PERWATAKAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL BADAI MATAHARI ANDALUSIA KARYA HARY EL-PARSIA DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
A. Latar
Belakang Masalah
Dari
egi bentuknya, karya sastra yang ada di Indonesia bermacam-macam, ada yang
berbentuk novel, cerpen, drama, dan puisi. Pertumbuhan dan perkembangan karya
sastra Indonesia mengalami kemajuan yang cukup besar. Hal ini terbukti dengan
makin banyak krya sastra sastra yang terbit, baik ditulis oleh
sastrawan-sastrawan dahulu maupun sastrawan-sastrawan baru.
Novel
merupakan salh satu bentuk ragam karya sastra yang banyak digemari masyarakat.
Dapat dikatakan bahwa novel merupakan cabang sastra yang paling populer di
dunia karena novel mempunyai daya komunikasi yang luas pada masyarakat, selain
itu mudah untuk dinikmati dan sekaligus dapat dikaji.
Cerita
di dalam novel melukiskan perilaku kehidupan manusia yang berintegasi dengan
alam dan masyarakat. Novel juga sangat menonjolkan manusia sebagai unsur
pembangun cerita dalam karya sastra. Manusia beraktivitas dalam novel yang
disebut tokoh. Tokoh dalam novel merupakan ciptakan pengarang, meskipun dapat
juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata.
Karya
sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahai, dan dimanfaatkan
pleh masyarakat. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat
dinikmati, sebab karya sastra novel memiliki unsur keindahan dan pesan yang
berguna dan menyenangkan. Unsur-unsur pembangun novel berupa unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Menurut Nurgiantoro (2002:23), unsur intrinsik sebuah karya
sastra merupakan unsur-unsur yang secara langsung turut membangun cerita,
kepaduan yang dimaksud adalah tema, tokoh dan penokohan, amanat, alur, latar,
sudut pandang, dan gaya bahasa.
Novel
yang dikaji dalam penelitian ini berjudul Badai
Matahari Andalusia karya Hary el-Parsia yang merupakan novel terbitan tahun
2013 oleh penerbit DIVA Press. Novel ini menarik untuk dibaca karena memilki
banyak keistimewaan. novel ini merupakan kisah nyata yang terjadi di Spanyol
yakni sejarah kerajaan Isabella di Andalusia. Novel ini menceritakan tentang
pertentangan agama yakni antara agama Islam dan Kristen. Keistimewaan lainnya
adalah rangkaian cerita yang menarik yang dipaparkan oleh pengarang. Dalam
novel Badai Matahari Andalusia
pengarang menuangkan idenya dalam alur
cerita yang menarik sehingga pembaca dapar larut dalam alur cerita. Pengarang juga menuangkan pandangan hidup
tokoh-tokoh novel ini yang memilki karakter dan perilkau yang berbeda-beda. Selain
itu, novel Badai Matahari Andalusia
mengandung nilai estetis dari segi keselaraan antara isi dan struktur pembangun
cerita.
Hari
el-Parsia adalah sastrawan yang mengangkat tema perempuan dalam novel ini.
Dalam novel Badai Matahari Andalusia,
menghadirkan tokoh utama perempuan. Ia menampilkan sosok perempuan yang
mempunyai kepribadian berkualitas, baik, dinamis, sholehah, dan bertujuan hidup
sesuai dengan potensi, kemampuan dan keinginannya. Pengarang dalam menampilkan
tokoh perempuan dengan berbagai aktivitasnya seakan-akan tidak menghendaki
perempuan itu sendiri pasif dan tidak berdaya. Mempunyai kepribadian yang kuat,
tuntutan hidup sesuai dengan keinginan perempuan yang berani menentang hal yang
tidak sesuai dengan keimanannya, serta tabah dalam menghadapi cobaan.
Salah
satu unsur terpenting dalam novel adalah tokoh. Tokoh merupakan unsur yang
menggerakkan cerita lewat tindakan yang dilakukannya, sekaligus merupakan
sarana dalam menyampaikan pesan dan tujuan yang ingin disampaikan oleh
pengarangnya. Dalam suatu cerita terdapat tokoh yang dijadikan tokoh utama dan
tokoh smapingan. Tokoh utama merupakan tokoh yang sering mendominasi cerita.
Tokoh tersebut memegang peranan penting, sebab ia merupakan tokoh tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam cerita tersebut. Penentuan tokoh utama ini bukan
ditentukan oleh frekuensi pemunculan tokoh tersebut dalam cerita melainkan
keterlibatan tokoh itu dalam peristiwa-peritiwa yang membangun cerita. Tokoh
utama adalah tokoh ynag diutamakan penceritannya dalam novel yang bersangkutan.
Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian.
Tokoh
utama dalam novel Badai Matahari
Andalusia adalah seorang perempuan bernama Fatra. Fatra adalah seorang
perempuan dengan perjalanan hidup yang cukup cukup tragis. Ia adalah perempuan
yang sabar dan kuat. Ia juga perempuan dengan keimanan yang sangat kuat. Dengan
berbagai masalah yang mendatanginya, menjadikan Fatra seorang perempuan
pemberani. Dia dilahirkan di keluarga biasa yang kental dengan ajaran Islam.
Kedua orang tuanya serta saudara-saudaranya meninggal dibunuh oleh pihak
kerajaan istana dengan alasan karena masih menganut Islam. Saat desa dan
keluarga Fatra dihancurkan, Fatra berada di istana sebagai pelayan istana. Oleh
karena itu ia berasil lolos dari maut. Namun, penderitaan Fatra justru lebih
berat. Dia tidak hanya merasakan ditinggalkan oleh keluarganya, akan tetapi dia
menjadi tawanan istana. Hingga dibuang ke hutan belantara. Namun, Fatra adalah
perempuan yang kuat, berkat keimanan dan kesabarannya, ia mampu menjalani
kehidupan dan terus berjuang untuk hidup.
Dalam
novel ini, penulis menggunakan tinjauan mengenai watak tokoh utama perempuan.
Penulis akan menggunakan analisis strukturalisme terhadap unsur-unsur intrinsik
novel . analisis strukturalisme merupakan prioritas pertama sebelum
diterapkannya analisi yang lain. Tanpa analisi strukturalisme tersenut
kebulatan makna yang digali dari karya sastra tidak dapat ditangkap.
Novel
merupakan salah satu karya sastra yang dapat dijadikan bahan pembelajaran
sasra. Jika pembelajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka
pembelajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan
masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat.
Pembelajaran
sastra, terutama novel sekarang ini kurang diminati siswa. Pada kenyataannya
para siswa lebih senang membaca novel-novel populer yang isinya karena jauh
dari dunia kenyataan sehari-sehari. Hal ini disebabkan novel-novel sastra
isinya kurang menarik. Selin itu novel sastra diperlukan daya konsentrasi tinggi
untuk memahami isinya.
Guru
sastra dituntut dapat membina dan membimbing anak didiknya untuk menimbulkan
rasa cinta terhadap suatu hasil sastra terutama novel yamg mengandung banyak
pengalaman dan bernilai pendidikan positif.
Tujuan
pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan berbahasa,
meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa serta menjunjung
pembentukan watak. Dalam kurikulum 2013, pembelajaran harus dapat memberikan
sumbangan yang besar terhadap hasil belajar siswa selain siswa sendiri yang
dituntut untuk secara kreatif dan mandiri secara maksimal.
Alasan
penulis membuat skripsi dengan judul “Perwatakan Tokoh Perempuan dalam Novel
Badai Matahari Andausia Karya Hari el-Parsia dan Pembelajarannya di Kelas XI
SMA” adalah sebagai berikut:
1.
Novel Badai
Matahari Andalusia karya Hary el-Parsia menggambarkan watak tokoh perempuan
yang dapat dijadikan panutan dalam realitas kehidupan.
2. Berdasarkan
survei yang penulis lakukan di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purworejo
masih jarang penelitian yang mengkaji tentang watak tokoh dalam novel, padahal
pembelajaran mengenai tokoh sangat penting dilakukan di sekolahan.
B. Penegasan Istilah
Penegasan
istilah ini dimaksudkan untuk memberikan
batasan yang jelas mengenai istilah yang ada dalam judul skripsi ini agar
maslah dipahami dan tidak menimbulkan salah tfsir bagi pembaca. Judul skripsi
ini adalah “Perwatakan Tiokoh Utama Perempuan dalam Novel Badai Matahari Andalusia Karya Hary el-Parsia dan Pembelajarannya
di Kelas XI SMA”.
Istilah
perwatakan apanila dipandang secara umum mengandung pengertian sebagai suatu
karakter/watak atau sifat seorang tokoh dalam suatu cerita. Karakter dapat
berarti “pelaku cerita” dan dapat pula berarti perwatakan.
Dari
penjelasan di atas, penulis memilih pengertian yang diungkapkan Stanton.
Perwatakan merupakan suatu sikap, sifat, prinsip moral yang dimilki seorang
tokoh dalam suatu cerita atau peristiwa. Sifa-sifat atau karakter tokoh cerita
mempunyai tiga dimensi yakni dimensi fisiologi, dimensi sosiologi, dan dimensi
psikologi.
C. Rumusan Masalah
Sebuah
karya sastra tidak akan lepas dari persoalan-persoalan yang diungkapkan oleh
pengarang. di dalam penelitian ini, penulis menemukan permasalahn yang ada di
dalam cerita novel Badai Matahari
Andalusia karya Hari el-Parsia. Masalah penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
struktur pembangun novel Badai Matahari
Andalusia karya Hary el-Parsia?
2.
Bagaiamanakah perwatakan tokoh utama perempuan
yang terdapat dalam novel?
3. Bagaimanakah
pembelajaran apresiasi sastra dengan materi novel Badai Matahari Andalusia karya Hary el-Parsia?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Penelitian
Penelitian
dengan judul “Prwatakan Tokoh Perempuan dalam Novel Badai Matahari Andalusia Karya Hary el-Parsia dan Pembelajarannya
di Kelas XI SMA” bertujuan untuk:
a. Mendeskripsikan
struktur pembangun novel Badai Matahari
Andalusia karya Hary el-Parsia.
b. Mendeskripsikan
perwatakan tokoh utama perempuan dalam novel Badai Matahari Andalusia karya Hary el-Parsia.
c. Menyajikan
pembelajaran apresiasi sastra dengan materi novel Badai Matahari Andalusia karya Hary el-Parsia.
2. Kegunaan
Penelitian
Adanya
kegiatan penelitian karya sastra diharapkan mampu menjembatani kesenjangan
pemahaman antara sastra dengan pembacanya. Oleh karena itu, ada beberapa
manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
a. Segi
teori
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu sastra dan
dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori sastra yang lainnya, khususnya
kajian sastra dengan menggunakan sudut pandang perwatakan tokoh dalam novel.
b. Segi
Praktis
Dari
segi praktis, penelitian ini dapat digunakan:
1)
Bagi pembaca, meningkatkan pengetahuan,
wawasan, dan membantu pembaca dalam memahami karya sastra khususnya novel.
2)
Bagi pengarang, penelitian ini dapat
memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra yang lebih baik lagi.
3)
Bagi peneliti, penelitian ini dapat
memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian sastra Indonesia
sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.
4)
Bagi siswa, penelitian ini dapat menambah
minat siswa dalam mengapresiasikan karya sastra.
5)
Bagi guru bahasa Indonesia, penelitian ini
dapat menjadi bahan dalam pembelajaran di kelas.
c. Sistematika Skripsi
Sistematik
ini bertujuan untuk memberikan gambaran skripsi yang disusun. Skripsi terdiri
dari lima bab. Permulaan skripsi ini adalah berisi halaman judul, pernyataan,
persetujuan, pengesahan, moto dan persembahan, prakata, daftar isi, dan
abstrak.
Bab
II, Tinjauan Pustakan dan Kajian Teori. Dalam bab ini berisi tinjauan pustaka
dan kajian teori sebagai acuan dalam penelitian.
Bab
III, Metode Penelitian, dalam bab ini berisi tentang objek penelitian, fokus
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis
data.
Bab
IV, Penyajian dan Pembahasan Data. Dalam bab ini tentang analisis data, yang
terdiri dari analisi utama perempuan novel Badai
Matahari Andalusia karya Hary el-Parsia dan Pmbelajarannya di kelas XI SMA.
Bab
V, Penutup, bab ini memuat simpulan dan saran hasil penelitian terhadap objek
penelitian.
Bagian
akhir skripsi berisi Daftar Pustaka dan Lampiran .
E.
Tinjauan
Pustaka
Tinjauan
pustaka merupkan kajian secara kritis terhadap kajian yang terdahulu untuk
mengetahui perbedaan dan persamaan yang khas antara penelitian terdahulu dengan
penelitian yang akan dilakukan. Analisis sastra dengan menggunakan aspek
perwatakan pernah diteliti oleh Jaini (2008) dengan judul “Perwatakan tokoh
Utama dan Aspek sosial Budaya dalam Novel Pegadaian Karya Sigit Susanto”. Tokoh
Sunar merupakan tokoh utama berlatar be;akang dari Jawa merantau ke pulau Bali.
Ia tertarik dan berambisi mempelajari budaya Bali agar tidak kalah dengan
orang-orang asing. Permasalahan yang diangkat adalah mengenai perwatakan tokoh
utama dan aspek sosial budaya yang terdapat dalam novel.
Sedangkan
dalam novel ini, penulis mengambil objek kajian novel berjudul Badai Matahari Andalusia Karya Hary
el-Persia, yang diterbitkan oleh DIVA Press pada tahun 2013, merupakan cetakan
pertama dan terdiri dari 399 halaman dengan ukuran 21 cm. Penelitian yang akan
dilakukan Jaini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis. Persamaannya sama-sama menganalisis aspek perwatakan
pada tokoh utama, sedangkan perbedaannya terdapat dalam teori yang digunakan
menggunakan teori memahami novel sebagai karya sastra, sedangkan penulis
menggunakan teori analisis struktur pembangun dalam novel.
Penulis
memilki kelebihan dibandingkan skripsi yang ditulis Jaini karena analisis
terhadap struktur pembangun novel secara keseluruhan karena analisis terhadap
struktur pembangun merupakan hal yang harus tetap dilakukan untuk mendapatkan
kebulatan makna dalam sebuah karya sastra. Penulis juga menganalisis nilai
pendidikan yang terkandung dalam novel Badai
Matahari Andalusia karena nilai penddikan sangat penting bagi siswa SMA dan
juga mengetahui sejarah agama di Spanyol.
F.
Kajian
Teoritis
Analisis
struktur merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh setiap peneliti sastra.
Menurut Teew bahwa analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan
memaparkan secermat mungkin, seteliti, semendetail dan mendalam mungkin semua
analisis aspek karya sastra. Unsur-unsur pembentuk novel (struktur novel) yang
penting meliputi tema, tokoh, alur (plot), dan latar.
1.
Struktur
Karya Sastra
a. Tema
Menurut
Stanton dan Kenny (dalam Nurgiantoro, 2009:67) adalah makna yang dikandung oleh
sebuah cerita. Tema merupakan gagasan sentral, sesuatu yang hendak
diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fisik (Baribin, 1985:56-60). Dapat
disimpulkan bahwa tema adalah gagasan-gagasan utama pada sebuah cerita atau
karya sastra.
b. Tokoh
dan Penokohan
Tokoh
dan penokohan dalam sebuah cerita adalah dua sisi dari suatu struktur cerita.
Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita yang mengalami
peristiwa dan mempunyai sifat, sikap, emosi, prinsip dan sebagainya. Di dalam
sebuah novel, tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan dalam beberapa macam sudut
pandang dan tinjauan itu adalah beberapa jenis tokoh, jenis watak, dan teknik
pelukisan. Sedangkan penokohan adalah teknik dalam menampilkan tokoh untuk
mengenal identitas tokoh.
Terdapat
tokoh yang dianggap penting oleh karena itu mendominasi sebagaian besar cerita disebut tokoh utama.
Beberapa kriteria menentukan tokoh utama, yaitu:
a)
Mencari tokoh yang paling banyak
berhubungan dengan tokoh lain
b)
Mencari tokoh yang paling banyak
membutuhkan waktu penderitaan.
c)
Melihat intensitas keteribatan tokoh dalam
peristiwa yang membangun cerita dan tokoh yang engalami konflik terberat dalam cerita.
Dilihat
dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan
antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yaitu tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita,
sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis
secara langsung maupun tak langsung.
Teknik
penggambaran tokoh menurut Nurgintoro (2009:195-210) adalah sebagai berikut:
a) Tenik
analitik, yaitu pelukisan tokoh yang dilakukan dengan memberikan deskripsi,uraian,
dan penjelasan secara langsung.
b) Secara
Daramati, yaitu pengarang tidak langsung mendeakripsikan sifat, sikap, dan
tingkah laku tokoh tetapi melalui berbagai teknik yaitu teknik cakapan
(percakapan), teknik tingkah laku (kata-kata tokoh), teknik pikiran dan
perasaan (tuturan), teknik arus kesadaran (pandangan tokoh), teknik reaksi
tokoh (reaksi terhadap peristiwa, kejadian atau masalah), teknik reaksi tokoh
lain (reaksi tokoh lain terhadap tokoh utama), teknik pelukisan latar (suasana
latar), dan teknik pelukisan fisik (keadaan fisik tokoh).
c. Alur
Stanton (Dalam
Nurgiantoro. 1995: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi
urutan kejadian, setiap kejadian itu hanya dihubungkan sebab akibat, peristiwa
yang selalu disebabkan atau menyebabkan kejadian perstiwa yang lain.
Suminto (1988 : 7)
menyimpulkan bahwa plot atau alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai
peristiwa-perstiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dengan suatu rangkaian
peristiwa, tetapi lebih merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya
tentang peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan hubungan-hubungan kualitasnya.
Tasrif (dalam
Nurgiantoro, 2009:149-150) membedakan tahapan alur menjadi lima bagian, yaitu:
a) Tahap
penyituasian
Berisi pelukisan dan pengenalan
situasi atau latar tokoh-tokoh cerita.
b) Tahap
pemunculan konflik
Tahap ini berisi masalah-masalah dan
peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.
c) Tahap
peningkatan konflik
Berisi konflik yang telah dimunculkan
pada tahap sebelumnya semakin berkembang.
d) Tahap
Klimaks
Berisi konflik atau pertentangan yang
terjadi pada tokoh cerita mencapai titik puncak.
e) Tahap
penyelesaian
Berisi penyelesaian dari konflik yang
sedang terjadi.
Alur dibedakan berdasarkan kriteria
urutan waktu ada tig macam, yaitu:
a) Plot
lurus (plot maju atau progresif)
Berisi
peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifaf kronologis, peristiwa pertama
diikuti peristiwa selanjutnya karena ceritanya runtut.
b)
Plot sorot balik (plot flashback atau plot regresif)
Berisi peristiwa tidak
kronologis (tidak runtut ceritanya)
c)
Plot campuran
Berisi
peristiwa-peristiwa dari plot progresif dan plot regresif.
d. Latar
Abraham menyatakan
bahwa latar adalah landas yang menyusun pada pengertian tempat, hubungan waktu,
pada lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Nurgiantoro
(2009:227) membedakan unsur latar menjadi tiga unsur pokok, yaitu:
1) Latar
tempat
Lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam karya sastra, seperti desa, sungai, gunung dan lain-lain.
2) Latar
waktu
Waktu terjadinya cerita yang
diceritakan dalam sebuah karya sastra misalnya, tahun, hari, jam dan lain-lain.
3) Latar
sosial
Hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritkan dalam suatu
karya sastra , misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, keyakinan dan
lain-lain.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, penulis mengambil simpulan bahwa latar adalah suatu
lingkungan terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar
tempat, waktu dan latar sosial.
2.
Perwatakan
Tokoh
Keberadaan
tokoh utama ini sangat penting dalam suatu cerita, maka tidak mengherankan
apabila keberadaan tokoh ini lebih menarik perhatian pembacanya daripada tokoh
yang lain. Dunia sastra mengetahui istilah tokoh dan penokohan juga watak dan
perwatakan. Istilah tersebut sekilas tampak sama namun sebenarnya berbeda.
Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku cerita, sedangkan watak menjunjuk sifat
dan sikap para tokoh. Penokohan merupakan cara penggambaran tokoh dalam,
sedangkan perwatakan mengarah pada penempatan watak-watak tertentu pada
tokoh-tokoh tertentu.
Menurut
Hermawan, tokoh adalah bahan yang aktif yang menjadi penggerak jalan cerita.
Terdapat 3 dimensi dalam watak tokoh, yaitu:
1.) Dimensi
Fisiologi ialah ciri-ciri badani seperti:
a. Usia
tingkat kedewasaan
b. Jenis
kelamin
c. Keadaan
tubuhnya
d. Ciri-ciri
muka, dan sebagainya.
2.) Dimensi
Sosiologis ialah latar belakang kemsyarakatannya:
a. Status
sosial
b. Pekerjaan,
jabatan, peranan di dalam masyarakat
c. Pendidikan
d. Kehidupan
pribadi
e. Pandangan
hidup, kepercayaan, agama, ideologi
f.
Aktifitas sosial, organisasi, kebiasaan
g. Bangsa,
suku, keturunan
3.) Dimensi
Psikologi ialah Latar belakang kejiwaan
a. Mentalitas,
ukuran akhlak/membedakan antara yang baik dan tidak baik
b. Temperamen,
keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan
c. I.Q,
tingkat kecerdasa, kecakapan, keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu.
Jika
salah satu dari ketiga ciri di atas diabaiakan, maka tokoh tersebut akan
menjadi tokoh yang timpang cenderung menjadi tokoh yang mati.
3.
Nilai
Pendidikan (Edukasi) dalam Karya Sastra
Realitas
dalam karya sastra yang baik sebagai hasil imajinasi dan kreativitas pengarang
terkadang dapat memberikan pengalaman total pada pembaca. Dengan kreativitas
dan kepekaan rasa, seorang pengarang bukan saja mampu menyajikan keindahan
rangkaian cerita, melainkan juga mampu memberikan pandangan yang berhubungan
dengan renungan tentang agama, ilmu, serta beranega ragam pengalaman tentang
problema hidup dan kehidupan.
Dengan
adanya bermacam-macam wawasan yang terkandung dalam karya sastra, pada dasarnya
suatu karya sastra yang bermutu atau berbobot akan selalu mengandung bermacam
nilai didik tentang kehidupan yang bermanfaat bagi pembaca.
Nilai-nilai
pendidikan sangat erat kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang
baik selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi pembacanya.
Nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan pendidikan
akhlak, agama, sosial, maupun estetis.
Nilai
yang terkandung dalam karya sastra sangat tergantung pada persepsi dan
pengertian yang diperoleh pembaca. Pembaca perlu menyadari bahwa tidak semua
karya sastra dengan mudah dapat diperoleh jika yang dibacanya itu menyentuh
dirinya, maksudnya menyentuh perasaannnya.
Nilai
pendidikan itu, di antaranya adalah yang berhubungan dengan akhlak, agama,
sosial, dan sebagainya.
a. Nilai
Pendidikan Akhlak
Akhlak
secara etimologi berasal dari bahasa Arab, merupakan budi, tabiat, dan adab.
Akhlak mencerminkan perbuatan dan tingkah laku yang baik jika tingkah laku
trsebut tidak melanggar segala aturan yang menyimpang dari Alquran dan as-Sunah
atau sebaliknya perbuatan dan tingkah laku dikatakan buruk jika melanggar atau
menyimpang dari Al-Quran dan as-Sunnah.
Jadi akhlak ialah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan yang
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
Akhlak
dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pencipta karya sastra
yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai dan kebenaran dan hal itu
ingin disampaikan kepada pendengar (pembaca). Nilai akhlak yang diberikan oleh
pengarang tidak selalu diperlihatkan secara langsung kepada pembaca, pembaca
berusaha mencari sendiri nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam karya sastra
tersebut.
b. Nilai
Pendidikan Budaya
Budaya
adalah cipta, rasa dan karsa. Kebudayaan merupakan seluruh total dari pikiran,
karya dan hasil karya manusia tidak berakar kepada nalurinya, karena itu hanya
bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu pposes belajar.
Berkaitan dengan novel
sebagai sebuah karya sastra, novel mencerminkan nilai-nilai kehidupan
bersendikan pada budaya masyarakat. Budaya pada masyarakat tidak dapat
dipisahkan dari bahasa dan sastra pada masyarakat, karena ketiga hal itu
merupakan satu kesatuan. Terdapat unsu-unsur budaya yakni antara lain:
a.) Sistem
religi dan upacara keagamaan
b.) Sistem
dan organisasi kemasyarakatan
c.) Sistem
pengetahuan
d.) Bahasa
e.) Kesenian
f.) Sistem
mata pencaharian hidup
g.) Sistem
teknologi dan peralatan
4.
Pembelajaran
Sastra di SMA
a. Pengertian
Pembelajaran Sastra
Pembelajaran
sastra merupakan penyajian karya sastra dalam satuan belajar mengajar kelas
yang bertujuan untuk menanamkan sikap positif terhadap hasil karya sastra dalam
mewujudkan pemahaman transinformasi dari tekstual ke faktual. Pembelajaran
sastra meliputi satu bidang yang luas karena pengertian sastra termasuk yang
lain.
Kehadiran
novel sebagai salah satu sastra sangat memungkinkan untuk diajarkan di sekolah
SMA. Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pembelajaran sastra adalah cukup
mudahnya karya sastra tersebut untuk dinikmati sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing dalam memahami tingkat perorangan.
Agar
dapat memilih bahan pembelajaran sastra yang tepat, maka perlu mempertimbangkan
aspek-aspek sebagai berikut:
a.) Bahasa
Aspek
bahasa dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas,
tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai oleh
pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan itu, dan kelompok
pembaca yang dijangkau pengarang. oleh karena itu, dalam memberikan pelajaran
mengenai sastra, guru hendaknya dapat mempertimbangkan dengan baik bahasa yang
dapat mudah dipahami oleh siswanya sesuai tingkat kemampuan mereka. Guru tidak
hanya memperhitungkan kosa kata dan tata bahasa, tetapi perlu mempertimbangkan
situasi dan pengertian isi wacana termasuk ungkapan dalam cara penulis itu
sehingga pembaca dapat memahami kata-kata kiasan yang digunakan .
b.) Psikologi
Dalam
memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologi ini
hendaknya diperhatikan karena minat, daya ingat, kemauan mengerjakan tugas,
ksiapan bekerjasama, dan kemungkinan pemahaman atau pemecahan masalah yang
dihadapi. Tahap-tahap perkembangan psikologi anak, yaitu:
1.) Tahap
pengkhayal (8 sampai 9 tahun)
Dalam tahap ini,
imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan
berbagai macam fantasi kekanakan.
2.) Tahap
romantik (10 sampai 12 tahun)
Pada tahap ini, anak
mulai meninggalkan fantasi-fantasidan mengarah ke realitas. Meski pandangannya
tentang dunia ini masih sangat sederhana.
3.) Tahap
realistik (13 samapai 16 tahun)
Sampai tahap ini,
anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat
pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.
4.) Tahap
generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya)
Pada tahap ini anak sudah
tidak lagi berminat pada hal-hal praktis saja, tetapi juga berminat untuk
menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena.
c.) Latar
Belakang Budaya
Latar
belakang karya sastra meliputi semua faktor kehidupan manusia dan
lingkungannya, seperti: geografi, nilai-nilai masyarakat, seni, olahraga,
hiburan, akhlak, serta etika. Para siswa akan lebih tertarik pada karya sastra
yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila
karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan
mempunyai kesamaan dengan orang-orang di sekitar mereka.
b. Tujuan
Pembelajaran Sastra
Pembelajaran
sastra diarahkan untuk memperbaiki budi pekerti dan mempertajam kepekaan
perasaan siswa. Tujuan pembelajaran sastra yang bersifat operasional dalam
kurikulum terangkum dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
c. Manfaat
Pembelajaran Sastra
Selain
mempelajari tentang teori-teori sastra, pembelajaran sastra juga memiliki
manfaat bagi siswa, yaitu dapat membantu pembentukan watak dan karakter siswa
melalui pembelajaran sastra tersebut.
d. Bahan
Pembelajaran Sastra
Bahan
pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya
pada suatu tahapan pada pengajaran tertentu. Guru dapat memilih bahan yang
tepat dengan tingkat perkembangan siswa.
e. Metode
Pembelajaran Sastra
Model
adalah pola, contoh, acuan, ragam, dan sebagainya dari sesuatu yang akan dibuat
atau dihasilkan (Depdiknas, 2011: 923).
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan
ada orang yang mengajar dan belajar dengan didukung oleh komponen lainnya
seperti kurikulum dan fasilitas kegiatan belajar mengajar. Guru dapat memilih
model yang dianggap tepat dan sesuai dengan tujuan, bahan dan keadaan siswa
untuk menghindari kejenuhan disarankan guru menggunakan metode yang beragam.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sastra
(dalam hal ini novel) yaitu metode pembelajaran kolaboratif tipe jigsaw. Metode pembelajaran kolaboratif
tipe jigsaw adalah suatu metode
pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bergairah dalam belajar.
f.
Langkah-langkah Pembelajaran Sastra
Langkah-langkah
pembelajaran adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Tahapan-tahapan tersebut dipilih dan ditentukan masing-masing guru sesuai dengan
model dan metode yang digunakan.
g. Sumber
Belajar
Sumber
belajar menurut Sukirno (2009: 108) adalah teks/materi ajar yang dijadikan
rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Dalam kegiatan belajar mengajar,
sumber belajar tidak hanya diperoleh dari guru saja, melainkan buku pelajaran
dapat sebagai sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku teks, buku
pendamping, koran, majalah, brosur, dan lain sebagainya.
h. Evaluasi
Evaluasi
belajar adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan
belajar atau telah mencapai tujuan pembelajaran. Ada dua bentuk tes tertulis
yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi, yaitu tes esai dan tes
objektif.
G.
Metode
Penelitian
1.
Objek
Penelitian
Objek
dalam penelitian ini adalah novel Badai Matahari
Andalusia karya Hary el-Parsia yang diterbitkan oleh DIVA Press tahun 2013
yang terdiri dari 399 halaman dengan ukuran 21 cm.
2.
Fokus
Penelitian
Fokus
penelitian merupakan pusat dari objek penelitian tersebut. Penelitian ini
difokuskan pada perwatakan tokoh utama perempuan dengan menggunakan teori yang
dikemukakan Haryawan, yaitu dimensi fisiologi, dimensi sosiologi, dan dimensi
psikologi.
3.
Sumber
Data
Sumber
data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan yang penulis ambil dari objek
kajian yaitu novel Badai Matahari
Andalusia karya Hary el-Parsia
4.
Instrumen
Penelitian
Instrumen
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang dipakai
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan kertas pencatat
data. Kertas pencatat data ini penulis gunakan untuk mencatat kutipan,
ikhtisar, dari beberapa acuan yang ditulis.
5.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka.
Teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh
data dengan cara membaca dan mencatat sumber-sumber data yang dianggap
mendukung untuk penelitian ini. Selain menggunakan teknik pustaka, penulis juga
menggunakan teknik catat dan teknik observasi . teknik catat adalah mencatat
data-data yang ditemukan ke dalam nota pencatat, sedangkan teknik observasi
adalah penelitian dengan membaca secara kritis dan teliti.
Langkah-langkah
yang digunakan dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a.) Membaca
keseluruhan novel secara intensif
b.) Mengelompokkan
unsur-unsur intrinsik dan nilai pendidikan novel
c.) Mencatat
data-data yang diperoleh sesuai dengan objek kajian.
6. Teknik Analisis Data
Penelitian
ini merupakan penelitian yang menggunakan data yang bersifat kualitatif dan data
tersebut disajikan dalam bentuk verbal atau bentuk wacana, bukan dalam bentuk
angka. Penulis membahas dan mengkaji isi novel Badai Matahari Andalusia. selain itu, pengadaan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui pembacaan secara cermat. Pembahasan secara
berulang-ulangakan membantu peneliti mengadakan data.
Langkah-langkah yng digunakan dalam analisis data
adalah sebagai berikut:
a.) Mengolah
data sesuai dengan teori struktural dan mengidentifikasi unsur perwatakan.
b.) Pembahasan
data
c.) Menganalisis
perwatakan tokoh utama perempuan dalam novel
d.) Menyimpulkan
hasil penelitian
7.
Teknik
Penyajian Analisis Data
Dalam
penyajian analisis data, penulis menggunakan metode informal, yaitu penyajian
hasil analisis data dengan menggunakn kata-kata biasa. Dengan teknik ini,
analisis dipaparkan secara deskriptif verbal dengan kata-kata biasa tanpa
lambang-lambang.
Post a Comment for "PERWATAKAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL BADAI MATAHARI ANDALUSIA KARYA HARY EL-PARSIA DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA"