USULAN PENELITIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Dalam Membaca Intensif untuk Memahami Isi
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang
berfungsi mengembangkan kemampuan membaca, menyimak, dan berbicara yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu
disiplin ilmu, menjadi pendukung bagi keberadaan ilmu-ilmu yang lain. Oleh
karena itu siswa diharapkan memiliki penguasaan Bahasa Indonesia pada tingkat
tertentu, sehingga berguna bagi siswa dalam berkompetensi di masa depan.
Bahasa
Indonesia berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan dan struktur-struktur) dan
hubungannya diatur secara logika dan pemahaman , Bahasa Indonesia berkaitan
dengan konsep abstrak, hal tersebut membuat siswa merasa kesulitan dalam
mempelajarinya. Siswa lebih mudah mempelajari hal-hal yang bersifat kongkrit,
sehingga muncul anggapan bahwa Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata
pelajaran yang sulit dan cenderung ditakuti siswa. Siswa di sekolah akan
lebih mempelajari sesuatu bila belajar
itu didasari pada apa yang diketahui siswa tersebut, karena
untuk mempelajari suatu materi Bahasa Indonesia yang baru, pengalaman
belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar
materi Bahasa Indonesia tersebut. Siswa belajar bukan menghafal dan bukan pula
mengingat. Setelah pembelajaran diharapkan adanya perubahan pada siswa.
Perubahan sebagai hasil dari pembelajaran seperti pengetahuan siswa dapat
bertambah, perubahan pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,
kecakapan, dan kemampuannya. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan guru
dapat menciptakan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan
kebutuhan siswa tentang Bahasa Indonesia yang amat beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam
mempelajari matematika tersebut. Oleh karena itu sangat dibutuhkan strategi pembelajaran
yang dapat membuat guru dan siswa menjadi aktif.
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran dan
merupakan ilmu dasar (basic science)
yang penting baik sebagai alat bantu, sebagai pembimbing pola pikir maupun
sebagai pembentuk sikap, maka dari itu Bahasa Indonesia diharapkan dapat
dikuasai oleh siswa di Sekolah. Namun pelajaran Bahasa Indonesia selalu
dianggap sulit dan ditakuti oleh siswa sehingga sangat berdampak pada rendahnya
prestasi belajar siswa. Hal ini juga terjadi di SMA N 3 Purworejo.
Berdasarkan observasi awal penelitian pada SMA N 3
Purworejo melalui wawancara dengan guru mata pelajaran matematika setempat
bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Bahasa Indonesia masih
tergolong rendah salah satunya pada materi Membaca untuk menentukan isi, hal ini dapat diketahui bahwa masih rendahnya nilai ulangan harian,
maupun nilai raport pada tahun pelajaran 2012/2013 yaitu nilai rata-rata kurang
dari 67. Kondisi tersebut terjadi karena dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering ditemui adanya kecenderungan guru
meminimalkan keterlibatan siswa, sehingga kesulitan dalam menyelesaikan soal
dan pemahaman terhadap membaca untuk
menentukan isi. Peran guru dalam proses pembelajaran sangat dominan sehingga
menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif. Hal tersebut meyebabkan
siswa lebih banyak menunggu sajian dari guru dari pada mencari dan menemukan
sendiri pengetahuan, kemampuan, serta sikap aktif siswa tersebut. Siswa yang
melakukanproses pembelajaran, sedangkan guru sebagai pemimpin dan sebagai
fasilitator belajar yakni mengatur, mengorganisasi siswa, hal ini yang
menyebabkan pembelajaran di kelas tidak dapat terlaksana dengan optimal. Saat
ini yang dibutuhkan adalah siswa yang lebih aktif melakukan proses pembelajaran
sehingga akan tercapai hasil yang optimal.
Untuk
menghilangkan rasa ketakutan pada pelajaran Bahasa Indonesia dan anggapan bahwa
Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang sulit, dapat ditempuh dengan penggunaan strategi mengajar dan pemilihan metode yang
tepat. Dengan demikian akan dapat tercipta suatu komunikasi sehingga
pembelajaran akan dapat efektif dan akan terwujud suatu proses yang
menghubungkan siswa dengan guru dan
siswa dengan siswa yang menyebabkan anak dapat berkembang dengan baik secara aktif
dan penguasaan bahan ajar akan meningkat. Model pembelajaran problem posing merupakan salah satu
pendekatan belajar non konvensional
yang dalam proses kegiatannya membangun struktur kognitif siswa, siswa diberi
kesempatan secara terbuka dan luas untuk mengembangkan kreativitas. Problem posing mengajarkan dan
mewajibkan siswa dalam membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh
guru.
Cara belajar sendiri biasanya sering menimbulkan kebosanan
dan kejenuhan. Untuk mengatasinya dapat divariasikan dengan cara belajar
bersama dengan teman yang paling dekat. Belajar bersama pada dasarnya
memecahkan persoalan sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Pikiran dari
banyak orang biasanya lebih sempurna daripada satu orang. Diskusi atau belajar
kelompok merupakan cara yang lebih baik
dalam belajar bersama. Pembentukan kelompok-kelompok bertujuan agar siswa dapat
bekerja secara berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama,
memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama serta meningkatkan keterlibatan
emosional dan intelektual siswa dalam pembelajaran. Melalui penerapan model
pembelajaran problem posing,
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dengan peningkatan hasil nilai
rata-rata minimal 67 khususnya pada materi bagun ruang kubus dan balok serta
meningkatnya prestasi belajar, sehingga dapat mendidik siswa untuk belajar
mandiri.
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Pada Membaca
Intensif untuk Memahami Isi Kelas X IPS
1 SMA Negeri 3 Purworejo.”
2.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
1.
Masih banyak terjadi
diruang-ruang kelas penggunaan strategi, metode dan model pembelajaran yang
bersifat monoton yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher centre).
2.
Masih banyak siswa yang
kurang berminat pada pelajaran matematika khususunya pada materi bangun ruang
kubus dan balok, pada umumnya siswa sulit membayangkan unsur-unsur bangun ruang
kubus dan balok.
3.
Pembelajaran matematika
yang terkesan hanya menekankan pencapaian target kurikulum dan penyampaian
tekstual semata dari pada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun
individu; dan
4.
Pembelajaran matematika
berjalan selama ini umumnya masih di dominasi guru sehingga menyebabakan siswa
lebih bersifat pasif.
3.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran
problem posing yang diterapkan pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia materi
bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas X IPS 1 di SMA N 3 Purworejo.
4.
Rumusan
Masalah
Atas
dasar uraian pada latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah
dapat dirumuskan apakah model pembelajaran problem
posing dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa
kelas X 1 IPS SMA Negeri 3 Purworejo
tahun pelajaran 20014/2015?
5.
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan
prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas
X 1 IPS SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 20014/2015.
6.
Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat penelitian ini yaitu:
1.
Bagi siswa
a. Meningkatkan
pemahaman materi pelajaran.
b. Memupuk
kreativitas siswa.
c. Meningkatkan
daya ingat siswa.
d. Meningkatkan
motivasi belajar siswa.
e. Meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan logis.
f. Menumbuhkan
keberanian untuk mengemukakan pendapat.
2.
Bagi guru
a. Meningkatkan
kreativitas guru.
b. Meningkatkan
pemahaman dan pengalaman dalam proses pembelajaran.
c. Meningkatkan
profesionalisme guru dalam mengelola PBM.
3.
Bagi sekolah
a. Memberikan
smbangan positif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata
pelajaran matematika.
b. Sebagai
sumber bahan pengambilan kebijakan sekolah.
c. Sebagai
bahan penelitian lanjut.
B.
TINJAUAN
PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
1.
Tinjauan
Pustaka
Sebagai bahan
pertimbangan penelitian ini dikemukakan hasil penelitian yang berkaitan dengan
penerapan pembelajaran problem posing.
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran problem posing juga menunjukan hasil
yang positif dalam pembelajaran.
Mahar
Dika Wati (2010) menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan
aktivitas belajar Bahasa Indonesia meningkat dari 5, 27% menjadi 6, 16% pada
siklus I dan menjadi 7, 65% pada siklus II.
Herlina
(2011) menunjukan bahwa penggunaan pembelajarn problem posing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
dari 62, 32% menjadi 78, 49%.
Arif
Asnan (2011) bahwa pembelajaran problem
posing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari 55, 68% menjadi 75,
76% dan pembelajaran problem posing dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dari 58, 06% menjadi 77, 42%.
Bedasarkan
penelitian diatas dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian tentang
penerapan model pembelajaran problem
posing untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi membaca untuk
menentukan isi siswa kelas X 1 IPS SMA
Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 20014/2015
Kajian Teori
a.
Prestasi
Belajar Matematika
1)
Pengertian Prestasi
Kemampuan
intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperolah
prestasi. Untuk mengetahui hasil tindakan seseorang dalam belajar maka
dilakukan suatu evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui prestasi yang
diperoleh siswa setalah proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut
bahasa, kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatie yang berarti
hasil usaha. Sedangkan menurut istilah prestasi adalah kemampuan, keterampilan,
dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatuhal. Kata prestasi banyak
digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan,antara lain dalam bidang kesenian,
olah raga dan pendidikan.
Menurut
Sardiman A.M (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari
luar individu dalam belajar”.
Istilah prestasi
di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (1995: 787) yaitu hasil yang
telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dan dikerjakan).
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang
telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan.
2)
Pengertian Belajar
Meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana
proses belajar yang dilakukan oleh siswa yang sedang belajar itu sendiri.
Pentingnya proses belajar ini maka banyak ahli psikologi pendidikan yang telah
mencurahkan perhatian terhadap masalah belajar. Ini terlihat dengan banyaknya
definisi belajar yang berbeda-beda.
Menurut Oemar Hamalik (2001:52) bahwa:
Belajar
adalah modifikasi atau memperbuat tingkah laku induvidu melalui pengalaman dan
latihan. Berdasarkan pendapat tersebut, belajar dapat diartikan sebagai proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan pada individu tersebut meliputi perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
Menurut
Agus Suprijono (2009:2) William Burton menyimpulkan beberapa pakar pendidikan
mendefinisikan belajar sebagai berikut:
1.
Travers
Belajar adalah proses menghasilkan
penyesuaian tingkah laku.
2.
Morgan
Belajar
adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut suharno, dkk (2005: 5) bahwa:
Belajar
adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik
potensial, maupun aktual. Perubahan-perubahan itu berbentuk kemampuan-kemampuan
baru yang dimiliki dalam waktu relatif lama (konstan). Serta
perubahan-perubahan tersebutterjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh
individu yang sedang belajar.
Menurut Lilik Wahyu Utomo (2008:5)
menyatakan:
Belajar
adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu
yang sedang belajar, baik potensial maupun aktual. Perubahan tersebut adalah
dalam bentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang cukup
lama. Dan perubahan itu terjadi karena berbagai usaha yang dilakukan oleh
individu yang bersangkutan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang
ditandai adanya perubahan tinggah laku sebagai hasil dari pengalaman dan
latihan untuk memperolah pengetahuan dan kecakapan
3)
Pengertian Bahasa
Indonesia
Matematika sebagai ilmu tentang
struktur memerlukan penggunaan simbol-simbol dan hubungan, maka Bahasa
Indonesia memerlukan kemampuan memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang
disepakati. Simbolisasi ini memungkinkan adanya komunikasi dan mampu memberikan
keterangan untuk menyatakan suatu konsep baru. Penelaahan struktur-struktur
sangat diperlukan untuk manyatakan suatu konsep dalam Bahasa Indonesia harus
dilakukan lebih dahulu sebelum pemanipulasian simbol-simbol.
Sedangkan dari pengertian Bahasa
Indonesia terdapat beberapa definisi. Dibawah ini disajikan beberapa
definisi atau pengertian tentang Bahasa Indonesia.
(1)
Bahasa Indonesia adalah cabang ilmu pengetahuan yang terorganisir
secara sistematik.
(2)
Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang Kalimat dan pemahamannya.
(3)
Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang penalaran logik
dan berhubungan dengan Kalimat.
(4)
Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang membaca dan menulis.
(5)
Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang
struktur-struktur yang logik.
(6)
Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang aturan-aturan
yang lugas.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pasti dan konsisten yang memiliki
peranan penting dalam meningkatkan daya pikir manusia yang menunjang berbagai
disiplin ilmu pengetahuan lainnya serta aspek-aspek perkembangan kehidupan
seperti penguasaan berbagai perkembangan teknologi dan komunikasi. Oleh karena
itu mata pelajaran Bahasa Indonesia perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama.Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
4)
Pengertian Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
Berdasarkan
beberapa pendapat tentang prestasi, belajar, dan Bahasa Indonesia maka
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Bahasa Indonesia
adalah hasil yang telah diperoleh oleh seorang siswa dalam proses balajar Bahasa Indonesia
yang perubahan pada diri siswa berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan
baru yang dapat diukur melalui evaluasi.
b.
Model
Pembelajaran Problem Posing
1)
Pengertian Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (2010: 57),
“pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat,
serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan
kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan aspek kegiatan
manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.
Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dari sini maka
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta
didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah
menuju suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
2)
Pengertian Model
Pembelajaran
Menurut
Joyce & Weill (dalam Rusman, 2010: 133) bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.
3)
Pengertian Problem Posing
Menurut Brown dan Walter dalam Muhfida (2010) pada tahun
1989. Problem posing berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari
“problem” artinya masalah,
soal/persoalan dan “pose” yang
artinya mengajukan.
Pengertian problem posing menurut Suryosubroto (2009:203) adalah “pengajuan
masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut kemudian diupayakan untuk mencari jawabannya baik secara individu
maupun bersama dengan pihak lain”.
4)
Model Pembelajaran Problem Posing
Menurut muhfida (2010) model pembelajaran problem posing merupakan model
pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah
suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada
penyelesaian soal tersebut.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia problem posing (pengajuan soal)
menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan
penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa
memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar
secara mandiri. Problem posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin
matematika. Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun
1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang
lain. Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model
pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui
belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Dengan demikian, penerapan model
pembelajaran problem posing adalah
sebagai berikut:
a.
Guru menjelaskan materi
pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep
sangat disarankan.
b.
Guru memberikan latihan soal
secukupnya.
c.
Siswa diminta mengajukan 1 atau
2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu
menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.
d.
Pada pertemuan berikutnya,
secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan
kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan
bobot soal yang diajukan oleh siswa.
e.
Guru memberikan tugas rumah
secara indvidual.
Menurut Herdy (2009) bahwa guru Bahasa
Indonesia dalam rangka mengembangkan model pembelajaran problem posing (pengajuan soal) yang berkualitas dan terstruktur
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar
berikut:
1.
Pengajuan soal harus
berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari aktivitas siswa di dalam kelas.
2.
Pengajuan soal harus
berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa.
3.
Pengajuan soal dapat dihasilkan
dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan memodifikasikan dan
membentuk ulang karakteristik bahasa dan tugas.
Dalam pembelajara problem posing (pengajuan soal) siswa dilatih untuk memperkuat dan
mempekaya konsep-konsep dasar Bahasa Indonesia.
Dengan demikian kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing sebagai berikut:
a.
Memberi penguatan terhadap
konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep dasar.
b.
Diharapkan mampu melatih siswa
meningkatkan kemampuan dalam belajar.
c.
Orientasi pembelajaran adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan
pendekatan problem posing menurut Budiasih dan Kartini dalam Mufhida (2010)
adalah sebagai berikut:
1.
Membuka kegiatan pembelajaran.
2.
Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
3.
Menjelaskan materi pelajaran.
4.
Memberikan contoh soal.
5.
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas.
6.
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membentuk soal dan menyelesaikannya.
7.
Mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan.
8.
Membuat rangkuman berdasarkan
kesimpulan yang dibuat siswa.
9.
Menutup kegiatan pembelajaran.
Bagi siswa, pembelajaran problem posing merupakan keterampilan
mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana daberikan suatu permasalahan dan
siswa memecahkan masalah tersebut.
5)
Problem Posing Secara
Berkelompok
Pembelajaran dengan problem posing ini menekankan pada
pembentukan atau perumusan soal oleh siswa secara berkelompok. Setiap selesai
pemberian materi guru memberikan contoh tentang cara pembuatan soal dan
memberikan informasi tentang materi pembelajaran dan bagaimana menerapkannya
dalam problem posing secara berkelompok.
Keuntungan belajar kelompok dalam menurut Rahayuningsih
dalam Ashidiqpermana (2011) adalah:
1.
Dapat memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu
masalah.
2.
Dapat mengembangkan bakat
kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi
3.
Dapat memungkinkan guru untuk
lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajar
4.
Para siswa lebih aktif
tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam
diskusi.
5.
Dalam memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya,
menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok
dalam usaha mencapai tujuan bersama.
Adapun langkah-langkah belajar kelompok adalah:
Fase
|
Tingkah laku guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
|
Fase -2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara evisien
|
Fase – 4
Membimbing kelompok, belajar mengajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan
tugas
|
Fase -5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan
hasil pekerjaannya
|
Fase-6
Memberi penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik hasil belajar individu atau kelompok.
|
Jadi langkah-langkah pembelajaran problem posing secara
berkelompok adalah sebagai berikut:
1.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
2.
Guru menyajikan informasi baik
secara ceramah atau tanya jawab selanjutnya memberi contoh cara pembuatan soal
dari informasi yang diberikan.
3.
Guru membentuk kelompok belajar
antara 5-6 siswa tiap kelompok yang bersifat heterogen baik kemampuan, ras dan
jenis kelamin.
4.
Selama kerja kelompok
berlangsung guru membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan dalam
membuat soal dan menyelesaikannya.
5.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari dengan cara masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil pekerjaannya.
6.
Guru memberi penghargaan kepada
siswa atau kelompok yang telah menyelsaikan tugas yang diberikan dengan baik.
Dalam pembelajaran matematika, sebenarnya
pengajuan masalah (problem posing) menempati posisi yang strategis.
Dalam hal ini siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara
mendetail. Hal tersebut akan tercapai jika siswa memperkaya khazanah
pengetahuannya tidak hanya dari guru melainkan perlu belajar mandiri.
Dari uraian di atas, tampak bahwa
keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan model
pembelajaran problem posing merupakan
salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja
materi dariguru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan
sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi
juga meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan
soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem posing dapat optimal. Kemampuan
tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara
mandiri maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut
dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal yang
diajukannya di depan kelas. Dengan penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa
belajar kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran Problem Posing.
Dalam setiap pembelajarn pasti ada sisi kelebihan
dan kekurangan. Begitu juga didalam penerapan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, menurut
Rahayuningsih dalam Ashidiqpermana (2011)
adapun kelebihan dan kekurangan problem
posing adalah sebagai berikut:
1.
Kelebihan pembelajaran Problem Posing antara lain:
a)
Kegiatan pembelajaran tidak
terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
b)
Minat siswa dalam pembelajaran
matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat
sendiri.
c)
Semua siswa terpadu untuk terlibat
secara aktif dalam membuat soal.
d)
Dengan membuat soal dapat
menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
e)
Dapat membantu siswa untuk
melihat permaslahan yang ada dan baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan
pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide
yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluas bahasan/ pengetahuan, siswa
dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.
2.
Kekurangan pembelajaran problem posing:
a)
Persiapan guru lebih karena
menyiapkan apa yang dapat disampaikan.
b)
Waktu yang digunakan lebih
banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannysehingga materi yang disampaikan
lebih sedikit.
Post a Comment for "USULAN PENELITIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Dalam Membaca Intensif untuk Memahami Isi "