Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

USULAN PENELITIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Dalam Membaca Intensif untuk Memahami Isi


A.      PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang berfungsi mengembangkan kemampuan membaca, menyimak, dan berbicara yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu disiplin ilmu, menjadi pendukung bagi keberadaan ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu siswa diharapkan memiliki penguasaan Bahasa Indonesia pada tingkat tertentu, sehingga berguna bagi siswa dalam berkompetensi di masa depan.
Bahasa Indonesia berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan dan struktur-struktur) dan hubungannya diatur secara logika dan pemahaman , Bahasa Indonesia berkaitan dengan konsep abstrak, hal tersebut membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Siswa lebih mudah mempelajari hal-hal yang bersifat kongkrit, sehingga muncul anggapan bahwa Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan cenderung ditakuti siswa. Siswa di sekolah akan lebih   mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang diketahui siswa tersebut, karena untuk mempelajari suatu materi Bahasa Indonesia yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi Bahasa Indonesia tersebut. Siswa belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Setelah pembelajaran diharapkan adanya perubahan pada siswa. Perubahan sebagai hasil dari pembelajaran seperti pengetahuan siswa dapat bertambah, perubahan pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan­nya, kecakapan, dan kemampuannya. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diharap­kan guru dapat menciptakan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang Bahasa Indonesia yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut. Oleh karena itu sangat dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat membuat guru dan siswa menjadi aktif.
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran dan merupakan ilmu dasar (basic science) yang penting baik sebagai alat bantu, sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap, maka dari itu Bahasa Indonesia diharapkan dapat dikuasai oleh siswa di Sekolah. Namun pelajaran Bahasa Indonesia selalu dianggap sulit dan ditakuti oleh siswa sehingga sangat berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini juga terjadi di SMA N 3 Purworejo.
Berdasarkan observasi awal penelitian pada SMA N 3 Purworejo melalui wawancara dengan guru mata pelajaran matematika setempat bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Bahasa Indonesia masih tergolong rendah salah satunya pada materi Membaca untuk menentukan isi, hal ini dapat diketahui bahwa masih rendahnya nilai ulangan harian, maupun nilai raport pada tahun pelajaran 2012/2013 yaitu nilai rata-rata kurang dari 67. Kondisi tersebut terjadi karena dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering ditemui adanya kecenderungan guru meminimalkan keterlibatan siswa, sehingga kesulitan dalam menyelesaikan soal dan pemahaman terhadap  membaca untuk menentukan isi. Peran guru dalam proses pembelajaran sangat dominan sehingga menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif. Hal tersebut meyebabkan siswa lebih banyak menunggu sajian dari guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, kemampuan, serta sikap aktif siswa tersebut. Siswa yang melakukanproses pembelajaran, sedangkan guru sebagai pemimpin dan sebagai fasilitator belajar yakni mengatur, mengorganisasi siswa, hal ini yang menyebabkan pembelajaran di kelas tidak dapat terlaksana dengan optimal. Saat ini yang dibutuhkan adalah siswa yang lebih aktif melakukan proses pembelajaran sehingga akan tercapai hasil yang optimal.
Untuk menghilangkan rasa ketakutan pada pelajaran Bahasa Indonesia dan anggapan bahwa Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang sulit, dapat ditempuh dengan penggunaan strategi mengajar dan pemilihan metode yang tepat. Dengan demikian akan dapat tercipta suatu komunikasi sehingga pembelajaran akan dapat efektif dan akan terwujud suatu proses yang menghubungkan  siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang menyebabkan anak dapat berkembang dengan baik secara aktif dan penguasaan bahan ajar akan meningkat. Model pembelajaran problem posing merupakan salah satu pendekatan belajar non konvensional yang dalam proses kegiatannya membangun struktur kognitif siswa, siswa diberi kesempatan secara terbuka dan luas untuk mengembangkan kreativitas. Problem posing mengajarkan dan mewajibkan siswa dalam membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru.
Cara belajar sendiri biasanya sering menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Untuk mengatasinya dapat divariasikan dengan cara belajar bersama dengan teman yang paling dekat. Belajar bersama pada dasarnya memecahkan persoalan sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Pikiran dari banyak orang biasanya lebih sempurna daripada satu orang. Diskusi atau belajar kelompok  merupakan cara yang lebih baik dalam belajar bersama. Pembentukan kelompok-kelompok bertujuan agar siswa dapat bekerja secara berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama, memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama serta meningkatkan keterlibatan emosional dan intelektual siswa dalam pembelajaran. Melalui penerapan model pembelajaran problem posing, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dengan peningkatan hasil nilai rata-rata minimal 67 khususnya pada materi bagun ruang kubus dan balok serta meningkatnya prestasi belajar, sehingga dapat mendidik siswa untuk belajar mandiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Pada Membaca Intensif untuk Memahami Isi  Kelas X IPS 1 SMA Negeri 3 Purworejo.”

2.        Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1.        Masih banyak terjadi diruang-ruang kelas penggunaan strategi, metode dan model pembelajaran yang bersifat monoton yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher centre).
2.        Masih banyak siswa yang kurang berminat pada pelajaran matematika khususunya pada materi bangun ruang kubus dan balok, pada umumnya siswa sulit membayangkan unsur-unsur bangun ruang kubus dan balok.
3.        Pembelajaran matematika yang terkesan hanya menekankan pencapaian target kurikulum dan penyampaian tekstual semata dari pada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu; dan
4.        Pembelajaran matematika berjalan selama ini umumnya masih di dominasi guru sehingga menyebabakan siswa lebih bersifat pasif.

3.        Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran problem posing yang diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia  materi bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas X IPS 1 di SMA N 3 Purworejo.

4.        Rumusan Masalah
Atas dasar uraian pada latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah dapat dirumuskan apakah model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas  X 1 IPS SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 20014/2015?

5.        Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas  X 1 IPS SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 20014/2015.

6.        Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1.        Bagi siswa
a.    Meningkatkan pemahaman materi pelajaran.
b.    Memupuk kreativitas siswa.
c.    Meningkatkan daya ingat siswa.
d.    Meningkatkan motivasi belajar siswa.
e.    Meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan logis.
f.     Menumbuhkan keberanian untuk mengemukakan pendapat.
2.        Bagi guru
a.    Meningkatkan kreativitas guru.
b.    Meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam proses pembelajaran.
c.    Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengelola PBM.
3.        Bagi sekolah
a.    Memberikan smbangan positif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika.
b.    Sebagai sumber bahan pengambilan kebijakan sekolah.
c.    Sebagai bahan penelitian lanjut.

B.       TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
1.        Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan pertimbangan penelitian ini dikemukakan hasil penelitian yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran problem posing. Berbagai penelitian yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran problem posing juga menunjukan hasil yang positif dalam pembelajaran.
Mahar Dika Wati (2010) menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan aktivitas belajar Bahasa Indonesia meningkat dari 5, 27% menjadi 6, 16% pada siklus I dan menjadi 7, 65% pada siklus II.
Herlina (2011) menunjukan bahwa penggunaan pembelajarn problem posing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dari 62, 32% menjadi 78, 49%.
Arif Asnan (2011) bahwa pembelajaran problem posing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari 55, 68% menjadi 75, 76% dan pembelajaran problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari 58, 06% menjadi 77, 42%.
Bedasarkan penelitian diatas dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian tentang penerapan model pembelajaran problem posing untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi membaca untuk menentukan isi siswa kelas  X 1 IPS SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 20014/2015



Kajian Teori
a.        Prestasi Belajar Matematika
1)        Pengertian Prestasi
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperolah prestasi. Untuk mengetahui hasil tindakan seseorang dalam belajar maka dilakukan suatu evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setalah proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut bahasa, kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatie yang berarti hasil usaha. Sedangkan menurut istilah prestasi adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatuhal. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan,antara lain dalam bidang kesenian, olah raga dan pendidikan.
Menurut Sardiman A.M (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”.
Istilah prestasi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (1995: 787) yaitu hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dan dikerjakan).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan.
2)        Pengertian Belajar
Meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa yang sedang belajar itu sendiri. Pentingnya proses belajar ini maka banyak ahli psikologi pendidikan yang telah mencurahkan perhatian terhadap masalah belajar. Ini terlihat dengan banyaknya definisi belajar yang berbeda-beda.
Menurut Oemar Hamalik (2001:52) bahwa:
Belajar adalah modifikasi atau memperbuat tingkah laku induvidu melalui pengalaman dan latihan. Berdasarkan pendapat tersebut, belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan pada individu tersebut meliputi perubahan tingkah laku secara keseluruhan, baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

Menurut Agus Suprijono (2009:2) William Burton menyimpulkan beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:
1.        Travers
        Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
2.        Morgan
Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut suharno, dkk (2005: 5) bahwa:
Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial, maupun aktual. Perubahan-perubahan itu berbentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu relatif lama (konstan). Serta perubahan-perubahan tersebutterjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang sedang belajar.

Menurut Lilik Wahyu Utomo (2008:5) menyatakan:
Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar, baik potensial maupun aktual. Perubahan tersebut adalah dalam bentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang cukup lama. Dan perubahan itu terjadi karena berbagai usaha yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai adanya perubahan tinggah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan untuk memperolah pengetahuan dan kecakapan
3)        Pengertian Bahasa Indonesia
Matematika sebagai ilmu tentang struktur memerlukan penggunaan simbol-simbol dan hubungan, maka Bahasa Indonesia memerlukan kemampuan memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang disepakati. Simbolisasi ini memungkinkan adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk menyatakan suatu konsep baru. Penelaahan struktur-struktur sangat diperlukan untuk manyatakan suatu konsep dalam Bahasa Indonesia harus dilakukan lebih dahulu sebelum pemanipulasian simbol-simbol.
Sedangkan dari pengertian Bahasa Indonesia terdapat beberapa definisi. Dibawah ini disajikan beberapa definisi atau pengertian tentang Bahasa Indonesia.
(1)      Bahasa Indonesia adalah cabang ilmu pengetahuan yang terorganisir secara sistematik.
(2)      Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang  Kalimat dan pemahamannya.
(3)      Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan Kalimat.
(4)      Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang membaca dan menulis.
(5)      Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
(6)      Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang lugas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pasti dan konsisten yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya pikir manusia yang menunjang berbagai disiplin ilmu pengetahuan lainnya serta aspek-aspek perkembangan kehidupan seperti penguasaan berbagai perkembangan teknologi dan komunikasi. Oleh karena itu mata pelajaran Bahasa Indonesia perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
4)        Pengertian Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
Berdasarkan beberapa pendapat tentang prestasi, belajar, dan Bahasa Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah diperoleh oleh seorang siswa dalam proses balajar Bahasa Indonesia yang perubahan pada diri siswa berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang dapat diukur melalui evaluasi.

b.        Model Pembelajaran Problem Posing
1)        Pengertian Pembelajaran
            Menurut Oemar Hamalik (2010: 57), “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dari sini maka pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
2)        Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce & Weill (dalam Rusman, 2010: 133) bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.
3)        Pengertian Problem Posing
Menurut Brown dan Walter dalam Muhfida (2010) pada tahun 1989. Problem posing berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dariproblem” artinya masalah, soal/persoalan dan “pose” yang artinya mengajukan.
Pengertian problem posing menurut Suryosubroto (2009:203) adalah “pengajuan masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diupayakan untuk mencari jawabannya baik secara individu maupun bersama dengan pihak lain”.
4)        Model Pembelajaran Problem Posing
Menurut muhfida (2010) model pembelajaran problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia problem posing (pengajuan soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar secara mandiri. Problem posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika. Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain. Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut:
a.         Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
b.        Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c.         Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.
d.        Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.
e.         Guru memberikan tugas rumah secara indvidual.
Menurut Herdy (2009) bahwa guru Bahasa Indonesia dalam rangka mengembangkan model pembelajaran problem posing (pengajuan soal) yang berkualitas dan terstruktur dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar berikut:
1.        Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari aktivitas siswa di dalam kelas.
2.        Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa.
3.        Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan tugas.
Dalam pembelajara problem posing (pengajuan soal) siswa dilatih untuk memperkuat dan mempekaya konsep-konsep dasar Bahasa Indonesia.  Dengan demikian kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing sebagai berikut:
a.         Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep dasar.
b.        Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar.
c.         Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing menurut Budiasih dan Kartini dalam Mufhida (2010) adalah sebagai berikut:
1.        Membuka kegiatan pembelajaran.
2.        Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3.        Menjelaskan materi pelajaran.
4.        Memberikan contoh soal.
5.        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas.
6.        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk soal dan menyelesaikannya.
7.        Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan.
8.        Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan yang dibuat siswa.
9.        Menutup kegiatan pembelajaran.
Bagi siswa, pembelajaran problem posing merupakan keterampilan mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana daberikan suatu permasalahan dan siswa memecahkan masalah tersebut.
5)        Problem Posing Secara Berkelompok
Pembelajaran dengan problem posing ini menekankan pada pembentukan atau perumusan soal oleh siswa secara berkelompok. Setiap selesai pemberian materi guru memberikan contoh tentang cara pembuatan soal dan memberikan informasi tentang materi pembelajaran dan bagaimana menerapkannya dalam problem posing secara berkelompok.
Keuntungan belajar kelompok dalam menurut Rahayuningsih dalam Ashidiqpermana (2011) adalah:
1.        Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2.        Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi
3.        Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajar
4.        Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
5.        Dalam memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usaha mencapai tujuan bersama.
Adapun langkah-langkah belajar kelompok adalah:
Fase
Tingkah laku guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase -2
Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara evisien
Fase – 4
Membimbing kelompok, belajar mengajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas

Fase -5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil pekerjaannya
Fase-6
Memberi penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik hasil belajar individu atau kelompok.
Jadi langkah-langkah pembelajaran problem posing secara berkelompok adalah sebagai berikut:
1.        Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
2.        Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab selanjutnya memberi contoh cara pembuatan soal dari informasi yang diberikan.
3.        Guru membentuk kelompok belajar antara 5-6 siswa tiap kelompok yang bersifat heterogen baik kemampuan, ras dan jenis kelamin.
4.        Selama kerja kelompok berlangsung guru membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan dalam membuat soal dan menyelesaikannya.
5.        Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara masing-masing kelompok mempersentasikan hasil pekerjaannya.
6.        Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah menyelsaikan tugas yang diberikan dengan baik.
Dalam pembelajaran matematika, sebenarnya pengajuan masalah (problem posing) menempati posisi yang strategis. Dalam hal ini siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetail. Hal tersebut akan tercapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tidak hanya dari guru melainkan perlu belajar mandiri.
Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dariguru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Posing.
Dalam setiap pembelajarn pasti ada sisi kelebihan dan kekurangan. Begitu juga didalam penerapan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, menurut Rahayuningsih dalam Ashidiqpermana (2011) adapun kelebihan dan kekurangan problem posing adalah sebagai berikut:
1.        Kelebihan pembelajaran Problem Posing  antara lain:
a)         Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
b)        Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.
c)         Semua siswa terpadu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
d)        Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
e)         Dapat membantu siswa untuk melihat permaslahan yang ada dan baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluas bahasan/ pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.
2.        Kekurangan pembelajaran problem posing:
a)         Persiapan guru lebih karena menyiapkan apa yang dapat disampaikan.
b)        Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannysehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.

Post a Comment for "USULAN PENELITIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Dalam Membaca Intensif untuk Memahami Isi "