|
5
|
BAIK: ide pokok
jelas-gagasan tiap bait jelas-susunan baris kurang teratur- adanya kepaduan
makna dalam tiap baris dan tiap bait puisi
|
4
|
||
CUKUP BAIK: ide pokok
jelas- gagasan tiap bait kurang
jelas-susunan baris kurang teratur-kepaduan makna hanya dalam beberapa baris
puisi
|
3
|
||
KURANG BAIK: ide pokok tidak
jelas-gagasan tiap bait tidak jelas-susunan baris tidak teratur-tidak ada
kepaduan makna antar baris dan bait
|
2
|
||
Bahasa Kias
|
Penggunaan bahasa kias
|
SANGAT BAIK: penggunaan
minimal 3 variasi bahasa kias-tepat-estetis
|
5
|
BAIK : adanya
penggunaan 2 variasi bahasa
kias-tepat-estetis
|
4
|
||
CUKUP BAIK: penggunaan 1 variasi
bahasa kias-tepat-estetis
|
3
|
||
KURANG BAIK: tidak
menggunakan bahasa kias
|
2
|
||
Citraan
|
Pemunculan citraan atau
imaji
|
SANGAT BAIK :adanya
penggunaan minimal 3 variasi imaji-tepat-sangat memunculkan imajinasi dan
daya khayal-mengesankan
|
5
|
BAIK : adanya penggunaan 2
variasi imaji-tepat-memunculkan imajinasi dan daya khayal-mengesankan
|
4
|
||
CUKUP BAIK : adanya
penggunaan 1 variasi imaji-tepat-cukup memunculkan imajinasi dan daya
khayal-kurang mengesankan
|
3
|
||
KURANG BAIK : tidak
menggunakan kata-kata yang memunculkan imajinasi dan daya khayal.
|
|
||
Versifikasi
|
Rima dan Irama
|
SANGAT BAIK : adanya
penggunaan minimal 3 variasi rima-memunculkan irama yang sangat menarik dalam
puisi
|
5
|
BAIK : adanya penggunaan 2
variasi rima-menimbulkan irama yang menarik dalam puisi
|
4
|
||
CUKUP BAIK : adanya
penggunaan 1 variasi rima-cukup menimbulkan irama dalam puisi
|
3
|
||
KURANG BAIK : tidak
menggunakan variasi rima
|
2
|
||
Amanat
|
Penyampaian amanat
|
SANGAT BAIK : adanya
penyampaian amanat-jelas
-membangun
|
5
|
BAIK :adanya penyampaian
amanat-kurang jelas- kurang membangun
|
4
|
||
CUKUP BAIK : adanya penyampaian
amanat -tidak jelas- tidak membangun
|
3
|
||
KURANG BAIK : tidak adanya
penyampaian amanat baik tersirat maupun tersurat
|
2
|
Keterangan: Skor 1 diberlakukan jika puisi yang dibuat adalah
jiplakan karya orang lain.
7. Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan kedua jenis data yang diperoleh tersebut, maka teknik analisis data
yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data secara
kuantitatif dan teknik analisis data secara kualitatif.
Pengkajian atau analisa data dilakukan
dengan metode kuantitatif untuk pengamatan kinerja siswa dan penilaian hasil
kerja siswa. Sedangkan hasil angket, observasi, dan catatan lapangan
menggunakan metode kualitatif. Berikut dijelaskan penerapan kedua teknik
tersebut.
a. Kuantitatif
Analisis
data kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan teknik deskriptif statistik. Statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang bberlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013:
207). Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data dari hasil tes menulis
puisi pada siklus I dan siklus II. Data yang berupa
skor menulis puisi dianalisis dengan mencari rata-rata (mean) dan persentase,
kemudian dibuat tabel dan diagram sehingga dapat diketahui.
b. Kualitatif
Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes
yaitu observasi, angket, catatan lapangan dan dokumentasi. Data observasi,
angket, catatan lapangan dianalisis untuk mengetahui kesulitan siswa selama
proses pembelajaran menulis puisi.
Sementara
itu, dokumentasi digunakan untuk merekam kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran. Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan.
Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua
perilaku siswa dan perubahannya selama proses pembelajaran dari siklus I ke
siklus II.
8.
Teknik Penyajian Hasil Analisis
Data
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penyajian data informal dan formal.
Nurgiyantoro (1993: 145) menjelaskan bahwa teknik penyajian informal adalah perumusan
dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya,
sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang.
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Andrina, Yovi Mellia. 2011.
“Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Media Kartu Mimpi Bergambar Pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Magelang. Skripsi”, Tidak diterbitkan. Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Ariastuti, Bisyaroh. 2011.
“Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Kegiatan sanggar Sastra Pada
Siswa Kelas X,3 SMA Negeri. Pajangan Bantul”. Skripsi, tidak diterbitkan.
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Arikunto,
Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra.
Yogyakarta: Kota Kembang.
Farizi, Al Saidi. 2009.
“Mengoptimalkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Dengan Teknik Penyempurnaan
Wacana Siswa Kelas VII SMP N 1 Narmada Tahun 2008/2009”. Skripsi, tidak
ditertibkan.STKIP Hamzanwadi Selong, Selong.
Fitriyana, Dewi Ika. 2011.
“Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Me Dia Berita Dengan Metode
Latihan Terbimbing Pada Siswa Kelas X.3 SMA N 1 Rembang Purbalingga”. Skripsi,
tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran bahasa dan Sastra.Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Nurhayati. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta:
Media Perkasa.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Rahayu, Kiki. 2007. “Peningkatan
Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Teknik Latihan Terbimbing Berdasarkan Ilustrasi Tokoh Idola Siswa Kelas
X.4 SMA N 1 Wanadadi Banjarnegara”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
Rasyid, Harun & Mansur. 2012. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV
Wacana Prima.
Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sugiyono.2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharso & Ana retnoningsih.
2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Semarang: Widya karya.
Susilana, Rudi &Riyana. 2012. Media Pembelajaran. Bandung: Bumi
Rancaekek Kencana.
Tarigan,
Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Waluyo,
J. Herman. 2010. Pengkajian dan Apresiasi
Puisi. Salatiga: Widya Sari Press.
Post a Comment for "USULAN SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA MUSIKALISASI PUISI “RUANG GELAP NAN TUMPAH” KARYA MAHATMA MUHAMMAD PADA SISWA KELAS X SMA"