LAPORAN HASIL PENELITIAN NOVEL INSYA ALLAH YOU’LL FIND YOUR WAY KARYA HENGKI KUMAYANDI: ANALISIS FAKTA CERITA, DAN SARANA SASTRA
ANALISIS FAKTA-FAKTA CERITA
Pada bab ini dibahas yang berkenaan dengan fakta-fakta
cerita, yang merupakan salah satu unsur struktur novel. Pembahasan fakta-fakta
cerita ini mencakup pembicaraan mengenai plot, tokoh, dan penokohan, dan latar.
Pengertian Alur
Stanton (Dalam Nurgiantoro, 1995: 113) mengemukakan
bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, setiap kejadian itu hanya
dihubungkan sebab akibat, peristiwa yang selalu disebabkan atau menyebabkan
kejadian peristiwa yang lain.
Sumirto (1988: 7) menyimpulkan bahwa plot atau alur
fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dengan panjang lebar dengan suatu rangkaian peristiwa, tetapi lebih
merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya tentang peristiwa-peristiwa
tersebut berdasarkan hubungan-hubungan kualitasnya.
Novel Insya
Allah You’ll Find Your Way terbagi dalam berbagai bagian untuk memudahkan pembahasan
mengenai plot.
Bagian-bagian Buku
1. Sang Pengejar Asa
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Bram adalah seorang mahasiswa Universitas Pamulang,
jurusan Sastra Indonesia. Sudah dua semester dia tidak membayar tagihan kuliah
karena ekonomi keluarganya di kampung, Sumatera, sedang mengalami kemacetan. Karena
dia tak mau berhenti kuliah, dia kemudian memutuskan untuk kuliah sambil
bekerja. Bram melarang ibunya menjual sawah peninggalan ayahnya. Dia menyuruh
ibunya untuk memajukan warung agar adik-adiknya bisa terus sekolah. Dia
berjanji kepada ibunya bahwa setelah dia selesai kuliah nanti, dia akan bekerja
untuk ibu dan adik-adiknya.
2. Yang Tak Datang Dua Kali
Pada bagian
ini menceritakan bahwa hari itu Bram berpenampilan layaknya orang-orang yang
sedang mencari pekerjaan. Dia bertekad untuk bersedia bekerja apapun yang dia
mampu, yang penting dapat terus kuliah. Hari pertama dia menyusuri jalanan,
hasilnya nihil, tidak ditemukan lowongan pekerjaan. Pada hari ke-dua, saat dia
sedang berteduh di halte karena hujan deras, dia bertemu dengan Pak Tris, guru
terbaiknya sewaktu dia masih duduk di bangku SMK, yang selalu memotivasi
murid-muridnya untuk selalu terus semangat dalam menggapai cita-cita. Melihat
penampilan Bram, Pak Trispun menawarkan sebuah pekerjaan kepada Bram yaitu
menjadi guru kesenian di sekolah tempat dia mengajar, yaitu di SMK Insan Kamil
dengan siswanya yang terkenal badung-badung. Dengan penuh pertimbangan dan
support dari sahabat kostnya yaitu Fajrin, akhirnya dia menerima tawaran dari
Pak tris. Meskipun dia mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, tetapi dia merasa
menguasai musik berikut teorinya dan bisa melukis.
3. Hadiah Dari Masa Lalu
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Elis, anak dari ibu kost Bram tahu dari Fajrin, kalau
Bram akan mengajar di SMK Insan Kamil besok pagi. Oleh karenanya, dia
meminjamkan buku-bukunya yang berisi semacam tips-tips mengajar. Malam harinya
buku-buku itu dia baca hingga tanpa sadar mata terpejam. Dan tak terasa,
pagipun datang. Fajrin menyodorkan baju, celana, dan sepatu kulit miliknya
untuk dipakai Bram. Brampun menerima pinjaman itu, karena sadar tak ada baju
yang lebih baik dari yang biasa dia pakai untuk kuliah.
Sepulang
kuliah, Brampun berangkat ke sekolah untuk mengajar. Setelah dia masuk ke dalam
kelas XI IPA dan memberikan salam kepada murid-muridnya di kelas itu, tak ada satupun
siswa di kelas itu yang mengubris kedatangannya. Satu per satu siswa keluar
kelas karena merasa tidak percaya dengan kemampuan guru barunya itu. Dari
situlah kemudian dia teringat saat duduk di bangku SMK dulu yang terbilang
bandel, sering membolos, dan kurang memiliki sikap sopan santun kepada
guru-gurunya, bahkan kepada kepala sekolahnya. Dia sadar kalau apa yang sedang
dia rasakan saat itu adalah balasan dari perbuatannya dahulu.
4. Tentang Marcel; Sebuah Ironi
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Marcel adalah salah satu siswa kelas XI IPA. Pada hari
pertama Bram mengajar, dia berkata bahwa dia tidak akan masuk sekolah kalau
guru yang mengajar adalah guru yang tidak berkualitas seperti Bram. Dan benar,
esok harinya Marcel tidak masuk. Sepulang mengajar, Bram mencoba mencari alamat
rumahnya. Setelah benar sampai di rumahnya, Bram mendapat kabar dari tantenya
Marcel, kalau Marcel sedang di rawat di rumah sakit, mengidap kanker. Saat itu
pula Bram dan tantenya Marcel pergi menjenguk Marcel. Namun, ternyata jengukan
dan support dari Bram tidak diperdulikan oleh Marcel. Bahkan Marcel malah
mengusir Bram
Menurut
tantenya Marcel semenjak mamanya meninggal dan papanya sibuk di luar negeri,
Marcel jadi susah bergaul, sinis pada siapapun dan tak pernah bisa menerima
kehadiran orang-orang baru dalam hidupnya. Mendengar hal itu, kemudian Bram
mengajak murid-muridnya untuk menjenguk Marcel. Tapi semua muridnya tak ada
yang mau. Mereka sudah tidak peduli terhadap Marcel, yang menurut mereka adalah
anak yang belagu, tengil, sok pintar, dan tidak tahu diri. Mendengar hal itu,
Bram hanya bisa menghela nafas, meskipun sebenarnya sangat geram.
5. Insya Allah You’ll Find Your Way
Pada bagian
ini menceritakan bahwa malam itu adalah hari ulang tahun Elis. Bram tahu hal
itu dari Asep, adik Elis. Bram mengambil gitarnya dan duduk di teras depan
rumah Elis. Bram menyanyikan sebuah lagu milik Maher Zain berjudul Insya Allah.
Bram berhenti bernyanyi ketika melihat Elis datang menghampirinya. Saat itu
Bram benar-benar gugup dan reflek mengucapkan selamat ulang tahun kepada Elis.
Keesokan
harinya, setelah usai kuliah, seperti hari sebelumnya, ia melanjutkan mengajar.
Sesampai di ruangan, ketua OSIS dengan sopan sudah menunggu Bram dengan membawa
sebuah kotak besar terbungkus rapi. Isinya adalah kumpulan kartu ucapan dari
siswa SMK Insan Kamil. Bram senang akan hal itu. Dan Marcel sangat terharu
setelah menerima dan membaca kumpulan kartu ucapan itu, karena ternyata banyak
orang yang peduli dengannya. Dia sangat berterima kasih pada Bram, dan minta
doanya agar operasi yang akan dijalaninya berjalan lancar sehingga bisa sembuh
dan dapat bermain piano bersama Bram.
6. Forgive Me, Friends...
Pada bagian
ini menceritakan bahwa di dalam kelas, Bram mengangkat tinggi sebuah amplop
berisi surat, membuat siswanya terfokus padanya. Salah satu muridnya, Nayara,
membacakan isi surat itu. setelah selesai membaca, Nayara diam, menahan tangis.
Tidak ada celetukan iseng seperti biasa dari teman-temannya. Surat itu berisi
ucapan terima kasih Marcel untuk support dari teman-teman dan permohonan maaf
yang sedalam-dalamnya dari Marcel untuk semua teman-temannya.
7. Sylla
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Sylla adalah salah satu murid Bram. Dia dikabarkan
sering tidur di kelas saat guru memberikan materi. Dan hal itu juga dilihat
oleh Bram. Ketika Bram sedang memberikan materi, terlihat Sylla yang sedang
tertidur. Kata Bu Veni, rekan kerja Bram, Sylla adalah seorang pengamen di
metromini. Nelwan, teman sekelas Syllapun berkata demikian. Kemudian Bram
mencari Sylla ke tempat yang telah ditunjukkan Nelwan sebelumnya. Dan
bertemulah Sylla dan Bram. Dari pertemuan itulah akhirnya Bram tahu mengapa
Sylla mengamen di metromini, tak lain adalah untuk bisa makan dan bayar
sekolah. Mendengar hal itu, Bram tidak melarangnya mengamen. Namun dia berpesan
kepada Sylla bahwa dia harus mampu mempertahankan nilai-nilainya di sekolah.
8. Dua Pengagum Rahasia
Pada bagian
ini menceritakan bahwa pengakuan Elis kepada Bram, bahwa dia sedang jatuh cinta
pada seorang laki-laki. Namun Elis tak mau mengatakan siapa laki-laki itu.
Mendengar hal itu, Bram tak kuasa menahan perasaan tersebut. Sesampainya di
kost, Bram dikejutkan oleh sebuah surat untuk Fajrin, entah dari perempuan
mana. Yang jelas isinya seperti ada kaitannya dengan pengakuan Elis. Surat itu
berisi pengakuan rasa cinta yang dalam, dan tak dapat ditahannya kepada Fajrin.
Bram mengira, perempuan dalam surat itu adalah Elis.
9. Pengakuan Fajrin
Pada bagian
ini menceritakan bahwa konsentrasi Bram dalam kuliah dan mengajar pecah. Itu
gara-gara urusan cinta. Bram cemburu dengan Fajrin. Saat itu Elis tidak seperti
biasanya yang meminta bantuan kepada Bram. Dia lebih memilih untuk meminta
bantuan kepada Fajrin untuk ditemani ke tempat servis notebook. Jika Fajrin
tidak mau menemaninya, Elis lebih memilih untuk naik taksi sendirian. Elis
menjadi seperti itu karena sebelumnya dia melihat Bram sedang dipeluk erat oleh
gadis cantik, Nayara, murid Bram yang sedang sedih karena mamanya kabur. Sikap
Bram yang diam, membuat Fajrin tahu kalau Bram cemburu dengannya. Kemudian dia
memberikan pengakuan bahwa tidak terjadi apa-apa antara Fajrin dan Elis sewaktu
pergi bersama ke tempat servis notebook. Dan perempuan yang mengirimkan surat
tanpa nama itu bukanlah Elis, melainkan teman kuliah Fajrin.
10. Mencari Derryl
Pada bagian
ini menceritakan bahwa sudah berhari-hari Derryl tidak masuk sekolah. Bram ke
rumah Derryl untuk mengetahui kabar Derryl sebenarnya. Ternyata, menurut Ibu
Derryl, setiap hari dia berpamitan untuk sekolah. Ibunya sangat kaget mendengar
kalau anaknya sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Di tengah jalan, ketika
hendak pulang, Bram dikepung oleh Derryl dan teman-temannya dengan motor
gedenya. Bram dipukuli hingga babak belur oleh mereka, bahkan sampai dibawa ke
rumah sakit.
11. Cerita Patah (1)
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Bram mendapat info dari Fajrin, bahwa laki-laki yang
disukai oleh Elis bukanlah dia, melainkan teman SMUnya dulu, yang sekarang
sekelas dengannya di kampus. Mendengar hal itu, membuat rasa sakit di tubuhnya
akibat pukulan Derryl dan teman-temannya tak ia rasakan.
Keesokan
harinya, Bram kembali mengajar. Seluruh penghuni SMK Insan Kamil memandang
sinis Bram, kecuali Marcel. Hanya Marcel yang percaya bahwa Bram tidak mungkin
berpacaran dengan Nayara. Sungguh membuat Bram bingung harus berbuat apa lagi.
Hingga akhirnya, Nayara mengakui kebohongannya bahwa dia sudah berpacaran
dengan gurunya sendiri, Bram.
Malam harinya
terjadi ketegangan, setelah Bram menerima sms dari Nayara tentang permohonan
maafnya atas segala kesalahannya dan minta doanya agar dosa-dosanya diampuni,
jika esok mati. Khawatir akan terjadi sesuatu, dia diantar Fajrin dengan vespanya
menuju Bintaro, setelah dapat info dari Sylla bahwa dia tadi siang bersama
dengan Nayara, dan Nayara minta turun di Bintaro, tepatnya di jembatan di atas
jalan tol.
12. Cerita Patah (2)
Pada bagian
ini menceritakan bahwa sesampainya di jembatan itu, mudahlah ditemukan si
Nayara itu, karena banyak orang berkerumunan di sana. Di sana ternyata sudah
ada Derryl dan Syla yang juga sedang berusaha menghentikan Nayara yang hendak
bunuh diri. Usahaku menghentikan niatnya bunuh diri berhasil. Dia jatuh lemah ke
tubuhnku. Kemudian langsung dibawa ke rumah sakit. Setelah kejadian itu, Derryl
berdamai dengan Bram.
13. A Massage From Heaven
Pada bagian
ini menceritakan bahwa adzan subuh membangunkan tidur Bram. Seusai sholat, baru
tersadar kalau Fajrin sudah tidak ada di kamar. Karena dia tak tega
membangunkan Bram, dia meninggalkan pesan, bahwa dia berpamitan pulang ke
Tegal. Ibunya sedang koma di rumah sakit, sehingga harus secepatnya tiba di
Tegal.
Siang
harinya, dia menerima sms dari Sulis, adik Fajrin, bahwa Fajrin mengalami
kecelakaan dan meninggal dunia. Bram lemas seketika itu juga. Dan tak lama
kemudian, dia bangkit menuju tempat kelahiran Fajrin. Sampai di sana, pelukan
hangat dia terima dari ayah Fajrin. Dia ke pemakaman ditemani Sulis dan saudara
sulis. Doa-doa dia panjatkan kepada Allah untuk Fajrin. Kenangan bersama Fajrin
terus membayangi Bram, hingga kepulangannya menuju tempat dia mencari ilmu. Di
dalam bus dia membaca surat terakhir dari Fajrin untuk keluarganya yang berisi
tentang keinginannya untuk menjodohkan Bram dengan adiknya yang bernama Sulis.
Pesan ayah Fajrin kepada Bram sebelum meninggalkan kampung itu adalah
peliharalah dan rawatlah barang-barang milik Fajrin yang sekarang menjadi
miliknya.
14. From Java With Love
Pada bagian
ini menceritakan bahwa siang hari, usai kuliah, seperti biasa Bram pergi
mengajar. Sampai di kelas, dia mendapat surprize kue ulang tahun lengkap dengan
lilinnya. Semua muridnya bersalaman dengannya disertai ucapan selamat ulang
tahun dan doa-doa untuknya. Ia juga mendapat surprize dari Pak Tris, yang
mengungkapkan bahwa dia ditunjuk oleh Kepala Sekolah untuk menjadi pembina
OSIS. Selain itu ia diberi sebuah buku berisi motivasi dari Pak Tris.
Sepulangnya
mengajar, di kost sudah ada ayah Fajrin yang dengan sengaja ke kostnya hanya
untuk memberikan Vespa Fajrin dan sebuah surat dari Sulis untuknya.
15. Menikahlah, Anakku
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Bram membaca surat dari Sulis yang isinya adalah
kesiapan Sulis untuk dinikahi Bram, jika memang Bram menerima Sulis. Ibunya
Bram merestui kalau Bram menikah dulu dengan Sulis, meskipun kuliahnya belum
kelar. Itu adalah untuk menghindar dari godaan syetan.
16. Shocked
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Bram sangat terkejut mendengar bahwa siswa SMK Insan
Kamil akan tawuran dengan siswa SMK Tunas Bangsa. Tak lama kemudian, suara riuh
terdengar di halaman sekolah. Suara itu adalah suara siswa-siswa SMK Tunas
Bangsa yang menantang siswa Bram untuk berkelahi. Mereka membawa benda-benda
tajam dan keras. Para guru keluar dan teriak-teriak melarang siswanya meladeni
mereka. Kemudian polisi datang dan berhasil membubarkan mereka.
17. Regrets Always Comes... Late!
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Bram menjawab “Insya Allah” ketika ditanya Abi Elis
tentang perjodohannya dengan Sulis. Mendengar hal itu, Elispun kemudian dengan
tiba-tiba berkata, “Insya Allah Elispun siap jadi istri kang Hafiz.” Setelah
kejadian itu, Elis terlihat sinis kepada Bram. Bram menyesal telah mengatakan
hal itu kepada Abi, sehingga membuat Elis akhirnya memberikan persetujuan untuk
menikah dengan Hafiz, laki-laki pilihan Abi.
18. Tragika Cinta
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Bram berusaha menerawang-nerawang, apakah sikap Elis
yang sinis itu karena jawaban Bram kepada Abi kemarin? Apakah Elis mencintai
Bram? Lamunan itu hilang, ketika dia harus mengajar. Baru mau memulai
pengajaran, suara riuh terdengar. Di lapangan sekolah sudah ada adu jotos
antara siswa Bram dengan siswa SMK Tunas Bangsa. Bram berusaha menyelamatkan
murid-muridnya, hingga dia jadi korbannya. Perutnya tertusuk benda tajam dan
mengalirlah darah dari perutnya.
19. Cerita Patah (3)
Pada bagian
ini menceritakan bahwa tawuran itu membuat Bram koma selama empat hari. Dan
“Elis” adalah kata pertama yang ia sebut setelah sadar. Sulis sadar, kalau Bram
mencintai Elis, sehingga ia mundur untuk mau dijodohkan dengan Bram. Meskipun
begitu, ayah Sulis tidak marah kepada Bram, tetapi malah mengangkatnya sebagai
anaknya sendiri. Bram dalam hatinya berjanji, akan menjaga keluarga barunya
untuk Fajrin.
20. Never Ending Love
Pada bagian
ini menceritakan bahwa Bram pulang dari rumah sakit dikawal oleh murid-muridnya
dan juga Pak Tris sampai di kamar kostnya. Bram mendapat kabar dari Pak Tris
bahwa antara SMU Insan Kamil dan SMK Tunas Bangsa sudah berdamai dan tidak akan
bersinggungan lagi.
Sesampainya
di kamar kamar kost, Bram menuju rumah Elis karena terlihat tenda terpasang di
depan rumahnya. Sampai di rumahnya, Abi dan Umi menangis melihat kedatanganku
dan mengatakan kalau Elis telah meninggal dunia akibat kecelakaan. Bram sangat
marah pada Allah saat itu, karena orang-orang yang ia sayangi diambil olehNya,
mulai dari ayahnya, Fajrin, kemudian Elis. Abi dan Umi mencoba menenangkan dan
menyadarkan Bram, bahwa Allah sayang pada Elis. Oleh karena itu Elis diambil
olehNya lebih dulu dari mereka. Di depan kamar kostnya, Bram menemukan sebuah
amplop berisi surat. Surat itu berisi pernyataan perasaan Elis, bahwa Elis
mencintai Bram. Dia sudah diberi izin Abi dan Umi untuk menikah dengan Bram.
Elis, Abi dan Umi menunggu Bram datang ke rumahnya untuk melamar Elis.
21. Insya Allah, Aku Temukan Jalan!
Pada bagian
ini menceritakan bahwa sudah beberapa hari Bram menghabiskan waktunya untuk
menyendiri di kamar. Murid-muridnya berkali-kali datang menghiburnya, tapi
tidak mempan. Pak Tris datang memberi beberapa motivasi kepada Bram untuk terus
melanjutkan hidup. Brampun tersadar akhirnya. Dia kembali melanjutkan
aktifitasnya seperti dulu, yaitu kuliah dan mengajar.
Malam hari,
ia mendapat telepon dari ibunya di Sumatera. Ibunya menyampaikan pesan dari
pamannya, bahwa jika nilai IPK Bram bagus, pamannya akan membiayai kuliah S2nya
di Malaysia. Bram senang mendengar kabar itu, dan berjanji pada ibunya akan
lebih giat lagi dalam belajar, supaya bisa kuliah di Malaysia kelak. Pada pagi
harinya, dia dengan Asep, adik Elis, pergi menuju makam Elis. Di sana mereka
berdoa untuk Elis. Sebelum pulang, Bram meninggalkan sebuah surat balasan untuk
Elis, berharap Elis bisa membacanya. Isi surat itu adalah tentang ungkapan
perasaannya, kalau sebenarnya dia juga sayang Elis. Dia tidak akan melupkan
Elis di manapun ia berada nanti. Ia berharap esok mereka akan dipertemukan di
surgaNya.
Struktur Plot
Ke dua puluh satu cerita di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way ini mengandung detil-detil
peristiwa atau kejadian yang seperti sudah disebutkan sebelumnya, mempunyai hubungan
sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat ini tidak hanya dijumpai di dalam satu
bagian cerita, tetapi dapat pula berada di bagian cerita yang lain. Jadi, biasa
saja sebuah peristiwa sebab terdapat pada bagian 1, sementara peristiwa akibat
dijumapai di bagian 5.
Sebelum pembahasan mengenai hubungan sebab-akibat
ditemukan di dalam novel Insya
Allah You’ll Find Your Way, terlebih dahulu dirinci detil-detil peristiwa yang
mempunyai hubungan ini pada tiap-tiap bagian. Detil-detil ini ditandai dengan:
1) Sang Pengejar Asa
1.
Di dalam mobil angkutan umum jurusan
Pamulang-Lebak Bulus, bersama penumpang lain Bram merasa seperti berada dalam
oven.
2.
Bram tak bersemangat karena memikirkan tagihan
biaya kuliah yang menunggak selama dua semester.
3.
Bram adalah mahasiswa Universitas Pamulang,
jurusan Sastra Indonesia.
4.
Bram berjumpa dengan Pak Tris, guru SMKnya dulu
yaitu SMK Boarding.
5.
Bram dan Pak Tris sambil sesekali mengelap
keringat, bergantian menceritakan banyak hal tentang masa SMK dulu.
6.
Di rumah kos, Elis membawakan sepiring nasi
lengkap dengan lauk-pauknya untuk Bram dari Uminya.
7.
Elis juga mengulurkan sebuah amplop tertutup
pada Bram.
8.
Bram membuka dan membaca isi amplop itu.
9.
Isi dari surat itu adalah bahwa warung Umak
macet dan kopi-kopi tak berbuah banyak.
10.
Adik-adik Bram juga menunggak bayaran sekolah.
11.
Bram tak berselera lagi menikmati nasi pemberian
Elis.
12.
Fajrin tanpa sengaja, membaca surat itu.
13.
Fajrin menawarkan pinjaman uang untuk bayar
kuliah pada Bram.
14.
Bram menolak dengan halus.
15.
Bram memutuskan untuk kuliah sambil bekerja.
2) Yang Tak Datang Dua Kali
1.
Baju putih, celana panjang hitam, dan sepatu
pantofel hitam berkilau melekat pada tubuh Bram.
2.
Walau cuaca terik, Bram terus berjalan membawa
map berisi dokumen di tangan.
3.
Di dekat kios kecil yang menghadap jalanan, Bram
berhenti umtuk membeli minuman.
4.
Terdengar riuh membahana suara klakson mobil
yang tak henti dibunyikan.
5.
Orang-orang berlarian berlawanan arah.
6.
Bram panik.
7.
Dua kubu berlarian menuju ke arah Bram.
8.
Salah satu dari kedua kubu itu berpakian sama
seperti Bram yaitu putih-hitam.
9.
Jalan raya yang semula ramai oleh kendaraan,
kini berubah menjadi suasana perang antarpelajar.
10.
Sebatang kayu dipukulkan seseorang ke
punggungnya.
11.
Kawanan lain yang berdasi hitam langsung
mengeroyok pelajar yang telah memukul Bram dari belakang.
12.
Sekilas, terbaca oleh Bram sebuah identitas pada
seragam yang mulai ternoda darah itu, SMU Insan Kamil.
13.
Suara sirene dari mobil patroli polisi
meraung-raung.
14.
Pelajar-pelajar itu berlarian menyelamatkan
diri, tak kecuali Bram.
15.
Keesokan harinya Bram masih berjalan membawa
amplop berisi surat lamaran pekerjaan.
16.
Di halte Bram berjumpa dengan Pak Tris yang
melihatnya sedang membawa amplop di tangannya.
17.
Pak Tris menawarkan pekerjaan pada Bram menjadi
guru kesenian di SMU Insan Kamil, tempat Pak Tris mengajar saat itu.
18.
Bram menerima tawaran Pak Tris.
19.
Bram semakin resah setelah mendengar informasi
dari Fajrin bahwa siswa SMU Insan Kamil itu terkenal badung-badung.
20.
Elis meyakinkan Bram, bahwa Bram pasti bisa
mengajar.
21.
Elispun menawarkan beberapa buku seputar profesi
guru pada Bram.
3) Hadiah Dari Masa Lalu
1.
Malam itu Bram benar-benar tak dapat memejamkan mata.
2.
Ketakutan dan kecemasan Bram luar biasa rasanya
saat itu, apalagi mengingat reputasi para siswa di tempatnya akan mengajar.
3.
Brampun mengingat masa SMKnya dulu yang tidak
sekali-dua kali membuat guru-gurunya geram.
4.
Bram meras baru saja memejamkan mata, namun
tiba-tiba pagi sudah menjelang.
5.
Melihat kekurangsiapan Bram sejak kemarin, pagi
itu Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, ikat pinggang dan
sepatu kulit miliknya untuk dikenakan Bram.
6.
Bram akan kuliah dulu seperti biasa, barulah sehabis
dzuhur bersiap ke tempat Pak Tris; SMU Insan Kamil.
7.
Rasa gugup Bram makin menjadi saat kendaraan
umum yang ia tumpangi berhenti tepat di depan bangunan bertingkat dan
mentereng.
8.
Pak Tris menginformasikan pada Bram, bahwa ia
hari itu juga ia harus mengajar di kelas XI IPA dan sekalian menjadi wali
kelasnya.
9.
Bram semakin melemah.
10.
Bersama gugup yang seolah tak berkesudahan, Bram
menghela napas panjang lalu melangkah masuk sambil mengucap salam.
11.
Tak ada seorangpun siswa di kelas itu yang
peduli pada Bram.
12.
Satu per satu, tanpa dikomando siswa-siswi di
kelaspun berdiri dan berjalan kekuar kelas acuh tak acuh melewati Bram.
13.
Bram memilih mengitari ruangan.
14.
Terbayang di pelupuk mata, ulah iseng dan jahil
Bram kepada guru semasa SMK.
15.
Kegigihan, semangat dan perjuangan guruguru Bram
di masa lalu membuat semangatnya terlecut.
4) Tentang Marcel; Sebuah Ironi
1.
Malam itu konsentrasi Bram terbagi dua, yaitu
menyelesaikan tugas kuliah dan persiapan penyusunan materi untuk bahan mengajar
siang harinya.
2.
Lagi-lagi Bram merasa beruntung, pernah belajar
secara mandiri bersama Pak Tio, guru kesenianku di SMK dulu.
3.
Hari itu, sepulang kuliah langkah Bram gagah
penuh semangat menuju kelas XI IPA.
4.
Bram memasuki kelas sambil mengucap salam
kendati yakin sebelumnya kalau salamnya tak begitu mereka acuhkan.
5.
Bram berdehem keras sebagai isyarat meminta
perhatian.
6.
Kelas mulai hening.
7.
Bram menyebut semua nama dalam daftar.
8.
Marcel dan Edo tidak masuk sekolah.
9.
Siswa di kelas menantang Bram menggambar wajah
Nayara, ‘sang primadona di kelas’, di white
board.
10.
Jemari Bram mulai bergerak.
11.
Seisi kelas tercengang melihat hasilnya.
12.
Nayara memuji hasil lukisan Bram.
13.
Derryl, ‘kekasih Nayyara’ melangkah ke depan
kelas, meraih eraser di meja guru dan
langsung menghapus lukisan di white board.
14.
Derryl
menebar ancaman kepada Bram kemudian menarik paksa tangan Nayyara agar ikut
dengannya keluar kelas.
15.
Seusai mengajar di sekolah, Bram mencari alamat
rumah Marcel yang sebelumnya telah ia temukan di buku induk sekolah.
16.
Bram memencet tombol bel di samping pintu gerbang
yang tinggi menjulang.
17.
Seorang satpam membukakan gerbang, menyuruh
masuk dan mempersilakanku menunggu di kursi teras, setelah tahu kalau Bram
adalah wali kelasnya Marcel di sekolah.
18.
Tantenya Marcel berkata pada Bram, bahwa Marcel
sedang ada di rumah sakit, mengidap penyakit kanker.
19.
Dengan kendaraan pribadi milik keluarga itu,
Bram dan tantenya Marcel menuju rumah sakit tempat Marcel dirawat.
20.
Semenjak mamanya meninggal dan papanya terus
sibuk di luar negeri, Marcel menjadi susah bergaul, sinis pada siapapun, dan
tak pernah bisa menerima kehadiran orang-orang baru dalam hidupnya.
21.
Tiba di rumah sakit, kami bergegas menuju salah
satu kamar VIP di mana Marcel terbaring lemah.
22.
Marcel diam dan membuang tatapannya ke luar
jendela saat ditanya Bram tentang keadaannya saat itu.
23.
Bram meyakinkan Marcel, bahwa ia akan baik-baik
saja.
24.
Hari itu, genap tiga hari Marcel tidak masuk
sekolah.
25.
Berbagai macam alasan untuk menengok Marcel
sudah disampaikan Bram agar sikap siswa-siswanya melunak, tetapi tak ada yang
menghiraukannya.
5) Insya Allah You’ll Find Your Way
1. Malam
itu, Bram benar-benar kelelahan.
2. Informasi
penting dari Fajrin, bahwa Elis meminta Bram untuk mengajari Asep Matematika,
membuat kedua mata Bram segar dan tak terasa sepet lagi.
3. Sampai
di rumah Elis, tak biasanya Asep berbisik pada Bram, bahwa hari itu adalah
ulang tahun Elis.
4. Bram
pulang, hendak menyiapkan sesuatu untuk Elis.
5. Bram memungut gitar di kamar.
6. Bram
berjalan ke depan rumah Elis yang terang dan duduk di kursi teras.
7. Tanpa
terasa, satu lagu penuh Insya Allah
milik Maher Zain terlantun dari bibir Bram yang pada awalnya hanya
kusenandungkan untuk mengiringi petikan gitarnya sendiri.
8. Elis
menemui Bram di teras rumahnya.
9. Bram
gugup.
10. Bram
memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Elis.
11. Elis
hanya mengangguk tanpa memandang Bram.
12. Malam
itu Bram merasa bahagia sekali mengingat senyum dan suara tawa Elis yang
sungguh membuat hati Bram berdesir lembut.
13. Mindset Bram terhadap tugas-tugas
kuliahpun makin cenderung ke arah yang lebih positif.
14. Brampun
bertambah semangat saat menemui murid-muridnya di kelas.
15. Reddy,
ketua OSIS, sudah menunggu Bram di ruang guru jauh sebelum kedatangannya dengan
membawa sebuah kotak besar yang diletakan di atas meja kerja Bram.
16. Isi
kotak itu adalah kartu ucapan penyemangat buat Marcel.
17. Bram
merasa tenang karena dia tak diam dari masalah, tetapi beruasaha berjalan
setapak demi setapak untuk menyelesaikannya.
18. Ketika
sore datang, saat pulang dari sekolahan, tiba-tiba seorang lelaki berpenampilan
cukup kalem mendatangi Bram dan memberikannya dua lembar amplop yang katanya
dari Marcel.
19. Ada
sebuah surat di dalam salah satu amplop itu.
20. Dalam
surat itu, Marcel mengucapkan terima kasih kepada Bram karena kartu-kartu
ucapan itu membuatnya bersemangat serta meminta doanya supaya ia bisa sembuh
melalui operasi yang akan dilakukan malam harinya.
21. Rahang
Bram mengeras oleh haru yang nyaris meruntuhkan derai air mata.
6) Forgive Me, Friends...
1.
Mata Bram masih lembap saat kakinya melangkah
pasti menuju ruang kelas XI IPA sambil menggenggam surat Marcel untuk
teman-temannya.
2.
Nayyara membacakan surat dari Marcel di depan
kelas.
3.
Ruangan dingin itu kian terasa senyap, hingga
beberapa saat setelah Nayyara mengakhiri bacaannya sambil membekap mulutnya
sendiri menahan tangis tanpa suara.
4.
Bram mengajak siswanya untuk mendoakan Marcel
yang hendak operasi dan keikhlasannya untuk memaafkan Marcel.
7) Sylla
1. Malamnya,
Bram bercerita pada Fajrin tentang kejadian di malam ulang tahun Elis.
2. Fajrin
mengatakan pada Bram, bahwa Bram sudah mulai terinfeksi virus cinta.
3. Fajrin
diam setelah ditanya Bram persoalan cinta.
4. Fajrin
ingin menjadi ikhwan sejati, merasakan cinta saat dia bisa mendapatkan yang
halal dan bisa selalu bersamanya setiap saat.
5. Bram
merasa beruntung memiliki sahabat seperti Fajrin, seseorang yang tangguh, punya
karakter, kepribadiannya khas, dan tidak suka ikut-ikutan.
6. Di
sekolah, Bram mendapat laporan bahwa ada seorang siswi yang bermasalah di
kelasnya, Sylla namanya.
7. Sylla
dikabarkan sering tidur di kelas saat guru memberikan materi.
8. Bram
terkejut mendapati Sylla benar-benar tidur di kelas saat jam pelajarannya baru
saja dimulai.
9. Bram
menyuruh Sylla untuk menemuinya seusai jam pelajarannya.
10. Sylla
mematuhi instruksi Bram dua jam kemudian.
11. Sylla
berbicara ini itu sebelum Bram berbicara apapun.
12. Sylla
menggeleng kuat-kuat, berdiri, dan melangkah pergi dari hadapan Bram.
13. Kata
Bu Veni, rekan kerja Bram, dan Nelwan, teman sekelas Sylla, Sylla adalah
seorang pengamen di metromini.
14. Selepas
maghrib, Bram mencari Sylla.
15. Bram
mendapati Sylla dengan masih menyandang tali tas di bahu, mengganti seragam
sekolahnya dengan setelah oblong dan celana panjang berbahan jin belel lalu
menghampirinya.
16. Sylla
terkejut setelah melihat kedatangan Bram.
17. Sylla
menampar Bram dengan ucapan pedas kemudian melesat pergi dari hadapan Bram.
18. Tak
ingin menyerah, Bram kembali lagi hari berikutnya ke Pasar Jumat di Lebak
Bulus, namun hasilnya nihil.
19. Bram
mengikuti rapat dewan guru untuk membahas masalah beasiswa bagi siswa
berprestasi yang kurang mampu.
20. Rapat
dewan guru memutuskan bahwa Sylla berhak mendapatkan beasiswa.
21. Dengan
sisa tenaga yang Bram miliki, dia melesat menuju tempat Sylla sering ngamen
yang telah ditunjukkan oleh teman ngamennya Sylla.
22. Bram
menemukan Sylla di dalam bus besar jurusan Lebak Bulus-Bekasi.
23. Kali
itu Bram dapat mencegah penghindaran Sylla dari Bram.
24. Bram
memetik gitar dan bernyanyi berdua dengan Sylla di dalam bus itu.
25. Setelah
turun dari bus, Bram menyodorkan surat berisi beasiswa kepada Sylla.
26. Setelah
membaca suratnya, sorot mata Sylla memandang lepas ke jalan, entah apa yang dia
pikirkan.
8) Dua Pengagum Rahasia
1. Umi
Elis meminta Bram untuk menjemput Elis.
2. Tanpa
mengganti pakaian, Bram bergegas pergi ke kampus Elis.
3. Bram
menghubungi Elis dengan telepon seluler yang umi Elis pinjamkan kepadanya setelah
tiba di kampus UI.
4. Elis
menyebutkan posisinya saat itu yaitu di ruang kesehatan melalui selulernya.
5. Bram
menemukan ruangan itu dan terlihat Elis sedang terduduk lemah di sana.
6. Bram
bertanya pada Elis, kenapa ia sakit.
7. Elis
bercerita pada Bram bahwa ia suka sama seseorang sehingga mengakibatkannya
menyita pikiran karena takut dan bingung harus bagaimana.
8. Air
mata Elis mengalir semakin deras.
9. Rasa
penasaran terus mengusik Bram tentang siapa lelaki yang disukai Elis.
10. Elis
tidak mau memberitahu pada Bram siapa lelaki itu.
11. Bram
tersenyum dan memilih untuk tidak lagi membahasnya.
12. Bram
dan Elispun pulang.
13. Sesampainya
di kamar kos, Fajrin mulai menggodaku karena baru saja berduaan dengan Elis di
jalan.
14. Bram
bertanya pada Fajrin tentang keadaannya, karena Bram menemukan ada sesuatu yang
tersimpan di wajahnya.
15. Fajrin
bercerita pada Bram bahwa ia telah mendapatkan sebuah surat dari seorang
perempuan yang sedang menyukainya, entah siapa namanya.
16. Bram
merasa perlu mengait-ngaitkannya dengan Elis.
17. Mata
Bram tak bisa terpejam, yang ada di depan matanya seolah hanya pikiran-pikiran
jahat yang membawanya pada prasangka-prasangka.
9) Pengakuan Fajrin
1. Bram
melemah karena sesuatu yang tak sepantasnya; perasaan Bram terhadap Elis yang
masih ia pertanyakan dan pikiran negatif bahwa Elis menyukai Fajrin.
2. Seusai
pelajaran, Marcel memberikan sebuah goody
bag titipan dari papanya.
3. Sedikit
canggung, Brampun menerima goody bag itu
dengan mengucapkan terima kasih pada Marcel.
4. Sesampainya
di pintu depan kos, terlihat Nayyara sedang duduk di kursi teras.
5. Bram
bertanya pada Nayyara bagaimana dia bisa tau alamat kos Bram.
6. Bukannya
menjawab, Nayyara malah menangis, mendekat ke tubuh Bram dan tanpa canggung
langsung memeluknya.
7. Tangan
Bram mendadak gemetar dan makin bingung karena Nayyara terus menangis sambil
mengeratkan pelukannya.
8. Nayyara
bercerita pada Bram bahwa mamanya menghilang entah ke mana.
9. Elis
berdiri kaku dengan nampan berisi makanan di tangannya, memandangi Nayyara yang
menangis dalam pelukan Bram.
10. Bram
bilang pada Elis, bahwa wanita yang memeluknya adalah Nayyara, muridnya.
11. Tubuh
mungil Elis menghilang ke dalam, tidak mau mendengar.
12. Nayyara
minta maaf pada Bram telah membuat Elis marah pada Bram.
13. Lelah
Bram sore itu makin menjadi saat bertemu Fajrin di rumah.
14. Bram
menuju tempat tidur setelah mengganti pakaiannya dan sengaja menghindar dari
Fajrin dengan berpura-pura ketiduran.
15. Suara
salam Elis di luar rumah terdengar sayup-sayup oleh Bram dari balik bantal.
16. Elis
tidak mencari Bram seperti biasanya, tetapi mencari Fajrin untuk minta ditemani
ke tempat servis komputer.
17. Bram
benar-benar muak melihat keakraban mereka.
18. Sampai
di rumah, Fajrin mengajak bicara Bram dengan memancingnya menggunakan nama Elis
supaya bangun dari kepura-puraan tidurnya.
19. Fajrin
berkata pada Bram kalau Elis sedang marah pada Bram tapi ia tidak tau alasannya
apa.
20. Langkah
Bram melebar meninggalkan kamar menuju Pasar Jumat, berharap bisa bertemu Sylla
di sana dan bermain gitar bersamanya.
21. Setelah
bertemu Sylla, Bram memetik gitar yang disodorkan oleh Sylla dan terucap begitu
saja olehnya lirik lagu Now and Forever yang
pernah hit oleh Richard Marx.
22. Saat
Bram pulang, Fajrin terlihat sudah tidur pulas.
23. Di
meja tulisnya terdapat pesan tertulis dari Fajrin, bahwa Fajrin menyuruh Bram
untuk memakan martabak pemberian Elis, dan memberitahukan kalau surat romantis
itu dari akhwat teman kuliah Fajrin.
24. Mata
Bram perih dan rahangnya sakit menahan karena sudah berprasangka buruk pada
Fajrin.
10) Mencari Derryl
1. Gairah
mengajar Bram kembali hadir, sepulang kuliah hari itu, tak sabar ia ingin
segera ke sekolah menemui murid-muridnya.
2. Saat
mulai mengisi materi pada dua jam pertama, Bram langsung mengecek absensi
siswa.
3. Bram
tidak bisa bersabar lebih lama lagi untuk menunggu kabar dari Derryl yang sudah
berhari-hari tidak masuk sekolah.
4. Selesai
mengajar Bram mengunjungi rumah Derryl yang berada di kawasan Pamulang.
5. Sesampainya
di rumah yang besar mentereng milik orang tua Derryl, Bram menekan bel rumah di
dekat gerbang tinggi rumah itu.
6. Seorang
petugas di rumah itu membukakan pintu dan membawa Bram masuk ke rumah.
7. Setelah
menunggu selama beberapa menit, seorang perempuan paruh baya, Ibu Derryl,
menemui Bram.
8. Bram
memberitahukan pada Ibu Derryl, bahwa Derryl sudah lama tidak masuk sekolah.
9. Ibu
Derryl shock mendengar pemberitahuan
dari Bram karena yang ia tahu setiap hari Derryl berangkat sekolah.
10. Di
perjalanan pulang, dua orang pengemudi motor mengerem motor besarnya secara
tiba-tiba di depan Bram.
11. Belum
yakin bahwa salah satu dari mereka adalah Derryl, empat motor besar lainnya
berdatangan dan meraung-raung di sekeliling Bram.
12. Bram
menghadapi gebugan dan hantaman bertubi-tubi dari mereka.
13. Saat
perlahan mata Bram terbuka, ia temukan
tubuhnya terbaring dalam ruangan berdinding putih bersih.
14. Fajrin
bertanya siapa yang melakukan kejahatan pada Bram, namun Bram tidak menyebutkan
siapa pelakunya.
15. Fajrin
keluar dan Elis masuk ke ruang rawat Bram.
16. Bram
bercerita pada Elis bahwa wanita yang memeluknya saat itu adalah muridnya
sendiri yang sedang meminta bantuan padanya.
17. Elis
terdiam mendengar penjelasan Bram lalu bertanya padanya mengapa Bram bisa
dirawat di Rumah sakit.
18. Bram
menjelaskan pada Elis kronologi perkelahian yang dialaminya malam itu.
19. Baru
saja suasana mencair di antara mereka, tiba-tiba Elis berdiri dari duduknya.
20. Bram
merasa bahagia hari itu, namun juga sakit di seluruh tubuhnya.
11) Cerita Patah (1)
1. Setelah
tiga hari menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya Bram diperbolehkan
pulang.
2. Bram
bersyukur sekali, karena Fajrin telah membayarkan biaya opname Bram dengan ikhlas, tanpa minta diganti.
3. Elis
dan Asep tersenyum di atas sepeda masing-masing di depan teras saat Bram dan
Fajrin sibuk beres-beres rumah.
4. Bram,
Elis, dan Asep kemudian merajai jalanan di atas sepeda bersama.
5. Kemudian
mereka berjalan kaki mendorong sepeda masing-masing memasuki kawasan hijau di
sepanjang pinggiran danau yang indah.
6. Bram
dan Elis melakukan obrolan ringan, meskipun sesungguhnya bukan tentang itu yang
ingin Bram bicarakan dengannya.
7. Esok
siangnya, persis ketika tubuh Bram sudah seratus persen fit, dia kembali
melangkah ringan ke SMU Insan Kamil.
8. Saat
menuju ruang guru, Sylla mendekati Bram dan berkata bahwa Bram tidak lebih dari
seorang guru genit yang suka mempermainkan perasaan muridnya, merebut pacar
muridnya, terus macarin murid sendiri.
9. Bram
terkejut.
10. Setiba
di ruang guru, semua guru seakan memandangiku dengan sinis, begitu pula dengan
muridnya di kelas.
11. Bram
mendapat dukungan moril dari Marcel, bahwa apa yang dikatakan Nayyara kalau dia
berpacaran dengan Bram adalah bohong.
12. Fajrin
berteriak menyambut kepulangan Bram dengan menunjukkan motor Vespanya yang baru
dikirim oleh ayahnya, jauh sebelum lelahnya berakhir di depan pintu tempat kos
mereka.
13. Seusai
sholat Isya mereka menjajal Vespa baru milik Fajrin menuju BSD.
14. Sambil
menikmati makanan dan minumannya, Fajrin bercerita pada Bram kalau laki-laki
yang Elis cintai adalah teman SMUnya dulu dan saat itu laki-laki itupun satu
kampus dengannya.
15. Nadi
Bram seakan berhenti berdenyut.
16. Bram
membisu sampai perjalanan pulang.
17. Nada
dering yang berisik membuat Bram segera memungut telepon selulernya di atas
meja di kamar kosnya.
18. Sebuah
SMS masuk dari Nayyara yang berisi permohonan maafnya dan meminta doa semoga
dosa-dosanya bisa diampuni, dan minta dikuburkan dengan baik jika menemukan
Nayya yang sudah mati.
19. Bram
menelpon Sylla.
20. Sylla
berkata pada Bram, bahwa sore itu Sylla diajak Nayyara ke Bintaro, dan Nayyara
minta diturunkan di Jembatan di atas jalan tol.
21. Bram
membangunkan Fajrin dari tidurnya dan minta ditemani ke Bintaro saat itu juga.
12) Cerita Patah (2)
1. Hampir
di ujung jembatan, Fajrin tiba-tiba mendadak mengerem motornya lalu menatap ke
orang-orang yang berkerumun beberapa meter di depan mereka.
2. Bram
langsung turun dari boncengan Fajrin dan meneriaki nama Nayyara.
3. Nayyara
terkejut mendengar teriakan Bram.
4. Suara
Syllapun menyusul melarang Nayyara bertindak bodoh dengan bunuh diri.
5. Teriakan
Derrylpun kemudian terdengar, lalu mendekati Bram dan mengacungkan kepalan
tangannya yang gemetaran persis di depan muka Bram.
6. Fajrin
berdiri berkacak pinggang di depan Derryl, menyuruhnya bersikap sopan santun
dengan gurunya.
7. Nayyara
teriak melihat mereka ribut.
8. Dengan
tubuh gemetaran, Nayyara kembali memanjat naik dan semakin dekat ke ujung pilar
dengan tangisnya yang menjadi-jadi.
9. Derryl
jatuh berlutut di bawah Nayyara, dan berkata kalau dia sayang sekali dengannya.
10. Nayyara
menghentikan langkahnya, setelah Bram mengatakan kepadanya tentang perjuangan
mamanya.
11. Di
sela tangisnya, tiba-tiba tubuhnya limbung dan oleng, lalu melayang lemah ke
arah Bram yang berdiri persis di bawahnya.
12. Kata
dokter Nayya hanya pingsan dan kekurangan darah.
13. Sambil
menunduk dalam-dalam di depan Bram, Derryl meminta maaf pada Bram.
14. Bram
mendekati Derryl dan menepuk-nepuk pundaknya.
13) A Massage From Heaven
1. Sudah
hampir adzan subuh, ketika tiba-tiba saja Bram terbangun.
2. Bram
mengira Fajrin sudah berangkat duluan ke masjid, setelah menyadari bahwa Fajrin
sudah tidak ada di kamarnya.
3. Usai
dua rakaat, tiba-tiba sudut mata Bram menangkap selembar amplop surat di atas
meja belajar mereka yang berisi bahwa Fajrin pulang ke Tegal karena ibunya
sedang koma.
4. Bram
terkejut bukan main.
5. Siang
harinya, Sulis, adik Fajrin, mengirimkan pesan pada Bram melalui handphone Fajrin, bahwa Fajrin telah
meninggal dunia karena kecelakaan saat pulang ke rumah.
6. Bram
lalu menelpon nomor Fajrin untuk memastikan kebenaran dari pesan yang
diterimanya.
7. Bram
mengusap air mata yang belum mau berhenti, sambil melangkah tergesa keluar dari
rumah dengan tas berisi sedikit baju-bajunya yang disandang di bahunya hendak
ke rumah Fajrin berta’ziah.
8. Sampai
di terminal Lebak Bulus, bergegas Bram menghampiri petugas untuk membeli tiket,
namun semua tiket telah habis.
9. Bram
mencari metromini yang menuju Senen untuk membeli tiket kereta api menuju
Tegal.
10. Bram
duduk di dalam kereta senyaman mungkin sambil memulai membuka Al-Qur’an kecil
hadiah dari Fajrin.
11. Setelah
istirahat sejenak di rumah Fajrin, Bram, Sulis dan sepupu laki-laki Sulis
berangkat menuju makam Fajrin.
12. Di
pemakaman Bram bergumam, seolah-olah Fajrin saat itu duduk di sebelahnya dan
dia langsung mendengarnya.
13. Paginya,
Ayah Fajrin, Bram, dan Sulis sarapan bersama.
14. Ayah
Fajrin sudah menganggap Bram seperti anaknya sendiri sehingga semua barang
milik Fajrin yang ada di kos menjadi milik Bram.
15. Bram begitu terharu.
16. Ayah
Fajrin menyerahkan surat terakhir untuk dibaca setibanya di Jakarta, dari
Fajrin kepada Bram yang berisi tentang keinginan Fajrin pada keluarganya.
17. Karena
penasaran, Brampun membuka dan membaca isi surat itu di dalam kereta perjalanan
pulang ke Jakarta.
18. Bram
menghela napasnya setelah tau bahwa keinginan terakhir Fajrin pada keluarganya
adalah menjodohkan adiknya, Sulis, dengan Bram.
14) From Java With Love
1. Langkah
Bram menuju kamar kostnya terhenti sesaat ketika seorang pria tampan keluar
dari rumah Elis, diikuti oleh Elis dan ibunya yang berjalan mengiringinya.
2. Umi
Elis memanggilku dan berkata bahwa Umi dan Abi minta maaf karena tidak ikut
ta’ziah ke Tegal ketika melihat Bram hendak menuju kamarnya.
3. Air
mata Bram kembali merebak melihat semua barang milik Fajrin di dalam kamar.
4. Esok
harinya, ketika Bram berjalan hendak berangkat kuliah, Elis menawarkan
berangkat bareng dengan sedan mewah yang dibawa laki-laki tampan itu.
5. Bram
menolak beralasan hendak ke tempat fotokopian dulu.
6. Setelah
makan siang dan menunaikan empat raka’at, Bram menuju sekolahan.
7. Tak
ada siswa di kelas yang menjawab sapaan dari Bram, bahkan Marcel secara tak
diduga berdiri dari bangkunya dan meninggalkan kelas tanpa seizin Bram.
8. Bram
bingung dan emosinya mulai terusik.
9. Tiba-tiba
Marcel kembali memasuki kelas membawa kue ulang tahun ukuran cukup besar di
tangannya dan semua murid berdiri menyanyikan lagu Happy Birthday.
10. Bram
terharu mendapatkan perhatian dan kepedulian mereka hari itu.
11. Pada
jam istirahat, Pak Tris memanggilku ke ruangannya dan memintaku untuk bersedia menjadi pembina OSIS tahun
ajaran baru yang akan datang.
12. Bram
mengilah, kalau dia belum pantas jadi pembina OSIS.
13. Bram
pulang ke rumah dan melihat Vespa merah yang kondisinya tak lagi ringsek
diparkir tepat di teras depan.
14. Ayah
Fajrin keluar dari rumah Elis dan mendekati Bram.
15. Ayah
Bram menitipkan Vespanya pada Bram untuk ia gunakan kuliah, mengajar, dan
kesehariannya.
16. Bram
terdiam dalam haru.
17. Kemudian
selembar surat dari Sulis diulurkan Ayah Fajrin pada Bram.
15) Menikahlah, Anakku
1. Perlahan
Bram membaca surat dari sulis yang isinya tentang kemantapan hati Sulis untuk
dinikahi Bram.
2. Bram
tidak tau bagaimana cara menolaknya, karena Ayah dan Ibu Fajrin sangat baik
padanya.
3. Bram
mendapat telepon dari Umak.
4. Bram
memberitahukan pada Umak, bahwa Fajrin telah meninggal dunia dan meminta
pendapat pada Umak bagaimana kalau ia nikah dengan Sulis, adiknya Fajrin,
selama masih sekolah.
5. Umak
mendoakan Fajrin, semoga Allah menerima
segala amal salehnya dan memberikan restu pada Bram untuk menikah dengan Sulis.
6. Bram
terdiam karena sebenarnya bukan itu jawaban yang Bram harapkan dari Umak.
7. Petang
itu Elis minta ditemani Bram ke BSD, dan Brampun bersedia.
8. Di
perjalanan Bram mencoba bertanya pada Elis tentang siapa pria tampan itu, namun
tak ditanggapi serius oleh Elis.
9. Hujan
turun, sehingga mereka berhenti di depan toko yang sudah tutup dan berteduh di
sana lalu menuju ke warung tenda untuk mengisi perut yang keroncongan.
10. Handpone Elis berbunyi dan segera ia
mengangkat telepon dari pria tampan itu.
11. Tak
jauh dari warung tenda, Bram melihat pria tampan itu keluar dari sedan hitamnya
dan mengajak Elis pulang bareng.
12. Bram
mematung melihat mobilnya terus melaju, menghilang bersama derasnya hujan.
16) Shocked
1.
Sebuah pesan dari Sulis yang isinya bahwa Sulis
merasa yakin bahwa Bram adalah yang terbaik untuknya.
2.
Bram gemetar membacanya.
3.
Esok siangnya, Bram mendapat kabar bahwa akan
ada tawuran di daerah Pasar Jumat, bahkan sepertinya beberapa siswanya sudah
membolos demi bisa meladeni siswa SMK Tunas Bangsa.
4.
Bram melapor kepada Pak Tris.
5.
Pak Tris menghubungi polisi yang kemudian
berhasil membubarkan semua pelajar yang tawuran.
6.
Hanya berselang tiga menitan setelah bel pulang
berbunyi, seisi ruang guru dikejutkan teriakan orang-orang di luar sekolah.
7.
Dengan gagah berani, Pak Tris mendahului
rekan-rekan guru yang lain turun ke lantai dasar dan terus maju menuju gerbang
sekolah.
8.
Beberapa kata umpatan dan makian kasar langsung
terdengar dari hadapan mereka, menyambut halauan Pak Tris.
9.
Sirine polisi terdengar membahana membubarkan
pelajar SMK Tunas Bangsa yang hendak bertawuran.
17) Regrets Always Comes... Late!
1. Selepas
makan malam, Bram bergegas pergi ke rumah Elis untuk menemani Asep belajar
Matematika.
2. Sesampai
di rumah Elis, seperti biasa, Abi Elislah yang lebih dulu menemui Bram.
3. Abi
menanyakan kebenaran tentang perjodohannya dengan Sulis.
4. Bram
menjawab Insya Allah.
5. Belum
selesai Bram bicara, tiba-tiba saja nampan berisi gelas yang dibawa Elis
menubruk tepi meja sehingga jatuh dan pecah.
6. Tanpa
banyak bicara, Elis menghilang lagi ke belakang.
7. Elis
kemudian bicara pada Abi bahwa ia telah siap jadi istri Hafiz, pria tampan yang
membawa sedan ke rumahnya.
8. Bram
terkejut dan pasrah dengan percakapan Abi dan Elis.
9. Esok
paginya, Elis menjadi terlihat cemberut pada Bram.
10. Bram
tidak mengerti mengapa Elis marah padanya setelah kejadian malam itu.
18) Tragika Cinta
1. Setelah
bel masuk berbunyi, Bram bergegas masuk ke ruang kelas yang riuh oleh
siswa-siswa kelas XI IPA yang masih membicarakan penyerangan hari itu.
2. Baru
saja hendak berdiri menuju papan tulis, terdengar suara gaduh di luar.
3. Bram
bergegas meninggalkan kelas dan terperangah menyaksikan lapangan sekolah yang
seolah menjadi medan pertempuran.
4. Dengan
gemetar dan nyali yang tak seberapa besar, Bram mengawal siswi yang masih di
luar hingga masuk ke kelas mereka dan memastikan pintu terkunci rapat dari
dalam.
5. Bram
menyeruak ke tengah-tengah anak-anak muda yang saling pukul.
6. Sesuatu
yang runcing dan tajam melesak melewati pinggang ke bagian dalam perut Bram,
saat mencoba menyelamatkan Edo dari acungan balok kayu yang mengarah kepadanya.
7. Kesadaran
Bram masih penuh, ketika sebuah benda keras dan berat menghantam kepalanya
bertubi-tubi.
8. Bram
merasa rohnya terbang tinggi, meninggalkan tubuh yang mulai dirembesi darah
segar.
19) Cerita Patah (3)
1. Kata
Abi, Bram telah koma selama empat hari.
2. Abi
dan Umi keluar, ketika Ayah dan Ibu Fajrin serta Sulis masuk ruang rawat Bram.
3. Setelah
ngobrol sebentar, ayah dan ibu Fajrin minta izin keluar sebentar dengan alasan
ingin membeli minuman.
4. Bram
menanyakan kabar Sulis dan dijawab dengan kalem dan bibirnya membentuk
senyuman, bahwa ia sehat.
5. Elis
datang dan tersenyum saat mengetahui Sulis ada bersama Bram di ruangan itu.
6. Sulis
cepat-cepat berdiri dari duduknya dengan sikap canggung, saat melihat
kedatangan Elis.
7. Setelah
meletakan buah-buahan dalam plastik transparan di atas meja, Elis berpamitan.
8. Bram
meraih selang infus dan dicabutnya secara paksa dari tangannya menyusul Elis.
9. Setelah
tersusul, tak ada yang keluar dari mulut Bram tentang perasaan yang sebenarnya
pada Sulis.
10. Tak
lama kemudian, Elis berbalik dan melangkah pelan menuju tempat ia memarkir
motornya.
11. Di
kamar inap, Sulis bertanya pada Bram, apakah Bram mencintai Elis atau tidak.
12. Bram
gugup seketika.
13. Sulis
berkata lagi pada Bram, kalau Bram mencintai Elis, maka ia ikhlas untuk mundur.
14. Brampun
tidak hanya minta maaf pada Sulis, tetapi juga minta maaf pada Ayah Fajrin,
bahwa ia belum siap untuk menikah dengan Sulis.
15. Ayah
Fajrin memeluk Bram sangat erat dan mengangkat Bram menjadi anaknya.
16. Air
mata Bram bertetesan, jatuh membasahi bahu Ayah Fajrin yang gagah.
20) Never Ending Love
1. Ayah
dan Ibu Fajrin serta Sulis berpamitan pulang.
2. Bram
tak kuasa menahan air mata.
3. Beberapa
hari kemudian, suara gaduh di luar kamar memenggal sejenak kecemasan Bram pada
Elis yang tidak dapat dihubungi tiga hari terakhir setelah ia menjenguknya.
4. Nelangsa
Bram berubah bahagia saat murid-muridnya menyusun oleh-oleh di atas meja.
5. Bram
mendapat kabar bahwa Nayyara telah hamil dengan om-om, dan Edo sudah
dikeluarkan dari sekolahan serta telah terjadi perdamaian antara SMU Insan
Kamil dan SMK Tunas Bangsa.
6. Bram
mengangguk-angguk bersyukur.
7. Menjelang
maghrib, Pak Tris memimpin rombongan untuk mengantar Bram pulang ke rumah kos.
8. Tak
seperti biasanya, Bram melihat beranda rumah Elis dipasangi tenda dan mulai
dipasangi benderang lampu-lampu neon.
9. Tanpa
menghiraukan Pak Tris dan murid-muridnya yang menunggu di rumah, Bram berjalan
pelan ke rumah Elis.
10. Sesampainya
di sana, Umi memberitahukan pada Bram bahwa Elis telah meninggal karena
kecelakaan.
11. Tubuh
Bram menggelenyar, kemudian kaku.
12. Pelukan
erat Abi menenangkan perasaan Bram perlahan-lahan.
13. Bram
pulang ke rumah kos dengan sekujur tubuh lunglai dan mendung gelap diwajahnya.
14. Satu
per satu murid Bram berpamitan pulang, begitu pula dengan Pak Tris.
15. Tiba-tiba
Bram ingat amplop yang ia temukan di lantai lalu dibuka amplop itu dan dibuka
lipatan kertas surat di dalamnya.
16. Surat
itu dari Elis yang berisi bahwa Elis mencintai Bram, dan dia menunggu lamaran
Bram di rumah.
21) Insya Allah, Aku Temukan Jalan!
1. Bram
murung berhari-hari di kamar kostnya.
2. Perhatian
dari murid-murid untuk Bram, tidak ada hasil.
3. Pak
Tris mengunjungi Bram dan memberikan motivasi yang kemudian membangkitkan
kembali semangat Bram untuk terus melanjutkan hidup.
4. Esok
harinya Bram siap untuk kuliah dan mengajar lagi.
5. Malam
harinya Umak menelpon Bram dan memberi kabar baik untuk Bram, bahwa jika kuliah
S1-Bram sudah beres dan nilai IPKnya bagus, mamang Bram mau membiayai kuliah
S2-Bram di Malaysia.
6. Bram
berjanji pada Umak akan belajar dengan rajin supaya bisa ikut Mamangnya di
Malaysia.
7. Pada
Minggu pagi, Bram ke pemakaman Elis bersama Asep.
8. Mata
Bram mulai sembap oleh air mata begitu selesai mengirim Al-Fatihah dan membaca
doa untuknya.
9. Tangan
Asep terlihat mengusap-usap batu nisan di hadapannya dan berkata kalau dia
sayang dan kangen Elis.
10. Kemudian
bersama Asep, Bram meninggalkan kompleks pemakaman dengan meninggalkan sebuah
surat di atas makam Sulis yang berisikan bahwa Bram akan tetap sayang sama Elis
dan meminta izin pada Elis untuk
melanjutkan hidup, menjalankan perintah-Nya dan mencari pendamping hidup.
Jalinan Struktur Plot
Berikut ini penjelasan
mengenai terjadinya peristiwa di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way karya Hengki Kumayandi yang
mempunyai hubungan sebab-akibat satu sama lain.
Peristiwa saat (bagian pertama 1.1.1) Bram di
dalam mobil angkutan umum jurusan Pamulang-Lebak Bulus, bersama penumpang lain
merasa seperti berada dalam oven, mengakibatkan peristiwa (bagian pertama
1.1.2) yaitu Bram bertambah tak bersemangat karena juga harus memikirkan
tagihan biaya kuliah yang menunggak selama dua semester. Bram adalah mahasiswa
Universitas Pamulang, jurusan Sastra Indonesia (bagian pertama 1.1.3). Peristiwa
(bagian pertama 1.1.1) juga mengakibatkan Bram berjumpa dengan
Pak Tris, guru SMKnya dulu yaitu SMK Boarding (bagian pertama 1.1.4).
Peristiwa (bagian pertama 1.1.1) juga mengakibatkan Bram dan Pak Tris
sambil sesekali mengelap keringat, bergantian menceritakan banyak hal tentang
masa SMK dulu (bagian pertama 1.1.5).
Di kamar kost, Elis membawakan sepiring nasi lengkap
dengan lauk-pauknya untuk Bram dari Uminya (bagian pertama 1.1.6).
Elis juga mengulurkan sebuah amplop tertutup pada Bram (bagian pertama 1.1.7),
yang mengakibatkan peristiwa (bagian pertama 1.1.8), yaitu
Bram membuka dan membaca isi amplop itu. Isi dari surat itu adalah bahwa warung
Umak macet dan kopi-kopi tak berbuah banyak (bagian pertama 1.1.9),
mengakibatkan adik-adik Bram juga menunggak bayaran sekolah (bagian pertama
1.1.10). Selain itu peristiwa (bagian pertama 1.1.9)
juga mengakibatkan Bram menjadi tak berselera lagi menikmati nasi pemberian
Elis (bagian pertama 1.1.11). Peristiwa (bagian pertama 1.1.9)
juga mengakibatkan Bram memutuskan untuk kuliah sambil bekerja (bagian pertama
1.1.15).
Fajrin tanpa sengaja, membaca surat itu (bagian pertama
1.1.12) mengakibatkan Fajrin menawarkan pinjaman uang untuk bayar kuliah
pada Bram (bagian pertama 1.1.13). Peristiwa (bagian pertama
1.1.13) mengakibatkan Bram menolak dengan halus (bagian pertama
1.1.14).
Peristiwa (bagian ke-dua 1.2.1) baju
putih, celana panjang hitam, dan sepatu pantofel hitam berkilau melekat pada
tubuh Bram disebabkan oleh Bram memutuskan untuk kuliah sambil bekerja (bagian pertama
1.1.15). Selain itu peristiwa (bagian pertama 1.15) juga mengakibatkan
peristiwa (bagian ke-dua 1.2.2), yaitu walau cuaca terik, Bram terus berjalan
membawa map berisi dokumen di tangan. Peristiwa (bagian ke-dua 1.2.2) mengakibatkan
di dekat kios kecil yang menghadap jalanan, Bram berhenti umtuk membeli minuman
(bagian ke-dua 1.2.3).
Terdengar riuh membahana suara klakson mobil yang tak
henti dibunyikan (bagian ke-dua 1.2.4) mengakibatkan orang-orang
berlarian berlawanan arah (bagian ke-dua 1.2.5) dan mengakibatkan
Bram panik (bagian ke-dua 1.2.6). Dua kubu berlarian menuju ke arah Bram (bagian ke-dua
1.2.7) mengakibatkan jalan raya yang semula ramai oleh kendaraan, kini
berubah menjadi suasana perang antarpelajar (bagian ke-dua 1.2.10).
Salah satu dari kedua kubu itu berpakian sama seperti Bram yaitu putih-hitam
(bagian ke-dua 1.2.8) mengakibatkan sebatang kayu dipukulkan seseorang
ke punggungnya (bagian ke-dua 1.2.11), lalu mengakibatkan
kawanan lain yang berdasi hitam langsung mengeroyok pelajar yang telah memukul
Bram dari belakang (bagian ke-dua 1.2.11). Sekilas, terbaca
oleh Bram sebuah identitas pada seragam yang mulai ternoda darah itu, SMU Insan
Kamil (bagian ke-dua 1.2.12). Suara sirene dari mobil
patroli polisi meraung-raung (bagian ke-dua 1.2.13) mengakibatkan
pelajar-pelajar itu berlarian menyelamatkan diri, tak kecuali Bram (bagian ke-dua
1.2.14).
Keesokan harinya Bram masih berjalan membawa amplop berisi
surat lamaran pekerjaan (bagian ke-dua 1.2.15). Bram
berjumpa dengan Pak Tris di halte (bagian ke-dua 1.2.16) mengakibatkan
Pak Tris menawarkan pekerjaan pada Bram menjadi guru kesenian di SMU Insan
Kamil, tempat Pak Tris mengajar saat itu (bagian ke-dua 1.2.17)
yang kemudian mengakibatkan Bram menerima tawaran Pak Tris (bagian ke-dua
1.2.18). Bram semakin resah setelah mendengar informasi dari Fajrin bahwa
siswa SMU Insan Kamil itu terkenal badung-badung (bagian ke-dua
1.2.19) mengakibatkan Elis meyakinkan Bram, bahwa Bram pasti bisa
mengajar (bagian ke-dua 1.2.20) dan Elispun menawarkan
beberapa buku seputar profesi guru pada Bram (bagian ke-dua 1.2.21).
Malam itu Bram benar-benar tak dapat memejamkan mata
(bagian ke-tiga 1.3.1) yang diakibatkan oleh ketakutan dan kecemasan
Bram yang luar biasa rasanya saat itu, apalagi mengingat reputasi para siswa di
tempatnya akan mengajar (bagian ke-tiga 1.3.2).
Brampun mengingat masa SMKnya dulu yang tidak sekali-dua kali membuat
guru-gurunya geram (bagian ke-tiga 1.3.3). Bram meras baru
saja memejamkan mata, namun tiba-tiba pagi sudah menjelang (bagian ke-tiga
1.3.4). Melihat kekurangsiapan Bram sejak kemarin, pagi itu Fajrin
menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, ikat pinggang dan sepatu kulit
miliknya untuk dikenakan Bram (bagian ke-tiga 1.3.5). Bram
akan kuliah dulu seperti biasa, barulah sehabis dzuhur bersiap ke tempat Pak
Tris; SMU Insan Kamil (bagian ke-tiga 1.3.6).
Rasa gugup Bram makin menjadi saat kendaraan umum yang ia
tumpangi berhenti tepat di depan bangunan bertingkat dan mentereng (bagian ke-tiga
1.3.7). Pak Tris menginformasikan pada Bram, bahwa ia hari itu juga ia
harus mengajar di kelas XI IPA dan sekalian menjadi wali kelasnya (bagian ke-dua
1.3.8) mengakibatkan Bram semakin melemah (bagian ke-tiga
1.3.9). Bersama gugup yang seolah tak berkesudahan, Bram menghela napas
panjang lalu melangkah masuk sambil mengucap salam (bagian ke-tiga
1.3.10). Tak ada seorangpun siswa di kelas itu yang peduli pada Bram
(bagian ke-tiga 1.3.11). Satu per satu, tanpa dikomando siswa-siswi di
kelaspun berdiri dan berjalan kekuar kelas acuh tak acuh melewati Bram (bagian ke-tiga
1.3.12) mengakibatkan Bram memilih mengitari ruangan dan terbayang di
pelupuk mata, ulah iseng dan jahil Bram kepada guru semasa SMK (bagian ke-tiga
1.3.13). Kegigihan, semangat dan perjuangan guru-guru Bram di masa lalu
membuat semangatnya terlecut (bagian ke-tiga 1.3.14).
Malam itu konsentrasi Bram terbagi dua, yaitu
menyelesaikan tugas kuliah dan persiapan penyusunan materi untuk bahan mengajar
siang harinya (bagian ke-empat 1.4.1). Lagi-lagi Bram merasa beruntung, pernah
belajar secara mandiri bersama Pak Tio, guru keseniannya di SMK dulu (bagian
ke-empat 1.4.2). Hari itu, sepulang kuliah langkah Bram gagah penuh semangat
menuju kelas XI IPA (bagian ke-empat 1.4.3). Bram memasuki kelas sambil
mengucap salam kendati yakin sebelumnya kalau salamnya tak begitu mereka
acuhkan (bagian ke-empat 1.4.4) mengakibatkan Bram berdehem keras sebagai
isyarat meminta perhatian (bagian ke-empat 1.4.5) kemudian mengakibatkan kelas
mulai hening (bagian ke-empat 1.4.6), kemudian Bram menyebut semua nama dalam
daftar (bagian ke-empat 1.4.7) dan hasilnya Marcel dan Edo tidak masuk sekolah
(bagian ke-empat 1.4.8).
Siswa di kelas menantang Bram menggambar wajah Nayara,
‘sang primadona di kelas’, di white board
(bagian ke-empat 1.4.9). Lalu jemari Bram mulai bergerak (bagian ke-empat
1.4.10) dan seisi kelas tercengang melihat hasilnya (bagian ke-empat 1.4.11).
Nayara memuji hasil lukisan Bram (bagian ke-empat 1.4.12) mengakibatkan Derryl,
‘kekasih Nayyara’ melangkah ke depan kelas, meraih eraser di meja guru dan langsung menghapus lukisan di white board (bagian ke-empat 1.4.13) dan
menebar ancaman kepada Bram kemudian menarik paksa tangan Nayyara agar ikut
dengannya keluar kelas (bagian ke-empat 1.4.14).
Seusai mengajar di sekolah, Bram mencari alamat rumah
Marcel yang sebelumnya telah ia temukan di buku induk sekolah (bagian ke-empat
1.4.15). Bram memencet tombol bel di samping pintu gerbang yang tinggi
menjulang (bagian ke-empat 1.4.16) mengakibatkan seorang satpam membukakan
gerbang, menyuruh masuk dan mempersilakanku menunggu di kursi teras, setelah
tahu kalau Bram adalah wali kelasnya Marcel di sekolah (bagian ke-empat 1.4.17).
Tantenya Marcel berkata pada Bram, bahwa Marcel sedang ada di rumah sakit mengidap
penyakit kanker (bagian ke-empat 1.4.18). Dengan kendaraan pribadi milik
keluarga itu, Bram dan tantenya Marcel menuju rumah sakit tempat Marcel dirawat
(bagian ke-empat 1.4.19) mengakibatkan Bram tahu kalau semenjak mamanya
meninggal dan papanya terus sibuk di luar negeri, Marcel menjadi susah bergaul,
sinis pada siapapun, dan tak pernah bisa menerima kehadiran orang-orang baru
dalam hidupnya (bagian ke-empat 1.4.20).
Tiba di rumah sakit, kami bergegas menuju salah satu kamar
VIP di mana Marcel terbaring lemah (bagian ke-empat 1.4.21). Marcel diam dan
membuang tatapannya ke luar jendela saat ditanya Bram tentang keadaannya saat
itu (bagian ke-empat 1.4.22). Meskipun begitu, Bram meyakinkan Marcel, bahwa ia
akan baik-baik saja (bagian ke-empat 1.4.23).
Hari itu, genap tiga hari Marcel tidak masuk sekolah
(bagian ke-empat 1.4.24) mengakibatkan berbagai macam alasan untuk menengok
Marcel disampaikan Bram agar sikap siswa-siswanya melunak, tetapi tak ada yang
menghiraukannya (bagian ke-empat 1.4.25).
Malam itu, Bram benar-benar kelelahan (bagian ke-lima 1.5.1),
namun informasi penting dari Fajrin, bahwa Elis meminta Bram untuk mengajari
Asep Matematika, membuat kedua mata Bram segar dan tak terasa sepet lagi
(bagian ke-lima 1.5.2). Sampai di rumah Elis, tak biasanya Asep berbisik pada
Bram, bahwa hari itu adalah ulang tahun Elis (bagian ke-lima 1.5.3) mengakibatkan
Bram pulang, hendak menyiapkan sesuatu untuk Elis (bagian ke-lima 1.5.4). Bram
memungut gitar di kamar (bagian ke-lima 1.5.5) kemudian berjalan ke depan rumah
Elis yang terang dan duduk di kursi teras (bagian ke-lima 1.5.6).
Tanpa terasa, satu lagu penuh Insya Allah milik Maher Zain terlantun dari bibir Bram yang pada
awalnya hanya kusenandungkan untuk mengiringi petikan gitarnya sendiri (bagian ke-lima
1.5.7) mengakibatkan Elis menemui Bram di teras rumahnya (bagian ke-lima 1.5.8)
karena mendengarkan Bram menyanyikan lagu itu. Peristiwa (bagian ke-lima 1.5.8)
mengakibatkan Bram gugup (bagian ke-lima 1.5.9).
Bram memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Elis
(bagian ke-lima 1.5.10), namun Elis hanya mengangguk tanpa memandang Bram
(bagian ke-lima 1.5.11). Malam itu Bram merasa bahagia sekali mengingat senyum
dan suara tawa Elis yang sungguh membuat hati Bram berdesir lembut (bagian ke-lima
1.5.12) mengakibatkan Mindset Bram
terhadap tugas-tugas kuliahpun makin cenderung ke arah yang lebih positif
(bagian ke-lima 1.5.13) dan bertambah semangat saat menemui murid-muridnya di
kelas (bagian ke-lima 1.5.14).
Reddy, ketua OSIS, sudah menunggu Bram di ruang guru jauh
sebelum kedatangannya dengan membawa sebuah kotak besar yang diletakan di atas
meja kerja Bram (bagian ke-lima 1.5.15) yang isinya adalah kartu ucapan
penyemangat buat Marcel (bagian ke-lima 1.5.16), mengakibatkan Bram merasa
tenang karena dia tak diam dari masalah, tetapi beruasaha berjalan setapak demi
setapak untuk menyelesaikannya (bagian ke-lima 1.5.17).
Ketika sore datang, saat pulang dari sekolahan, tiba-tiba
seorang lelaki berpenampilan cukup kalem mendatangi Bram dan memberikannya dua
lembar amplop yang katanya dari Marcel (bagian ke-lima 1.5.18). Ada sebuah
surat di dalam salah satu amplop itu (bagian ke-lima 1.5.19) yang isinya Marcel
mengucapkan terima kasih kepada Bram karena kartu-kartu ucapan itu membuatnya
bersemangat serta meminta doanya supaya ia bisa sembuh melalui operasi yang
akan dilakukan malam harinya (bagian ke-lima 1.5.20). Peristiwa (bagian ke-lima
1.5.20) mengakibatkan rahang Bram mengeras oleh haru yang nyaris meruntuhkan
derai air mata (bagian ke-lima 1.5.21).
Mata Bram masih lembap saat kakinya melangkah pasti menuju
ruang kelas XI IPA sambil menggenggam surat Marcel untuk teman-temannya (bagian
ke-enam 1.6.1), mengakibatkan Nayyara membacakan surat dari Marcel di depan
kelas (bagian ke-enam 1.6.2). Kemudian ruang kelas itu terasa senyap, hingga
beberapa saat setelah Nayyara mengakhiri bacaannya sambil membekap mulutnya
sendiri menahan tangis tanpa suara (bagian ke-enam 1.6.3). Setelah peristiwa
(bagian ke-enam 1.6.3), Bram mengajak siswanya untuk mendoakan Marcel yang
hendak operasi dan keikhlasannya untuk memaafkan Marcel (bagian ke-enam 1.6.4).
Malamnya, Bram bercerita pada Fajrin tentang kejadian di
malam ulang tahun Elis waktu itu (bagian ke-tujuh 1.7.1), mengakibatkan Fajrin
mengatakan pada Bram, bahwa Bram sudah mulai terinfeksi virus cinta (bagian
ke-tujuh 1.7.2). Fajrin diam setelah ditanya Bram persoalan cinta (bagian ke-tujuh
1.7.3), kemudian berkata bahwa ingin menjadi ikhwan sejati, merasakan cinta
saat dia bisa mendapatkan yang halal dan bisa selalu bersamanya setiap saat
(bagian ke-tujuh 1.7.4). Bram merasa beruntung memiliki sahabat seperti Fajrin,
seseorang yang tangguh, punya karakter, kepribadiannya khas, dan tidak suka
ikut-ikutan (bagian ke-tujuh 1.7.5).
Di sekolah, Bram mendapat laporan bahwa ada seorang siswi
yang bermasalah di kelasnya, Sylla namanya (bagian ke-tujuh 1.7.6), yaitu
sering tidur di kelas saat guru memberikan materi (bagian ke-tujuh 1.7.7). Bram
terkejut mendapati Sylla benar-benar tidur di kelas saat jam pelajarannya baru
saja dimulai (bagian ke-tujuh 1.7.8) mengakibatkannya menyuruh Sylla untuk
menemuinya seusai jam pelajarannya (bagian ke-tujuh 1.7.9). Kemudian Syllapun
mematuhi instruksi Bram dua jam kemudian (bagian ke-tujuh 1.7.10) dan berbicara
ini itu sebelum Bram berbicara apapun (bagian ke-tujuh 1.7.11). Setelah itu
Sylla menggeleng kuat-kuat, berdiri, dan melangkah pergi dari hadapan Bram
(bagian ke-tujuh 1.7.12).
Kata Bu Veni, rekan kerja Bram, dan Nelwan, teman sekelas
Sylla, Sylla adalah seorang pengamen di metromini (bagian ke-tujuh 1.7.13).
Selepas maghrib, Bram mencari Sylla (bagian ke-tujuh 1.7.14) kemudian mendapati
Sylla dengan masih menyandang tali tas di bahu, mengganti seragam sekolahnya
dengan setelah oblong dan celana panjang berbahan jin belel lalu menghampirinya
(bagian ke-tujuh 1.7.15). Sylla terkejut setelah melihat kedatangan Bram
(bagian ke-tujuh 1.7.16). Sylla menampar Bram dengan ucapan pedas kemudian
melesat pergi dari hadapan Bram (bagian ke-tujuh 1.7.17). Tak ingin menyerah,
Bram kembali lagi hari berikutnya ke Pasar Jumat di Lebak Bulus, namun hasilnya
nihil (bagian ke-tujuh 1.7.18).
Bram mengikuti rapat dewan guru untuk membahas masalah
beasiswa bagi siswa berprestasi yang kurang mampu (bagian ke-tujuh 1.7.19) dan
memutuskan bahwa Sylla berhak mendapatkan beasiswa (bagian ke-tujuh 1.7.20). Lalu
dengan sisa tenaga yang Bram miliki, dia melesat menuju tempat Sylla sering
ngamen yang telah ditunjukkan oleh teman ngamennya Sylla (bagian ke-tujuh 1.7.21).
Bram menemukan Sylla di dalam bus besar jurusan Lebak Bulus-Bekasi (bagian ke-tujuh
1.7.22) dan dapat mencegah penghindaran Sylla dari Bram kala itu (bagian ke-tujuh
1.7.23). Kemudian Bram memetik gitar dan bernyanyi berdua dengan Sylla di dalam
bus itu (bagian ke-tujuh 1.7.24). Setelah turun dari bus, Bram menyodorkan
surat berisi beasiswa kepada Sylla (bagian ke-tujuh 1.7.25) mengakibatkan sorot
mata Sylla memandang lepas ke jalan, entah apa yang dia pikirkan setelah membaca
suratnya (bagian ke-tujuh 1.7.26).
Umi Elis meminta Bram untuk menjemput Elis (bagian ke-delapan
1.8.1) kemudian tanpa mengganti pakaian, Bram bergegas pergi ke kampus Elis
(bagian ke-delapan 1.8.2). Bram menghubungi Elis dengan telepon seluler yang
umi Elis pinjamkan kepadanya setelah tiba di kampus UI (bagian ke-delapan 1.8.3)
dan Elispun menyebutkan posisinya saat itu yaitu di ruang kesehatan melalui
selulernya (bagian ke-delapan 1.8.4). Bram menemukan ruangan itu dan terlihat
Elis sedang terduduk lemah di sana (bagian ke-delapan 1.8.5) mengakibatkannya
bertanya pada Elis, kenapa ia sakit (bagian ke-delapan 1.8.6). Elis bercerita
pada Bram bahwa ia suka sama seseorang sehingga mengakibatkannya menyita
pikiran karena takut dan bingung harus bagaimana (bagian ke-delapan 1.8.7).
Peristiwa (bagian ke-delapan 1.8.7) mengakibatkan air mata Elis mengalir
semakin deras (bagian ke-delapan 1.8.8) dan mengakibatkan rasa penasaran terus
mengusik Bram tentang siapa lelaki yang disukai Elis (bagian ke-delapan 1.8.9).
Elis tidak mau memberitahu pada Bram siapa lelaki itu (bagian ke-delapan 1.8.10)
mengakibatkan Bram tersenyum dan memilih untuk tidak lagi membahasnya (bagian ke-delapan
1.8.11).
Kemudian Bram dan Elispun pulang (bagian ke-delapan 1.8.12).
Sesampainya di kamar kos, Fajrin mulai menggodaku karena baru saja berduaan
dengan Elis di jalan (bagian ke-delapan 1.8.13). Bram bertanya pada Fajrin
tentang keadaannya, karena Bram menemukan ada sesuatu yang tersimpan di
wajahnya (bagian ke-delapan 1.8.14) mengakibatkan Fajrin bercerita pada Bram
bahwa ia telah mendapatkan sebuah surat dari seorang perempuan yang sedang
menyukainya, entah siapa namanya (bagian ke-delapan 1.8.15), mengakibatkannya merasa perlu
mengait-ngaitkannya dengan Elis (bagian ke-delapan 1.8.16) dan membuat matanya
tak bisa terpejam, yang ada di depan matanya seolah hanya pikiran-pikiran jahat
yang membawanya pada prasangka-prasangka (bagian ke-delapan 1.8.17) .
Bram melemah karena sesuatu yang tak sepantasnya; perasaan
Bram terhadap Elis yang masih ia pertanyakan dan pikiran negatif bahwa Elis
menyukai Fajrin (bagian ke-sembilan 1.9.1). Seusai pelajaran, Marcel memberikan
sebuah goody bag titipan dari papanya
(bagian ke-sembilan 1.9.2) membuatnya sedikit canggung, namun kemudian menerima
goody bag itu dengan mengucapkan
terima kasih pada Marcel (bagian ke-sembilan 1.9.3). Sesampainya di pintu depan
kos, terlihat Nayyara sedang duduk di kursi teras (bagian ke-sembilan 1.9.4)
memmbuat Bram bertanya pada Nayyara bagaimana dia bisa tau alamat kosnya
(bagian ke-sembilan 1.9.5). Bukannya menjawab, Nayyara malah menangis, mendekat
ke tubuh Bram dan tanpa canggung langsung memeluknya (bagian ke-sembilan 1.9.6),
yang mengakibatkan tangan Bram mendadak gemetar dan makin bingung karena
Nayyara terus menangis sambil mengeratkan pelukannya (bagian ke-sembilan 1.9.7),
kemudian bercerita pada Bram bahwa mamanya menghilang entah ke mana (bagian ke-sembilan
1.9.8).
Elis berdiri kaku dengan nampan berisi makanan di
tangannya, memandangi Nayyara yang menangis dalam pelukan Bram (bagian ke-sembilan
1.9.9) yang mengakibatkan Tubuh mungil Elis menghilang ke dalam, tidak mau
mendengar (bagian ke-sembilan 1.9.11) apa yang dikatakan Bram padanya, bahwa
wanita yang memeluknya adalah Nayyara, muridnya (bagian ke-sembilan 1.9.10).
Peristiwa (bagian ke-sembilan 1.9.11) mengakibatkan Nayyara minta maaf pada
Bram telah membuat Elis marah pada Bram (bagian ke-sembilan 1.9.12).
Lelah Bram sore itu makin menjadi saat bertemu Fajrin di
rumah (bagian ke-sembilan 1.9.13) mengakibatkan Bram menuju tempat tidur
setelah mengganti pakaiannya dan sengaja menghindar dari Fajrin dengan
berpura-pura ketiduran (bagian ke-sembilan 1.9.14). Suara salam Elis di luar
rumah terdengar sayup-sayup oleh Bram dari balik bantal (bagian ke-sembilan 1.9.15).
Elis tidak mencari Bram seperti biasanya, tetapi mencari Fajrin untuk minta ditemani
ke tempat servis komputer (bagian ke-sembilan 1.9.16) mengakibatkan Bram
benar-benar muak melihat keakraban mereka (bagian ke-sembilan 1.9.17). Sampai
di rumah, Fajrin mengajak bicara Bram dengan memancingnya menggunakan nama Elis
supaya bangun dari kepura-puraan tidurnya (bagian ke-sembilan 1.9.18). Fajrin
berkata pada Bram kalau Elis sedang marah pada Bram tapi ia tidak tau alasannya
apa (bagian ke-sembilan 1.9.19) mengakibatkan langkah Bram melebar meninggalkan
kamar menuju Pasar Jumat, berharap bisa bertemu Sylla di sana dan bermain gitar
bersamanya (bagian ke-sembilan 1.9.20). Setelah bertemu Sylla, Bram memetik
gitar yang disodorkan oleh Sylla dan terucap begitu saja olehnya lirik lagu Now and Forever yang pernah hit oleh Richard Marx (bagian ke-sembilan
1.9.21). Saat Bram pulang, Fajrin terlihat sudah tidur pulas (bagian ke-sembilan
1.9.22). Di meja tulisnya terdapat pesan tertulis dari Fajrin, bahwa Fajrin
menyuruh Bram untuk memakan martabak pemberian Elis, dan memberitahukan kalau
surat romantis itu dari akhwat teman kuliah Fajrin (bagian ke-sembilan 1.9.23)
mengakibatkan mata Bram perih dan rahangnya sakit menahan karena sudah
berprasangka buruk pada Fajrin (bagian ke-sembilan 1.9.24).
Gairah mengajar Bram kembali hadir, sepulang kuliah hari
itu, tak sabar ia ingin segera ke sekolah menemui murid-muridnya (bagian
ke-sepuluh 1.10.1). Saat mulai mengisi materi pada dua jam pertama, Bram
langsung mengecek absensi siswa (bagian ke-sepuluh 1.10.2). Bram tidak bisa
bersabar lebih lama lagi untuk menunggu kabar dari Derryl yang sudah berhari-hari
tidak masuk sekolah (bagian ke-sepuluh 1.10.3) mengakibatkan selesai mengajar
Bram mengunjungi rumah Derryl yang berada di kawasan Pamulang (bagian
ke-sepuluh 1.10.4). Sesampainya di rumah yang besar mentereng milik orang tua
Derryl, Bram menekan bel rumah di dekat gerbang tinggi rumah itu (bagian
ke-sepuluh 1.10.5) mengakibatkan seorang petugas di rumah itu membukakan pintu
dan membawa Bram masuk ke rumah (bagian ke-sepuluh 1.10.6). Setelah menunggu
selama beberapa menit, seorang perempuan paruh baya, Ibu Derryl, menemui Bram
(bagian ke-sepuluh 1.10.7). Bram memberitahukan pada Ibu Derryl, bahwa Derryl
sudah lama tidak masuk sekolah (bagian ke-sepuluh 1.10.8) mengakibatkan Ibu
Derryl shock mendengar pemberitahuan
dari Bram karena yang ia tahu setiap hari Derryl berangkat sekolah (bagian
ke-sepuluh 1.10.9).
Di perjalanan pulang, dua orang pengemudi motor mengerem
motor besarnya secara tiba-tiba di depan Bram (bagian ke-sepuluh 1.10.10).
Belum yakin bahwa salah satu dari mereka adalah Derryl, empat motor besar
lainnya berdatangan dan meraung-raung di sekeliling Bram (bagian ke-sepuluh
1.10.11). Bram menghadapi gebugan dan hantaman bertubi-tubi dari mereka (bagian
ke-sepuluh 1.10.12) mengakibatkan saat perlahan mata Bram terbuka, ia temukan tubuhnya terbaring dalam ruangan
berdinding putih bersih (bagian ke-sepuluh 1.10.13) kemudian mengakibatkan
Fajrin bertanya siapa yang melakukan kejahatan pada Bram, namun Bram tidak
menyebutkan siapa pelakunya (bagian ke-sepuluh 1.10.14). Fajrin keluar dan Elis
masuk ke ruang rawat Bram (bagian ke-sepuluh 1.10.15). Bram bercerita pada Elis
bahwa wanita yang memeluknya saat itu adalah muridnya sendiri yang sedang
meminta bantuan padanya (bagian ke-sepuluh 1.10.16) mengakibatkan Elis terdiam
mendengar penjelasan Bram lalu bertanya padanya mengapa Bram bisa dirawat di
Rumah sakit (bagian ke-sepuluh 1.10.17) kemudian mengakibatkan Bram menjelaskan
pada Elis kronologi perkelahian yang dialaminya malam itu (bagian ke-sepuluh
1.10.18). Baru saja suasana mencair di antara mereka, tiba-tiba Elis berdiri
dari duduknya (bagian ke-sepuluh 1.10.19). Bram merasa bahagia hari itu, namun
juga sakit di seluruh tubuhnya (bagian ke-sepuluh 1.10.20).
Setelah tiga hari menjalani perawatan di rumah sakit,
akhirnya Bram diperbolehkan pulang (bagian ke-sebelas 1.11.1). Bram bersyukur
sekali, karena Fajrin telah membayarkan biaya opname Bram dengan ikhlas, tanpa minta diganti (bagian ke-sebelas
1.11.2). Elis dan Asep tersenyum di atas sepeda masing-masing di depan teras
saat Bram dan Fajrin sibuk beres-beres rumah (bagian ke-sebelas 1.11.3)
mengakibatkan Bram, Elis, dan Asep kemudian merajai jalanan di atas sepeda
bersama (bagian ke-sebelas 1.11.4). Kemudian mereka berjalan kaki mendorong
sepeda masing-masing memasuki kawasan hijau di sepanjang pinggiran danau yang
indah (bagian ke-sebelas 1.11.5) mengakibatkan Bram dan Elis melakukan obrolan
ringan, meskipun sesungguhnya bukan tentang itu yang ingin Bram bicarakan
dengannya (bagian ke-sebelas 1.11.6). Esok siangnya, persis ketika tubuh Bram
sudah seratus persen fit, dia kembali melangkah ringan ke SMU Insan Kamil
(bagian ke-sebelas 1.11.7). Saat menuju ruang guru, Sylla mendekati Bram dan
berkata bahwa Bram tidak lebih dari seorang guru genit yang suka mempermainkan
perasaan muridnya, merebut pacar muridnya, terus macarin murid sendiri (bagian
ke-sebelas 1.11.8) mengakibatkan Bram terkejut (bagian ke-sebelas 1.11.9).
Setiba di ruang guru, semua guru seakan memandangiku dengan sinis, begitu pula
dengan muridnya di kelas (bagian ke-sebelas 1.11.10). Bram mendapat dukungan
moril dari Marcel, bahwa apa yang dikatakan Nayyara kalau dia berpacaran dengan
Bram adalah bohong (bagian ke-sebelas 1.11.11).
Fajrin berteriak menyambut kepulangan Bram dengan
menunjukkan motor Vespanya yang baru dikirim oleh ayahnya, jauh sebelum
lelahnya berakhir di depan pintu tempat kos mereka (bagian ke-sebelas 1.11.12)
mengakibatkan seusai sholat Isya mereka menjajal Vespa baru milik Fajrin menuju
BSD (bagian ke-sebelas 1.11.13). Sambil menikmati makanan dan minumannya,
Fajrin bercerita pada Bram kalau laki-laki yang Elis cintai adalah teman SMUnya
dulu dan saat itu laki-laki itupun satu kampus dengannya (bagian ke-sebelas
1.11.14) mengakibatkan nadi Bram seakan berhenti berdenyut (bagian ke-sebelas
1.11.15) dan membisu sampai perjalanan pulang (bagian ke-sebelas 1.11.16).
Nada dering yang berisik membuat Bram segera memungut
telepon selulernya di atas meja di kamar kosnya (bagian ke-sebelas 1.11.17).
Sebuah SMS masuk dari Nayyara yang berisi permohonan maafnya dan meminta doa
semoga dosa-dosanya bisa diampuni, dan minta dikuburkan dengan baik jika
menemukan Nayya yang sudah mati (bagian ke-sebelas 1.11.18) mengakibatkan Bram
menelpon Sylla (bagian ke-sebelas 1.11.19). Sylla berkata pada Bram, bahwa sore
itu Sylla diajak Nayyara ke Bintaro, dan Nayyara minta diturunkan di Jembatan
di atas jalan tol (bagian ke-sebelas 1.11.20) mengakibatkan Bram membangunkan
Fajrin dari tidurnya dan minta ditemani ke Bintaro saat itu juga (bagian
ke-sebelas 1.11.21).
Hampir di ujung jembatan, Fajrin tiba-tiba mendadak
mengerem motornya lalu menatap ke orang-orang yang berkerumun beberapa meter di
depan mereka (bagian ke- dua belas 1.12.1). Bram langsung turun dari boncengan
Fajrin dan meneriaki nama Nayyara (bagian ke- dua belas 1.12.2) mengakibatkan
Nayyara terkejut mendengar teriakan Bram (bagian ke- dua belas 1.12.3). Suara
Syllapun menyusul melarang Nayyara bertindak bodoh dengan bunuh diri (bagian
ke- dua belas 1.12.4). Teriakan Derrylpun kemudian terdengar, lalu mendekati
Bram dan mengacungkan kepalan tangannya yang gemetaran persis di depan muka
Bram (bagian ke- dua belas 1.12.5) mengakibatkan Fajrin berdiri berkacak
pinggang di depan Derryl, menyuruhnya bersikap sopan santun dengan gurunya
(bagian ke- dua belas 1.12.6) dan kemudian mengakibatkan Nayyara teriak melihat
mereka ribut (bagian ke- dua belas 1.12.7). Dengan tubuh gemetaran, Nayyara
kembali memanjat naik dan semakin dekat ke ujung pilar dengan tangisnya yang
menjadi-jadi (bagian ke- dua belas 1.12.8) mengakibatkan Derryl jatuh berlutut
di bawah Nayyara, dan berkata kalau dia sayang sekali dengannya (bagian ke- dua
belas 1.12.9).
Nayyara menghentikan langkahnya, setelah Bram mengatakan
kepadanya tentang perjuangan mamanya (bagian ke- dua belas 1.12.10). Di sela
tangisnya, tiba-tiba tubuhnya limbung dan oleng, lalu melayang lemah ke arah
Bram yang berdiri persis di bawahnya (bagian ke- dua belas 1.12.11). Kata
dokter Nayya hanya pingsan dan kekurangan darah (bagian ke- dua belas 1.12.12).
Peristiwa (bagian ke- dua belas 1.12.13) sambil menunduk dalam-dalam di depan
Bram, Derryl meminta maaf pada Bram mengakibatkan Bram mendekati Derryl dan
menepuk-nepuk pundaknya (bagian ke-dua belas 1.12.14).
Sudah hampir adzan subuh, ketika tiba-tiba saja Bram
terbangun (bagian ke- tiga belas 1.13.1). Bram mengira Fajrin sudah berangkat
duluan ke masjid, setelah menyadari bahwa Fajrin sudah tidak ada di kamarnya
(bagian ke- tiga belas 1.13.2). Usai dua rakaat, tiba-tiba sudut mata Bram
menangkap selembar amplop surat di atas meja belajar mereka yang berisi bahwa
Fajrin pulang ke Tegal karena ibunya sedang koma (bagian ke- tiga belas 1.13.3)
mengakibatkan Bram terkejut bukan main (bagian ke- tiga belas 1.13.4). Siang
harinya, Sulis, adik Fajrin, mengirimkan pesan pada Bram melalui handphone Fajrin, bahwa Fajrin telah
meninggal dunia karena kecelakaan saat pulang ke rumah (bagian ke- tiga belas
1.13.5) mengakibatkan Bram lalu menelpon nomor Fajrin untuk memastikan
kebenaran dari pesan yang diterimanya (bagian ke- tiga belas 1.13.6). Bram
mengusap air mata yang belum mau berhenti, sambil melangkah tergesa keluar dari
rumah dengan tas berisi sedikit baju-bajunya yang disandang di bahunya hendak
ke rumah Fajrin berta’ziah (bagian ke- tiga belas 1.13.7). Sampai di terminal
Lebak Bulus, bergegas Bram menghampiri petugas untuk membeli tiket, namun semua
tiket telah habis (bagian ke- tiga belas 1.13.8) mengakibatkan Bram mencari
metromini yang menuju Senen untuk membeli tiket kereta api menuju Tegal (bagian
ke- tiga belas 1.13.9). Bram duduk di dalam kereta senyaman mungkin sambil
memulai membuka Al-Qur’an kecil hadiah dari Fajrin (bagian ke- tiga belas 1.13.10).
Setelah istirahat sejenak di rumah Fajrin, Bram, Sulis dan
sepupu laki-laki Sulis berangkat menuju makam Fajrin (bagian ke- tiga belas
1.13.11). Di pemakaman Bram bergumam seolah-olah Fajrin saat itu duduk di
sebelahnya dan dia langsung mendengarnya (bagian ke-tiga belas 1.13.12).
Paginya, Ayah Fajrin, Bram, dan Sulis sarapan bersama (bagian ke-tiga belas
1.13.13). Ayah Fajrin sudah menganggap Bram seperti anaknya sendiri sehingga
semua barang milik Fajrin yang ada di kos menjadi milik Bram (bagian ke-dua
belas 1.13.14) mengakibatkan Bram begitu
terharu (bagian ke-tiga belas 1.13.15). Ayah Fajrin menyerahkan surat terakhir
untuk dibaca setibanya di Jakarta, dari Fajrin kepada Bram yang berisi tentang
keinginan Fajrin pada keluarganya (bagian ke-tiga belas 1.13.16). Karena
penasaran, Brampun membuka dan membaca isi surat itu di dalam kereta perjalanan
pulang ke Jakarta (bagian ke-tiga belas 1.13.17) mengakibatkan Bram menghela
napasnya setelah tau bahwa keinginan terakhir Fajrin pada keluarganya adalah
menjodohkan adiknya, Sulis, dengan Bram (bagian ke-tiga belas 1.13.18).
Peristiwa (bagian ke-empat belas 1.14.1) langkah Bram
menuju kamar kostnya terhenti sesaat ketika seorang pria tampan keluar dari
rumah Elis, diikuti oleh Elis dan ibunya yang berjalan mengiringinya
mengakibatkan peristiwa (bagian ke-empat belas 1.14.2) Umi Elis memanggilku dan
berkata bahwa Umi dan Abi minta maaf karena tidak ikut ta’ziah ke Tegal. Air
mata Bram kembali merebak melihat semua barang milik Fajrin di dalam kamar
(bagian ke-empat belas 1.14.3). Esok harinya, ketika Bram berjalan hendak
berangkat kuliah, Elis menawarkan berangkat bareng dengan sedan mewah yang
dibawa laki-laki tampan itu (bagian ke-empat belas 1.14.4) mengakibatkan Bram
menolak beralasan hendak ke tempat fotokopian dulu (bagian ke-empat belas
1.14.5).
Setelah makan siang dan menunaikan empat raka’at, Bram
menuju sekolahan (bagian ke-empat belas 1.14.6). Tak ada siswa di kelas yang
menjawab sapaan dari Bram, bahkan Marcel secara tak diduga berdiri dari
bangkunya dan meninggalkan kelas tanpa seizin Bram (bagian ke-empat belas
1.14.7) mengakibatkan Bram bingung dan emosinya mulai terusik (bagian ke-empat
belas 1.14.8). Tiba-tiba Marcel kembali memasuki kelas membawa kue ulang tahun
ukuran cukup besar di tangannya dan semua murid berdiri menyanyikan lagu Happy Birthday (bagian ke-empat belas
1.14.9) mengakibatkan Bram terharu mendapatkan perhatian dan kepedulian mereka
hari itu (bagian ke-empat belas 1.14.10). Pada jam istirahat, Pak Tris
memanggilku ke ruangannya dan memintaku
untuk bersedia menjadi pembina OSIS tahun ajaran baru yang akan datang
(bagian ke-empat belas 1.14.11) mengakibatkan Bram mengilah, kalau dia belum
pantas jadi pembina OSIS (bagian ke-empat belas 1.14.12). Bram pulang ke rumah
dan melihat Vespa merah yang kondisinya tak lagi ringsek diparkir tepat di teras
depan (bagian ke-empat belas 1.14.13) mengakibatkan Ayah Fajrin keluar dari
rumah Elis dan mendekati Bram (bagian ke-empat belas 1.14.14). Ayah Bram
menitipkan Vespanya pada Bram untuk ia gunakan kuliah, mengajar, dan
kesehariannya (bagian ke-empat belas 1.14.15) mengakibatkan Bram terdiam dalam
haru (bagian ke-empat belas 1.14.16). Kemudian selembar surat dari Sulis
diulurkan Ayah Fajrin pada Bram (bagian ke-empat belas 1.14.17).
Peristiwa (bagian ke-lima belas 1.15.1) perlahan Bram
membaca surat dari sulis yang isinya tentang kemantapan hati Sulis untuk
dinikahi Bram mengakibatkan peristiwa (bagian ke-lima belas 1.15.2) Bram tidak
tau bagaimana cara menolaknya, karena Ayah dan Ibu Fajrin sangat baik padanya.
Bram mendapat telepon dari Umak (bagian ke-lima belas 1.15.3) mengakibatkan
Bram memberitahukan pada Umak, bahwa Fajrin telah meninggal dunia dan meminta
pendapat pada Umak bagaimana kalau ia nikah dengan Sulis, adiknya Fajrin,
selama masih sekolah (bagian ke-lima belas 1.15.4). Peristiwa (bagian ke-lima
belas 1.15.4) tersebut mengakibatkan Umak mendoakan Fajrin, semoga Allah menerima segala amal
salehnya dan memberikan restu pada Bram untuk menikah dengan Sulis (bagian
ke-lima belas 1.15.5), dan kemudian mengakibatkan Bram terdiam karena
sebenarnya bukan itu jawaban yang Bram harapkan dari Umak (bagian ke-lima belas
1.15.6).
Peristiwa (bagian ke-lima belas 1.15.7) petang itu Elis
minta ditemani Bram ke BSD, dan Brampun bersedia mengakibatkan peristiwa (bagian
ke-lima belas 1.15.8) di perjalanan Bram mencoba bertanya pada Elis tentang
siapa pria tampan itu, namun tak ditanggapi serius oleh Elis. Hujan turun,
sehingga mereka berhenti di depan toko yang sudah tutup dan berteduh di sana
lalu menuju ke warung tenda untuk mengisi perut yang keroncongan (bagian
ke-lima belas 1.15.9). Handpone Elis
berbunyi dan segera ia mengangkat telepon dari pria tampan itu (bagian ke-lima
belas 1.15.10). Tak jauh dari warung tenda, Bram melihat pria tampan itu keluar
dari sedan hitamnya dan mengajak Elis pulang bareng (bagian ke-lima belas
1.15.11) mengakibatkan Bram mematung melihat mobilnya terus melaju, menghilang
bersama derasnya hujan (bagian ke-lima belas 1.15.12).
Peristiwa (bagian ke-enam belas 1.16.1) sebuah pesan dari
Sulis yang isinya bahwa Sulis merasa yakin bahwa Bram adalah yang terbaik
untuknya mengakibatkan peristiwa (bagian ke-enam belas 1.16.2) Bram gemetar
membacanya. Esok siangnya, Bram mendapat kabar bahwa akan ada tawuran di daerah
Pasar Jumat, bahkan sepertinya beberapa siswanya sudah membolos demi bisa
meladeni siswa SMK Tunas Bangsa (bagian ke-enam belas 1.16.3). Bram melapor
kepada Pak Tris (bagian ke-enam belas 1.16.4) mengakibatkan Pak Tris
menghubungi polisi yang kemudian berhasil membubarkan semua pelajar yang
tawuran (bagian ke-enam belas 1.16.5). Hanya berselang tiga menitan setelah bel
pulang berbunyi, seisi ruang guru dikejutkan teriakan orang-orang di luar
sekolah (bagian ke-enam belas 1.16.6) mengakibatkan dengan gagah berani, Pak
Tris mendahului rekan-rekan guru yang lain turun ke lantai dasar dan terus maju
menuju gerbang sekolah (bagian ke-enam belas 1.16.7). Beberapa kata umpatan dan
makian kasar langsung terdengar dari hadapan mereka, menyambut halauan Pak Tris
(bagian ke-enam belas 1.16.8). Sirine polisi terdengar membahana membubarkan
pelajar SMK Tunas Bangsa yang hendak bertawuran (bagian ke-enam belas 1.16.9).
Selepas makan malam, Bram bergegas pergi ke rumah Elis
untuk menemani Asep belajar Matematika (bagian ke-tujuh belas 1.17.1). Sesampai
di rumah Elis, seperti biasa, Abi Elislah yang lebih dulu menemui Bram (bagian
ke-tujuh belas 1.17.2). Abi menanyakan kebenaran tentang perjodohannya dengan
Sulis (bagian ke-tujuh belas 1.17.3) mengakibatkan Bram menjawab Insya Allah
(bagian ke-tujuh belas 1.17.4). Belum selesai Bram bicara, tiba-tiba saja
nampan berisi gelas yang dibawa Elis menubruk tepi meja sehingga jatuh dan
pecah (bagian ke-tujuh belas 1.17.5) mengakibatkan tanpa banyak bicara, Elis
menghilang lagi ke belakang (bagian ke-tujuh belas 1.17.6). Elis kemudian
bicara pada Abi bahwa ia telah siap jadi istri Hafiz, pria tampan yang membawa
sedan ke rumahnya (bagian ke-tujuh belas 1.17.7) mengakibatkan Bram terkejut
dan pasrah dengan percakapan Abi dan Elis (bagian ke-tujuh belas 1.17.8). Esok
paginya, Elis menjadi terlihat cemberut pada Bram (bagian ke-tujuh belas
1.17.9) mengakibatkan Bram tidak mengerti mengapa Elis marah padanya setelah
kejadian malam itu (bagian ke-tujuh belas 1.17.10).
Setelah bel masuk berbunyi, Bram bergegas masuk ke ruang
kelas yang riuh oleh siswa-siswa kelas XI IPA yang masih membicarakan
penyerangan hari itu (bagian ke-delapan belas 1.18.1). Baru saja hendak berdiri
menuju papan tulis, terdengar suara gaduh di luar (bagian ke-delapan belas
1.18.2) mengakibatkan Bram bergegas meninggalkan kelas dan terperangah
menyaksikan lapangan sekolah yang seolah menjadi medan pertempuran (bagian
ke-delapan belas 1.18.3). Dengan gemetar dan nyali yang tak seberapa besar,
Bram mengawal siswi yang masih di luar hingga masuk ke kelas mereka dan
memastikan pintu terkunci rapat dari dalam (bagian ke-delapan belas 1.18.4).
Bram menyeruak ke tengah-tengah anak-anak muda yang saling pukul (bagian
ke-delapan belas 1.18.5) mengakibatkan sesuatu yang runcing dan tajam melesak
melewati pinggang ke bagian dalam perut Bram, saat mencoba menyelamatkan Edo
dari acungan balok kayu yang mengarah kepadanya (bagian ke-delapan belas
1.18.6). Kesadaran Bram masih penuh, ketika sebuah benda keras dan berat menghantam
kepalanya bertubi-tubi (bagian ke-delapan belas 1.18.7) mengakibatkan Bram
merasa rohnya terbang tinggi, meninggalkan tubuh yang mulai dirembesi darah
segar (bagian ke-delapan belas 1.18.8).
Kata Abi, Bram telah koma selama empat hari (bagian
ke-sembilan belas 1.19.1). Abi dan Umi keluar, ketika Ayah dan Ibu Fajrin serta
Sulis masuk ruang rawat Bram (bagian ke-sembilan belas 1.19.2). Setelah ngobrol
sebentar, ayah dan ibu Fajrin minta izin keluar sebentar dengan alasan ingin
membeli minuman (bagian ke-sembilan belas 1.19.3) mengakibatkan Bram menanyakan
kabar Sulis dan dijawab dengan kalem dan bibirnya membentuk senyuman, bahwa ia
sehat (bagian ke-sembilan belas 1.19.4). Elis datang dan tersenyum saat
mengetahui Sulis ada bersama Bram di ruangan itu (bagian ke-sembilan belas
1.19.5) mengakibatkan Sulis cepat-cepat berdiri dari duduknya dengan sikap
canggung, saat melihat kedatangan Elis (bagian ke-sembilan belas 1.19.6).
Setelah meletakan buah-buahan dalam plastik transparan di atas meja, Elis
berpamitan (bagian ke-sembilan belas 1.19.7) mengakibatkan Bram meraih selang
infus dan dicabutnya secara paksa dari tangannya menyusul Elis (bagian
ke-sembilan belas 1.19.8). Setelah tersusul, tak ada yang keluar dari mulut
Bram tentang perasaan yang sebenarnya pada Sulis (bagian ke-sembilan belas 1.19.9)
mengakibatkan tak lama kemudian, Elis berbalik dan melangkah pelan menuju
tempat ia memarkir motornya (bagian ke-sembilan belas 1.19.10).
Di kamar inap, Sulis bertanya pada Bram, apakah Bram
mencintai Elis atau tidak (bagian ke-sembilan belas 1.19.11) mengakibatkan Bram
gugup seketika (bagian ke-sembilan belas 1.19.12). Sulis berkata lagi pada
Bram, kalau Bram mencintai Elis, maka ia ikhlas untuk mundur (bagian
ke-sembilan belas 1.19.13) mengakibatkan Brampun tidak hanya minta maaf pada
Sulis, tetapi juga minta maaf pada Ayah Fajrin, bahwa ia belum siap untuk
menikah dengan Sulis (bagian ke-sembilan belas 1.19.14). Ayah Fajrin memeluk
Bram sangat erat dan mengangkat Bram menjadi anaknya (bagian ke-sembilan belas
1.19.15) mengakibatkan air mata Bram bertetesan, jatuh membasahi bahu Ayah
Fajrin yang gagah (bagian ke-sembilan belas 1.19.16).
Peristiwa (bagian ke-dua puluh 1.20.1) Ayah dan Ibu Fajrin
serta Sulis berpamitan pulang mengakibatkan Bram tak kuasa menahan air mata
(bagian ke-dua puluh 1.20.2). Beberapa hari kemudian, suara gaduh di luar kamar
memenggal sejenak kecemasan Bram pada Elis yang tidak dapat dihubungi tiga hari
terakhir setelah ia menjenguknya (bagian ke-dua puluh 1.20.3) mengakibatkan
nelangsa Bram berubah bahagia saat murid-muridnya menyusun oleh-oleh di atas
meja (bagian ke-dua puluh 1.20.4). Bram mendapat kabar bahwa Nayyara telah
hamil dengan om-om, dan Edo sudah dikeluarkan dari sekolahan serta telah
terjadi perdamaian antara SMU Insan Kamil dan SMK Tunas Bangsa (bagian ke-dua
puluh 1.20.5) mengakibatkan Bram mengangguk-angguk bersyukur (bagian ke-dua
puluh 1.20.6).
Menjelang maghrib, Pak Tris memimpin rombongan untuk
mengantar Bram pulang ke rumah kos (bagian ke-dua puluh 1.20.7). Tak seperti
biasanya, Bram melihat beranda rumah Elis dipasangi tenda dan mulai dipasangi
benderang lampu-lampu neon (bagian ke-dua puluh 1.20.8) mengakibatkan tanpa
menghiraukan Pak Tris dan murid-muridnya yang menunggu di rumah, Bram berjalan
pelan ke rumah Elis (bagian ke-dua puluh 1.20.9). Sesampainya di sana, Umi
memberitahukan pada Bram bahwa Elis telah meninggal karena kecelakaan (bagian
ke-dua puluh 1.20.10) mengakibatkan tubuh Bram menggelenyar, kemudian kaku
(bagian ke-dua puluh 1.20.11). Pelukan erat Abi menenangkan perasaan Bram
perlahan-lahan (bagian ke-dua puluh 1.20.12). Bram pulang ke rumah kos dengan
sekujur tubuh lunglai dan mendung gelap diwajahnya (bagian ke-dua puluh 1.20.13)
mengakibatkan satu per satu murid Bram berpamitan pulang, begitu pula dengan Pak
Tris (bagian ke-dua puluh 1.20.14). Tiba-tiba Bram ingat amplop yang ia temukan
di lantai rumah, lalu dibuka amplop itu dan dibuka lipatan kertas surat di
dalamnya (bagian ke-dua puluh 1.20.15). Surat itu dari Elis yang berisi bahwa
Elis mencintai Bram, dan dia menunggu lamaran Bram di rumah (bagian ke-dua
puluh 1.20.16) mengakibatkan peristiwa (bagian ke-dua puluh satu 1.21.1) Bram
murung berhari-hari di kamar kostnya.
Peristiwa (bagian ke-dua puluh satu 1.21.2) perhatian dari
murid-murid untuk Bram, tidak ada hasil mengakibatkan peristiwa (bagian ke-dua
puluh satu 1.21.3) Pak Tris mengunjungi Bram dan memberikan motivasi yang
kemudian membangkitkan kembali semangat Bram untuk terus melanjutkan hidup
kemudian mengakibatkan (bagian ke-dua puluh satu 1.21.4) esok harinya Bram siap
untuk kuliah dan mengajar lagi. Malam harinya Umak menelpon Bram dan memberi
kabar baik untuk Bram, bahwa jika kuliah S1-Bram sudah beres dan nilai IPKnya
bagus, mamang Bram mau membiayai kuliah S2-Bram di Malaysia (bagian ke-dua
puluh satu 1.21.5) mengakibatkan Bram berjanji pada Umak akan belajar dengan
rajin supaya bisa ikut Mamangnya di Malaysia (bagian ke-dua puluh satu 1.21.6).
Pada Minggu pagi, Bram ke pemakaman Elis bersama Asep
(bagian ke-dua puluh satu 1.21.7 mengakibatkan mata Bram mulai sembap oleh air
mata begitu selesai mengirim Al-Fatihah dan membaca doa untuknya (bagian ke-dua
puluh satu 1.21.8). Tangan Asep terlihat mengusap-usap batu nisan di hadapannya
dan berkata kalau dia sayang dan kangen Elis (bagian ke-dua puluh satu 1.21.9).
Kemudian bersama Asep, Bram meninggalkan kompleks pemakaman dengan meninggalkan
sebuah surat di atas makam Sulis yang berisikan bahwa Bram akan tetap sayang
sama Elis dan meminta izin pada Elis
untuk melanjutkan hidup, menjalankan perintah-Nya dan mencari pendamping
hidup (bagian ke-dua puluh satu 1.21.10).
Perkembangan Plot
Stanton membagi perkembangan plot menjadi tiga
tahapan, yaitu tahap awal, tengah, dan akhir. Pada
dasarnya pembagian ini hampir sama dengan perkembangan plot menurut Tasrif.
Akan tetapi, Tasrif membagi perkembangan plot sebuah novel secara rinci, yaitu
tahap situation, generating
circumstances, rising action, climax, dan denoument. Di dalam novel Insya
Allah You’ll Find Your Way, kelima tahapan ini tidak berlaku secara
kronologis. Karena itu, plot novel ini disebut sebagai plot sorot balik (flashback).
1. Situation (pengarang mulai melukiskan
keadaan)
Pada bagian pertama digambarkan bahwa setelah Bram
menerima surat dari Umaknya di kampung, bahwa Umaknya akan menjual sawah
peninggalan Ayahnya untuk bisa membiayai kuliahnya. Hal tersebut kemudian membuat Bram berpikir bahwa ia harus bekerja,
sehingga Umaknya tidak perlu menjual tanah peninggalan
ayahnya untuk biaya kuliah Bram selanjutnya.
“Aku menarik napas panjang. Rasanya tak berselera lagi
menikmati nasi pemberian Elis. Aku tak mau Umak menjual sawah peninggalan
almarhum Ayah. Selama ini, sawah itulah yang menjadi penambah penghasilan Umak
selain dari kebun kopi kami. Aku harus bekerja, bagaimanapun juga aku tak boleh
putus kuliah hanya gara-gara cobaan ini. Namun, aku harus kerja apa? Bagaimana
cara mengatur jadwalnya?” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014:
11)
Esok harinya, Brampun pergi ke sana-ke mari dengan
berpakaian hitam putih untuk mencari lowongan pekerjaan.
2. Generating Circumantaces
(peristiwa-peristiwa yang berpaut mulai bergerak)
Dalam sub klimaks ini menggambarkan saat Bram
langsung disuruh Pak Tris untuk mengajar di kelas XI IPA sekalian menjadi wali
kelas itu.
Pak Tris mengulurkan lembaran kertas berisi jadwal
mengajar padaku.
“Untuk hari ini kamu mengajar di kelas XI IPA.
Sekalian kamu menjadi wali kelasnya,” ujar laki-laki itu sambil terus
memperhatikan wajahku. “Perlu kamu tahu, tak ada yang sanggup menjadi wali kelas
XI IPA. Tapi Bapak yakin, karena kamu masih muda, pasti mereka akan senang
mendapatkan wali kelas sepertimu. Bapak yakin kamu bisa, Bram. Ini kesempatanmu
untuk belajar.” (Insya Allah You’ll Find
Your Way: 2014: 47)
Setelah Bram masuk kelas XI IPA barulah ia mulai mengerti
mengapa tak ada guru yang sanggup menjadi wali kelasnya. Tak seorangpun siswa
memerdulikan kedatangan Bram di kelas itu, melainkan malah asik bersorak-sorai.
“Maaf, semuanya!” ucapku akhirnya, setelah terlebih
dulu berdehem keras. “Bisa tenang sebentar?”
Tak ada yang menggubris. Tak ada seorang siswa di
kelas ini yang peduli padaku. Mereka terus bersorak-sorai seperti suporter
sepak bola yang menonton pertarungan seru dua kesebelasan di tengan lapangan,
memberi semangat pada dua rekannya yang bermain drama. Keriuhan itu baru sirna
ketika guru piket galak tadi yang senantiasa memantau keberadaan siswa
sepanjang hari muncul di pintu sambil memukul-mukulkan mistar kayunya ke pintu.
Sepertinya, dia sangat memahami kelas ini. (Insya
Allah You’ll Find Your Way: 2014: 49-50)
Peristiwa itu mengakibatkan Bram berusaha untuk
menahan emosinya. Selain itu mengingatkan pada Bram akan kenangan buruknya
semasa di SMK. Bram merupakan salah satu murid yang nakal, yang sering membuat
gurunya kecewa, sakit, dan marah.
3. Rising Action (Keadaan mulai memuncak)
Keadaan ini menceritakan bahwa terdapatnya bendera
kuning yang tertancap di pintu gerbang sekolah, dan bunga kiriman dari SMK
Tunas Bangsa yang secara tersirat berarti bahwa siswa SMK Tunas Bangsa akan
datang untuk membalaskan dendamnya pada SMU Insan Kamil yang telah membunuh
kawannya dua tahun lalu.
“Ada apa ini?”
Begitu sampai di ruang guru, barulah kuketahui bahwa
bunga dan bendera kuning itu dikirim seseorang yang mengaku pelajar SMK Tunas
Bangsa, salah satu sekolah yang bermasalah dengan sekolah ini.
“Awal mulanya terjadi dua tahun lalu, Bram. Tanpa kita
sadari, kejadian itu adalah akar permasalahan memburuknya hubungan sekolah kita
dengan SMK Tunas Bangsa sampai saat ini,” ungkap Pak Tris yang kebetulan saat
itu juga ikut berkumpul di ruang guru. “Dulu, dalam sebuah kerusuhan kecil,
seorang pelajar sekolah ini pernah membunuh siswa SMK Tunas Bangsa. Dendam yang
tak berkesudahan inilah yang terus menyulut terjadinya tawuran dalam beberapa
bulan terakhir.”
“Lalu, apa yang istimewa dengan hari ini? Kiriman
bunga dan bendera kuning itu? saya masih belum paham, Pak?”
“Hari ini adalah tanggal kematian siswa yang tewas
terbunuh itu, Bram.” (Insya Allah You’ll
Find Your Way: 2014: 277)
Peristiwa itu membuat Edo, salah satu murid Bram
menyuruh teman-teman di sekolah untuk bersiap-siap menerima serangan dari siswa
SMK Tunas Bangsa.
4. Climax (Peristiwa mencapai puncaknya)
Klimaks novel Insya
Allah You’ll Find Your Way jelas sekali ketika terjadi tawuran antara dua
sekolah di lapangan sekolah tempat Bram mengajar. Mereka bercampur baur di
lapangan itu saling adu jotos. Hanya Bramlah, guru yang ikut andil di lapangan
itu. Guru lainnya hilang entah ke mana. Yang jelas, pintu ruang guru tertutup
rapat. Ketika Bram hendak menyelamatkan muridnya, Bram malah menjadi korban
dalam tawuran itu.
Teriakan panik mereka membuat suasana makin kacau dan
riuh. Kulihat, hanya pelajar laki-laki yang masih berada di luar. Tanpa
menghiraukan para siswi yang kembali ke kelas, aku bergegas meninggalkan kelas,
dan terperangah menyaksikan lapangan sekolah yang seolah menjadi medan
pertempuran.
“Astaghfirullahaladzim! Siapa para remaja asing itu? Berbulan-bulan
mengajar di sini, aku tak pernah melihat tampang mereka. Aku tak mengenal
mereka! Berbaur dengan para siswa dari SMU Insan Kamil, mereka saling adu jotos
setelah berhasil menerobos pos satpam yang setahuku biasanya selalu dijaga
ketat oleh petugas keamanan. Apa yang harus kulakukan? Para guru! Ke mana
mereka semua?! Kulihat dari jauh, pintu ruangan guru tertutup rapat, di mana
seharusnya mereka tak tinggal diam dengan keributan berdarah ini!”
(Insya Allah
You’ll Find Your Way: 2014: 294-295)
“Tanpa pikir panjang, kudorong tubuh Edo hingga jatuh
tersungkur. Akibatnya, sesuatu yang runcing dan tajam, melesak melewati
pinggang ke bagian dalam perutku. Panas, nyeri! Rasanya nyawaku seperti terbang
lepas dari raga. Aku mengerang, memegangi pisau yang masih menancap di perutku.
Kesadaranku masih penuh, ketika sebuah benda keras dan berat menghantam
kepalaku. Hantaman itu bertubi-tubi menyerang kepalaku tanpa henti. Aku
terjerembab ke tanah. Darah mengalir di sepasang telapak tanganku. Sakit. Sakit
sekali.”
(Insya Allah
You’ll Find Your Way: 2014: 296)
Peristiwa ini membuat Bram mengalami koma selama
empat hari di rumah sakit.
5. Denoument (merupakan bagian yang ditandai
adanya pemecahan soal dari semua peristiwa)
Dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi, akhirnya
menemukan pemecahan masalah, yaitu berdamainya SMU Insan Kamil dan SMK Tunas
Bangsa dengan kesepakatan bahwa kedua belah pihak tak mau lagi bersinggungan.
Berita ini sudah aku dengar dari Pak Tris. Edo bersama
beberapa nama lagi, termasuk dalam daftar buronan polisi setelah kerusuhan itu.
Sementara itu, media massa lokalpun turut memfasilitasi pertemuan sekaligus
perjanjian damai antara dua pihak sekolah yang berseteru. Kabar perdamaianpun
merebak di seantero SMU Insan Kamil dan SMK Tunas Bangsa. Kedua belah pihak
sepakat tak mau lagi bersinggungan. (Insya
Allah You’ll Find Your Way: 2014: 321)
Kejadian ini membuat Bram sangat bersyukur pada
Allah. Dia juga bersyukur telah mempersatukannya dengan murid-muridnya dalam
persaudaraan yang indah setelah sebelumnya tak seorangpun yang menganggapnya.
Teknik Pengeplotan
Ada beberapa teknik pengeplotan yang digunakan dalam
novel, yaitu:
1. Konflik (Conflict)
Konfik merupakan peristiwa pertentangan
antara kekuatan di dalam cerita. Konflik ini merupakan inti dari struktur
cerita yang mengimbuhkembangkan plot. Staton (1965 : 16) membagi konflik
menjadi dua macam bagian, yaitu konflik internal (internal conflict) dan konflik eksternal (external conflict).
a.
Konflik
Internal
Konflik internal adalah konflik yang
terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita, misalnya berbentuk
pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan
atau masalah lainnya.
Konflik internal yang terdapat dalam
novel Insya Allah You’ll Find Your
Way terhadi setelah Bram menerima tawaran mengajar dari Pak Tris. Bram
ragu, apakah dia yakin telah menerima tawaran Pak Tris, ataukah tidak lebih
baik lagi jika tawaran itu diurungkan saja dan mencari pekerjaan lain karena
siswa-siwa SMU Insan Kamil terkenal badung.
“Masih satu hari sebelum memenuhi undangan Pak Tris,
yakni mengantarkan berkas lamaran pekerjaan untuk menjadi guru kesenian di SMU
Insan Kamil. Aku gelisah dan mondar-mandir di teras. Masih ragu, apakah aku
yakin telah menerima tawaran Pak Tris? Apakah tidak lebih baik lagi jika
tawaran itu kuurungkan saja dan mencari pekerjaan lain? Menjadi guru di SMU
Insan Kamil. Siswa-siswanya yang terkenal badung, suka tawuran serta berlabel
anak buangan dari sekolah lain menjadi pertinmbanganku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 35)
Untuk menjadi orang yang berhasil, diperlukan
keberanian menerima tantangan. Berhasil tidaknya kita menghadapi tantangan itu
menjadi urusan belakangan. Yang terpenting adalah mencoba dahulu, berusaha
semaksimal mungkin.
b.
Konflik
eksternal
Konflik eksternal, merujuk pada konflik yang
terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang ada di luar dirinya. Konflik eksternal
dalam novel Allah You’ll Find Your
Way karya Hengki Kumayandi yaitu:
1)
Konflik
Fisik
Konflik fisik yang terdapat dalam novel Allah You’ll Find Your Way terjadi pada saat Bram
berusaha menyelamatkan salah satu siswanya yang terlihat akan dipukul dengan
balok kayu oleh lawannya, namun malah ia sendiri yang menjadi korban.
“Aku menyeruak ke tengah-tengah anak-anak muda yang
saling pukul, ketika tak jauh dariku kulihat seorang berlari mengacungkan balok
kayu di tangannya ke arah Edo yang yang sedang adu jotos dengan lawannya. Tanpa
pikir panjang, kudorong tubuh Edo hingga jatuh tersungkur. Akibatnya, sesuatu
yang runcing dan tajam, melesak melewati pinggang ke bagian dalam perutku.
Panas, nyeri! Rasanya nyawaku seperti terbang lepas dari raga. Aku mengerang,
memegangi pisau yang masih menancap di perutku.” (Allah You’ll Find Your Way, 2014, 296)
Apabila terdapat sengketa di antara dua pihak atau
lebih, sebaiknya diselesaikan dengan cara yang bijaksana, tidak main fisik atau
saling pukul dan sejenisnya.
Guru yang baik adalah guru yang dengan sabar dan
ikhlas mau membimbing anak didiknya ke
arah yang benar dan melindunginya dari mara bahaya, meskipun mereka buruk
perilaku dan perkataannya.
2)
Konflik
Sosial
Konflik sosial yang terdapat dalam novel Allah You’ll Find Your Way
terjadi pada saat Bram mencoba untuk menasihati Sylla,
muridnya, untuk segera pulang ke rumah, namun Sylla malah manampar Bram dengan
ucapan-ucapan yang pedas.
“Apakah tidak lebih baik kalau beberapa jam dari sekarang kamu sudah
ada di rumah? Kamu masih bisa tidur sampai pagi, sehingga masih bisa berpikir
di sekolah.”
“Pak, saya memang tukang tidur di kelas. Tapi coba bapak lihat absensi
saya. Saya nggak pernah bolos, pak. Coba bapak lihat dong buku rapor saya,
sayapun nggak pernah dapat nilai jelek.” Sorot mata Sylla kian tajam menatapku.
“Itu artinya, saya bisa mengatur hidup saya. Jadi, lebih baik Pak Bram pulang.”
“Saya mau ngertiin kamu, tapi kamu juga harus memahami maksud saya.
Ini semua demi kebaikan kamu, Sylla.”
“Memangnya, Pak Bram yang ngasih saya makan? Memangnya, Pak Bram yang
ngasih saya duit buat bayar sekolah? Kalian para guru memang bisanya Cuma
menghakimi tanpa pernah bisa ngasih solusi.”
(Allah You’ll
Find Your Way, 2014: 113)
Berterimakasihlah kita pada orang yang mau menasihati
kita, mau peduli pada kita, karena itu pertanda mereka sayang pada kita.
Apabila kita tak sependapat dengan nasihatnya, maka bicaralah dengan
sebaik-baiknya, jangan malah membentak-bentak orang itu.
2. Sorot Balik (flashback)
Teknik sorot balik ditampilkan melalui dialog,
mimpi, atau lamunan tokoh (Sudjiman; 1988: 2). Dalam novel Allah You’ll Find Your Way,
teknik ini digunakan pada saat Bram teringat masa remajanya dulu. Terbayang
olehnya ulah iseng dan jahilnya kepada guru semasa SMKnya dulu.
“Langkahku surut di bangku guru ketika tiba-tiba teringat masa
remajaku dulu. Terbayang di pelupuk mata, ulah iseng dan jahilku kepada guru
semasa SMK. Jadi seperti inikah perasaan guruku saat itu? sungguh sangat
menyebalkan rasanya. Kecewa. Sakit. Marah. Kepingan-kepingan masa lalu itu
seperti memecah di depan mata, menampar ingatan keras-keras, seolah membawaku
kembali ke sana.” (Allah You’ll
Find Your Way, 2014: 52)
Ridho Allah tergantung dari ridho orang tua. Guru adalah
orang tua kita di sekolah. Oleh karena itu, sebisa mungkin, jangan sampai kita
membuat guru kita sedih karena ulah kita.
3.
Tegangan (Suspense)
Ketegangan yang membangkitkan rasa ingin tahu pembaca muncul dalam
beberapa peristiwa, pertama ketegangan saat Bram menerima surat dari
Umaknya di kampung, bahwa Umaknya akan menjual sawah peninggalan Ayahnya untuk
bisa membiayai kuliahnya. Ke-dua, ketika Bram langsung disuruh Pak Tris untuk
mengajar di kelas XI IPA sekalian menjadi walik kelas itu. Ke-tiga, terdapatnya
bendera kuning yang tertancap di pintu gerbang sekolah, dan bunga kiriman dari
SMK Tunas Bangsa yang secara tersirat berarti bahwa siswa SMK Tunas Bangsa akan
datang untuk membalaskan dendamnya pada SMU Insan Kamil yang telah membunuh
kawannya dua tahun lalu. Ke-empat, ketika terjadi tawuran antara dua sekolah di
lapangan sekolah tempat Bram mengajar. Pada akhirnya SMU Insan Kamil dan SMK
Tunas Bangsa berdamai.
4. Dues
ex Machina
Peristiwa yang muncul secara tiba-tiba dan
tidak dikehendaki oleh tokoh, memang sengaja dimunculkan
untuk memperlancar alur cerita. Deus ex
Machina ini berupa peristiwa pengepungan sekolah oleh beberapa pelajar
asing.
“Hanya berselang tiga menit setelah itu, seisi ruang guru dikejutkan
oleh teriakan orang-orang di luar sekolah. Bergegas kami keluar, dan terkejut
bukan kepalang menyaksikan beberapa pelajar asing mengepung sekolah ini. mereka
bergerombol di depan pagar sekolah, lengkap dengan benda-benda tajam di tangan.
Kaca-kaca ruang kelas di lantai dua mulai terdengar pecah karena lemparan batu.
Kembali, siswa-siswi yang sudah mencapai gerbangpun berlarian kembali ke kelas
masing-masing.” (Allah You’ll Find
Your Way, 2014: 282-283)
Tidak sepantasnya anak sekolah atau orang
berpendidikan melakukan tindakan seperti orang yang tak berpendidikan. Tawuran
merupakan tindakan kriminal yang tidak hanya merugikan orang lain, tapi juga
merugikan diri sendiri. Kalau ada banyak hal positif yang bisa dilakukan anak
sekolah atau orang berpendidikan yang tidak hanya bermanfaat untuk diri
sendiri, tapi juga untuk orang lain, kenapa harus melakukan hal negatif yang
bisa merugikan diri sendiri.
Tokoh Dan Penokohan
Tokoh
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita yang mengalami peristiwa
dan mempunyai sifat, sikap, emosi, prinsip dan sebagainya. Di dalam sebuah
novel, tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan dalam beberapa macam sudut pandang
dan tinjauan itu adalah beberapa jenis tokoh, jenis watak, dan teknik
pelukisan.
1.
Jenis
Tokoh
Jenis
tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh antagonis dan
protagonis.
a.
Tokoh
Utama dan Tokoh Tambahan
Pembagian
tokoh utama dan tokoh tambahan ini dilihat dari segi peranan atau tingkat
pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita. (Nurgiyantoro, 1998:176)
Berdasarkn
pendapat di atas di dalam novel Insya
Allah You’ll Find Your Way karya Hengki Kumayandi ini tokoh utamanya adalah
Bram, Fajrin, dan Elis karena tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam
menggerakkan konflik cerita.
Dibandingkan
dengan tokoh utama, tokoh tambahan dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way ini lebih banyak. Beberapa di
antaranya yaitu Pak Tris, Asep, Umi dan Abi Elis, ayah dan ibu Fajrin, Sulis,
umak (Ibu Bram), Sylla, Edo, Derryl, Nayyara, Pak Sarmidi, Marcel, Pak Tio, Bu
Veni, satpam di rumah Marcel, Tante Marcel, Reddy, Nelwan, Mas Pengamen,
petugas keamanan di rumah Derryl, pelayan di rumah Derryl, Ibu Derryl,
teman-teman Derryl yang bermotor besar, sepupu laki-laki Sulis, Mang Bahar,
Kang Hafiz, siswa SMK Tunas Bangsa, siswa SMK Insan Kamil, dan Salsabila.
b.
Tokoh
Protagonis
Tokoh
protagonis adalah tokoh yang memegang peran penting dalam sebuah cerita. Tokoh
ini merupakan tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatan di dalam
peristiwa-peristiwa yang membangun cerita dan waktu yang digunakan tokoh
protagonis berhubungan dengan semua tokoh yang ada dalam cerita dan tokoh
protagonis menjadi pusat sorotan di dalam cerita.
Dalam
penentuan tokoh protagonis di dalam novel Insya
Allah You’ll Find Your Way ini lebih tepat menyebut Bram, Fajrin, dan Elis.
Tokoh-tokoh ini menempati sebagai tokoh protagonis dengan alasan tokoh ini
lebih banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada. Selain itu di dalam
novel ini banyak diungkapkan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh ini terhadap
permasalahan yang ada serta tokoh ini hadir dari awal hingga akhir cerita.
c.
Tokoh
Antagonis
Tokoh
antagonis merupakan tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis. Tokoh
antagonis dalam novel Insya Allah You’ll
Find Your Way adalah siswa SMK Insan Kamil, diantaranya yaitu bernama
Sylla, Marcel, Edo dan Derryl.
2.
Jenis
Watak
Forster
(1970:75) membagi watak tokoh ke dalam dua jenis, yaitu tokoh yang berwatak
bulat atau kompleks dan datar atau sederhana.
Tokoh
Berwatak Bulat Dan Datar
Nurgiyantoro (1998: 183) mengatakan bahwa tokoh
bulat atau kompleks sebagai tokoh yang memiliki dan disebut berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya. Abrams
(1981: 20-21) bahwa tokoh bulat atau tokoh kompleks di katakan lebih mempunyai
kehidupan manusia yang sesungguhnya karena di samping sebagai kemungkinan
sebagai dan tindakan, ia juga memberikan kebulatan.
Sedangkan tokoh berwatak datar atau sederhana
( Flat or Simple Character) adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas
pribadi tertentu, satu sifat tertentu (Nurgiyantoro, 1998: 182).
3.
Teknik
Pelukisan Tokoh
Dalam
novel Insya Allah You’ll Find Your Way
ini, tokoh-tokoh bulat dan datar tampak jelas pada masing-masing tokohnya.
a.
Elis
Dilukiskan bentuk lahir tokoh
ini sebagai berikut:
“Tergugup aku
mendapati Elis yang tersenyum dan berdiri di depanku. Ujung jilbab lebarnya
bergerak-gerak tertiup angin siang yang berhembus. Hari ini, wajahnya yang
bersih cerah terlihat begitu indah dipandang.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 9)
“Kapan lagi
ada cewek kayak dia?” Fajrin mulai menggodaku. “Salehah, pinter ngaji, cantik
lagi!” (Insya Allah You’ll Find Your Way,
2104: 11)
Penggambaran
bentuk fisik ini memang berhubungan dengan masalah kejiwaan, tetapi gambaran
itu tidak dapat dijadikan ukuran pernyataan watak yang dimiliki tokoh Elis.
Elis memiliki wajah cantik, salehah, dan pintar mengaji. Ia tumbuh dan
berkembang di keluarga yang sederhana.
“Elis berdiri
kaku dengan nampan berisi makanan di tangannya, memandangi Nayyara yang
menangis dalam pelukanku. Wajah cantik Elis merah padam.”
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104:
144)
“Elis! Nggg,
Lis, inii... ini Nayya, murid Aa!” kataku sambil melepas paksa pelukan Nayyara
dengan sisa-sisa tenaga yang ada.
..........
“Elis!
Tunggu, Lis!” Aku berseru sebelum dia sampai di teras rumahnya.
Dia tidak
peduli. Begitu tubuh mungilnya menghilang ke dalam, Elis bahkan langsung
membanting pintu rumahnya keras-keras. Brakk! (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 1145)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa watak Elis juga dapat dikatakan
sebagai orang yang mudah cemburu. Setelah melihat Bram dipeluk oleh Nayyara
(muridnya), Elis langsung pergi tanpa mau mendengarkan penjelasan Bram terlebih
dahulu.
b.
Fajrin
Fajrin
adalah sahabat dari Bram. Dia satu kos dengan Bram. Dia merupakan sahabat yang
baik. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Ane ini
sahabat ente. Kalau ada masalah, ceritalah. Mungkin ane bisa bantu. Ane tahu,
ente lagi punya masalah keuangan, kan?”
Aku terkejut.
Entah dari mana Fajrin mengetahuinya. Aku diam saja.
“Udah, nggak
usah mikir ane tahu dari mana.” Fajrin menepuk bahuku, seolah bisa membaca
jalan pikiranku. “Ente bisa pakai duit ane dulu buat bayar kuliah. Nanti kalau
ente sudah ada duit, ente kan tinggal bayar? Kapan saja juga boleh.”
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104:
22)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fajrin berwatak baik, suka membantu
temannya yang sedang mengalami kesulitan. Dia menawarkan bantuan dengan
meminjamkan uang kepada sahabatnya, dan boleh dibayar kapan saja.
Fajrin
juga mempunyai watak pengertian pada Bram, sahabatnya. Hal tersebut terlihat
dalam peristiwa berikut:
“Melihat
kekurangsiapanku sejak kemarin, pagi itu juga Fajrin menawarkan celana panjang,
kemeja kotak-kotak, dan ikat pinggang miliknya untuk kukenakan. Selain itu,
Fajrinpun menyodorkan sepatu kulitnya. Suka atau tidak suka, aku harus menerima
tawaran baiknya. Lagi pula, memang tidak ada pakaian yang lebih baik selain
yang sudah sering kukenakan untuk pergi kuliah. Lucu rasanya setelah semua yang
dipinjamkan Fajrin melekat di tubuhku.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2104: 44)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fajrin merupakan tokoh yang
pengertian. Tahu kalo Bram belum menyiapkan sandangan untuk dikenakannya
sewaktu pertama kali mengajar, Fajrinpun tanpa diminta, menawarkan sandangannya
kepada Bram, seperti baju, celana, ikat pinggang, dan sepatu.
Selain itu Fajrin juga
memiliki karakter rajin beribadah. Hal tersebut terlihat dalam
peristiwa berikut:
“Tengah malam,
tiba-tiba aku terbangun karena mendengar suara isak tangis. Kulihat Fajrin
terisak dalam doanya setelah bertahajud. Tubuhku bergetar melihat
kesungguhannya beribadah.” (Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2014: 21)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fajrin sedang berdoa khusu’ setelah
bertahajud.
Fajrin juga
memiliki karakter suka berbagi. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa
berikut:
“Aku menikmati makanan yang tadi diantar Elis,
sementara Fajrin dengan makanan yang dibawanya sendiri meski aku tahu dia
sengaja membeli dengan ukuran porsi besar untuk dua orang. Dia memang sangat
baik. Dia rela berbagi makanan denganku setiap saat.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 13)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fajrin biasanya membagi makanannya
dengan Bram, jika Bram belum makan.
c.
Bram
Bram memiliki
karakter penyabar. Hal
tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Kucoba menahan
emosi walaupun terkejut melihat sikap siswa tadi. Satu per satu, tanpa
dikomando siswa-siswi yang masih tinggal di kelaspun berdiri dan berjalan acuh
tak acuh melewatiku.... Kini, aku berdiri mematung di kelas ini seorang diri.
Merasa benar-benar tak ada harganya.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2014: 51)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram menahan
emosinya atas sikap siswa-siswanya yang sangat tidak sopan, tidak menghargai
keberadaan Bram sebagai gurunya.
Bram
juga memiliki karakter penuh semangat dan pekerja keras. Hal
tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Dari informasi
yang kuperoleh di kampus, jika sulit menemukan pekerjaan dengan jam kerja malam
hari dan terpaksa harus bekerja dari pagi hingga sore, aku tetap bisa kuliah
pada hari Sabtu-Minggu. Konsekuensinya, aku harus pindah kelas. Bukan masalah
besar bagiku, yang terpenting aku tetap terus kuliah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 26)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram merupakan
tokoh yang penuh semangat dan pekerja keras. Demi dapat
terus kuliah, dia rela untuk kuliah sambil bekerja. Bram siap menerima
konsekuensi apapun, yang penting bisa terus kuliah.
“Aku berdiri
seolah terpaku menghadap jalan yang basah oleh rinai hujan. Punggung dan kakiku
masih terasa sakit. Semalam, di antara nyeri yang belum mau pergi, aku kembali
menulis surat lamaran pekerjaan.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2014: 31)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram merupakan
tokoh yang penuh semangat. Dia bersikukuh untuk segera mendapatkan pekerjaan.
Sehingga meskipun punggung dan kakinya sedang sakit, namun dia tetap
bersemangat untuk menulis surat lamaran.
Bram juga termasuk
anak yang soleh, berbakti pada orang tuanya. Hal tersebut terlihat
dalam peristiwa berikut:
“Giliran Bram yang bekerja sekarang, agar Bram
tidak selalu merepotkan Umak. Umak tetaplah berusaha memajukan warung kita,
agar adik-adik bisa terus sekolah. Insya Allah, setelah Bram selesai kuliah
nanti, Bram yang akan bekerja untuk Umak.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2014: 21)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram
tidak ingin selalu merepotkan ibunya. Bram juga bertegad, setelah selesai kuliah,
Bram akan bekerja untuk ibu dan adik-adiknya.
Selain itu Bram
juga orang yang baik. Dia dengan tulus bersedia membantu orang yang sedang
membutuhkan bantuannya tanpa minta maupun mengharapkan imbalan apapun, apalagi
kepada orang yang sering berbuat baik kepadanya.
“Kalau Bram nggak
keberatan, tolong jemput Elis. Umi bingung harus minta tolong siapa.”
“Biar Bram yang
jemput Elis.” Aku memutuskan. Tak mungkin kutolak permohonan Umi. Sesibuk atau
selelah apapun aku saat ini.
.................
“Dan ini untuk
ongkos naik bus, Bram.”
....................
“Nggak usah, Mi.
Kebetulan Bram ada uang.” Kutolak sehalus mungkin agar Umi Elis tidak
tersinggung.
“Sudah, ayo ambil.
Sekalian buat beli bensin motornya Elis. Katanya bensinnya juga habis.”
“Beneran, Mi, nggak
usah. Bensin motor Elis juga biar Bram saja yang isikan,” ucapku.
Umipun menyerah,
tak lagi memaksaku menerima uangnya.
(Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2014: 125)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram dengan
tulus membantu Umi Elis untuk menjemput anaknya, Elis. Meskipun Umi Elis
memaksa Bram untuk menerima ongkos perjalanannya, namun Bram secara halus
menolak uang ongkos itu.
d.
Edo
(siswa SMK Insan Kamil)
Edo
adalah salah satu siswa SMK Insan Kamil, murid dari Bram. Edo memiliki postur
tubuh yang tinggi besar dan kulitnya hitam legam. Dia berwatak berani dan sombong.
Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
Salah satu dari yang bersikap tak acuh tiba-tiba
berdiri dengan tangan teracung di samping wajahnya yang berbekas luka. Tubuhnya
tinggi besar dan kulitnya hitam legam.
“Pak! Apa yang
bapak ceritakan tadi, sudah saya baca! Basi! Saya ingin sesuatu yang belum
pernah saya dengar atau saya baca. Atau minimal tentang hal-hal unik para tokoh
besar seperti Mahatma Gandhi, atau Bung Karno, atau Hilter, atau Julius Caesar.
Atau setidaknya Marthin Luther, Da
Vinci, atau Thomas Alfa Edison! Kalau Cuma begitu saja, sudah kelewat sering.
Jadi guru itu harus menantang dong ilmunya! Bisa nggak sih?!” katanya pongah. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014:
57)
Berdasarkan
kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa Edo tidak menghargai apa yang telah
disampaikan oleh Bram, karena apa yang disampaikan Bram dianggapnya basi.
Dengan sombongnya, dia menantang Bram untuk menceritakan sesuatu yang belum
pernah ia dengar atau baca.
Selain sombong, Edo
juga memiliki karakter tidak sopan atau tidak bertata krama. Hal
tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
Belum usai mengecek
kehadiran murid-muridku, tiba-tiba saja Edo berdiri dari duduknya. Berjalan ke
depan, lalu langsung meninggalkan kelas tanpa pamit.
“Edo!” Aku
memanggilnya.
Remaja itu
berhenti sejenak, lalu membalikkan badannya menghadap ke arahku.
“Saya mau ke toilet,
Pak,” ucapnya datar, seolah-olah tak melakukan kekeliruan apapun.
Dia benar-benar tidak
menghargai keberadaanku ketika kembali melangkah pergi.
(Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2014: 279)
Berdasarkan
kutipan tersebut, dapat disimpulkam bahwa Edo keluar kelas di saat
jam pelajaran, tanpa minta izin gurunya terlebih dahulu yang sedang berada di
kelas. Hal tersebut jelaslah tidak sopan.
e.
Marcel
Marcel salah
satu siswa SMK Insan Kamil, murid dari Bram. Marcel memiliki postur tubuh yang
ceking dan wajahnya tirus. Matanya berkacamata model bundar. Dia memiliki
karakter tidak sopan. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
Ternyata reaksi
itu cuma hiburan semata bagiku. Seolah mewakili aspirasi teman-temannya, salah
satu dari mereka tiba-tiba berdiri, seorang pelajar laki-laki, masih dengan tas
sekolah yang terselempang di bahunya, dia kemudian maju ke depan kelas. Tubuhnya
ceking dan wajahnya tirus. Bahkan kacamata model bundar yang dikenakannya sama
sekali tidak memberi kesan berisi pada wajahnya.
“Gue nggak mau
belajar kalau gurunya keliatan nggak punya pengalaman. Dan malah keliatan nggak
berkualitas!” ceracaunya. Lalu, menggeloyor meninggalkan kelas begitu saja.
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014:
51)
Berdasarkan
kutipan tersebut, dapat disimpulkam bahwa Marcel menganggap bahwa gurunya,
yaitu Bram adalah guru yang tidak punya pengalaman, bahkan tidak berkualitas.
Hal itu kemudian membuat Marcel meninggalkan kelas tanpa izin Bram. Hal
tersebut jelaslan tidak sopan untuk dilakukan.
Sebelumnya,
Marcel merupakan anak yang rajindan pandai, namun karena sesuatu hal, dia
berubah menjadi anak yang susah bergaul, dan sinis pada siapapun. Hal tersebut
terlihat dalam peristiwa berikut:
“Dulu dia
anak yang rajin. Sejak SD, nilai-nilai Marcel selalu yang terbaik di kelasnya.
Tiga tahun lalu, dia adalah lulusan terbaik se-SMP. Sayang, semenjak mamanya
meninggal dan papanya terus sibuk di luar negeri, dia berubah seperti sekarang.
Susah bergaul, sinis pada siapapun, dan tak pernah bisa menerima kehadiran
orang-orang baru dalam hidupnya.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2014: 78)
Berdasarkan
kutipan tersebut, dapat disimpulkam bahwa Marcel sebenarnya adalah tokoh yang
rajin dan pandai. Namun setelah kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari
orang tuanya, dia berubah menjadi sosok yang susah bergaul, dan
sinis pada siapapun.
Setelah Marcel
menerima kartu ucapan berisi penyemangat untuknya dari teman-temannya, dia
sadar bahwa ternyata masih ada yang mau peduli dengannya. Hal
tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Sebelumnya
saya ucapkan terima kasih kepada bapak. Kartu-kartu penyemangat dari teman-teman
telah membuat saya menangis haru. Saya menjadi lebih hidup, yang selama ini
saya merasa tak ada yang peduli dengan saya. (................) Tapi semenjak saya
membaca semua ucapan penyemangat dari teman-teman, saya merasa bahwa hidup
harus terus berjalan. Dan saya berhak untuk hidup lebih baik.”
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014:
96)
“Aku masih belum
percaya ini. sampai kapanpun tidak akan pernah percaya ini. Tapi, setiap
kupandangi tulisan tangan kalian, juga buket bunga itu, aku yakin ini bukan
mimpi. Friends, thanks a million for the
present, for supporting. Really, I feel much better.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 100)
Berdasarkan kutipan
tersebut, dapat disimpulkam bahwa setelah Marcel tau kalau masih ada banyak
orang yang peduli dengannya, diapun kembali ke watak semula. Dia kembali
menjadi anak yang manis (baik) yang tahu terima kasih dan kembali bersemangat
untuk melanjutkan hidup yang lebih baik lagi.
Di mata
teman-temannya, Marcel adalah orang yang tengil, yang sok pintar dan tidak tahu
diri. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Kita nggak
peduli. Terserah, mau dia sakit yang mematikan kayak gimanapun, kita semua
nggak mau tahu. Nggak sudi kita kasih semangat sama anak tengil yang sok pintar
dan nggak tahu diri itu!” (Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2014: 82)
Berdasarkan kutipan
tersebut, dapat disimpulkam bahwa teman-teman Marcel tidak peduli dengan
keadaan Marcel yang sedang sakit keras, karena sikap Marcel yang sok pintar dan
tidak tahu diri di kelas.
Secara
garis besar, ada dua teknik pelukisan tokoh, yaitu teknik uraian (telling) dan teknik ragaan (showing). (Abrams, 1981: 21) atau oleh
Altenbernd dan Lewis (1966: 56) disebut teknik penjelasan ekspositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic).
1.
Teknik
Ekspository
Teknik
ekspositori ini dikenal juga dnegan istilah analitis merupakan pelukisan tokoh
cerita yang dilakukan dnegan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan
secara langsung mengenai sifat, watak, tingkah laku dan juga ciri fisiknya
(Nurgiyantoro, 1998: 195).
Di
dalam novel ini teknik ekspositori yanga digunakan pengarang adalah analisis
secara langsung (direct auther analisis). Disebut teknik analisis pengarang
secara langsung apabila pengarang secara langsung menyebutkan watak tokoh yang
dianalisis. Pembaca tidak perlu mengira-ngira watak seorang tokoh karena
pengarang sudah menyebutkan secara jelas.
Untuk
melukiskan bahwa Elis adalah anak yang solehah, pintar mengaji, dan cantik,
digambarkannya dalam kalimat yang dapat langsung dimengerti bagaimana sifat
tokoh tersebut.
“Kapan lagi
ada cewek kayak dia?” Fajrin mulai menggodaku. “Salehah, pinter ngaji, cantik
lagi!” (Insya Allah You’ll Find Your Way,
2104: 11)
Berdasarkan
kutipan di atas, jelas digambarkan bahwa Elis adalah orang yang solehah, pintar
mengaji, dan juga cantik.
Penggunaan
teknik ini dalam sebuah novel mebuat pembaca lebih santai membaca cerita yang
dibacanya karena dia tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui kepribadian
tokoh-tokoh yang ada dan sekaligus dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam
penyimpulan watak tokoh. Hal tersebut merupakan hal keutamaan atau kelebihan
dari teknik ini. Akan tetapi, penggambaran
watak tokoh yang secara langsung ini dapat pula menimbulkan kebosanan.
Walaupun demikian pada saat-saat tertentu teknik ini perlu dilakukan, di saat
penggunaan teknik ini dapat mengurangi nilai sebuah karya sastra.
2.
Teknik
Dramatik
Pelukisan
tokoh melalui dramatic adalah pendeskripsian tokoh cerita dengan menunjukkan
kediriannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat
kata-kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui
peristiwa-peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 1998: 198). Teknik ini mencakup
beberapa macam:
a.
Pelukisan
Pikiran dan Perasaan (Portroyal of
trought stream of trought)
Teknik
pelukisan dan perasaan ini menyatakan bahwa keadaan dan jalan pikiran, serta
perasaan apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang
dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan
sifat-sifat kediriannya juga (Nurgiyantoro, 1998: 204).
“Aku menarik
napas panjang. Rasanya tak berselera menikmati nasi pemberian Elis. Aku tak mau
Umak menjual sawah peninggalan almarhum Ayah. Selama ini, sawah itulah yang
menjadi penambah penghasilan Umak selain dari kebun kopi kami. Aku harus
bekerja, bagaimanapun juga aku tak boleh putus kuliah hanya gara-gara cobaan
ini. Namun, aku harus kerja apa? Bagaimana cara mengatur jadwalnya?” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104:
11)
Berdasarkan
kutipan di atas, dapat dilihat bahwa jalan pikiran Bram sedang bimbang. Di satu
sisi, dia tidak ingin Umaknya menjual sawahnya untuk membayar biaya kuliahnya,
di lain sisi dia belum tahu harus kerja apa untuk biasa membayar biaya
kuliahnya sendiri.
b.
Reaksi
Tokoh (Reaction to event)
Nurgiyantoro
(1998: 209) menyebut teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang
diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama atau tokoh-tokoh yang dipelajari
kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain
sebagainya.
Pelukan erat
Abi kembali menenangkan perasaanku, perlahan-lahan. Abipun menuntunku
membisikkan doa-doa yang menguatkan hati kami.
“Inilah
takdir, Bram. Kita tak pernah tahu kapan maut memanggil. Elis telah menemui
takdirnya. Ini yang terbaik untuk Elis.”
“Tapi... tapi
kenapa harus Elis, Abi,” sahutku sambil terus sesenggukkan. “Bram nggak bisa
menerimanya. Allah nggak adil, Bi. Allah nggak adil! Allah mengambil Fajrin,
sekarang Allah mengambil Elis dari hidup Bram.”
“Bram!
Istighfar, Bram. Tidak pantas meratapi kematian seperti itu!” Abi Elis menepuk
pundakku. Aku menatapnya dan tak sanggup lagi menahan segala pedih yang
memenuhi dadaku.
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104:
327)
Reaksi
Bram terlihat sangat jelas setelah mendengar kabar bahwa Elis meninggal dunia.
Dia menangis sesenggukkan, tak sanggup lagi menahan segala pedih yang memenuhi
dadanya. Hal itu membuat Abi Elis yang saat itu sedang berada di dekatnya
mencoba menenangkannya.
c.
Cakapan
(Conversation of outher about character)
Teknik
cakapan dimaksudkan untuk menunjuk pada tingkah laku verbal berwujud kata-kata para tokoh. Kata-kata yang dimaksud menggambarkan
sifat atau perwatakan dari tokoh yang mengucapkannya (Nurgiyantoro, 1998:203).
“Gue nggak
mau belajar kalau gurunya keliatan nggak punya pengalaman. Dan malah keliatan
nggak berkualitas!” ceracaunya. Lalu, menggeloyor meninggalkan kelas begitu
saja. (Insya Allah You’ll Find Your Way,
2104: 51)
Kutipan
di atas membahas tentang seorang siswa yang secara langsung mengatakan kepada
guru yang sedang mengajarnya di kelas yaitu Bram, bahwa dia adalah guru yang
tidak berpengalaman dan tidak berkualitas, sehingga dia lebih memilih untuk
meninggalkan kelas.
d.
Nama Tokoh (The Name of character)
Staton menyatakan bahwa
teknik nama tokoh merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan watak tokoh
(1965: 17). Melalui teknik ini, dipilih nama tokoh yang
disesuaikan dengan watak yang dimilikinya.
Dalam
novel Insya Allah You’ll Find Your Way,
teknik ini digunakan pengarang untuk tokoh Bapak. Nama Bapak itu sendiri dapat
menggambarkan sifat dari tokoh ini. Nama itu merupakan sebutan yang diberikan
kepada seorang laki-laki yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Nama itu
juga merupakan sebutan yang diberikan oleh seseorang dengan status tertentu
kepada seseorang dengan status yang lebih tinggi dari yang menyebut, misalnya
murid kepada gurunya.
Latar/ Setting
Latar merupakan tempat
terjadinya peristiwa di dalam cerita atau lingkungan yang mengelilinginya
pelaku di dalam cerita (Staton, 1965: 18). Abrams (1981: 175) menyatakan bahwa
latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Sejalan dengan Abrams,
Nurgiyantoro menyatakan bahwa novel sebagai sebuah dunia imajinasi yang tidak
hanya membutuhkan tokoh sebagai penghuni beserta permasalahan yang dihadapinya,
tetapi juga membutuhkan ruang, tempat, dan waktu bagi tokoh tersebut untuk
“hidup”. Ruang, tempat dan waktu itu dikenal sebagai latar (1998:227).
Berdasarkan berbagai pendapat
para ahli di atas, unsur latar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu latar
tempat, latar waktu dan latar sosial.
1.
Latar
Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1998:227). Di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way,
disebutkan secara eksplisit nama tempat, kota, Negara, desa tempat peristiwa-peristiwa
berlangsung.
Secara garis besar, di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, latar
berkisar pada dua tempat. Latar pertama,
pengarang menyatakan adanya kota Jakarta, secara detailnya rumah kos Bram, di
sekolah, jalan raya Pamulang, Ciputat, Pasar Ciputat, Pasar Jum’at, Lebak
Bulus, kampus Universitas Indonesia, Bintaro, Stasiun Senen. Selain itu Tegal,
secara detailnya Desa Bandar Sari di Kecamatan Bumi Jawa.
“Ya, siang ini kulihat jalan raya Pamulang,
Ciputat, penuh sesak oleh kendaraan. Hampir tak ada celah untuk sekedar
menikmati ketenangan di sini.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2104: 3-4)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu jalan raya Pamulang, Ciputat. Bram siang itu sedang berada di
sana.
“Setiba di
rumah kos yang sangat sederhana,
kubaringkan tubuh di atas lantai keramik putih.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 8)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu kamar kos Bram.
“Ya, saya sering lihat Sylla dan
teman-temannya sesama pengamen di Pasar Jumat, Lebak Bulus, Pak,” ungkap Nelwan
siang itu.
.........
“Kamu bisa antar saya ke tempat Sylla
mengamen?”
“Bisa, Pak. Kebetulan hari ini saya bawa
motor.”
.........
Di luar dugaanku, suasana petang menjelang
malam ternyata tak membuat kami kesulitan menemukan gadis itu di antara para
pengamen jalanan.
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104:
111)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu Pasar Jumat, Lebak Bulus. Di tempat itu Bram dan Nelwan
kemudian menemukan keberadaan Sylla.
“Obrolan yang cukup menyenangkan itu membuat
perjalanan kami menjadi tak terasa, tahu-tahu Pasar Ciputat sudah di depan
mata.” (Insya Allah You’ll Find Your
Way, 2104: 38)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu Pasar Ciputat. Bram dan Elis baru saja tiba di Pasar Ciputat.
“Tanpa menghiraukan siswi yang kembali ke
kelas, aku bergegas meninggalkan kelas, dan terperangah menyaksikan lapangan
sekolah yang seolah menjadi medan pertempuran. ..... Siapa para remaja asing
itu? ..... Aku tak mengenal mereka! Berbaur dengan para siswa dari SMU Insan
Kamil, mereka adu jotos setelah berhasil menerobos pos satpam yang setahuku
biasanya selalu dijaga ketat oleh petugas keamanan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104:
295)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu sekolah, tepatnya di SMU Insan Kamil, detailnya di kelas dan lapangan
sekolah. Lapangan sekolah menjadi ajang tawuran antara murid Bram yaitu siswa
SMU Insan Kamil dan remaja asing, yang ternyata mereka adalah siswa SMK Tunas
Bangsa.
“Setelah hampir satu jam menempuh perjalanan,
aku tiba di kampus UI.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 125)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu kampus UI (Universitas Indonesia).
“Seusai
mengajar di sekolah, kucari kendaraan umum tujuan Bintaro. Setelah sempat bertanya pada orang yang ada di tepi jalan, aku
melangkah mencari rumah Marcel.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2104: 76)
Berdasarkan kutipan di atas,di jelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu Bintaro, detailnya di tepi jalan. Bram hendak ke rumah
Marcel.
“Waktu seakan
begitu lambat dalam penantianku di Stasiun Senen.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 228)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu Stasiun Senen. Di tempat itu Bram sedang menunggu
datangnya kereta yang akan dia naiki.
“Kami sudah sampai di Tegal.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2104: 229)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu Tegal. Bram bersama penumpang kereta lainnya sudah
sampai di Tegal.
“Tanpa terasa, setelah melewati jembatan
panjang, berliku, dan menanjak, aku sampai di tujuan akhir. Tanah kelahiran
Fajrin; Desa Bandar Sari, Bumi Jawa. Bergegas aku turun dari bus, dan langsung
melangkah menuju rumah almarhum sahabatku.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2104: 230)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
latar yang muncul yaitu Desa Bandar Sari, Bumi Jawa. Di desa atau di tempat itulah
rumah Fajrin, sahabat Bram berada.
2.
Latar
Waktu
Nurgiyantoro berpendapat (1998: 230)
berpendapat bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi.
Latar
waktu yang digunakan dalam novel Insya
Allah You’ll Find Your Way sebagai berikut:
“Melihat
kekurangsiapanku sejak kemarin, pagi itu juga Fajrin menawarkan celana panjang,
kemeja kotak-kotak, dan ikat pinggang miliknya untuk kukenakan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104:
44)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu pagi hari. Di tunjukkan pada
saat Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, dan ikat pinggang
miliknya untuk kukenakan.
“Ya, siang
ini, kulihat jalan raya Pamulang, Ciputat, penuh sesak oleh kendaraan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104:
4)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada
saat Bram melihat jalan raya Pamulang, Ciputat, penuh sesak oleh kendaraan.
“Lepas
dzuhur, begitu tunai empat rakaat shalat di masjid kampus, tujuanku satu, ke
halte bus yang akan membawaku bertemu Pak Tris dan para calon anak didikku
nanti.” (Insya Allah You’ll Find Your Way,
2104: 45)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada
saat Bram usai shalat dzuhur, ia ke halte bus.
“Selamat
siang, Bu,” balasku tak kalah sopan. (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2104: 58)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada
saat Bram membalas sapaan dari Bu Veni.
“Siang ini
diskusi dengan dosen di kelas terasa begitu bergairah dan semangatku seakan
meletup untuk segera menyelesaikan tugas-tugas makalah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 92)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada
saat Bram berdiskusi dengan dosen di kelas.
“Ketika sore datang, aku bisa langsung pulang
karena memang jam mengajarku sudah selesai.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 95)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu sore hari. Di tunjukkan pada
saat Bram pulang dari sekolah.
“Malam
harinya, aku benar-benar menepati janji pada Elis untuk datang ke rumahnya dan
menemani Asep belajar.” (Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2104: 16)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada
saat Bram menepati janji pada Elis untuk datang ke rumahnya dan menemani Asep
belajar.
“Tengah
malam, tiba-tiba aku terbangun karena mendengar suara isak tangis. Kulihat
Fajrin terisak dalam doanya setelah bertahajud.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 21)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada
saat Bram terbangun karena mendengar suara isak tangis Fajrin dalam doanya
setelah bertahajud.
“Semalam, di
antara nyeri yang belum mau pergi, aku kembali menulis surat lamaran
pekerjaan.” (Insya Allah You’ll Find Your
Way, 2104: 31)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada
saat Bram menulis surat lamaran pekerjaan dengan rasa nyeri yang belum mau
pergi.
“Malam ini
aku benar-benar tak dapat memejamkan mata.” (Insya Allah You’ll Find Your Way,
2104: 42)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada
saat Bram benar-benar tak dapat memejamkan mata.
“Malam
harinya, setelah sepanjang sore menghabiskan waktu di SMU Insan Kamil, kuhirup
udara segar di teras rumah.” (Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2104: 60)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada
saat Bram menghirup udara segar di teras rumah.
“Bukan karena
tak mau mengobrol dengan lagi dengan Elis, justru bagiku bersamanya malam ini
membuatku kembali mendapat semangat baru.” (Insya Allah You’ll Find Your Way,
2104: 63)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada
saat Bram sedang bersama Elis.
“Malam ini
konsentrasiku terbagi dua.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 65)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada
saat Bram sedang berkonsentrasi.
“Hari makin
gelap, semoga saja rumah itu bisa segera kutemukan agar tak terlalu larut nanti
aku pulang.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 76)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan
dengan hari yang makin gelap. Pada saat itu Bram sedang mencari rumah Marcel.
“Saat
mendongak ke langit, kupandangi bintang-bintang bertebaran.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 89)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan
dengan adanya bintang-bintang saat Bram mendongak ke langit.
“Pertanyaanku
belum terjawab ketika datang teman satu kosku, Fajrin namanya, membawa kantong
plastik berisi makanan di tangan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 11)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu ketika Fajrin datang membawa
kantong plastik berisi makanan.
“Seperti yang
sudah-sudah, malam itu aku menemani Asep mempersiapkan diri untuk ulangan
Matematika besok.” (Insya Allah You’ll
Find Your Way, 2104: 18)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari.
“Memang saat
ini aku sedang membutuhkan uang, tetapi aku harus menahan diri untuk tak menerimanya.”
(Insya Allah You’ll Find Your Way,
2104: 19)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu saat ini.
“Selesai
menulis surat untuk Umak, aku merasa mulai dapat berpikir sedikit jernih.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2104: 21)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu selesai menulis surat untuk
Umak.
“Ketika
kantuk mulai menyerang, aku merebahkan diri di sebelah Fajrin yang sedari tadi
sudah memeluk guling.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 21)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu ketika kantuk mulai
menyerang.
“Tanpa
kusadari, sejak tadi Fajrin
memerhatikanku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 22)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu sejak tadi.
“Selama ini
aku cuek melihat Fajrin tahajud dan mengaji.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 23)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu selama ini.
“Hari ini aku
bertekad harus ada pekerjaan yang kudapat.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 25)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu hari ini.
“Ini sudah
hari Minggu.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 35)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu hari Minggu.
“Pulang
sekolah, kami hanya bisa istirahat sebentar.” (Insya Allah You’ll Find Your Way,
2104: 43)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu pulang sekolah.
“Beberapa
tahun kemudian, kini, tiba-tiba saja aku harus berhadapan dengan hal-hal buruk
yang kulakukan di masa lalu.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 43)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu kini.
“Setelah
mengucap salam yang dijawab oleh segelintir orang, aku keluar meninggalkan
mereka.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 58)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu setelah mengucap salam yang
dijawab oleh segelintir orang.
“Dalam
perjalanan pulang, aku memilih diam.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104:
63)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu dalam perjalanan pulang.
“Seusai
mengajar di sekolah, kucari kendaraan umum tujuan Bintaro.” (Insya Allah You’ll
Find Your Way, 2104: 76)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu seusai mengajar di sekolah.
“Ketika dia
menawarkanku menjenguk Marcel, tak kusia-siakan kesempatan itu.” (Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2104: 77)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu ketika dia menawarkanku
menjenguk Marcel.
“Usai jam
istirahat, aku kembali ke kelas untuk memberikan penjelasan sekali lagi agar
mereka mau menjenguk Marcel.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 83)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu usai jam istirahat.
“Saat masuk
ke dalam kamar, kulihat Fajrin sedang asyik membaca sebuah buku.” (Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2104: 103)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu saat masuk ke dalam kamar.
“Dia mematuhi
intruksiku dua jam kemudian.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 109)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu dua jam kemudian.
“Tak ingin
menyerah, aku kembali lagi hari berikutnya ke Pasar Jumat di Lebak Bulus.” (Insya
Allah You’ll Find Your Way, 2104: 115)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu hari berikutnya.
“Setelah
hampir satu jam menempuh perjalanan, aku tiba di kampus UI.” (Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2104: 125)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu setelah hampir satu jam
menempuh perjalanan.
“Sinar
matahari menjelang sore yang hangat, menyeruak dari celah-celah pepohonan di
sekolah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 139)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu menjelang sore.
“Saat aku
mengejar Elis tadi, Nayya ketakutan dan merasa bersalah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 146)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu saat Bram mengejar Elis.
“Lelahku sore
ini semakin menjadi saat bertemu Fajrin di rumah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 149)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu sore hari, saat bertemu
Fajrin di rumah.
“Aku memilih
terus berpura-pura tidur ketika Fajrin pulang.” (Insya Allah You’ll Find Your
Way, 2104: 151)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu ketika Fajrin pulang.
“Sudah tengah
malam ketika aku pulang kembali ke rumah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way,
2104: 160)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu tengah malam.
“Saat mulai
mengisi materi pada dua jam pertama, aku langsung mengecek absensi siswa dan
langsung menyampaikan materi yang sudah kususun seperti biasa.” (Insya Allah
You’ll Find Your Way, 2104: 165)
Berdasarkan
kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu saat mulai mengisi materi
pada dua jam pertama.
3.
Latar
Sosial
Nurgiyantoro (1998: 233) menyatakan bahwa
latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya berupa kebiasaan
hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan
lain-lain yang tergolong latar spiritual. Nurgiyantoro menyatakan bahwa latar
sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Latar sosial yang diceritakan di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way adalah
masyarakat kota, sebuah masyarakat tepatnya di Jakarta. Orang yang tinggal di
Jakarta tidaklah hanya mereka yang asli lahir di Jakarta, namun juga ada
orang-orang yang sengaja datang ke sana untuk mengadu nasib, bekerja atau
menuntut ilmu, bahkan ada yang kemudian menetap di sana. Di dalam novel ini dijumpai
sebutan-sebutan seperti Aa, kang, mas,
yang sebenarnya sebutan-sebutan tersebut bukan ciri sebutan untuk orang
Jakarta. Sebutan yang setara dengan Aa,
kang, mas di Jakarta biasanya yaitu kakak. Mereka yang menyebut Aa biasanya adalah orang Sunda, dan
mereka yang menyebut kang atau mas biasanya adalah orang Jawa Tengah.
Dengan demikian jelaslah bahwa dalam novel tersebut, di masyarakat Jakarta
tidak hanya terdapat orang asli Jakarta saja.
Dibandingakan dengan kedua latar sebelumnya,
latar sosial lebih menonjol dan fungsional di dalam penggarapan novel ini. Adat-istiadat atau kebiasaan yang dianut dan
dipercaya masyarakat Jakarta, diolah sedemikian rupa di dalam cerita sehingga
pembaca mendapat gambaran yang cukup lengkap tentang kehidupan masyarakat
Jakarta. Tidak itu saja, pemggambaran latar sosial ini membuat
persoalan-persoalan dan pemecahan yang dilakukan terasa lebih logis.
Latar sosial dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, yaitu:
Seorang Perantau
Seorang perantauan ada dalam tokoh Bram,
dan Fajrin. Seorang perantau adalah orang yang meninggalkan kampung halamannya
dan tinggal di kota orang lain untuk mengadu nasib, bekerja atau menuntut ilmu.
“Aku ingat betul saat akan menghadapi ujian akhir SMK. Saat mendapat
kabar bahwa ayahku meninggal karena penyakit kaki gajah dan komplikasi penyakit
TBC yang menyerangnya, aku begitu terpukul. Sementara, aku tak bisa pulang ke
kampung halaman di Empat Lawang, Sumatera Selatan, karena harus mengikuti ujian
nasional.” (Insya Allah You’ll Find Your
Way, 2104: 6)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan
bahwa sewaktu Bram SMK, Bram tidak tinggal di kampung halamannya yaitu di Empat
Lawang, Sumatera Selatan, melainkan tinggal di kota orang, yaitu Jakarta.
“Kuliah, Pak. Di Universitas Pamulang, ngambil jurusan Sastra
Indonesia.” (Insya Allah You’ll Find Your
Way, 2104: 6)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan
bahwa Bram kuliah di Universitas Pamulang. Universitas Pamulang tempat ia
kuliah adalah di Ciputat, Jakarta. Dengan demikian, berarti tujuan dia datang
ke Jakarta dan meninggalkan kampung halamannya adalah untuk menuntut ilmu.
“Abi senang melihat anak muda sepertimu, jauh-jauh meninggalkan
kampung halaman untuk menuntut ilmu. Yang terpenting kamu bisa membuktikan pada
keluargamu di kampung, bahwa kamu bisa jadi sarjana.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 17)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan
bahwa Bram meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu.
“Sob, sorry, ya. Ane balik malam ini ke
Tegal. Langsung caw naik vespa tanpa pamit, coz ane lihat ente tidurnya nyenyak
banget.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 217)
Berdasarkan kutipan tersebut, dijelaskan
bahwa Fajrin akan pulang ke Tegal. Fajrin satu kamar dengan Bram, sedangkan
Bram tinggal di Jakarta. Dengan demikian, Fajrinpun adalah seorang perantau.
Post a Comment for "LAPORAN HASIL PENELITIAN NOVEL INSYA ALLAH YOU’LL FIND YOUR WAY KARYA HENGKI KUMAYANDI: ANALISIS FAKTA CERITA, DAN SARANA SASTRA"