Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI ESTETIKA PADA NOVEL MAHAMIMPI ANAK NEGERI KARYA SUYATNA PAMUNGKAS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri pembaca. Hai ini sesuai dengan pendapat Warren (dalam Nurgiyantoro, 2007: 3) yang menyatakan bahwa membaca sebuah karya sastra fiksi berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin.
Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan norma-norma dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam karya sastra (novel) terdapat makna tertentu tentang kehidupan.
Karya sastra merupakan hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran hidup. Orang dapat mengetahui nilai-nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan pandangan hidup orang lain atau masyarakat melalui karya sastra. Dengan hadirnya karya sastra yang membicarakan persoalan manusia, antara karya sastra dengan manusia memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Sastra dengan segala ekspresinya merupakan pencerminan dari kehidupan manusia. Hal ini dapat dikatakan bahwa tanpa kehadiran manusia, sastra mungkin tidak ada. Memang sastra tidak terlepas dari manusia, baik manusia sebagai sastrawan maupun sebagai penikmat sastra. Mencermati hal tersebut, jelaslah manusia berperan sebagai pendukung yang sangat menentukan dalam kehidupan sastra.
Ada beberapa masalah yang muncul saat membahas masalah karya sastra. Nurgiyantoro (2007: 31-32) mengemukakan bahwa salah satu penyebab sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra, yaitu dikarenakan novel merupakan sebuah struktur yang kompleks, unik, serta mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu bukti-bukti hasil kerja analisis. Pengkajian terhadap karya fiksi, berarti penelaah, penyelidikan, atau mengkaji, menelaah, menyelidiki karya fiksi tersebut. Novel merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks, unik, dan mengungkapkan segala sesuatu (lebih bersifat) secara tidak langsung.
Itulah yang melatarbelakngi kajian ini. Kajian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi siswa mengenai structural dan nilai-nilai terkandung dalam sebuah novel. Dari beberapa uraian tentang sastra di atas, secara tersirat dapat kita simpulkan bahwa karya sastra merupakan merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi. Sebuah karya sastra fiksi berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin .

A.                Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul ini, penulis merasa perlu menegaskan kembali istilah-istilah tersebut.
1.      Analisis struktural bertujuan memaparkan tentang fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. (Nurgiyantoro, 2010:37)
2.      Novel adalah karangan prosa yang panjang megandung rangkaian cerita kehidupan seorang dengan orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Depdiknas, 2003:788).
3.      Mahamimpi Anak Negeri merupakan judul novel karya Suyatna Pamungkas yang diterbitkan oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
4.      Skenario pembelajaran adalah proses atau cara mengajar novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas kepada siswa SMA.
Berdasarkan penjelasan di atas “Analisis Struktur Dan Nilai Estetika Novel Mahamimpi Anak Negeri Karya Suyatna Pamungkas dan keterkaitan antar unsur (pembangunnya) pada novel tersebut, serta pembelajarannya di SMA.”

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, pokok masalah yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.             Penelitian ditujukan untuk menemukan unsur struktural dan nilai estetika pada novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas.
2.             Analisis hubungan antar unsur pada novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas, dilanjutkan dengan hubungan di dalam novel tersebut.
3.             Penelitian juga berupaya untuk menemukan bagaimana pembelajaran pada novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas di SMA.

C.           Tujuan Penelitian dan Kegunaan
1.        Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi dengan judul “Analisis Struktural Dan Nilai Estetika Pada Novel Mahamimpi Anak Negeri Karya Suyatna Pamungkas dan Pembelajarannya di SMA” mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.            Menemukan unsur struktural pada novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas.
b.           Mendeskripsikan hubungan antar unsur di dalam novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas.
c.            Mendeskripsikan pembelajaran novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas di SMA.
2.        Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian pada novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas dapat ditinjau dari dua segi yaitu teoritis dan praktis.
a.             Segi Teoritis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan di bidang ilmu sastra khususnya terori struktural.
b.             Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peahaman masyarakat dalam memahami dan menghargai karya-karya sastra Indonesia serta dapat mengembangkan daya apresiasi sastra, khususnya kepada peminat dan penikmat sastra, sekaligus dapat memberikan masukan kepada pembelajaran sastra khususnya novel di SMA.

D.           Sistematika Proposal
Proposal ini terdiri dari tiga bab. Pada halaman awal berisi halaman judul. Bab I, pendahuluan sebagai awal pembahasan. Bab ini memuat latar belakang masalah, penegasan istilah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika proposal.
Bab II, tinjauan pustaka dan kajian teoritis, memuat landasan penelitian sebelum melakukan penelitian. Teori ini dijadikan pedoman dalam melakukan pembahasan data hasil penelitian.
Bab III, memuat metodologi penelitian yang meliputi fokus penelitian, objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORITIS

A.           Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian  suatu penelitian. Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian yang terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang  khas antara kajian yang terhadahulu dengan kajian yang akan dilakukan. Penelitian dengan pendekatan struktural sudah banyak dilakukan oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP universitas Muhammaddiyah Purworejo, Beberapa diantaranya yaitu penelitian Agung Widodo (2008) menulis skripsi yag berjudul “Struktural Pada Novel Harimau-Harimau”. Penelitian yang dilakukan Sugeng mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan.
Persamaan dengan penelitian yanga kan penulis lakukan adalah struktural novel berupa tema dan fakta cerita denganmenggunakan teori Robbert Stanton dan metode yang digunakan adalah metode kualitataif. Perbedaannya ialah penelitian Agung Widodo (2008) tidak membahas tentang pembelajarannya di SMA.
Jadi penulis akan meneliti struktural karya sastra pada novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas.

B.            Kajian Teoritis

1.             Analisis Struktural
Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama membentuk kebulatan yang indah.
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis struktural merupakan prioritas pertama sebelum diterapkan analisis yanga lain.
Menurut Nurgiyantoro (2010:37), analisis struktural bertujuan memapakan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup hanya sekadar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar , atau yang lain.
Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaiman hubungan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik, di samping setiap karya mempunyai ciri kekomplekan dan keunikannya sendiri dalam hal ini antara lain membedakan antara karya yang satu dengan karya yang lain.
Analisis karya sastra cukup berbekal kemampuan bahasa, kepekaan sastra dan minat yang intensif (Teeuw, 1984:39). Atau, prinsip yang lebih tegas, analisis struktural bertujuan membongkar dan memaparkan dengan cermat keterkaitan semua analisis karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktural adalah kegiatan menganalisis unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah karya sastra.
2.             Struktur Novel
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Dalam perkembanganya, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Sebutan novel berasal dari bahasa Italia novella. Secara harfiah novella berarti sebuah karangan atau barang baru yang kecil dan kemudian, diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro,1995:9).
Novel adalah karya sastra yang menyajikan cerita lebih rinci, detail dan dibangun di atas unsur-unsur yang mengikutinya. Unsur-unsur tersebut dipaparkan di bawah ini.
a.             Tema dan Masalah
1.             Tema
Tema adalah dasar dan makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Untuk mendapatkan tema, terlebih dahulu harus didentifikasi masalah-masalah di dalam cerita yang dapat membantu menentukan tema.
Pengertian masalah dengan tema berbeda karena masalah merupakan suatu unsur untuk membangun tema, sehingga timbul beberapa masalah yang mendukung tema. Masalah yang terdapat dalam novel Mahamimpi Anak Negeri  antara lain:
Tema merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya sastra fiksi.
Tema adalah sebagai makna sebuah cerita yang menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema menurutnya, kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama (Stanton, 2007:7).
Dengan demikian, tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan karya umum  dalam sebuah novel.
2.             Masalah
Pengertian masalah dengan tema berbeda karena maslah merupakan suatu unsur untuk membangun tema, sehubungan timbul beberapa maslah yang mendukung tema. Tema ditentukan melai masalah-masalah yang terjadi.
b.             Fakta Cerita

1.      Tokoh dan Penokohan
Tokoh cerita (character), menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya  naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2010:165). Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembaca dan menyampaikan pesan, aanat, moral, atau sesuatu yang sengaja igin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penggunaan istilah karakter sendiri dalam berbagai literatur bahasa inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagi sikap, keterkaitan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut (Stanton, 2007:33). Dengan demikian, character dapat berarti “pelaku cerita” dan dapat pula berarti  “perwatakan”. Selanjutnya, tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dibedakan menjadi: tokoh utama dan tokoh tambahan.
a.              Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang berssangkutan (0Nurgiyantoro, 2010:177). Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh   utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang bersangkutan.
Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita,  tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utam (Nurgiyantoro, 2010:177).
Pembagian tokoh utama dan tambahan ini dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita. (Nurgiyantoro, 1998:176)
Berdasarkan pendapat di atas didalam novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas ini tokoh utamanya adalah Elang , Darwin, Tegar, Waris dan Senja karena tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam meggerakkan konflik cerita.
Dibandingkan dengan tokoh utama, tokoh tambahan dalam novel “Mahamimpi Anak Negeri” ini lebih banyak. Beberapa diantaranya bernama Paman Widjaya, Pama Sobari, Pak Sopan, Ustadz Ahmad, Dasim, Siti, Risam, Anto, Bu Guru Supriyatin, Listy, Marsinah, Ayah Elang, Ibu Elang, Ruud Joey Suk, Ramin, Tanto, Kardi, Parno, Parman, Budi, Ustadz Sudin, Eko, Sirin, Kyai Nasir, Pak Tua,  Paman Gomang, Paman Jono, Warsih, Amoz.

b.             Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini ialah tokoh yang menampilkan sesuatu dalam sesuai dengan pndangan kita, harapan-harapan kita, dan merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita
Dalam penentuan tokoh protagonis dalam novel Mahamimpi Anak Negeri ini lebih banyak menyebut Tegar, Darwin, Waris, Senja. Tokoh-tokoh ini menempati sebagi protagonis dengan alasan tokoh ini lebih banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada. Selain itu didalam novel ini banyak diungkapkan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh ini terhadap masalah-masalah yang dihadapi serta tokoh ini hadir dari awal samapai akhir cerita dan mempengaruhi jalan cerita.  
Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik dan ketegangan. Tokoh antagonis merupakan tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis. Tokoh antagonis dalam novel Mahamimpi Anak Negeri diantaranya Pak Sopan, Ruud Joey Suk, karena keduanya sering beroposisi dengan Elang.
Konflik yang dialami oleh tokoh protagonis tidak harus hanya yang disebabkan oleh tokoh antagonis seorang/ beberapa orang individu yang dapat ditunjuk secara jelas. Penyebab konflik yang tidak dilakukan oleh seorang tokoh disebut sebagai keuatan antagonis (Nurgiyantoro, 2010:179). Dalam novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas konflik yang ada di dalam novel adalah sebagai berikut:
1.      Konflik Internal
Konflik internal pada novel Mahamimpi Anak Negeri yaitu saat Elang mengetahui bahwa Senja menyukai Waris bukan dirinya. Hati Elang sangat sakit, sedih dan kesal terhadap Waris. Akan tetapi dia hanya bisa memendam rasa sukanya terhadap Senja didalam hatinnya.
2.      Konflik Eksternal
Konflik eksternal pada novel Mahamimpi Anak Negeri, yaitu pada saat adanya program transmigrasi dari pemerintah. Mereka harus memilih antara mengikuti transmigrasi yang belum jelas bagaimana nasib mereka atau tetap tinggal didusun mereka dan rela dijajah oleh pihak Belanda. Waris pun akhirnya ikut program transmigrasi dari pemerintah dikarenakan tempat tinggal keluarga Waris terkena musibah bencana alam.  Oleh sebab itu, Waris harus berpisah dengan Empat Pawana lainnya. Dan semuanya sedih dengan kepergian Waris termasuk Senja.

3.      Konflik Sosial
Konflik sosial pada novel Mahamimpi Anak Negeri yaitu, pada saat orang-orang berselisih dengan pihak Belanda yang telah menjajah tanah mereka, dan perusahaan hutan yang dengan sengaja melakukan kecurangan tentang perjanjian ditanah mereka. Elang yang berusaha membebaskan tanah tersebut dengan mengugat perusaahan hutan
Teknik penggambaran tokoh menurut Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 2010:194) adalah sebagi berikut:
1.             Secara analitik yaitu, pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, dan penjelasan langsung.
2.             Secara dramatik yaitu, pengarang tidak langsung mendeskripsikan sifat, sikap, dan tingkah laku tokoh, tetapi melalui beberapa teknik lain, yaitu;
a.          Teknik pelukisan fisik (teknik melukiskan keadaan fisik tokoh).
b.          Teknik cakapan (percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan).
c.          Teknik pikiran dan perasaan (teknik penuturan untuk menggambarkan pikiran dan perasaan tokoh).
d.          Teknik tingkah laku (teknik untuk menunjukkan tingkah laku verbal yang berwujud kata-kata para tokoh, teknik tingkah laku yang menyaran pada tindakan yang non verbal atau fisik).
e.          Teknik arus kesadaran (teknik yang berusaha menangkap pandangan, dan aliran proses mental tokoh di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadar dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak.)
f.           Teknik reaksi tokoh (teknik sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalaha, keadaan, kata dan sikap (tingkah laku) orang lain, dan sebagainya berupa rangsang dari luar diri tokoh.
g.          Teknik reaksi tokoh lain (teknik sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama).
h.          Teknik pelukisan latar (suasana latar dapat dipakai untuk melukiskan kedirian seorang tokoh).
3.             Alur
Stanton (2007:26) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan  kejadian, namuntiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Peristiwa-peristiwa cerita (dan atau plot)  dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dn sikap tokoh-tokoh (utama) cerita. Plot  dibedakan menjadi lima bagian, yaitu:
1               Tahap Situation (penyituasian ).
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh cerita.
2               Tahap Generating Circumtances (pemunculan konflik).
Tahap ini berisimasalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan
3               Tahap Ricing Action (peningkatan konflik)
Tahap ini berisi konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang.
4               Tahap Climax (klimak)
Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik puncak.
5               Tahap Devement (penyesuaian)
Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang sedang terjadi.
Berdasarkan kriteria urutan waktu alur atau plot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1.             Plot lurus/ plot maju atau plot progesif
Adalah plot ini berisi peristiwa-peristiwa yang akan dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti peristiwa selanjutnya atau ceritanya runtut dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir.
2.             Plot sorot balik/ plot flash back atau plot regresif
Adalah plot ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak runtut ceritanya).
3.             Plot campuran
Adalah plot ini peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progresif dan plot regresif.
Dari pendapat-pendapat di atas diambil kesimpulan bahwa alur (plot) adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan terjadinya peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita. Alur merupakan tulang punggung suatu cerita. Yang menuntun kita memahami keseluruhan cerita dengan segala sebab-akibat di dalamnya.
4.             Latar
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung, (Stanton, 2007:35). Menurut Baribin (1985:63), latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar dibagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu:
1.                  Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya desa, sungai, jalan. Hutan, hutan dan sebaginya.
2.                  Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu factual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
3.                  Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.
Berdasarkan pendapat-pendapat dia atas dapat disimpulkan bahwa latar (setting) adalah lingkungan atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar tempat, latar waktu dan latar sosial.


C.           Sarana Sastra

1.      Judul
Judul biasanya mengacu pada sejumlah elemen struktural fiksi cerita lainnya, seperti mengacu kepada tema, latar, konflik tokoh, symbol cerita, akhir cerita dan sebagainya.
   Menurut Stanton (2007:52), judul suatu cerita biasanya memberikan gambaran akan makna suatu cerita. Oleh karena itu, hubungan judul itu sendiri terhadap keseluruhan cerita dapat dideskripsikan sebagai berikut: sebagai pembayangan cerita, berkaitan dengan tema cerita, berkaitan dengan latar dan waktu, sebagai titik tolak konflik antar pelaku, judul sering dinyatakan dalam bentuk kiasan/symbol judul sering dinyatakan dalam wujud pepatah, dan judul merujuk suasana.
Jadi, judul merupakan elemen yang paling mudah dikenal oleh pembaca. Judul mempunyai peranan penting karena berhubungan dengan isi cerita.

2.      Sudut pandang
Pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita, dinamakan ‘sudut pandang’ (Stanton, 2007:53). Sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang  membentuk cerita dalam sebuah karya sastra
Sudut pandang mempunyai hubungan psikologis dengan pembaca. Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang sudut pandang cerita. Ada dua metode penceritaan dalam pusat pengisahan ini, yaitu:
a.       Metode aku bercerita tentang dirinya sendiri (aku kadang oleh pembaca diidentikan dengan pengarangnya),
b.      Metode diaan, artinya pengarang tidak tampak hadir dalam cerita tetapi dia berkedudukan sebagai yang serba tahu, cerita yang dikisahkan adalah cerita mereka.

3.      Gaya bahasa dan Nada
Menurut Nurgiyantoro, (2005: 296) pemajasan merupakan salah satu bentuk retorika. Pemajasan meruapakan teknik pengungkapan bahasa, penggayaan bahasa yang maknanya tidak menunjukan makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada yang ditambahkan, makna yang tersirat.
Penggayaan bahasa di dalam novel Mahamimpi Anak Negeri dapat dibagi atas gaya bahasa umum dan gaya bahasa khusus: 1. Gaya Bahasa Umum; 2. Gaya Bahasa Retoris; 3. Gaya Bahasa Kiasan.
Satu elemen yang amat terkait dengan gaya adalah “tone” atau nada. Tone atau nada adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita (Stanton, 2007:63). Pada porsi tertentu nada dimunculkan oleh fakta-fakta, misalnya satu cerita yang megisahkan seorang pembunuh berkapak akan memunculkan nada “gila”. Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatika jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Keraf, 1990: 113)


4.      Ironi
Ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunujukkan bahwa sesuatu bertawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya (Stanton, 2007:71). Bila dimanfaatkan dengan benar, ironi dapat memperkaya cerita seperti menjadikannya menarik, menghadirkan efek-efek tertentu, humor, memperdalam karakter, merekatkan struktur, menggambarkan sikap pengarang, dan menguatkan tema.

5.      Hubungan Antar Unsur
Penelitian unsur-unsur novel dilakukan secara terpisah satu sama lain. Hal tersebut dilakukan untuk meneliti unsur-unsur novel secara lebih detail. Akan tetapi, penelitian unsur-unsur novel yang terpisah, harus diikuti dengan penelitian hubungan dengan unsur novel tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling terkait satu sama lain.Di dalam bab ini, hubungan unsur di dalam novel Mahampi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas ini dibahas satu persatu, yaitu hubungan tema dengan plot, tema dengan tokoh penokohan, plot dengan latar, dan juga penokohan dengan latar.

a.       Hubungan tema dengan plot
Tema adalah ide pokok atau gagsan utama yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan pengarang harus menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab-akibat (plot). Adanya peristiwa sebab akibat tersebut harus mutlak, supaya tema lebih jelas dan tema dapat ditemukan. Sebaliknya untuk menentukan tema dapat dilihat dari konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian dari plot.
Tema dalam novel adalah perjuangan seorang anak yang mengatas namakan mereka empat pawana. Perjuangan empat pawana tidaklah mudah karena banyak rintangan dan halangan yang selalu mereka hadapi. Elang sebagai salah satunya harus memperjuangkan nasib orang-orang didusunnya dan memperjuangkan pendidikan dan mengajinya yang tidak mudah untuk dicapai keduanya. Dari hal tersebut muncul masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam novel Mahamimpi Anak Negeri.
b.      Hubungan Tema dan Penokohan
Tokoh-tokoh utama berperan sebagai pembawa gagasan utama sedangkan tokoh tambahan lainnya merupakan tokoh latar yang memperkuat penokohan utama dan gagasan yang dibawanya. Tokokh-tokoh utama mendapat tugas menyampaikan  tema yang dimaksudkan pengarang baik secara langsung maupun tidak lagsung yaitu melalui tingkah laku, pikiran, perasan dan peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh.
Untuk menyampaikan ide atau gagasan utama, diperlukan pembawa gagasan untuk berupa pelaku atau tokoh-tokoh cerita. Biasanya pembawa gagasan utama adalah tokoh-tokoh utama, sedangkan tokoh lain merupakan tokoh latar yang memperkuat penokohan utama dan gagasan yang dibawanya.
Menurut Nurgiyantoro (2005:74), tokoh-tokoh utama dilugasi menyampaikan tema yang dimaksudkan pengarang baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui tingkah laku, pikiran, perasaan, dan berbagai peristiwa yang dialami tokoh.
Tema novel Mahamimpi Anak Negeri menceritakan kisah seorang anak yang berjuang untuk mengislamkan orang-orang ditempat tinggalnya dan menperjuangan pendidikan dan mengajinya yang tidak lah mudah akibat ditentang dari berbagai pihak yang menjadi halangan dan rintangan bagi mereka.


c.       Hubungan tema dengan latar
Latar adalah suatu lingkungan/ tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi: latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar yang memberikan pengaruh pada tingkah laku dan cara berfikir tokoh sehingga berjalan harmonis walaupun berbeda status.
Latar merupakan tempat dan keadaan sosial ynag menjadi tempat tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar bersifat memberikan “aturan” permainan terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi pemilihan tema. Sebaliknya, tema yang dipilih akan menuntut latar yang sesuai yang mampu mendukung (Nurgiyantoro, 1998: 75)
Seperti disebut di atas tema novel Mahamimpi Anak Negeri adalah kisah seorang anak yang memperjuangan pendidikan dan mengaji serta perjuangan mengislamkan orang-orang ditempat tinggalnya. Di dalam novel tersebut dilukiskan tempat–tempat yang digunakan untuk melakukan pertemuan guna membahas permasalahan yang melibatkan tokoh utama dengan tokoh lainnya.
d.      Hubungan alur/plot dengan latar/setting
Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang lain (Stanton, 2007:26). Semakin sedikit karakter dalam sebuah cerita, semakin rekat dan padat pula alur yang mengalir di dalamnya.
Plot merupakan peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat di dalam cerita, sedangkan latar  adalah tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi tokoh melakukan dan dikenai kejadian.
Novel Mahamimpi Anak Negeri adalah kisah seorang anak yang memperjuangan pendidikan dan mengaji serta perjuangan mengislamkan orang-orang ditempat tinggalnya. Di dalam novel tersebut dilukiskan mulai dari tempat tinggal kehidupan, sekolah, pandangan hidup dan kebiasan hidup.
Berawal dari kisah kedua orang tua Elang yang melarang dirinya untuk sekolah dan mengaji. Karena bagi orang tua Elang sekolah dan mengaji tidak begitu penting hanya membuang-buang Dan dengan kepergian Elang untuk mecari seorang kyai untuk dijadikan seorang guru, membuat Elang kehilangan ibunya untuk selama-lamanya. Ibunya meninggal dunia saat Elang pergi merantai. Elang pun sangat sedih dan terpuruk karena di tinggal oleh orang-orang yang disayanginya. Ibunya yang meninggal dunia dan Senja yang menghilang secara tiba-tiba.
e.       Hubungan tokoh dan penokohan dengan latar
Tokoh cerita menempati posisi strategi sebagai pemabaca dan penyampai pesan, amanat, moral/sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Tokoh-tokoh di dalam sebuah cerita memerlukan ruang, saat, keadaan sosial tempat melakukan sesuatu. Ruang, saat, dan keadaan tersebut berpengaruh juga terhadap tokoh dan penokohan.
Tokoh-tokoh di dalam novel Mahamimpi Anak Negeri adalah orang-orang yang terlibat dalam semua bentuk permasalahan dalam setiap rintangan dan halangan yang dihadapi oelh empat pawana. Selain itu, pandangan hidup dari tokoh mengenai masalah-masalah kebiasaan hidup ditempat tinggal, ada dalam novel ini seringkali diungkapkan.

3.             Pembelajaran sastra
Rahmanto (1988:15) menyatakan bahwa pngajaran sastra harus kita pandang sebagai suatu yang penting yang patut mendudukui tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat maka pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat.
   Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat yaitu:
a.       Meningkatkan pengetahuan budaya
Setiap sistem pendidikan kiranya perlu disertai usaha untuk menanamkan pemahaman budaya dan dapat menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri dan rasa memiliki. Pengajaran sastra jika dilaksanakan dengan  bijaksana, dapat mengantar para siswa berkenalan dengan pribadi-pribadi dan pemikir-pemikir besar di dunia serta pemikiran-pemikiran utama dari zama ke zaman.

b.      Membantu keterampilan berbahasa
Keterampilan berbahasa ada 4 aspek antara lain: 1. Menyimak, 2. Bicara, 3. Membaca, 4. Menulis. Dalam pengajaran sastra siswa dapat berlatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman atau lewat rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan bicara dengan ikut berperan dalam suatu drama, dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa cerita. Dan karena sastra itu menarik, siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian menulis hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis.

c.       Mengembangkan cipta dan rasa
Masalah dan kadar pengembangannya masing-masing yang khusus. Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan aalah kecakapan yag bersifat:
1.         Penalaran
Pengajaran sastra jika diarahkan dengan tepat akan sangat membantu siswa latihan memecahkan masalah-masalah berfikir logis semacam itu.
2.         Indera
Pengajaran sastra dapat digunakan untuk memperluas pengungkapan apa yang diterima oleh panca indera penglihatan, indera pendengaran, indera pengecapan, dan indera peraba. Dengan mengikuti tafsiran serta makna kata-kata yang mereka ungkapkan, siswa akan diantar untuk mengenali berbagai pengertian dan mampu membedakan suatu hal dengan yang lain, misalnya: kuning dengan keemasan, bising dengan menggemparkan harum dengan busuk dan sebagainya.
3.         Perasaan
“Kepekaan rasa” dan ‘emosi’ sering berkaitan erat dengan pengajaran sastra. Pengertian perasaan ini memang agak kabur dan bahkan mereka yang yakin akan adanya perasan itu tetap tidak selalu dapt mengerti dengan jelas apa masudnya.sehubungan perasaan ini, dapat kita tegaskan disini bahwa sastra dengan jelas dapat menghadirkan berbagai problem situasi dan yang merangsang tanggapan perasaan atau tanggapan emosional.
4.         Kesadaran sosial
Manusia terpelajarayang sukses seharusnya mempunyai sikap menghargai orang lain, terutama keluarganya, suku danbangsanya. Sikap yang dewasa selalu berdasarkan pada minat serta pemahaman yang kemudian terungkap dengan sendirinya dalam toleransi dan kesetiakawanan.
d.      Menunjang pembentukan watak
Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak, pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu menbina perasaan yang lebih tajam. Sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian emungkinan hidup manusia misalnya: kebahagiaan, kebebasan,kebanggan diri sampai pad kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencianperceraian dan kematian.
Tuntutan kedua adalah bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha pengembangan berbagai kualitas kepribadian siswa antara lain: ketekunan, kepandaian, pengimajinasian, dan penciptaan.
Dalam kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa indonesia, pembelajaran sastra di SMA meliputi:
a.     Kompetensi  Dasar dan indikator
Indikator merupkan penanda pencapaian kompetensi dasar yang dtandai oleh perubahab perilaku yang dapat diukur yang mencakup, hubungan dengan Tuhan, hubungan sosial, pengetahuan dan keterampilan.
b.    Kompetensi Inti
Ketuhanan, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
c.     Tujuan Pembelajaran
Berisi tujuan agar peserta didik mendapatkan suatu pengetahuan yang bersifat, religius, kognitif, afektif dan psikomotor.
d.    Materi Pembelajaran
Hasil analisis kompetensi dasar dituangkan kedalam materi pokok. Materi pokok mencakup: fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
e.     Metode Pengajaran adalah metode yang digunakan yaitu:
a.       diskusi
b.      Eksperimen
c.       Kerja kelompok
d.      Dan Kaji Pustaka
f.      Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
a.                   Media : Ms. PowerPoint, Internet dan Lab bahasa
b.                  Alat/bahan: LCD, Tape recorder, laptop, Naskah cerita prosa lama, Buku-buku karya sastra prosa baru, Koran, majalah, kliping tentang cerpen, dll
c.                   Sumber Belajar:
1.             Bahasa Indonesi: Ekspresi Diri dan Akademik. 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
2.             Pradopo, Joko Rachmat. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern.Yogyakarta: Gama Media.
3.             Suyatna, Pamungkas. 2014. Mahamimpi Anak Negeri. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
g.    Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar perserta didik, peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi.
h.    Penilaian
Penilaian adalah kegiatan pengumpulan dan pengguanaan informasi tentang proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah diajarkan.




BAB III
METODE PENELITIAN

A.                Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada analisis struktural pada novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas yang meliputi: 1. Masalah dan tema, 2. Fakta cerita, 3. Sarana sastra, 4. Hubungan antar unsur, 5. Pembelajarannya di SMA.
B.                 Objek Penelitian
Objek penelitian ini merupakan unsur struktural pada novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas.
C.                Sumber Data
Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh (Subroto, 1992:412). Dalam penelitian ini, sumber data diperoleh dari novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas. Data-data tersebut berupa kutipan-kutian baik langsung maupun tidak langsung serta buku-buku referensi yang berhubungan dengan objek penelitian.
D.                Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka. Teknik pustaka adalah megggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992:412). Teknik pustaka penelitian dengan cara:
1.      Menentukan sumber penelitian
Setelah sumber penelitian ditentukan, kemudian sumber tersebut dibaca secara intensif dan berulang-ulang secara keseluruhan. Sumber dari penelitian ini yang dipilih adalah novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas.
2.      Menentukan objek penelitian
objek penelitian ini adalah wujud perjuangan tokoh utama untuk menemukan jati dirinya. Wujud perjuangan tersebut berupa usaha, semangat, tekad yang kuat, keberanian, dan cinta yang terdapat dalam novel tersebut.
1.    Menyimpulkan hasil analisis.
2.     Menguraikan langkah-langkah pembelajaran pada novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas di SMA berdasarkan teori-teori yang relevan dengan teori pembelajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum dan silabus mata pelajaran bahasa dan sastra indonesia.
3.    Menyajikan data hasil analisis.

3.      Teknik analisis data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ananlisis mengalir (Miles, B. Mattewdan Humberman, Michel, A,1992:16-18) yang meliputi 3 komponen, yaitu 1. Reduksi data, 2. Penyajajian data dan penerikan simpulan. Analisis model mengalir mempunyai 3 komponen yang saling terjalin baik, yaitu sebelum, selama, dan sesudah pelaksanan pengumpulan data.
1.      Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraka, dan transformasi data.
2.      Penyajian data
Pada langkah ini data-data yang sudah diperoleh kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami.
3.      Penarikan Simpulan
Pada tahap ini dibuat tentang hasil dari data yang diperoleh sejak awal penelitian. Data berupa kutipan dan dialog yang berkaitan dengan wujud perjuangan dalam novel Mahamimpi Anak Negeri karya suyatna pamungkas yang telah dikaji kategori makna dan fungsinya disimpulkan. Kesimpulan ini masih memerlukan verifikasi sehingga hasil yang diperoleh benar-benar valid.
4.      Teknik penyajian Hasil analisis Data
Penelitian yang dilakuakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Moleong (2011:6) berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan dengan teknik penyajian informal. Teknik penyajian informal adalh peurmusan dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan lambang atau tanda-tanda khusus (Sudaryanto,1993:145). Dengan teknik informal data-data yang dianalisis dalam bentuk pendeskripsian kalimat tanpa menggunakan lambang atau tanda-tanda khusus. Dengan sajian informal diharapkan penelitian mengenai perjangan wanita dpat disajikan dengan jelas.

Post a Comment for "ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI ESTETIKA PADA NOVEL MAHAMIMPI ANAK NEGERI KARYA SUYATNA PAMUNGKAS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA"