Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LAPORAN HASIL PENELITIAN NOVEL INSYA ALLAH YOU’LL FIND YOUR WAY KARYA HENGKI KUMAYANDI: ANALISIS FAKTA CERITA, DAN SARANA SASTRA


ANALISIS FAKTA-FAKTA CERITA

Pada bab ini dibahas yang berkenaan dengan fakta-fakta cerita, yang merupakan salah satu unsur struktur novel. Pembahasan fakta-fakta cerita ini mencakup pembicaraan mengenai plot, tokoh, dan penokohan, dan latar.


Pengertian Alur
Stanton (Dalam Nurgiantoro, 1995: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, setiap kejadian itu hanya dihubungkan sebab akibat, peristiwa yang selalu disebabkan atau menyebabkan kejadian peristiwa yang lain.
Sumirto (1988: 7) menyimpulkan bahwa plot atau alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dengan suatu rangkaian peristiwa, tetapi lebih merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya tentang peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan hubungan-hubungan kualitasnya.
Novel Insya Allah You’ll Find Your Way terbagi dalam berbagai bagian untuk memudahkan pembahasan mengenai plot.

Bagian-bagian Buku
1.    Sang Pengejar Asa
Pada bagian ini menceritakan bahwa Bram adalah seorang mahasiswa Universitas Pamulang, jurusan Sastra Indonesia. Sudah dua semester dia tidak membayar tagihan kuliah karena ekonomi keluarganya di kampung, Sumatera, sedang mengalami kemacetan. Karena dia tak mau berhenti kuliah, dia kemudian memutuskan untuk kuliah sambil bekerja. Bram melarang ibunya menjual sawah peninggalan ayahnya. Dia menyuruh ibunya untuk memajukan warung agar adik-adiknya bisa terus sekolah. Dia berjanji kepada ibunya bahwa setelah dia selesai kuliah nanti, dia akan bekerja untuk ibu dan adik-adiknya.

2.    Yang Tak Datang Dua Kali
Pada bagian ini menceritakan bahwa hari itu Bram berpenampilan layaknya orang-orang yang sedang mencari pekerjaan. Dia bertekad untuk bersedia bekerja apapun yang dia mampu, yang penting dapat terus kuliah. Hari pertama dia menyusuri jalanan, hasilnya nihil, tidak ditemukan lowongan pekerjaan. Pada hari ke-dua, saat dia sedang berteduh di halte karena hujan deras, dia bertemu dengan Pak Tris, guru terbaiknya sewaktu dia masih duduk di bangku SMK, yang selalu memotivasi murid-muridnya untuk selalu terus semangat dalam menggapai cita-cita. Melihat penampilan Bram, Pak Trispun menawarkan sebuah pekerjaan kepada Bram yaitu menjadi guru kesenian di sekolah tempat dia mengajar, yaitu di SMK Insan Kamil dengan siswanya yang terkenal badung-badung. Dengan penuh pertimbangan dan support dari sahabat kostnya yaitu Fajrin, akhirnya dia menerima tawaran dari Pak tris. Meskipun dia mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, tetapi dia merasa menguasai musik berikut teorinya dan bisa melukis.

3.    Hadiah Dari Masa Lalu
Pada bagian ini menceritakan bahwa Elis, anak dari ibu kost Bram tahu dari Fajrin, kalau Bram akan mengajar di SMK Insan Kamil besok pagi. Oleh karenanya, dia meminjamkan buku-bukunya yang berisi semacam tips-tips mengajar. Malam harinya buku-buku itu dia baca hingga tanpa sadar mata terpejam. Dan tak terasa, pagipun datang. Fajrin menyodorkan baju, celana, dan sepatu kulit miliknya untuk dipakai Bram. Brampun menerima pinjaman itu, karena sadar tak ada baju yang lebih baik dari yang biasa dia pakai untuk kuliah.
Sepulang kuliah, Brampun berangkat ke sekolah untuk mengajar. Setelah dia masuk ke dalam kelas XI IPA dan memberikan salam kepada murid-muridnya di kelas itu, tak ada satupun siswa di kelas itu yang mengubris kedatangannya. Satu per satu siswa keluar kelas karena merasa tidak percaya dengan kemampuan guru barunya itu. Dari situlah kemudian dia teringat saat duduk di bangku SMK dulu yang terbilang bandel, sering membolos, dan kurang memiliki sikap sopan santun kepada guru-gurunya, bahkan kepada kepala sekolahnya. Dia sadar kalau apa yang sedang dia rasakan saat itu adalah balasan dari perbuatannya dahulu.

4.    Tentang Marcel; Sebuah Ironi
Pada bagian ini menceritakan bahwa Marcel adalah salah satu siswa kelas XI IPA. Pada hari pertama Bram mengajar, dia berkata bahwa dia tidak akan masuk sekolah kalau guru yang mengajar adalah guru yang tidak berkualitas seperti Bram. Dan benar, esok harinya Marcel tidak masuk. Sepulang mengajar, Bram mencoba mencari alamat rumahnya. Setelah benar sampai di rumahnya, Bram mendapat kabar dari tantenya Marcel, kalau Marcel sedang di rawat di rumah sakit, mengidap kanker. Saat itu pula Bram dan tantenya Marcel pergi menjenguk Marcel. Namun, ternyata jengukan dan support dari Bram tidak diperdulikan oleh Marcel. Bahkan Marcel malah mengusir Bram
Menurut tantenya Marcel semenjak mamanya meninggal dan papanya sibuk di luar negeri, Marcel jadi susah bergaul, sinis pada siapapun dan tak pernah bisa menerima kehadiran orang-orang baru dalam hidupnya. Mendengar hal itu, kemudian Bram mengajak murid-muridnya untuk menjenguk Marcel. Tapi semua muridnya tak ada yang mau. Mereka sudah tidak peduli terhadap Marcel, yang menurut mereka adalah anak yang belagu, tengil, sok pintar, dan tidak tahu diri. Mendengar hal itu, Bram hanya bisa menghela nafas, meskipun sebenarnya sangat geram.

5.    Insya Allah You’ll Find Your Way
Pada bagian ini menceritakan bahwa malam itu adalah hari ulang tahun Elis. Bram tahu hal itu dari Asep, adik Elis. Bram mengambil gitarnya dan duduk di teras depan rumah Elis. Bram menyanyikan sebuah lagu milik Maher Zain berjudul Insya Allah. Bram berhenti bernyanyi ketika melihat Elis datang menghampirinya. Saat itu Bram benar-benar gugup dan reflek mengucapkan selamat ulang tahun kepada Elis.
Keesokan harinya, setelah usai kuliah, seperti hari sebelumnya, ia melanjutkan mengajar. Sesampai di ruangan, ketua OSIS dengan sopan sudah menunggu Bram dengan membawa sebuah kotak besar terbungkus rapi. Isinya adalah kumpulan kartu ucapan dari siswa SMK Insan Kamil. Bram senang akan hal itu. Dan Marcel sangat terharu setelah menerima dan membaca kumpulan kartu ucapan itu, karena ternyata banyak orang yang peduli dengannya. Dia sangat berterima kasih pada Bram, dan minta doanya agar operasi yang akan dijalaninya berjalan lancar sehingga bisa sembuh dan dapat bermain piano bersama Bram.

6.    Forgive Me, Friends...
Pada bagian ini menceritakan bahwa di dalam kelas, Bram mengangkat tinggi sebuah amplop berisi surat, membuat siswanya terfokus padanya. Salah satu muridnya, Nayara, membacakan isi surat itu. setelah selesai membaca, Nayara diam, menahan tangis. Tidak ada celetukan iseng seperti biasa dari teman-temannya. Surat itu berisi ucapan terima kasih Marcel untuk support dari teman-teman dan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya dari Marcel untuk semua teman-temannya.

7.    Sylla
Pada bagian ini menceritakan bahwa Sylla adalah salah satu murid Bram. Dia dikabarkan sering tidur di kelas saat guru memberikan materi. Dan hal itu juga dilihat oleh Bram. Ketika Bram sedang memberikan materi, terlihat Sylla yang sedang tertidur. Kata Bu Veni, rekan kerja Bram, Sylla adalah seorang pengamen di metromini. Nelwan, teman sekelas Syllapun berkata demikian. Kemudian Bram mencari Sylla ke tempat yang telah ditunjukkan Nelwan sebelumnya. Dan bertemulah Sylla dan Bram. Dari pertemuan itulah akhirnya Bram tahu mengapa Sylla mengamen di metromini, tak lain adalah untuk bisa makan dan bayar sekolah. Mendengar hal itu, Bram tidak melarangnya mengamen. Namun dia berpesan kepada Sylla bahwa dia harus mampu mempertahankan nilai-nilainya di sekolah.
8.    Dua Pengagum Rahasia
Pada bagian ini menceritakan bahwa pengakuan Elis kepada Bram, bahwa dia sedang jatuh cinta pada seorang laki-laki. Namun Elis tak mau mengatakan siapa laki-laki itu. Mendengar hal itu, Bram tak kuasa menahan perasaan tersebut. Sesampainya di kost, Bram dikejutkan oleh sebuah surat untuk Fajrin, entah dari perempuan mana. Yang jelas isinya seperti ada kaitannya dengan pengakuan Elis. Surat itu berisi pengakuan rasa cinta yang dalam, dan tak dapat ditahannya kepada Fajrin. Bram mengira, perempuan dalam surat itu adalah Elis.

9.    Pengakuan Fajrin
Pada bagian ini menceritakan bahwa konsentrasi Bram dalam kuliah dan mengajar pecah. Itu gara-gara urusan cinta. Bram cemburu dengan Fajrin. Saat itu Elis tidak seperti biasanya yang meminta bantuan kepada Bram. Dia lebih memilih untuk meminta bantuan kepada Fajrin untuk ditemani ke tempat servis notebook. Jika Fajrin tidak mau menemaninya, Elis lebih memilih untuk naik taksi sendirian. Elis menjadi seperti itu karena sebelumnya dia melihat Bram sedang dipeluk erat oleh gadis cantik, Nayara, murid Bram yang sedang sedih karena mamanya kabur. Sikap Bram yang diam, membuat Fajrin tahu kalau Bram cemburu dengannya. Kemudian dia memberikan pengakuan bahwa tidak terjadi apa-apa antara Fajrin dan Elis sewaktu pergi bersama ke tempat servis notebook. Dan perempuan yang mengirimkan surat tanpa nama itu bukanlah Elis, melainkan teman kuliah Fajrin.

10.    Mencari Derryl
Pada bagian ini menceritakan bahwa sudah berhari-hari Derryl tidak masuk sekolah. Bram ke rumah Derryl untuk mengetahui kabar Derryl sebenarnya. Ternyata, menurut Ibu Derryl, setiap hari dia berpamitan untuk sekolah. Ibunya sangat kaget mendengar kalau anaknya sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Di tengah jalan, ketika hendak pulang, Bram dikepung oleh Derryl dan teman-temannya dengan motor gedenya. Bram dipukuli hingga babak belur oleh mereka, bahkan sampai dibawa ke rumah sakit.

11.    Cerita Patah (1)
Pada bagian ini menceritakan bahwa Bram mendapat info dari Fajrin, bahwa laki-laki yang disukai oleh Elis bukanlah dia, melainkan teman SMUnya dulu, yang sekarang sekelas dengannya di kampus. Mendengar hal itu, membuat rasa sakit di tubuhnya akibat pukulan Derryl dan teman-temannya tak ia rasakan.
Keesokan harinya, Bram kembali mengajar. Seluruh penghuni SMK Insan Kamil memandang sinis Bram, kecuali Marcel. Hanya Marcel yang percaya bahwa Bram tidak mungkin berpacaran dengan Nayara. Sungguh membuat Bram bingung harus berbuat apa lagi. Hingga akhirnya, Nayara mengakui kebohongannya bahwa dia sudah berpacaran dengan gurunya sendiri, Bram.
Malam harinya terjadi ketegangan, setelah Bram menerima sms dari Nayara tentang permohonan maafnya atas segala kesalahannya dan minta doanya agar dosa-dosanya diampuni, jika esok mati. Khawatir akan terjadi sesuatu, dia diantar Fajrin dengan vespanya menuju Bintaro, setelah dapat info dari Sylla bahwa dia tadi siang bersama dengan Nayara, dan Nayara minta turun di Bintaro, tepatnya di jembatan di atas jalan tol.

12.    Cerita Patah (2)
Pada bagian ini menceritakan bahwa sesampainya di jembatan itu, mudahlah ditemukan si Nayara itu, karena banyak orang berkerumunan di sana. Di sana ternyata sudah ada Derryl dan Syla yang juga sedang berusaha menghentikan Nayara yang hendak bunuh diri. Usahaku menghentikan niatnya bunuh diri berhasil. Dia jatuh lemah ke tubuhnku. Kemudian langsung dibawa ke rumah sakit. Setelah kejadian itu, Derryl berdamai dengan Bram.


13.    A Massage From Heaven
Pada bagian ini menceritakan bahwa adzan subuh membangunkan tidur Bram. Seusai sholat, baru tersadar kalau Fajrin sudah tidak ada di kamar. Karena dia tak tega membangunkan Bram, dia meninggalkan pesan, bahwa dia berpamitan pulang ke Tegal. Ibunya sedang koma di rumah sakit, sehingga harus secepatnya tiba di Tegal.
Siang harinya, dia menerima sms dari Sulis, adik Fajrin, bahwa Fajrin mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Bram lemas seketika itu juga. Dan tak lama kemudian, dia bangkit menuju tempat kelahiran Fajrin. Sampai di sana, pelukan hangat dia terima dari ayah Fajrin. Dia ke pemakaman ditemani Sulis dan saudara sulis. Doa-doa dia panjatkan kepada Allah untuk Fajrin. Kenangan bersama Fajrin terus membayangi Bram, hingga kepulangannya menuju tempat dia mencari ilmu. Di dalam bus dia membaca surat terakhir dari Fajrin untuk keluarganya yang berisi tentang keinginannya untuk menjodohkan Bram dengan adiknya yang bernama Sulis. Pesan ayah Fajrin kepada Bram sebelum meninggalkan kampung itu adalah peliharalah dan rawatlah barang-barang milik Fajrin yang sekarang menjadi miliknya.

14.    From Java With Love
Pada bagian ini menceritakan bahwa siang hari, usai kuliah, seperti biasa Bram pergi mengajar. Sampai di kelas, dia mendapat surprize kue ulang tahun lengkap dengan lilinnya. Semua muridnya bersalaman dengannya disertai ucapan selamat ulang tahun dan doa-doa untuknya. Ia juga mendapat surprize dari Pak Tris, yang mengungkapkan bahwa dia ditunjuk oleh Kepala Sekolah untuk menjadi pembina OSIS. Selain itu ia diberi sebuah buku berisi motivasi dari Pak Tris.
Sepulangnya mengajar, di kost sudah ada ayah Fajrin yang dengan sengaja ke kostnya hanya untuk memberikan Vespa Fajrin dan sebuah surat dari Sulis untuknya.


15.    Menikahlah, Anakku
Pada bagian ini menceritakan bahwa Bram membaca surat dari Sulis yang isinya adalah kesiapan Sulis untuk dinikahi Bram, jika memang Bram menerima Sulis. Ibunya Bram merestui kalau Bram menikah dulu dengan Sulis, meskipun kuliahnya belum kelar. Itu adalah untuk menghindar dari godaan syetan.

16.    Shocked
Pada bagian ini menceritakan bahwa Bram sangat terkejut mendengar bahwa siswa SMK Insan Kamil akan tawuran dengan siswa SMK Tunas Bangsa. Tak lama kemudian, suara riuh terdengar di halaman sekolah. Suara itu adalah suara siswa-siswa SMK Tunas Bangsa yang menantang siswa Bram untuk berkelahi. Mereka membawa benda-benda tajam dan keras. Para guru keluar dan teriak-teriak melarang siswanya meladeni mereka. Kemudian polisi datang dan berhasil membubarkan mereka.

17.    Regrets Always Comes... Late!
Pada bagian ini menceritakan bahwa Bram menjawab “Insya Allah” ketika ditanya Abi Elis tentang perjodohannya dengan Sulis. Mendengar hal itu, Elispun kemudian dengan tiba-tiba berkata, “Insya Allah Elispun siap jadi istri kang Hafiz.” Setelah kejadian itu, Elis terlihat sinis kepada Bram. Bram menyesal telah mengatakan hal itu kepada Abi, sehingga membuat Elis akhirnya memberikan persetujuan untuk menikah dengan Hafiz, laki-laki pilihan Abi.

18.    Tragika Cinta
Pada bagian ini menceritakan bahwa Bram berusaha menerawang-nerawang, apakah sikap Elis yang sinis itu karena jawaban Bram kepada Abi kemarin? Apakah Elis mencintai Bram? Lamunan itu hilang, ketika dia harus mengajar. Baru mau memulai pengajaran, suara riuh terdengar. Di lapangan sekolah sudah ada adu jotos antara siswa Bram dengan siswa SMK Tunas Bangsa. Bram berusaha menyelamatkan murid-muridnya, hingga dia jadi korbannya. Perutnya tertusuk benda tajam dan mengalirlah darah dari perutnya.

19.    Cerita Patah (3)
Pada bagian ini menceritakan bahwa tawuran itu membuat Bram koma selama empat hari. Dan “Elis” adalah kata pertama yang ia sebut setelah sadar. Sulis sadar, kalau Bram mencintai Elis, sehingga ia mundur untuk mau dijodohkan dengan Bram. Meskipun begitu, ayah Sulis tidak marah kepada Bram, tetapi malah mengangkatnya sebagai anaknya sendiri. Bram dalam hatinya berjanji, akan menjaga keluarga barunya untuk Fajrin.

20.    Never Ending Love
Pada bagian ini menceritakan bahwa Bram pulang dari rumah sakit dikawal oleh murid-muridnya dan juga Pak Tris sampai di kamar kostnya. Bram mendapat kabar dari Pak Tris bahwa antara SMU Insan Kamil dan SMK Tunas Bangsa sudah berdamai dan tidak akan bersinggungan lagi.
Sesampainya di kamar kamar kost, Bram menuju rumah Elis karena terlihat tenda terpasang di depan rumahnya. Sampai di rumahnya, Abi dan Umi menangis melihat kedatanganku dan mengatakan kalau Elis telah meninggal dunia akibat kecelakaan. Bram sangat marah pada Allah saat itu, karena orang-orang yang ia sayangi diambil olehNya, mulai dari ayahnya, Fajrin, kemudian Elis. Abi dan Umi mencoba menenangkan dan menyadarkan Bram, bahwa Allah sayang pada Elis. Oleh karena itu Elis diambil olehNya lebih dulu dari mereka. Di depan kamar kostnya, Bram menemukan sebuah amplop berisi surat. Surat itu berisi pernyataan perasaan Elis, bahwa Elis mencintai Bram. Dia sudah diberi izin Abi dan Umi untuk menikah dengan Bram. Elis, Abi dan Umi menunggu Bram datang ke rumahnya untuk melamar Elis.

21.    Insya Allah, Aku Temukan Jalan!
Pada bagian ini menceritakan bahwa sudah beberapa hari Bram menghabiskan waktunya untuk menyendiri di kamar. Murid-muridnya berkali-kali datang menghiburnya, tapi tidak mempan. Pak Tris datang memberi beberapa motivasi kepada Bram untuk terus melanjutkan hidup. Brampun tersadar akhirnya. Dia kembali melanjutkan aktifitasnya seperti dulu, yaitu kuliah dan mengajar.
Malam hari, ia mendapat telepon dari ibunya di Sumatera. Ibunya menyampaikan pesan dari pamannya, bahwa jika nilai IPK Bram bagus, pamannya akan membiayai kuliah S2nya di Malaysia. Bram senang mendengar kabar itu, dan berjanji pada ibunya akan lebih giat lagi dalam belajar, supaya bisa kuliah di Malaysia kelak. Pada pagi harinya, dia dengan Asep, adik Elis, pergi menuju makam Elis. Di sana mereka berdoa untuk Elis. Sebelum pulang, Bram meninggalkan sebuah surat balasan untuk Elis, berharap Elis bisa membacanya. Isi surat itu adalah tentang ungkapan perasaannya, kalau sebenarnya dia juga sayang Elis. Dia tidak akan melupkan Elis di manapun ia berada nanti. Ia berharap esok mereka akan dipertemukan di surgaNya.

Struktur Plot
Ke dua puluh satu cerita di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way ini mengandung detil-detil peristiwa atau kejadian yang seperti sudah disebutkan sebelumnya, mempunyai hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat ini tidak hanya dijumpai di dalam satu bagian cerita, tetapi dapat pula berada di bagian cerita yang lain. Jadi, biasa saja sebuah peristiwa sebab terdapat pada bagian 1, sementara peristiwa akibat dijumapai di bagian 5.
Sebelum pembahasan mengenai hubungan sebab-akibat ditemukan di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, terlebih dahulu dirinci detil-detil peristiwa yang mempunyai hubungan ini pada tiap-tiap bagian. Detil-detil ini ditandai dengan:
   1)     Sang Pengejar Asa
1.         Di dalam mobil angkutan umum jurusan Pamulang-Lebak Bulus, bersama penumpang lain Bram merasa seperti berada dalam oven.
2.         Bram tak bersemangat karena memikirkan tagihan biaya kuliah yang menunggak selama dua semester.
3.         Bram adalah mahasiswa Universitas Pamulang, jurusan Sastra Indonesia.
4.         Bram berjumpa dengan Pak Tris, guru SMKnya dulu yaitu SMK Boarding.
5.         Bram dan Pak Tris sambil sesekali mengelap keringat, bergantian menceritakan banyak hal tentang masa SMK dulu.
6.         Di rumah kos, Elis membawakan sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauknya untuk Bram dari Uminya.
7.         Elis juga mengulurkan sebuah amplop tertutup pada Bram.
8.         Bram membuka dan membaca isi amplop itu.
9.         Isi dari surat itu adalah bahwa warung Umak macet dan kopi-kopi tak berbuah banyak.
10.     Adik-adik Bram juga menunggak bayaran sekolah.
11.     Bram tak berselera lagi menikmati nasi pemberian Elis.
12.     Fajrin tanpa sengaja, membaca surat itu.
13.     Fajrin menawarkan pinjaman uang untuk bayar kuliah pada Bram.
14.     Bram menolak dengan halus.
15.     Bram memutuskan untuk kuliah sambil bekerja.

   2)     Yang Tak Datang Dua Kali
1.         Baju putih, celana panjang hitam, dan sepatu pantofel hitam berkilau melekat pada tubuh Bram.
2.         Walau cuaca terik, Bram terus berjalan membawa map berisi dokumen di tangan.
3.         Di dekat kios kecil yang menghadap jalanan, Bram berhenti umtuk membeli minuman.
4.         Terdengar riuh membahana suara klakson mobil yang tak henti dibunyikan.
5.         Orang-orang berlarian berlawanan arah.
6.         Bram panik.
7.         Dua kubu berlarian menuju ke arah Bram.
8.         Salah satu dari kedua kubu itu berpakian sama seperti Bram yaitu putih-hitam.
9.         Jalan raya yang semula ramai oleh kendaraan, kini berubah menjadi suasana perang antarpelajar.
10.     Sebatang kayu dipukulkan seseorang ke punggungnya.
11.     Kawanan lain yang berdasi hitam langsung mengeroyok pelajar yang telah memukul Bram dari belakang.
12.     Sekilas, terbaca oleh Bram sebuah identitas pada seragam yang mulai ternoda darah itu, SMU Insan Kamil.
13.     Suara sirene dari mobil patroli polisi meraung-raung.
14.     Pelajar-pelajar itu berlarian menyelamatkan diri, tak kecuali Bram.
15.     Keesokan harinya Bram masih berjalan membawa amplop berisi surat lamaran pekerjaan.
16.     Di halte Bram berjumpa dengan Pak Tris yang melihatnya sedang membawa amplop di tangannya.
17.     Pak Tris menawarkan pekerjaan pada Bram menjadi guru kesenian di SMU Insan Kamil, tempat Pak Tris mengajar saat itu.
18.     Bram menerima tawaran Pak Tris.
19.     Bram semakin resah setelah mendengar informasi dari Fajrin bahwa siswa SMU Insan Kamil itu terkenal badung-badung.
20.     Elis meyakinkan Bram, bahwa Bram pasti bisa mengajar.
21.     Elispun menawarkan beberapa buku seputar profesi guru pada Bram.

   3)     Hadiah Dari Masa Lalu
1.         Malam itu Bram benar-benar tak dapat memejamkan mata.
2.         Ketakutan dan kecemasan Bram luar biasa rasanya saat itu, apalagi mengingat reputasi para siswa di tempatnya akan mengajar.
3.         Brampun mengingat masa SMKnya dulu yang tidak sekali-dua kali membuat guru-gurunya geram.
4.         Bram meras baru saja memejamkan mata, namun tiba-tiba pagi sudah menjelang.
5.         Melihat kekurangsiapan Bram sejak kemarin, pagi itu Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, ikat pinggang dan sepatu kulit miliknya untuk dikenakan Bram.
6.         Bram akan kuliah dulu seperti biasa, barulah sehabis dzuhur bersiap ke tempat Pak Tris; SMU Insan Kamil.
7.         Rasa gugup Bram makin menjadi saat kendaraan umum yang ia tumpangi berhenti tepat di depan bangunan bertingkat dan mentereng.
8.         Pak Tris menginformasikan pada Bram, bahwa ia hari itu juga ia harus mengajar di kelas XI IPA dan sekalian menjadi wali kelasnya.
9.         Bram semakin melemah.
10.     Bersama gugup yang seolah tak berkesudahan, Bram menghela napas panjang lalu melangkah masuk sambil mengucap salam.
11.     Tak ada seorangpun siswa di kelas itu yang peduli pada Bram.
12.     Satu per satu, tanpa dikomando siswa-siswi di kelaspun berdiri dan berjalan kekuar kelas acuh tak acuh melewati Bram.
13.     Bram memilih mengitari ruangan.
14.     Terbayang di pelupuk mata, ulah iseng dan jahil Bram kepada guru semasa SMK.
15.     Kegigihan, semangat dan perjuangan guruguru Bram di masa lalu membuat semangatnya terlecut.

   4)     Tentang Marcel; Sebuah Ironi
1.         Malam itu konsentrasi Bram terbagi dua, yaitu menyelesaikan tugas kuliah dan persiapan penyusunan materi untuk bahan mengajar siang harinya.
2.         Lagi-lagi Bram merasa beruntung, pernah belajar secara mandiri bersama Pak Tio, guru kesenianku di SMK dulu.
3.         Hari itu, sepulang kuliah langkah Bram gagah penuh semangat menuju kelas XI IPA.
4.         Bram memasuki kelas sambil mengucap salam kendati yakin sebelumnya kalau salamnya tak begitu mereka acuhkan.
5.         Bram berdehem keras sebagai isyarat meminta perhatian.
6.         Kelas mulai hening.
7.         Bram menyebut semua nama dalam daftar.
8.         Marcel dan Edo tidak masuk sekolah.
9.         Siswa di kelas menantang Bram menggambar wajah Nayara, ‘sang primadona di kelas’, di white board.
10.     Jemari Bram mulai bergerak.
11.     Seisi kelas tercengang melihat hasilnya.
12.     Nayara memuji hasil lukisan Bram.
13.     Derryl, ‘kekasih Nayyara’ melangkah ke depan kelas, meraih eraser di meja guru dan langsung menghapus lukisan di white board.
14.      Derryl menebar ancaman kepada Bram kemudian menarik paksa tangan Nayyara agar ikut dengannya keluar kelas.
15.     Seusai mengajar di sekolah, Bram mencari alamat rumah Marcel yang sebelumnya telah ia temukan di buku induk sekolah.
16.     Bram memencet tombol bel di samping pintu gerbang yang tinggi menjulang.
17.     Seorang satpam membukakan gerbang, menyuruh masuk dan mempersilakanku menunggu di kursi teras, setelah tahu kalau Bram adalah wali kelasnya Marcel di sekolah.
18.     Tantenya Marcel berkata pada Bram, bahwa Marcel sedang ada di rumah sakit, mengidap penyakit kanker.
19.     Dengan kendaraan pribadi milik keluarga itu, Bram dan tantenya Marcel menuju rumah sakit tempat Marcel dirawat.
20.     Semenjak mamanya meninggal dan papanya terus sibuk di luar negeri, Marcel menjadi susah bergaul, sinis pada siapapun, dan tak pernah bisa menerima kehadiran orang-orang baru dalam hidupnya.
21.     Tiba di rumah sakit, kami bergegas menuju salah satu kamar VIP di mana Marcel terbaring lemah.
22.     Marcel diam dan membuang tatapannya ke luar jendela saat ditanya Bram tentang keadaannya saat itu.
23.     Bram meyakinkan Marcel, bahwa ia akan baik-baik saja.
24.     Hari itu, genap tiga hari Marcel tidak masuk sekolah.
25.     Berbagai macam alasan untuk menengok Marcel sudah disampaikan Bram agar sikap siswa-siswanya melunak, tetapi tak ada yang menghiraukannya.

   5)     Insya Allah You’ll Find Your Way
                  1.     Malam itu, Bram benar-benar kelelahan.
                  2.     Informasi penting dari Fajrin, bahwa Elis meminta Bram untuk mengajari Asep Matematika, membuat kedua mata Bram segar dan tak terasa sepet lagi.
                  3.     Sampai di rumah Elis, tak biasanya Asep berbisik pada Bram, bahwa hari itu adalah ulang tahun Elis.
                  4.     Bram pulang, hendak menyiapkan sesuatu untuk Elis.
                  5.      Bram memungut gitar di kamar.
                  6.     Bram berjalan ke depan rumah Elis yang terang dan duduk di kursi teras.
                  7.     Tanpa terasa, satu lagu penuh Insya Allah milik Maher Zain terlantun dari bibir Bram yang pada awalnya hanya kusenandungkan untuk mengiringi petikan gitarnya sendiri.
                  8.     Elis menemui Bram di teras rumahnya.
                  9.     Bram gugup.
              10.     Bram memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Elis.
              11.     Elis hanya mengangguk tanpa memandang Bram.
              12.     Malam itu Bram merasa bahagia sekali mengingat senyum dan suara tawa Elis yang sungguh membuat hati Bram berdesir lembut.
              13.     Mindset Bram terhadap tugas-tugas kuliahpun makin cenderung ke arah yang lebih positif.
              14.     Brampun bertambah semangat saat menemui murid-muridnya di kelas.
              15.     Reddy, ketua OSIS, sudah menunggu Bram di ruang guru jauh sebelum kedatangannya dengan membawa sebuah kotak besar yang diletakan di atas meja kerja Bram.
              16.     Isi kotak itu adalah kartu ucapan penyemangat buat Marcel.
              17.     Bram merasa tenang karena dia tak diam dari masalah, tetapi beruasaha berjalan setapak demi setapak untuk menyelesaikannya.
              18.     Ketika sore datang, saat pulang dari sekolahan, tiba-tiba seorang lelaki berpenampilan cukup kalem mendatangi Bram dan memberikannya dua lembar amplop yang katanya dari Marcel.
              19.     Ada sebuah surat di dalam salah satu amplop itu.
              20.     Dalam surat itu, Marcel mengucapkan terima kasih kepada Bram karena kartu-kartu ucapan itu membuatnya bersemangat serta meminta doanya supaya ia bisa sembuh melalui operasi yang akan dilakukan malam harinya.
              21.     Rahang Bram mengeras oleh haru yang nyaris meruntuhkan derai air mata.

   6)     Forgive Me, Friends...
1.    Mata Bram masih lembap saat kakinya melangkah pasti menuju ruang kelas XI IPA sambil menggenggam surat Marcel untuk teman-temannya.
2.    Nayyara membacakan surat dari Marcel di depan kelas.
3.    Ruangan dingin itu kian terasa senyap, hingga beberapa saat setelah Nayyara mengakhiri bacaannya sambil membekap mulutnya sendiri menahan tangis tanpa suara.
4.    Bram mengajak siswanya untuk mendoakan Marcel yang hendak operasi dan keikhlasannya untuk memaafkan Marcel.

   7)     Sylla
                  1.     Malamnya, Bram bercerita pada Fajrin tentang kejadian di malam ulang tahun Elis.
                  2.     Fajrin mengatakan pada Bram, bahwa Bram sudah mulai terinfeksi virus cinta.
                  3.     Fajrin diam setelah ditanya Bram persoalan cinta.
                  4.     Fajrin ingin menjadi ikhwan sejati, merasakan cinta saat dia bisa mendapatkan yang halal dan bisa selalu bersamanya setiap saat.
                  5.     Bram merasa beruntung memiliki sahabat seperti Fajrin, seseorang yang tangguh, punya karakter, kepribadiannya khas, dan tidak suka ikut-ikutan.
                  6.     Di sekolah, Bram mendapat laporan bahwa ada seorang siswi yang bermasalah di kelasnya, Sylla namanya.
                  7.     Sylla dikabarkan sering tidur di kelas saat guru memberikan materi.
                  8.     Bram terkejut mendapati Sylla benar-benar tidur di kelas saat jam pelajarannya baru saja dimulai.
                  9.     Bram menyuruh Sylla untuk menemuinya seusai jam pelajarannya.
              10.     Sylla mematuhi instruksi Bram dua jam kemudian.
              11.     Sylla berbicara ini itu sebelum Bram berbicara apapun.
              12.     Sylla menggeleng kuat-kuat, berdiri, dan melangkah pergi dari hadapan Bram.
              13.     Kata Bu Veni, rekan kerja Bram, dan Nelwan, teman sekelas Sylla, Sylla adalah seorang pengamen di metromini.
              14.     Selepas maghrib, Bram mencari Sylla.
              15.     Bram mendapati Sylla dengan masih menyandang tali tas di bahu, mengganti seragam sekolahnya dengan setelah oblong dan celana panjang berbahan jin belel lalu menghampirinya.
              16.     Sylla terkejut setelah melihat kedatangan Bram.
              17.     Sylla menampar Bram dengan ucapan pedas kemudian melesat pergi dari hadapan Bram.
              18.     Tak ingin menyerah, Bram kembali lagi hari berikutnya ke Pasar Jumat di Lebak Bulus, namun hasilnya nihil.
              19.     Bram mengikuti rapat dewan guru untuk membahas masalah beasiswa bagi siswa berprestasi yang kurang mampu.
              20.     Rapat dewan guru memutuskan bahwa Sylla berhak mendapatkan beasiswa.
              21.     Dengan sisa tenaga yang Bram miliki, dia melesat menuju tempat Sylla sering ngamen yang telah ditunjukkan oleh teman ngamennya Sylla.
              22.     Bram menemukan Sylla di dalam bus besar jurusan Lebak Bulus-Bekasi.
              23.     Kali itu Bram dapat mencegah penghindaran Sylla dari Bram.
              24.     Bram memetik gitar dan bernyanyi berdua dengan Sylla di dalam bus itu.
              25.     Setelah turun dari bus, Bram menyodorkan surat berisi beasiswa kepada Sylla.
              26.     Setelah membaca suratnya, sorot mata Sylla memandang lepas ke jalan, entah apa yang dia pikirkan.

   8)     Dua Pengagum Rahasia
                  1.     Umi Elis meminta Bram untuk menjemput Elis.
                  2.     Tanpa mengganti pakaian, Bram bergegas pergi ke kampus Elis.
                  3.     Bram menghubungi Elis dengan telepon seluler yang umi Elis pinjamkan kepadanya setelah tiba di kampus UI.
                  4.     Elis menyebutkan posisinya saat itu yaitu di ruang kesehatan melalui selulernya.
                  5.     Bram menemukan ruangan itu dan terlihat Elis sedang terduduk lemah di sana.
                  6.     Bram bertanya pada Elis, kenapa ia sakit.
                  7.     Elis bercerita pada Bram bahwa ia suka sama seseorang sehingga mengakibatkannya menyita pikiran karena takut dan bingung harus bagaimana.
                  8.     Air mata Elis mengalir semakin deras.
                  9.     Rasa penasaran terus mengusik Bram tentang siapa lelaki yang disukai Elis.
              10.     Elis tidak mau memberitahu pada Bram siapa lelaki itu.
              11.     Bram tersenyum dan memilih untuk tidak lagi membahasnya.
              12.     Bram dan Elispun pulang.
              13.     Sesampainya di kamar kos, Fajrin mulai menggodaku karena baru saja berduaan dengan Elis di jalan.
              14.     Bram bertanya pada Fajrin tentang keadaannya, karena Bram menemukan ada sesuatu yang tersimpan di wajahnya.
              15.     Fajrin bercerita pada Bram bahwa ia telah mendapatkan sebuah surat dari seorang perempuan yang sedang menyukainya, entah siapa namanya.
              16.     Bram merasa perlu mengait-ngaitkannya dengan Elis.
              17.     Mata Bram tak bisa terpejam, yang ada di depan matanya seolah hanya pikiran-pikiran jahat yang membawanya pada prasangka-prasangka.

   9)     Pengakuan Fajrin
                  1.     Bram melemah karena sesuatu yang tak sepantasnya; perasaan Bram terhadap Elis yang masih ia pertanyakan dan pikiran negatif bahwa Elis menyukai Fajrin.
                  2.     Seusai pelajaran, Marcel memberikan sebuah goody bag titipan dari papanya.
                  3.     Sedikit canggung, Brampun menerima goody bag itu dengan mengucapkan terima kasih pada Marcel.
                  4.     Sesampainya di pintu depan kos, terlihat Nayyara sedang duduk di kursi teras.
                  5.     Bram bertanya pada Nayyara bagaimana dia bisa tau alamat kos Bram.
                  6.     Bukannya menjawab, Nayyara malah menangis, mendekat ke tubuh Bram dan tanpa canggung langsung memeluknya.
                  7.     Tangan Bram mendadak gemetar dan makin bingung karena Nayyara terus menangis sambil mengeratkan pelukannya.
                  8.     Nayyara bercerita pada Bram bahwa mamanya menghilang entah ke mana.
                  9.     Elis berdiri kaku dengan nampan berisi makanan di tangannya, memandangi Nayyara yang menangis dalam pelukan Bram.
              10.     Bram bilang pada Elis, bahwa wanita yang memeluknya adalah Nayyara, muridnya.
              11.     Tubuh mungil Elis menghilang ke dalam, tidak mau mendengar.
              12.     Nayyara minta maaf pada Bram telah membuat Elis marah pada Bram.
              13.     Lelah Bram sore itu makin menjadi saat bertemu Fajrin di rumah.
              14.     Bram menuju tempat tidur setelah mengganti pakaiannya dan sengaja menghindar dari Fajrin dengan berpura-pura ketiduran.
              15.     Suara salam Elis di luar rumah terdengar sayup-sayup oleh Bram dari balik bantal.
              16.     Elis tidak mencari Bram seperti biasanya, tetapi mencari Fajrin untuk minta ditemani ke tempat servis komputer.
              17.     Bram benar-benar muak melihat keakraban mereka.
              18.     Sampai di rumah, Fajrin mengajak bicara Bram dengan memancingnya menggunakan nama Elis supaya bangun dari kepura-puraan tidurnya.
              19.     Fajrin berkata pada Bram kalau Elis sedang marah pada Bram tapi ia tidak tau alasannya apa.
              20.     Langkah Bram melebar meninggalkan kamar menuju Pasar Jumat, berharap bisa bertemu Sylla di sana dan bermain gitar bersamanya.
              21.     Setelah bertemu Sylla, Bram memetik gitar yang disodorkan oleh Sylla dan terucap begitu saja olehnya lirik lagu Now and Forever yang pernah hit oleh Richard Marx.
              22.     Saat Bram pulang, Fajrin terlihat sudah tidur pulas.
              23.     Di meja tulisnya terdapat pesan tertulis dari Fajrin, bahwa Fajrin menyuruh Bram untuk memakan martabak pemberian Elis, dan memberitahukan kalau surat romantis itu dari akhwat teman kuliah Fajrin.
              24.     Mata Bram perih dan rahangnya sakit menahan karena sudah berprasangka buruk pada Fajrin.

10)     Mencari Derryl
                  1.     Gairah mengajar Bram kembali hadir, sepulang kuliah hari itu, tak sabar ia ingin segera ke sekolah menemui murid-muridnya.
                  2.     Saat mulai mengisi materi pada dua jam pertama, Bram langsung mengecek absensi siswa.
                  3.     Bram tidak bisa bersabar lebih lama lagi untuk menunggu kabar dari Derryl yang sudah berhari-hari tidak masuk sekolah.
                  4.     Selesai mengajar Bram mengunjungi rumah Derryl yang berada di kawasan Pamulang.
                  5.     Sesampainya di rumah yang besar mentereng milik orang tua Derryl, Bram menekan bel rumah di dekat gerbang tinggi rumah itu.
                  6.     Seorang petugas di rumah itu membukakan pintu dan membawa Bram masuk ke rumah.
                  7.     Setelah menunggu selama beberapa menit, seorang perempuan paruh baya, Ibu Derryl, menemui Bram.
                  8.     Bram memberitahukan pada Ibu Derryl, bahwa Derryl sudah lama tidak masuk sekolah.
                  9.     Ibu Derryl shock mendengar pemberitahuan dari Bram karena yang ia tahu setiap hari Derryl berangkat sekolah.
              10.     Di perjalanan pulang, dua orang pengemudi motor mengerem motor besarnya secara tiba-tiba di depan Bram.
              11.     Belum yakin bahwa salah satu dari mereka adalah Derryl, empat motor besar lainnya berdatangan dan meraung-raung di sekeliling Bram.
              12.     Bram menghadapi gebugan dan hantaman bertubi-tubi dari mereka.
              13.     Saat perlahan mata Bram terbuka,  ia temukan tubuhnya terbaring dalam ruangan berdinding putih bersih.
              14.     Fajrin bertanya siapa yang melakukan kejahatan pada Bram, namun Bram tidak menyebutkan siapa pelakunya.
              15.     Fajrin keluar dan Elis masuk ke ruang rawat Bram.
              16.     Bram bercerita pada Elis bahwa wanita yang memeluknya saat itu adalah muridnya sendiri yang sedang meminta bantuan padanya.
              17.     Elis terdiam mendengar penjelasan Bram lalu bertanya padanya mengapa Bram bisa dirawat di Rumah sakit.
              18.     Bram menjelaskan pada Elis kronologi perkelahian yang dialaminya malam itu.
              19.     Baru saja suasana mencair di antara mereka, tiba-tiba Elis berdiri dari duduknya.
              20.     Bram merasa bahagia hari itu, namun juga sakit di seluruh tubuhnya.

11)     Cerita Patah (1)
                  1.     Setelah tiga hari menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya Bram diperbolehkan pulang.
                  2.     Bram bersyukur sekali, karena Fajrin telah membayarkan biaya opname Bram dengan ikhlas, tanpa minta diganti.
                  3.     Elis dan Asep tersenyum di atas sepeda masing-masing di depan teras saat Bram dan Fajrin sibuk beres-beres rumah.
                  4.     Bram, Elis, dan Asep kemudian merajai jalanan di atas sepeda bersama.
                  5.     Kemudian mereka berjalan kaki mendorong sepeda masing-masing memasuki kawasan hijau di sepanjang pinggiran danau yang indah.
                  6.     Bram dan Elis melakukan obrolan ringan, meskipun sesungguhnya bukan tentang itu yang ingin Bram bicarakan dengannya.
                  7.     Esok siangnya, persis ketika tubuh Bram sudah seratus persen fit, dia kembali melangkah ringan ke SMU Insan Kamil.
                  8.     Saat menuju ruang guru, Sylla mendekati Bram dan berkata bahwa Bram tidak lebih dari seorang guru genit yang suka mempermainkan perasaan muridnya, merebut pacar muridnya, terus macarin murid sendiri.
                  9.     Bram terkejut.
              10.     Setiba di ruang guru, semua guru seakan memandangiku dengan sinis, begitu pula dengan muridnya di kelas.
              11.     Bram mendapat dukungan moril dari Marcel, bahwa apa yang dikatakan Nayyara kalau dia berpacaran dengan Bram adalah bohong.
              12.     Fajrin berteriak menyambut kepulangan Bram dengan menunjukkan motor Vespanya yang baru dikirim oleh ayahnya, jauh sebelum lelahnya berakhir di depan pintu tempat kos mereka.
              13.     Seusai sholat Isya mereka menjajal Vespa baru milik Fajrin menuju BSD.
              14.     Sambil menikmati makanan dan minumannya, Fajrin bercerita pada Bram kalau laki-laki yang Elis cintai adalah teman SMUnya dulu dan saat itu laki-laki itupun satu kampus dengannya.
              15.     Nadi Bram seakan berhenti berdenyut.
              16.     Bram membisu sampai perjalanan pulang.
              17.     Nada dering yang berisik membuat Bram segera memungut telepon selulernya di atas meja di kamar kosnya.
              18.     Sebuah SMS masuk dari Nayyara yang berisi permohonan maafnya dan meminta doa semoga dosa-dosanya bisa diampuni, dan minta dikuburkan dengan baik jika menemukan Nayya yang sudah mati.
              19.     Bram menelpon Sylla.
              20.     Sylla berkata pada Bram, bahwa sore itu Sylla diajak Nayyara ke Bintaro, dan Nayyara minta diturunkan di Jembatan di atas jalan tol.
              21.     Bram membangunkan Fajrin dari tidurnya dan minta ditemani ke Bintaro saat itu juga.

12)     Cerita Patah (2)
                  1.     Hampir di ujung jembatan, Fajrin tiba-tiba mendadak mengerem motornya lalu menatap ke orang-orang yang berkerumun beberapa meter di depan mereka.
                  2.     Bram langsung turun dari boncengan Fajrin dan meneriaki nama Nayyara.
                  3.     Nayyara terkejut mendengar teriakan Bram.
                  4.     Suara Syllapun menyusul melarang Nayyara bertindak bodoh dengan bunuh diri.
                  5.     Teriakan Derrylpun kemudian terdengar, lalu mendekati Bram dan mengacungkan kepalan tangannya yang gemetaran persis di depan muka Bram.
                  6.     Fajrin berdiri berkacak pinggang di depan Derryl, menyuruhnya bersikap sopan santun dengan gurunya.
                  7.     Nayyara teriak melihat mereka ribut.
                  8.     Dengan tubuh gemetaran, Nayyara kembali memanjat naik dan semakin dekat ke ujung pilar dengan tangisnya yang menjadi-jadi.
                  9.     Derryl jatuh berlutut di bawah Nayyara, dan berkata kalau dia sayang sekali dengannya.
              10.     Nayyara menghentikan langkahnya, setelah Bram mengatakan kepadanya tentang perjuangan mamanya.
              11.     Di sela tangisnya, tiba-tiba tubuhnya limbung dan oleng, lalu melayang lemah ke arah Bram yang berdiri persis di bawahnya.
              12.     Kata dokter Nayya hanya pingsan dan kekurangan darah.
              13.     Sambil menunduk dalam-dalam di depan Bram, Derryl meminta maaf pada Bram.
              14.     Bram mendekati Derryl dan menepuk-nepuk pundaknya.

13)     A Massage From Heaven
                  1.     Sudah hampir adzan subuh, ketika tiba-tiba saja Bram terbangun.
                  2.     Bram mengira Fajrin sudah berangkat duluan ke masjid, setelah menyadari bahwa Fajrin sudah tidak ada di kamarnya.
                  3.     Usai dua rakaat, tiba-tiba sudut mata Bram menangkap selembar amplop surat di atas meja belajar mereka yang berisi bahwa Fajrin pulang ke Tegal karena ibunya sedang koma.
                  4.     Bram terkejut bukan main.
                  5.     Siang harinya, Sulis, adik Fajrin, mengirimkan pesan pada Bram melalui handphone Fajrin, bahwa Fajrin telah meninggal dunia karena kecelakaan saat pulang ke rumah.
                  6.     Bram lalu menelpon nomor Fajrin untuk memastikan kebenaran dari pesan yang diterimanya.
                  7.     Bram mengusap air mata yang belum mau berhenti, sambil melangkah tergesa keluar dari rumah dengan tas berisi sedikit baju-bajunya yang disandang di bahunya hendak ke rumah Fajrin berta’ziah.
                  8.     Sampai di terminal Lebak Bulus, bergegas Bram menghampiri petugas untuk membeli tiket, namun semua tiket telah habis.
                  9.     Bram mencari metromini yang menuju Senen untuk membeli tiket kereta api menuju Tegal.
              10.     Bram duduk di dalam kereta senyaman mungkin sambil memulai membuka Al-Qur’an kecil hadiah dari Fajrin.
              11.     Setelah istirahat sejenak di rumah Fajrin, Bram, Sulis dan sepupu laki-laki Sulis berangkat menuju makam Fajrin.
              12.     Di pemakaman Bram bergumam, seolah-olah Fajrin saat itu duduk di sebelahnya dan dia langsung mendengarnya.
              13.     Paginya, Ayah Fajrin, Bram, dan Sulis sarapan bersama.
              14.     Ayah Fajrin sudah menganggap Bram seperti anaknya sendiri sehingga semua barang milik Fajrin yang ada di kos menjadi milik Bram.
              15.     Bram  begitu terharu.
              16.     Ayah Fajrin menyerahkan surat terakhir untuk dibaca setibanya di Jakarta, dari Fajrin kepada Bram yang berisi tentang keinginan Fajrin pada keluarganya.
              17.     Karena penasaran, Brampun membuka dan membaca isi surat itu di dalam kereta perjalanan pulang ke Jakarta.
              18.     Bram menghela napasnya setelah tau bahwa keinginan terakhir Fajrin pada keluarganya adalah menjodohkan adiknya, Sulis, dengan Bram.

14)     From Java With Love
                  1.     Langkah Bram menuju kamar kostnya terhenti sesaat ketika seorang pria tampan keluar dari rumah Elis, diikuti oleh Elis dan ibunya yang berjalan mengiringinya.
                  2.     Umi Elis memanggilku dan berkata bahwa Umi dan Abi minta maaf karena tidak ikut ta’ziah ke Tegal ketika melihat Bram hendak menuju kamarnya.
                  3.     Air mata Bram kembali merebak melihat semua barang milik Fajrin di dalam kamar.
                  4.     Esok harinya, ketika Bram berjalan hendak berangkat kuliah, Elis menawarkan berangkat bareng dengan sedan mewah yang dibawa laki-laki tampan itu.
                  5.     Bram menolak beralasan hendak ke tempat fotokopian dulu.
                  6.     Setelah makan siang dan menunaikan empat raka’at, Bram menuju sekolahan.
                  7.     Tak ada siswa di kelas yang menjawab sapaan dari Bram, bahkan Marcel secara tak diduga berdiri dari bangkunya dan meninggalkan kelas tanpa seizin Bram.
                  8.     Bram bingung dan emosinya mulai terusik.
                  9.     Tiba-tiba Marcel kembali memasuki kelas membawa kue ulang tahun ukuran cukup besar di tangannya dan semua murid berdiri menyanyikan lagu Happy Birthday.
              10.     Bram terharu mendapatkan perhatian dan kepedulian mereka hari itu.
              11.     Pada jam istirahat, Pak Tris memanggilku ke ruangannya dan memintaku  untuk bersedia menjadi pembina OSIS tahun ajaran baru yang akan datang.
              12.     Bram mengilah, kalau dia belum pantas jadi pembina OSIS.
              13.     Bram pulang ke rumah dan melihat Vespa merah yang kondisinya tak lagi ringsek diparkir tepat di teras depan.
              14.     Ayah Fajrin keluar dari rumah Elis dan mendekati Bram.
              15.     Ayah Bram menitipkan Vespanya pada Bram untuk ia gunakan kuliah, mengajar, dan kesehariannya.
              16.     Bram terdiam dalam haru.
              17.     Kemudian selembar surat dari Sulis diulurkan Ayah Fajrin pada Bram.

15)     Menikahlah, Anakku
                  1.     Perlahan Bram membaca surat dari sulis yang isinya tentang kemantapan hati Sulis untuk dinikahi Bram.
                  2.     Bram tidak tau bagaimana cara menolaknya, karena Ayah dan Ibu Fajrin sangat baik padanya.
                  3.     Bram mendapat telepon dari Umak.
                  4.     Bram memberitahukan pada Umak, bahwa Fajrin telah meninggal dunia dan meminta pendapat pada Umak bagaimana kalau ia nikah dengan Sulis, adiknya Fajrin, selama masih sekolah.
                  5.     Umak mendoakan  Fajrin, semoga Allah menerima segala amal salehnya dan memberikan restu pada Bram untuk menikah dengan Sulis.
                  6.     Bram terdiam karena sebenarnya bukan itu jawaban yang Bram harapkan dari Umak.
                  7.     Petang itu Elis minta ditemani Bram ke BSD, dan Brampun bersedia.
                  8.     Di perjalanan Bram mencoba bertanya pada Elis tentang siapa pria tampan itu, namun tak ditanggapi serius oleh Elis.
                  9.     Hujan turun, sehingga mereka berhenti di depan toko yang sudah tutup dan berteduh di sana lalu menuju ke warung tenda untuk mengisi perut yang keroncongan.
              10.     Handpone Elis berbunyi dan segera ia mengangkat telepon dari pria tampan itu.
              11.     Tak jauh dari warung tenda, Bram melihat pria tampan itu keluar dari sedan hitamnya dan mengajak Elis pulang bareng.
              12.     Bram mematung melihat mobilnya terus melaju, menghilang bersama derasnya hujan.

16)     Shocked
             1.          Sebuah pesan dari Sulis yang isinya bahwa Sulis merasa yakin bahwa Bram adalah yang terbaik untuknya.
             2.          Bram gemetar membacanya.
             3.          Esok siangnya, Bram mendapat kabar bahwa akan ada tawuran di daerah Pasar Jumat, bahkan sepertinya beberapa siswanya sudah membolos demi bisa meladeni siswa SMK Tunas Bangsa.
             4.          Bram melapor kepada Pak Tris.
             5.          Pak Tris menghubungi polisi yang kemudian berhasil membubarkan semua pelajar yang tawuran.
             6.          Hanya berselang tiga menitan setelah bel pulang berbunyi, seisi ruang guru dikejutkan teriakan orang-orang di luar sekolah.
             7.          Dengan gagah berani, Pak Tris mendahului rekan-rekan guru yang lain turun ke lantai dasar dan terus maju menuju gerbang sekolah.
             8.          Beberapa kata umpatan dan makian kasar langsung terdengar dari hadapan mereka, menyambut halauan Pak Tris.
             9.          Sirine polisi terdengar membahana membubarkan pelajar SMK Tunas Bangsa yang hendak bertawuran.

17)     Regrets Always Comes... Late!
                  1.     Selepas makan malam, Bram bergegas pergi ke rumah Elis untuk menemani Asep belajar Matematika.
                  2.     Sesampai di rumah Elis, seperti biasa, Abi Elislah yang lebih dulu menemui Bram.
                  3.     Abi menanyakan kebenaran tentang perjodohannya dengan Sulis.
                  4.     Bram menjawab Insya Allah.
                  5.     Belum selesai Bram bicara, tiba-tiba saja nampan berisi gelas yang dibawa Elis menubruk tepi meja sehingga jatuh dan pecah.
                  6.     Tanpa banyak bicara, Elis menghilang lagi ke belakang.
                  7.     Elis kemudian bicara pada Abi bahwa ia telah siap jadi istri Hafiz, pria tampan yang membawa sedan ke rumahnya.
                  8.     Bram terkejut dan pasrah dengan percakapan Abi dan Elis.
                  9.     Esok paginya, Elis menjadi terlihat cemberut pada Bram.
              10.     Bram tidak mengerti mengapa Elis marah padanya setelah kejadian malam itu.

18)     Tragika Cinta
             1.     Setelah bel masuk berbunyi, Bram bergegas masuk ke ruang kelas yang riuh oleh siswa-siswa kelas XI IPA yang masih membicarakan penyerangan hari itu.
             2.     Baru saja hendak berdiri menuju papan tulis, terdengar suara gaduh di luar.
             3.     Bram bergegas meninggalkan kelas dan terperangah menyaksikan lapangan sekolah yang seolah menjadi medan pertempuran.
             4.     Dengan gemetar dan nyali yang tak seberapa besar, Bram mengawal siswi yang masih di luar hingga masuk ke kelas mereka dan memastikan pintu terkunci rapat dari dalam.
             5.     Bram menyeruak ke tengah-tengah anak-anak muda yang saling pukul.
             6.     Sesuatu yang runcing dan tajam melesak melewati pinggang ke bagian dalam perut Bram, saat mencoba menyelamatkan Edo dari acungan balok kayu yang mengarah kepadanya.
             7.     Kesadaran Bram masih penuh, ketika sebuah benda keras dan berat menghantam kepalanya bertubi-tubi.
             8.     Bram merasa rohnya terbang tinggi, meninggalkan tubuh yang mulai dirembesi darah segar.

19)     Cerita Patah (3)
                  1.     Kata Abi, Bram telah koma selama empat hari.
                  2.     Abi dan Umi keluar, ketika Ayah dan Ibu Fajrin serta Sulis masuk ruang rawat Bram.
                  3.     Setelah ngobrol sebentar, ayah dan ibu Fajrin minta izin keluar sebentar dengan alasan ingin membeli minuman.
                  4.     Bram menanyakan kabar Sulis dan dijawab dengan kalem dan bibirnya membentuk senyuman, bahwa ia sehat.
                  5.     Elis datang dan tersenyum saat mengetahui Sulis ada bersama Bram di ruangan itu.
                  6.     Sulis cepat-cepat berdiri dari duduknya dengan sikap canggung, saat melihat kedatangan Elis.
                  7.     Setelah meletakan buah-buahan dalam plastik transparan di atas meja, Elis berpamitan.
                  8.     Bram meraih selang infus dan dicabutnya secara paksa dari tangannya menyusul Elis.
                  9.     Setelah tersusul, tak ada yang keluar dari mulut Bram tentang perasaan yang sebenarnya pada Sulis.
              10.     Tak lama kemudian, Elis berbalik dan melangkah pelan menuju tempat ia memarkir motornya.
              11.     Di kamar inap, Sulis bertanya pada Bram, apakah Bram mencintai Elis atau tidak.
              12.     Bram gugup seketika.
              13.     Sulis berkata lagi pada Bram, kalau Bram mencintai Elis, maka ia ikhlas untuk mundur.
              14.     Brampun tidak hanya minta maaf pada Sulis, tetapi juga minta maaf pada Ayah Fajrin, bahwa ia belum siap untuk menikah dengan Sulis.
              15.     Ayah Fajrin memeluk Bram sangat erat dan mengangkat Bram menjadi anaknya.
              16.     Air mata Bram bertetesan, jatuh membasahi bahu Ayah Fajrin yang gagah.

20)     Never Ending Love
                  1.     Ayah dan Ibu Fajrin serta Sulis berpamitan pulang.
                  2.     Bram tak kuasa menahan air mata.
                  3.     Beberapa hari kemudian, suara gaduh di luar kamar memenggal sejenak kecemasan Bram pada Elis yang tidak dapat dihubungi tiga hari terakhir setelah ia menjenguknya.
                  4.     Nelangsa Bram berubah bahagia saat murid-muridnya menyusun oleh-oleh di atas meja.
                  5.     Bram mendapat kabar bahwa Nayyara telah hamil dengan om-om, dan Edo sudah dikeluarkan dari sekolahan serta telah terjadi perdamaian antara SMU Insan Kamil dan SMK Tunas Bangsa.
                  6.     Bram mengangguk-angguk bersyukur.
                  7.     Menjelang maghrib, Pak Tris memimpin rombongan untuk mengantar Bram pulang ke rumah kos.
                  8.     Tak seperti biasanya, Bram melihat beranda rumah Elis dipasangi tenda dan mulai dipasangi benderang lampu-lampu neon.
                  9.     Tanpa menghiraukan Pak Tris dan murid-muridnya yang menunggu di rumah, Bram berjalan pelan ke rumah Elis.
              10.     Sesampainya di sana, Umi memberitahukan pada Bram bahwa Elis telah meninggal karena kecelakaan.
              11.     Tubuh Bram menggelenyar, kemudian kaku.
              12.     Pelukan erat Abi menenangkan perasaan Bram perlahan-lahan.
              13.     Bram pulang ke rumah kos dengan sekujur tubuh lunglai dan mendung gelap diwajahnya.
              14.     Satu per satu murid Bram berpamitan pulang, begitu pula dengan Pak Tris.
              15.     Tiba-tiba Bram ingat amplop yang ia temukan di lantai lalu dibuka amplop itu dan dibuka lipatan kertas surat di dalamnya.
              16.     Surat itu dari Elis yang berisi bahwa Elis mencintai Bram, dan dia menunggu lamaran Bram di rumah.

21)     Insya Allah, Aku Temukan Jalan!
                  1.     Bram murung berhari-hari di kamar kostnya.
                  2.     Perhatian dari murid-murid untuk Bram, tidak ada hasil.
                  3.     Pak Tris mengunjungi Bram dan memberikan motivasi yang kemudian membangkitkan kembali semangat Bram untuk terus melanjutkan hidup.
                  4.     Esok harinya Bram siap untuk kuliah dan mengajar lagi.
                  5.     Malam harinya Umak menelpon Bram dan memberi kabar baik untuk Bram, bahwa jika kuliah S1-Bram sudah beres dan nilai IPKnya bagus, mamang Bram mau membiayai kuliah S2-Bram di Malaysia.
                  6.     Bram berjanji pada Umak akan belajar dengan rajin supaya bisa ikut Mamangnya di Malaysia.
                  7.     Pada Minggu pagi, Bram ke pemakaman Elis bersama Asep.
                  8.     Mata Bram mulai sembap oleh air mata begitu selesai mengirim Al-Fatihah dan membaca doa untuknya.
                  9.     Tangan Asep terlihat mengusap-usap batu nisan di hadapannya dan berkata kalau dia sayang dan kangen Elis.
              10.     Kemudian bersama Asep, Bram meninggalkan kompleks pemakaman dengan meninggalkan sebuah surat di atas makam Sulis yang berisikan bahwa Bram akan tetap sayang sama Elis dan meminta izin pada Elis  untuk melanjutkan hidup, menjalankan perintah-Nya dan mencari pendamping hidup.
               
Jalinan Struktur Plot
Berikut ini penjelasan mengenai terjadinya peristiwa di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way karya Hengki Kumayandi yang mempunyai hubungan sebab-akibat satu sama lain.
Peristiwa saat (bagian pertama 1.1.1) Bram di dalam mobil angkutan umum jurusan Pamulang-Lebak Bulus, bersama penumpang lain merasa seperti berada dalam oven, mengakibatkan peristiwa (bagian pertama 1.1.2) yaitu Bram bertambah tak bersemangat karena juga harus memikirkan tagihan biaya kuliah yang menunggak selama dua semester. Bram adalah mahasiswa Universitas Pamulang, jurusan Sastra Indonesia (bagian pertama 1.1.3). Peristiwa (bagian pertama 1.1.1) juga mengakibatkan Bram berjumpa dengan Pak Tris, guru SMKnya dulu yaitu SMK Boarding (bagian pertama 1.1.4). Peristiwa (bagian pertama 1.1.1) juga mengakibatkan Bram dan Pak Tris sambil sesekali mengelap keringat, bergantian menceritakan banyak hal tentang masa SMK dulu (bagian pertama 1.1.5).
Di kamar kost, Elis membawakan sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauknya untuk Bram dari Uminya (bagian pertama 1.1.6). Elis juga mengulurkan sebuah amplop tertutup pada Bram (bagian pertama 1.1.7), yang mengakibatkan peristiwa (bagian pertama 1.1.8), yaitu Bram membuka dan membaca isi amplop itu. Isi dari surat itu adalah bahwa warung Umak macet dan kopi-kopi tak berbuah banyak (bagian pertama 1.1.9), mengakibatkan adik-adik Bram juga menunggak bayaran sekolah (bagian pertama 1.1.10). Selain itu peristiwa (bagian pertama 1.1.9) juga mengakibatkan Bram menjadi tak berselera lagi menikmati nasi pemberian Elis (bagian pertama 1.1.11). Peristiwa (bagian pertama 1.1.9) juga mengakibatkan Bram memutuskan untuk kuliah sambil bekerja (bagian pertama 1.1.15).
Fajrin tanpa sengaja, membaca surat itu (bagian pertama 1.1.12) mengakibatkan Fajrin menawarkan pinjaman uang untuk bayar kuliah pada Bram (bagian pertama 1.1.13). Peristiwa (bagian pertama 1.1.13) mengakibatkan Bram menolak dengan halus (bagian pertama 1.1.14).
Peristiwa (bagian ke-dua 1.2.1) baju putih, celana panjang hitam, dan sepatu pantofel hitam berkilau melekat pada tubuh Bram disebabkan oleh Bram memutuskan untuk kuliah sambil bekerja (bagian pertama 1.1.15). Selain itu peristiwa (bagian pertama 1.15) juga mengakibatkan peristiwa (bagian ke-dua 1.2.2), yaitu walau cuaca terik, Bram terus berjalan membawa map berisi dokumen di tangan. Peristiwa (bagian ke-dua 1.2.2) mengakibatkan di dekat kios kecil yang menghadap jalanan, Bram berhenti umtuk membeli minuman (bagian ke-dua 1.2.3).
Terdengar riuh membahana suara klakson mobil yang tak henti dibunyikan (bagian ke-dua 1.2.4) mengakibatkan orang-orang berlarian berlawanan arah (bagian ke-dua 1.2.5) dan mengakibatkan Bram panik (bagian ke-dua 1.2.6). Dua kubu  berlarian menuju ke arah Bram (bagian ke-dua 1.2.7) mengakibatkan jalan raya yang semula ramai oleh kendaraan, kini berubah menjadi suasana perang antarpelajar (bagian ke-dua 1.2.10). Salah satu dari kedua kubu itu berpakian sama seperti Bram yaitu putih-hitam (bagian ke-dua 1.2.8) mengakibatkan sebatang kayu dipukulkan seseorang ke punggungnya (bagian ke-dua 1.2.11), lalu mengakibatkan kawanan lain yang berdasi hitam langsung mengeroyok pelajar yang telah memukul Bram dari belakang (bagian ke-dua 1.2.11). Sekilas, terbaca oleh Bram sebuah identitas pada seragam yang mulai ternoda darah itu, SMU Insan Kamil (bagian ke-dua 1.2.12). Suara sirene dari mobil patroli polisi meraung-raung (bagian ke-dua 1.2.13) mengakibatkan pelajar-pelajar itu berlarian menyelamatkan diri, tak kecuali Bram (bagian ke-dua 1.2.14).
Keesokan harinya Bram masih berjalan membawa amplop berisi surat lamaran pekerjaan (bagian ke-dua 1.2.15). Bram berjumpa dengan Pak Tris di halte (bagian ke-dua 1.2.16) mengakibatkan Pak Tris menawarkan pekerjaan pada Bram menjadi guru kesenian di SMU Insan Kamil, tempat Pak Tris mengajar saat itu (bagian ke-dua 1.2.17) yang kemudian mengakibatkan Bram menerima tawaran Pak Tris (bagian ke-dua 1.2.18). Bram semakin resah setelah mendengar informasi dari Fajrin bahwa siswa SMU Insan Kamil itu terkenal badung-badung (bagian ke-dua 1.2.19) mengakibatkan Elis meyakinkan Bram, bahwa Bram pasti bisa mengajar (bagian ke-dua 1.2.20) dan Elispun menawarkan beberapa buku seputar profesi guru pada Bram (bagian ke-dua 1.2.21).
Malam itu Bram benar-benar tak dapat memejamkan mata (bagian ke-tiga 1.3.1) yang diakibatkan oleh ketakutan dan kecemasan Bram yang luar biasa rasanya saat itu, apalagi mengingat reputasi para siswa di tempatnya akan mengajar (bagian ke-tiga 1.3.2). Brampun mengingat masa SMKnya dulu yang tidak sekali-dua kali membuat guru-gurunya geram (bagian ke-tiga 1.3.3). Bram meras baru saja memejamkan mata, namun tiba-tiba pagi sudah menjelang (bagian ke-tiga 1.3.4). Melihat kekurangsiapan Bram sejak kemarin, pagi itu Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, ikat pinggang dan sepatu kulit miliknya untuk dikenakan Bram (bagian ke-tiga 1.3.5). Bram akan kuliah dulu seperti biasa, barulah sehabis dzuhur bersiap ke tempat Pak Tris; SMU Insan Kamil (bagian ke-tiga 1.3.6).
Rasa gugup Bram makin menjadi saat kendaraan umum yang ia tumpangi berhenti tepat di depan bangunan bertingkat dan mentereng (bagian ke-tiga 1.3.7). Pak Tris menginformasikan pada Bram, bahwa ia hari itu juga ia harus mengajar di kelas XI IPA dan sekalian menjadi wali kelasnya (bagian ke-dua 1.3.8) mengakibatkan Bram semakin melemah (bagian ke-tiga 1.3.9). Bersama gugup yang seolah tak berkesudahan, Bram menghela napas panjang lalu melangkah masuk sambil mengucap salam (bagian ke-tiga 1.3.10). Tak ada seorangpun siswa di kelas itu yang peduli pada Bram (bagian ke-tiga 1.3.11). Satu per satu, tanpa dikomando siswa-siswi di kelaspun berdiri dan berjalan kekuar kelas acuh tak acuh melewati Bram (bagian ke-tiga 1.3.12) mengakibatkan Bram memilih mengitari ruangan dan terbayang di pelupuk mata, ulah iseng dan jahil Bram kepada guru semasa SMK (bagian ke-tiga 1.3.13). Kegigihan, semangat dan perjuangan guru-guru Bram di masa lalu membuat semangatnya terlecut (bagian ke-tiga 1.3.14).
Malam itu konsentrasi Bram terbagi dua, yaitu menyelesaikan tugas kuliah dan persiapan penyusunan materi untuk bahan mengajar siang harinya (bagian ke-empat 1.4.1). Lagi-lagi Bram merasa beruntung, pernah belajar secara mandiri bersama Pak Tio, guru keseniannya di SMK dulu (bagian ke-empat 1.4.2). Hari itu, sepulang kuliah langkah Bram gagah penuh semangat menuju kelas XI IPA (bagian ke-empat 1.4.3). Bram memasuki kelas sambil mengucap salam kendati yakin sebelumnya kalau salamnya tak begitu mereka acuhkan (bagian ke-empat 1.4.4) mengakibatkan Bram berdehem keras sebagai isyarat meminta perhatian (bagian ke-empat 1.4.5) kemudian mengakibatkan kelas mulai hening (bagian ke-empat 1.4.6), kemudian Bram menyebut semua nama dalam daftar (bagian ke-empat 1.4.7) dan hasilnya Marcel dan Edo tidak masuk sekolah (bagian ke-empat 1.4.8).
Siswa di kelas menantang Bram menggambar wajah Nayara, ‘sang primadona di kelas’, di white board (bagian ke-empat 1.4.9). Lalu jemari Bram mulai bergerak (bagian ke-empat 1.4.10) dan seisi kelas tercengang melihat hasilnya (bagian ke-empat 1.4.11). Nayara memuji hasil lukisan Bram (bagian ke-empat 1.4.12) mengakibatkan Derryl, ‘kekasih Nayyara’ melangkah ke depan kelas, meraih eraser di meja guru dan langsung menghapus lukisan di white board (bagian ke-empat 1.4.13) dan menebar ancaman kepada Bram kemudian menarik paksa tangan Nayyara agar ikut dengannya keluar kelas (bagian ke-empat 1.4.14).
Seusai mengajar di sekolah, Bram mencari alamat rumah Marcel yang sebelumnya telah ia temukan di buku induk sekolah (bagian ke-empat 1.4.15). Bram memencet tombol bel di samping pintu gerbang yang tinggi menjulang (bagian ke-empat 1.4.16) mengakibatkan seorang satpam membukakan gerbang, menyuruh masuk dan mempersilakanku menunggu di kursi teras, setelah tahu kalau Bram adalah wali kelasnya Marcel di sekolah (bagian ke-empat 1.4.17). Tantenya Marcel berkata pada Bram, bahwa Marcel sedang ada di rumah sakit mengidap penyakit kanker (bagian ke-empat 1.4.18). Dengan kendaraan pribadi milik keluarga itu, Bram dan tantenya Marcel menuju rumah sakit tempat Marcel dirawat (bagian ke-empat 1.4.19) mengakibatkan Bram tahu kalau semenjak mamanya meninggal dan papanya terus sibuk di luar negeri, Marcel menjadi susah bergaul, sinis pada siapapun, dan tak pernah bisa menerima kehadiran orang-orang baru dalam hidupnya (bagian ke-empat 1.4.20).
Tiba di rumah sakit, kami bergegas menuju salah satu kamar VIP di mana Marcel terbaring lemah (bagian ke-empat 1.4.21). Marcel diam dan membuang tatapannya ke luar jendela saat ditanya Bram tentang keadaannya saat itu (bagian ke-empat 1.4.22). Meskipun begitu, Bram meyakinkan Marcel, bahwa ia akan baik-baik saja (bagian ke-empat 1.4.23).
Hari itu, genap tiga hari Marcel tidak masuk sekolah (bagian ke-empat 1.4.24) mengakibatkan berbagai macam alasan untuk menengok Marcel disampaikan Bram agar sikap siswa-siswanya melunak, tetapi tak ada yang menghiraukannya (bagian ke-empat 1.4.25).
Malam itu, Bram benar-benar kelelahan (bagian ke-lima 1.5.1), namun informasi penting dari Fajrin, bahwa Elis meminta Bram untuk mengajari Asep Matematika, membuat kedua mata Bram segar dan tak terasa sepet lagi (bagian ke-lima 1.5.2). Sampai di rumah Elis, tak biasanya Asep berbisik pada Bram, bahwa hari itu adalah ulang tahun Elis (bagian ke-lima 1.5.3) mengakibatkan Bram pulang, hendak menyiapkan sesuatu untuk Elis (bagian ke-lima 1.5.4). Bram memungut gitar di kamar (bagian ke-lima 1.5.5) kemudian berjalan ke depan rumah Elis yang terang dan duduk di kursi teras (bagian ke-lima 1.5.6).
Tanpa terasa, satu lagu penuh Insya Allah milik Maher Zain terlantun dari bibir Bram yang pada awalnya hanya kusenandungkan untuk mengiringi petikan gitarnya sendiri (bagian ke-lima 1.5.7) mengakibatkan Elis menemui Bram di teras rumahnya (bagian ke-lima 1.5.8) karena mendengarkan Bram menyanyikan lagu itu. Peristiwa (bagian ke-lima 1.5.8) mengakibatkan Bram gugup (bagian ke-lima 1.5.9).
Bram memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Elis (bagian ke-lima 1.5.10), namun Elis hanya mengangguk tanpa memandang Bram (bagian ke-lima 1.5.11). Malam itu Bram merasa bahagia sekali mengingat senyum dan suara tawa Elis yang sungguh membuat hati Bram berdesir lembut (bagian ke-lima 1.5.12) mengakibatkan Mindset Bram terhadap tugas-tugas kuliahpun makin cenderung ke arah yang lebih positif (bagian ke-lima 1.5.13) dan bertambah semangat saat menemui murid-muridnya di kelas (bagian ke-lima 1.5.14).
Reddy, ketua OSIS, sudah menunggu Bram di ruang guru jauh sebelum kedatangannya dengan membawa sebuah kotak besar yang diletakan di atas meja kerja Bram (bagian ke-lima 1.5.15) yang isinya adalah kartu ucapan penyemangat buat Marcel (bagian ke-lima 1.5.16), mengakibatkan Bram merasa tenang karena dia tak diam dari masalah, tetapi beruasaha berjalan setapak demi setapak untuk menyelesaikannya (bagian ke-lima 1.5.17).
Ketika sore datang, saat pulang dari sekolahan, tiba-tiba seorang lelaki berpenampilan cukup kalem mendatangi Bram dan memberikannya dua lembar amplop yang katanya dari Marcel (bagian ke-lima 1.5.18). Ada sebuah surat di dalam salah satu amplop itu (bagian ke-lima 1.5.19) yang isinya Marcel mengucapkan terima kasih kepada Bram karena kartu-kartu ucapan itu membuatnya bersemangat serta meminta doanya supaya ia bisa sembuh melalui operasi yang akan dilakukan malam harinya (bagian ke-lima 1.5.20). Peristiwa (bagian ke-lima 1.5.20) mengakibatkan rahang Bram mengeras oleh haru yang nyaris meruntuhkan derai air mata (bagian ke-lima 1.5.21).
Mata Bram masih lembap saat kakinya melangkah pasti menuju ruang kelas XI IPA sambil menggenggam surat Marcel untuk teman-temannya (bagian ke-enam 1.6.1), mengakibatkan Nayyara membacakan surat dari Marcel di depan kelas (bagian ke-enam 1.6.2). Kemudian ruang kelas itu terasa senyap, hingga beberapa saat setelah Nayyara mengakhiri bacaannya sambil membekap mulutnya sendiri menahan tangis tanpa suara (bagian ke-enam 1.6.3). Setelah peristiwa (bagian ke-enam 1.6.3), Bram mengajak siswanya untuk mendoakan Marcel yang hendak operasi dan keikhlasannya untuk memaafkan Marcel (bagian ke-enam 1.6.4).
Malamnya, Bram bercerita pada Fajrin tentang kejadian di malam ulang tahun Elis waktu itu (bagian ke-tujuh 1.7.1), mengakibatkan Fajrin mengatakan pada Bram, bahwa Bram sudah mulai terinfeksi virus cinta (bagian ke-tujuh 1.7.2). Fajrin diam setelah ditanya Bram persoalan cinta (bagian ke-tujuh 1.7.3), kemudian berkata bahwa ingin menjadi ikhwan sejati, merasakan cinta saat dia bisa mendapatkan yang halal dan bisa selalu bersamanya setiap saat (bagian ke-tujuh 1.7.4). Bram merasa beruntung memiliki sahabat seperti Fajrin, seseorang yang tangguh, punya karakter, kepribadiannya khas, dan tidak suka ikut-ikutan (bagian ke-tujuh 1.7.5).
Di sekolah, Bram mendapat laporan bahwa ada seorang siswi yang bermasalah di kelasnya, Sylla namanya (bagian ke-tujuh 1.7.6), yaitu sering tidur di kelas saat guru memberikan materi (bagian ke-tujuh 1.7.7). Bram terkejut mendapati Sylla benar-benar tidur di kelas saat jam pelajarannya baru saja dimulai (bagian ke-tujuh 1.7.8) mengakibatkannya menyuruh Sylla untuk menemuinya seusai jam pelajarannya (bagian ke-tujuh 1.7.9). Kemudian Syllapun mematuhi instruksi Bram dua jam kemudian (bagian ke-tujuh 1.7.10) dan berbicara ini itu sebelum Bram berbicara apapun (bagian ke-tujuh 1.7.11). Setelah itu Sylla menggeleng kuat-kuat, berdiri, dan melangkah pergi dari hadapan Bram (bagian ke-tujuh 1.7.12).
Kata Bu Veni, rekan kerja Bram, dan Nelwan, teman sekelas Sylla, Sylla adalah seorang pengamen di metromini (bagian ke-tujuh 1.7.13). Selepas maghrib, Bram mencari Sylla (bagian ke-tujuh 1.7.14) kemudian mendapati Sylla dengan masih menyandang tali tas di bahu, mengganti seragam sekolahnya dengan setelah oblong dan celana panjang berbahan jin belel lalu menghampirinya (bagian ke-tujuh 1.7.15). Sylla terkejut setelah melihat kedatangan Bram (bagian ke-tujuh 1.7.16). Sylla menampar Bram dengan ucapan pedas kemudian melesat pergi dari hadapan Bram (bagian ke-tujuh 1.7.17). Tak ingin menyerah, Bram kembali lagi hari berikutnya ke Pasar Jumat di Lebak Bulus, namun hasilnya nihil (bagian ke-tujuh 1.7.18).
Bram mengikuti rapat dewan guru untuk membahas masalah beasiswa bagi siswa berprestasi yang kurang mampu (bagian ke-tujuh 1.7.19) dan memutuskan bahwa Sylla berhak mendapatkan beasiswa (bagian ke-tujuh 1.7.20). Lalu dengan sisa tenaga yang Bram miliki, dia melesat menuju tempat Sylla sering ngamen yang telah ditunjukkan oleh teman ngamennya Sylla (bagian ke-tujuh 1.7.21). Bram menemukan Sylla di dalam bus besar jurusan Lebak Bulus-Bekasi (bagian ke-tujuh 1.7.22) dan dapat mencegah penghindaran Sylla dari Bram kala itu (bagian ke-tujuh 1.7.23). Kemudian Bram memetik gitar dan bernyanyi berdua dengan Sylla di dalam bus itu (bagian ke-tujuh 1.7.24). Setelah turun dari bus, Bram menyodorkan surat berisi beasiswa kepada Sylla (bagian ke-tujuh 1.7.25) mengakibatkan sorot mata Sylla memandang lepas ke jalan, entah apa yang dia pikirkan setelah membaca suratnya (bagian ke-tujuh 1.7.26).
Umi Elis meminta Bram untuk menjemput Elis (bagian ke-delapan 1.8.1) kemudian tanpa mengganti pakaian, Bram bergegas pergi ke kampus Elis (bagian ke-delapan 1.8.2). Bram menghubungi Elis dengan telepon seluler yang umi Elis pinjamkan kepadanya setelah tiba di kampus UI (bagian ke-delapan 1.8.3) dan Elispun menyebutkan posisinya saat itu yaitu di ruang kesehatan melalui selulernya (bagian ke-delapan 1.8.4). Bram menemukan ruangan itu dan terlihat Elis sedang terduduk lemah di sana (bagian ke-delapan 1.8.5) mengakibatkannya bertanya pada Elis, kenapa ia sakit (bagian ke-delapan 1.8.6). Elis bercerita pada Bram bahwa ia suka sama seseorang sehingga mengakibatkannya menyita pikiran karena takut dan bingung harus bagaimana (bagian ke-delapan 1.8.7). Peristiwa (bagian ke-delapan 1.8.7) mengakibatkan air mata Elis mengalir semakin deras (bagian ke-delapan 1.8.8) dan mengakibatkan rasa penasaran terus mengusik Bram tentang siapa lelaki yang disukai Elis (bagian ke-delapan 1.8.9). Elis tidak mau memberitahu pada Bram siapa lelaki itu (bagian ke-delapan 1.8.10) mengakibatkan Bram tersenyum dan memilih untuk tidak lagi membahasnya (bagian ke-delapan 1.8.11).
Kemudian Bram dan Elispun pulang (bagian ke-delapan 1.8.12). Sesampainya di kamar kos, Fajrin mulai menggodaku karena baru saja berduaan dengan Elis di jalan (bagian ke-delapan 1.8.13). Bram bertanya pada Fajrin tentang keadaannya, karena Bram menemukan ada sesuatu yang tersimpan di wajahnya (bagian ke-delapan 1.8.14) mengakibatkan Fajrin bercerita pada Bram bahwa ia telah mendapatkan sebuah surat dari seorang perempuan yang sedang menyukainya, entah siapa namanya (bagian ke-delapan 1.8.15),  mengakibatkannya merasa perlu mengait-ngaitkannya dengan Elis (bagian ke-delapan 1.8.16) dan membuat matanya tak bisa terpejam, yang ada di depan matanya seolah hanya pikiran-pikiran jahat yang membawanya pada prasangka-prasangka (bagian ke-delapan 1.8.17) .
Bram melemah karena sesuatu yang tak sepantasnya; perasaan Bram terhadap Elis yang masih ia pertanyakan dan pikiran negatif bahwa Elis menyukai Fajrin (bagian ke-sembilan 1.9.1). Seusai pelajaran, Marcel memberikan sebuah goody bag titipan dari papanya (bagian ke-sembilan 1.9.2) membuatnya sedikit canggung, namun kemudian menerima goody bag itu dengan mengucapkan terima kasih pada Marcel (bagian ke-sembilan 1.9.3). Sesampainya di pintu depan kos, terlihat Nayyara sedang duduk di kursi teras (bagian ke-sembilan 1.9.4) memmbuat Bram bertanya pada Nayyara bagaimana dia bisa tau alamat kosnya (bagian ke-sembilan 1.9.5). Bukannya menjawab, Nayyara malah menangis, mendekat ke tubuh Bram dan tanpa canggung langsung memeluknya (bagian ke-sembilan 1.9.6), yang mengakibatkan tangan Bram mendadak gemetar dan makin bingung karena Nayyara terus menangis sambil mengeratkan pelukannya (bagian ke-sembilan 1.9.7), kemudian bercerita pada Bram bahwa mamanya menghilang entah ke mana (bagian ke-sembilan 1.9.8).
Elis berdiri kaku dengan nampan berisi makanan di tangannya, memandangi Nayyara yang menangis dalam pelukan Bram (bagian ke-sembilan 1.9.9) yang mengakibatkan Tubuh mungil Elis menghilang ke dalam, tidak mau mendengar (bagian ke-sembilan 1.9.11) apa yang dikatakan Bram padanya, bahwa wanita yang memeluknya adalah Nayyara, muridnya (bagian ke-sembilan 1.9.10). Peristiwa (bagian ke-sembilan 1.9.11) mengakibatkan Nayyara minta maaf pada Bram telah membuat Elis marah pada Bram (bagian ke-sembilan 1.9.12).
Lelah Bram sore itu makin menjadi saat bertemu Fajrin di rumah (bagian ke-sembilan 1.9.13) mengakibatkan Bram menuju tempat tidur setelah mengganti pakaiannya dan sengaja menghindar dari Fajrin dengan berpura-pura ketiduran (bagian ke-sembilan 1.9.14). Suara salam Elis di luar rumah terdengar sayup-sayup oleh Bram dari balik bantal (bagian ke-sembilan 1.9.15). Elis tidak mencari Bram seperti biasanya, tetapi mencari Fajrin untuk minta ditemani ke tempat servis komputer (bagian ke-sembilan 1.9.16) mengakibatkan Bram benar-benar muak melihat keakraban mereka (bagian ke-sembilan 1.9.17). Sampai di rumah, Fajrin mengajak bicara Bram dengan memancingnya menggunakan nama Elis supaya bangun dari kepura-puraan tidurnya (bagian ke-sembilan 1.9.18). Fajrin berkata pada Bram kalau Elis sedang marah pada Bram tapi ia tidak tau alasannya apa (bagian ke-sembilan 1.9.19) mengakibatkan langkah Bram melebar meninggalkan kamar menuju Pasar Jumat, berharap bisa bertemu Sylla di sana dan bermain gitar bersamanya (bagian ke-sembilan 1.9.20). Setelah bertemu Sylla, Bram memetik gitar yang disodorkan oleh Sylla dan terucap begitu saja olehnya lirik lagu Now and Forever yang pernah hit oleh Richard Marx (bagian ke-sembilan 1.9.21). Saat Bram pulang, Fajrin terlihat sudah tidur pulas (bagian ke-sembilan 1.9.22). Di meja tulisnya terdapat pesan tertulis dari Fajrin, bahwa Fajrin menyuruh Bram untuk memakan martabak pemberian Elis, dan memberitahukan kalau surat romantis itu dari akhwat teman kuliah Fajrin (bagian ke-sembilan 1.9.23) mengakibatkan mata Bram perih dan rahangnya sakit menahan karena sudah berprasangka buruk pada Fajrin (bagian ke-sembilan 1.9.24).
Gairah mengajar Bram kembali hadir, sepulang kuliah hari itu, tak sabar ia ingin segera ke sekolah menemui murid-muridnya (bagian ke-sepuluh 1.10.1). Saat mulai mengisi materi pada dua jam pertama, Bram langsung mengecek absensi siswa (bagian ke-sepuluh 1.10.2). Bram tidak bisa bersabar lebih lama lagi untuk menunggu kabar dari Derryl yang sudah berhari-hari tidak masuk sekolah (bagian ke-sepuluh 1.10.3) mengakibatkan selesai mengajar Bram mengunjungi rumah Derryl yang berada di kawasan Pamulang (bagian ke-sepuluh 1.10.4). Sesampainya di rumah yang besar mentereng milik orang tua Derryl, Bram menekan bel rumah di dekat gerbang tinggi rumah itu (bagian ke-sepuluh 1.10.5) mengakibatkan seorang petugas di rumah itu membukakan pintu dan membawa Bram masuk ke rumah (bagian ke-sepuluh 1.10.6). Setelah menunggu selama beberapa menit, seorang perempuan paruh baya, Ibu Derryl, menemui Bram (bagian ke-sepuluh 1.10.7). Bram memberitahukan pada Ibu Derryl, bahwa Derryl sudah lama tidak masuk sekolah (bagian ke-sepuluh 1.10.8) mengakibatkan Ibu Derryl shock mendengar pemberitahuan dari Bram karena yang ia tahu setiap hari Derryl berangkat sekolah (bagian ke-sepuluh 1.10.9).
Di perjalanan pulang, dua orang pengemudi motor mengerem motor besarnya secara tiba-tiba di depan Bram (bagian ke-sepuluh 1.10.10). Belum yakin bahwa salah satu dari mereka adalah Derryl, empat motor besar lainnya berdatangan dan meraung-raung di sekeliling Bram (bagian ke-sepuluh 1.10.11). Bram menghadapi gebugan dan hantaman bertubi-tubi dari mereka (bagian ke-sepuluh 1.10.12) mengakibatkan saat perlahan mata Bram terbuka,  ia temukan tubuhnya terbaring dalam ruangan berdinding putih bersih (bagian ke-sepuluh 1.10.13) kemudian mengakibatkan Fajrin bertanya siapa yang melakukan kejahatan pada Bram, namun Bram tidak menyebutkan siapa pelakunya (bagian ke-sepuluh 1.10.14). Fajrin keluar dan Elis masuk ke ruang rawat Bram (bagian ke-sepuluh 1.10.15). Bram bercerita pada Elis bahwa wanita yang memeluknya saat itu adalah muridnya sendiri yang sedang meminta bantuan padanya (bagian ke-sepuluh 1.10.16) mengakibatkan Elis terdiam mendengar penjelasan Bram lalu bertanya padanya mengapa Bram bisa dirawat di Rumah sakit (bagian ke-sepuluh 1.10.17) kemudian mengakibatkan Bram menjelaskan pada Elis kronologi perkelahian yang dialaminya malam itu (bagian ke-sepuluh 1.10.18). Baru saja suasana mencair di antara mereka, tiba-tiba Elis berdiri dari duduknya (bagian ke-sepuluh 1.10.19). Bram merasa bahagia hari itu, namun juga sakit di seluruh tubuhnya (bagian ke-sepuluh 1.10.20).
Setelah tiga hari menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya Bram diperbolehkan pulang (bagian ke-sebelas 1.11.1). Bram bersyukur sekali, karena Fajrin telah membayarkan biaya opname Bram dengan ikhlas, tanpa minta diganti (bagian ke-sebelas 1.11.2). Elis dan Asep tersenyum di atas sepeda masing-masing di depan teras saat Bram dan Fajrin sibuk beres-beres rumah (bagian ke-sebelas 1.11.3) mengakibatkan Bram, Elis, dan Asep kemudian merajai jalanan di atas sepeda bersama (bagian ke-sebelas 1.11.4). Kemudian mereka berjalan kaki mendorong sepeda masing-masing memasuki kawasan hijau di sepanjang pinggiran danau yang indah (bagian ke-sebelas 1.11.5) mengakibatkan Bram dan Elis melakukan obrolan ringan, meskipun sesungguhnya bukan tentang itu yang ingin Bram bicarakan dengannya (bagian ke-sebelas 1.11.6). Esok siangnya, persis ketika tubuh Bram sudah seratus persen fit, dia kembali melangkah ringan ke SMU Insan Kamil (bagian ke-sebelas 1.11.7). Saat menuju ruang guru, Sylla mendekati Bram dan berkata bahwa Bram tidak lebih dari seorang guru genit yang suka mempermainkan perasaan muridnya, merebut pacar muridnya, terus macarin murid sendiri (bagian ke-sebelas 1.11.8) mengakibatkan Bram terkejut (bagian ke-sebelas 1.11.9). Setiba di ruang guru, semua guru seakan memandangiku dengan sinis, begitu pula dengan muridnya di kelas (bagian ke-sebelas 1.11.10). Bram mendapat dukungan moril dari Marcel, bahwa apa yang dikatakan Nayyara kalau dia berpacaran dengan Bram adalah bohong (bagian ke-sebelas 1.11.11).
Fajrin berteriak menyambut kepulangan Bram dengan menunjukkan motor Vespanya yang baru dikirim oleh ayahnya, jauh sebelum lelahnya berakhir di depan pintu tempat kos mereka (bagian ke-sebelas 1.11.12) mengakibatkan seusai sholat Isya mereka menjajal Vespa baru milik Fajrin menuju BSD (bagian ke-sebelas 1.11.13). Sambil menikmati makanan dan minumannya, Fajrin bercerita pada Bram kalau laki-laki yang Elis cintai adalah teman SMUnya dulu dan saat itu laki-laki itupun satu kampus dengannya (bagian ke-sebelas 1.11.14) mengakibatkan nadi Bram seakan berhenti berdenyut (bagian ke-sebelas 1.11.15) dan membisu sampai perjalanan pulang (bagian ke-sebelas 1.11.16).
Nada dering yang berisik membuat Bram segera memungut telepon selulernya di atas meja di kamar kosnya (bagian ke-sebelas 1.11.17). Sebuah SMS masuk dari Nayyara yang berisi permohonan maafnya dan meminta doa semoga dosa-dosanya bisa diampuni, dan minta dikuburkan dengan baik jika menemukan Nayya yang sudah mati (bagian ke-sebelas 1.11.18) mengakibatkan Bram menelpon Sylla (bagian ke-sebelas 1.11.19). Sylla berkata pada Bram, bahwa sore itu Sylla diajak Nayyara ke Bintaro, dan Nayyara minta diturunkan di Jembatan di atas jalan tol (bagian ke-sebelas 1.11.20) mengakibatkan Bram membangunkan Fajrin dari tidurnya dan minta ditemani ke Bintaro saat itu juga (bagian ke-sebelas 1.11.21).
Hampir di ujung jembatan, Fajrin tiba-tiba mendadak mengerem motornya lalu menatap ke orang-orang yang berkerumun beberapa meter di depan mereka (bagian ke- dua belas 1.12.1). Bram langsung turun dari boncengan Fajrin dan meneriaki nama Nayyara (bagian ke- dua belas 1.12.2) mengakibatkan Nayyara terkejut mendengar teriakan Bram (bagian ke- dua belas 1.12.3). Suara Syllapun menyusul melarang Nayyara bertindak bodoh dengan bunuh diri (bagian ke- dua belas 1.12.4). Teriakan Derrylpun kemudian terdengar, lalu mendekati Bram dan mengacungkan kepalan tangannya yang gemetaran persis di depan muka Bram (bagian ke- dua belas 1.12.5) mengakibatkan Fajrin berdiri berkacak pinggang di depan Derryl, menyuruhnya bersikap sopan santun dengan gurunya (bagian ke- dua belas 1.12.6) dan kemudian mengakibatkan Nayyara teriak melihat mereka ribut (bagian ke- dua belas 1.12.7). Dengan tubuh gemetaran, Nayyara kembali memanjat naik dan semakin dekat ke ujung pilar dengan tangisnya yang menjadi-jadi (bagian ke- dua belas 1.12.8) mengakibatkan Derryl jatuh berlutut di bawah Nayyara, dan berkata kalau dia sayang sekali dengannya (bagian ke- dua belas 1.12.9).
Nayyara menghentikan langkahnya, setelah Bram mengatakan kepadanya tentang perjuangan mamanya (bagian ke- dua belas 1.12.10). Di sela tangisnya, tiba-tiba tubuhnya limbung dan oleng, lalu melayang lemah ke arah Bram yang berdiri persis di bawahnya (bagian ke- dua belas 1.12.11). Kata dokter Nayya hanya pingsan dan kekurangan darah (bagian ke- dua belas 1.12.12). Peristiwa (bagian ke- dua belas 1.12.13) sambil menunduk dalam-dalam di depan Bram, Derryl meminta maaf pada Bram mengakibatkan Bram mendekati Derryl dan menepuk-nepuk pundaknya (bagian ke-dua belas 1.12.14).
Sudah hampir adzan subuh, ketika tiba-tiba saja Bram terbangun (bagian ke- tiga belas 1.13.1). Bram mengira Fajrin sudah berangkat duluan ke masjid, setelah menyadari bahwa Fajrin sudah tidak ada di kamarnya (bagian ke- tiga belas 1.13.2). Usai dua rakaat, tiba-tiba sudut mata Bram menangkap selembar amplop surat di atas meja belajar mereka yang berisi bahwa Fajrin pulang ke Tegal karena ibunya sedang koma (bagian ke- tiga belas 1.13.3) mengakibatkan Bram terkejut bukan main (bagian ke- tiga belas 1.13.4). Siang harinya, Sulis, adik Fajrin, mengirimkan pesan pada Bram melalui handphone Fajrin, bahwa Fajrin telah meninggal dunia karena kecelakaan saat pulang ke rumah (bagian ke- tiga belas 1.13.5) mengakibatkan Bram lalu menelpon nomor Fajrin untuk memastikan kebenaran dari pesan yang diterimanya (bagian ke- tiga belas 1.13.6). Bram mengusap air mata yang belum mau berhenti, sambil melangkah tergesa keluar dari rumah dengan tas berisi sedikit baju-bajunya yang disandang di bahunya hendak ke rumah Fajrin berta’ziah (bagian ke- tiga belas 1.13.7). Sampai di terminal Lebak Bulus, bergegas Bram menghampiri petugas untuk membeli tiket, namun semua tiket telah habis (bagian ke- tiga belas 1.13.8) mengakibatkan Bram mencari metromini yang menuju Senen untuk membeli tiket kereta api menuju Tegal (bagian ke- tiga belas 1.13.9). Bram duduk di dalam kereta senyaman mungkin sambil memulai membuka Al-Qur’an kecil hadiah dari Fajrin (bagian ke- tiga belas 1.13.10).
Setelah istirahat sejenak di rumah Fajrin, Bram, Sulis dan sepupu laki-laki Sulis berangkat menuju makam Fajrin (bagian ke- tiga belas 1.13.11). Di pemakaman Bram bergumam seolah-olah Fajrin saat itu duduk di sebelahnya dan dia langsung mendengarnya (bagian ke-tiga belas 1.13.12). Paginya, Ayah Fajrin, Bram, dan Sulis sarapan bersama (bagian ke-tiga belas 1.13.13). Ayah Fajrin sudah menganggap Bram seperti anaknya sendiri sehingga semua barang milik Fajrin yang ada di kos menjadi milik Bram (bagian ke-dua belas 1.13.14) mengakibatkan Bram  begitu terharu (bagian ke-tiga belas 1.13.15). Ayah Fajrin menyerahkan surat terakhir untuk dibaca setibanya di Jakarta, dari Fajrin kepada Bram yang berisi tentang keinginan Fajrin pada keluarganya (bagian ke-tiga belas 1.13.16). Karena penasaran, Brampun membuka dan membaca isi surat itu di dalam kereta perjalanan pulang ke Jakarta (bagian ke-tiga belas 1.13.17) mengakibatkan Bram menghela napasnya setelah tau bahwa keinginan terakhir Fajrin pada keluarganya adalah menjodohkan adiknya, Sulis, dengan Bram (bagian ke-tiga belas 1.13.18).
Peristiwa (bagian ke-empat belas 1.14.1) langkah Bram menuju kamar kostnya terhenti sesaat ketika seorang pria tampan keluar dari rumah Elis, diikuti oleh Elis dan ibunya yang berjalan mengiringinya mengakibatkan peristiwa (bagian ke-empat belas 1.14.2) Umi Elis memanggilku dan berkata bahwa Umi dan Abi minta maaf karena tidak ikut ta’ziah ke Tegal. Air mata Bram kembali merebak melihat semua barang milik Fajrin di dalam kamar (bagian ke-empat belas 1.14.3). Esok harinya, ketika Bram berjalan hendak berangkat kuliah, Elis menawarkan berangkat bareng dengan sedan mewah yang dibawa laki-laki tampan itu (bagian ke-empat belas 1.14.4) mengakibatkan Bram menolak beralasan hendak ke tempat fotokopian dulu (bagian ke-empat belas 1.14.5).
Setelah makan siang dan menunaikan empat raka’at, Bram menuju sekolahan (bagian ke-empat belas 1.14.6). Tak ada siswa di kelas yang menjawab sapaan dari Bram, bahkan Marcel secara tak diduga berdiri dari bangkunya dan meninggalkan kelas tanpa seizin Bram (bagian ke-empat belas 1.14.7) mengakibatkan Bram bingung dan emosinya mulai terusik (bagian ke-empat belas 1.14.8). Tiba-tiba Marcel kembali memasuki kelas membawa kue ulang tahun ukuran cukup besar di tangannya dan semua murid berdiri menyanyikan lagu Happy Birthday (bagian ke-empat belas 1.14.9) mengakibatkan Bram terharu mendapatkan perhatian dan kepedulian mereka hari itu (bagian ke-empat belas 1.14.10). Pada jam istirahat, Pak Tris memanggilku ke ruangannya dan memintaku  untuk bersedia menjadi pembina OSIS tahun ajaran baru yang akan datang (bagian ke-empat belas 1.14.11) mengakibatkan Bram mengilah, kalau dia belum pantas jadi pembina OSIS (bagian ke-empat belas 1.14.12). Bram pulang ke rumah dan melihat Vespa merah yang kondisinya tak lagi ringsek diparkir tepat di teras depan (bagian ke-empat belas 1.14.13) mengakibatkan Ayah Fajrin keluar dari rumah Elis dan mendekati Bram (bagian ke-empat belas 1.14.14). Ayah Bram menitipkan Vespanya pada Bram untuk ia gunakan kuliah, mengajar, dan kesehariannya (bagian ke-empat belas 1.14.15) mengakibatkan Bram terdiam dalam haru (bagian ke-empat belas 1.14.16). Kemudian selembar surat dari Sulis diulurkan Ayah Fajrin pada Bram (bagian ke-empat belas 1.14.17).
Peristiwa (bagian ke-lima belas 1.15.1) perlahan Bram membaca surat dari sulis yang isinya tentang kemantapan hati Sulis untuk dinikahi Bram mengakibatkan peristiwa (bagian ke-lima belas 1.15.2) Bram tidak tau bagaimana cara menolaknya, karena Ayah dan Ibu Fajrin sangat baik padanya. Bram mendapat telepon dari Umak (bagian ke-lima belas 1.15.3) mengakibatkan Bram memberitahukan pada Umak, bahwa Fajrin telah meninggal dunia dan meminta pendapat pada Umak bagaimana kalau ia nikah dengan Sulis, adiknya Fajrin, selama masih sekolah (bagian ke-lima belas 1.15.4). Peristiwa (bagian ke-lima belas 1.15.4) tersebut mengakibatkan Umak mendoakan  Fajrin, semoga Allah menerima segala amal salehnya dan memberikan restu pada Bram untuk menikah dengan Sulis (bagian ke-lima belas 1.15.5), dan kemudian mengakibatkan Bram terdiam karena sebenarnya bukan itu jawaban yang Bram harapkan dari Umak (bagian ke-lima belas 1.15.6).
Peristiwa (bagian ke-lima belas 1.15.7) petang itu Elis minta ditemani Bram ke BSD, dan Brampun bersedia mengakibatkan peristiwa (bagian ke-lima belas 1.15.8) di perjalanan Bram mencoba bertanya pada Elis tentang siapa pria tampan itu, namun tak ditanggapi serius oleh Elis. Hujan turun, sehingga mereka berhenti di depan toko yang sudah tutup dan berteduh di sana lalu menuju ke warung tenda untuk mengisi perut yang keroncongan (bagian ke-lima belas 1.15.9). Handpone Elis berbunyi dan segera ia mengangkat telepon dari pria tampan itu (bagian ke-lima belas 1.15.10). Tak jauh dari warung tenda, Bram melihat pria tampan itu keluar dari sedan hitamnya dan mengajak Elis pulang bareng (bagian ke-lima belas 1.15.11) mengakibatkan Bram mematung melihat mobilnya terus melaju, menghilang bersama derasnya hujan (bagian ke-lima belas 1.15.12).
Peristiwa (bagian ke-enam belas 1.16.1) sebuah pesan dari Sulis yang isinya bahwa Sulis merasa yakin bahwa Bram adalah yang terbaik untuknya mengakibatkan peristiwa (bagian ke-enam belas 1.16.2) Bram gemetar membacanya. Esok siangnya, Bram mendapat kabar bahwa akan ada tawuran di daerah Pasar Jumat, bahkan sepertinya beberapa siswanya sudah membolos demi bisa meladeni siswa SMK Tunas Bangsa (bagian ke-enam belas 1.16.3). Bram melapor kepada Pak Tris (bagian ke-enam belas 1.16.4) mengakibatkan Pak Tris menghubungi polisi yang kemudian berhasil membubarkan semua pelajar yang tawuran (bagian ke-enam belas 1.16.5). Hanya berselang tiga menitan setelah bel pulang berbunyi, seisi ruang guru dikejutkan teriakan orang-orang di luar sekolah (bagian ke-enam belas 1.16.6) mengakibatkan dengan gagah berani, Pak Tris mendahului rekan-rekan guru yang lain turun ke lantai dasar dan terus maju menuju gerbang sekolah (bagian ke-enam belas 1.16.7). Beberapa kata umpatan dan makian kasar langsung terdengar dari hadapan mereka, menyambut halauan Pak Tris (bagian ke-enam belas 1.16.8). Sirine polisi terdengar membahana membubarkan pelajar SMK Tunas Bangsa yang hendak bertawuran (bagian ke-enam belas 1.16.9).
Selepas makan malam, Bram bergegas pergi ke rumah Elis untuk menemani Asep belajar Matematika (bagian ke-tujuh belas 1.17.1). Sesampai di rumah Elis, seperti biasa, Abi Elislah yang lebih dulu menemui Bram (bagian ke-tujuh belas 1.17.2). Abi menanyakan kebenaran tentang perjodohannya dengan Sulis (bagian ke-tujuh belas 1.17.3) mengakibatkan Bram menjawab Insya Allah (bagian ke-tujuh belas 1.17.4). Belum selesai Bram bicara, tiba-tiba saja nampan berisi gelas yang dibawa Elis menubruk tepi meja sehingga jatuh dan pecah (bagian ke-tujuh belas 1.17.5) mengakibatkan tanpa banyak bicara, Elis menghilang lagi ke belakang (bagian ke-tujuh belas 1.17.6). Elis kemudian bicara pada Abi bahwa ia telah siap jadi istri Hafiz, pria tampan yang membawa sedan ke rumahnya (bagian ke-tujuh belas 1.17.7) mengakibatkan Bram terkejut dan pasrah dengan percakapan Abi dan Elis (bagian ke-tujuh belas 1.17.8). Esok paginya, Elis menjadi terlihat cemberut pada Bram (bagian ke-tujuh belas 1.17.9) mengakibatkan Bram tidak mengerti mengapa Elis marah padanya setelah kejadian malam itu (bagian ke-tujuh belas 1.17.10).
Setelah bel masuk berbunyi, Bram bergegas masuk ke ruang kelas yang riuh oleh siswa-siswa kelas XI IPA yang masih membicarakan penyerangan hari itu (bagian ke-delapan belas 1.18.1). Baru saja hendak berdiri menuju papan tulis, terdengar suara gaduh di luar (bagian ke-delapan belas 1.18.2) mengakibatkan Bram bergegas meninggalkan kelas dan terperangah menyaksikan lapangan sekolah yang seolah menjadi medan pertempuran (bagian ke-delapan belas 1.18.3). Dengan gemetar dan nyali yang tak seberapa besar, Bram mengawal siswi yang masih di luar hingga masuk ke kelas mereka dan memastikan pintu terkunci rapat dari dalam (bagian ke-delapan belas 1.18.4). Bram menyeruak ke tengah-tengah anak-anak muda yang saling pukul (bagian ke-delapan belas 1.18.5) mengakibatkan sesuatu yang runcing dan tajam melesak melewati pinggang ke bagian dalam perut Bram, saat mencoba menyelamatkan Edo dari acungan balok kayu yang mengarah kepadanya (bagian ke-delapan belas 1.18.6). Kesadaran Bram masih penuh, ketika sebuah benda keras dan berat menghantam kepalanya bertubi-tubi (bagian ke-delapan belas 1.18.7) mengakibatkan Bram merasa rohnya terbang tinggi, meninggalkan tubuh yang mulai dirembesi darah segar (bagian ke-delapan belas 1.18.8).
Kata Abi, Bram telah koma selama empat hari (bagian ke-sembilan belas 1.19.1). Abi dan Umi keluar, ketika Ayah dan Ibu Fajrin serta Sulis masuk ruang rawat Bram (bagian ke-sembilan belas 1.19.2). Setelah ngobrol sebentar, ayah dan ibu Fajrin minta izin keluar sebentar dengan alasan ingin membeli minuman (bagian ke-sembilan belas 1.19.3) mengakibatkan Bram menanyakan kabar Sulis dan dijawab dengan kalem dan bibirnya membentuk senyuman, bahwa ia sehat (bagian ke-sembilan belas 1.19.4). Elis datang dan tersenyum saat mengetahui Sulis ada bersama Bram di ruangan itu (bagian ke-sembilan belas 1.19.5) mengakibatkan Sulis cepat-cepat berdiri dari duduknya dengan sikap canggung, saat melihat kedatangan Elis (bagian ke-sembilan belas 1.19.6). Setelah meletakan buah-buahan dalam plastik transparan di atas meja, Elis berpamitan (bagian ke-sembilan belas 1.19.7) mengakibatkan Bram meraih selang infus dan dicabutnya secara paksa dari tangannya menyusul Elis (bagian ke-sembilan belas 1.19.8). Setelah tersusul, tak ada yang keluar dari mulut Bram tentang perasaan yang sebenarnya pada Sulis (bagian ke-sembilan belas 1.19.9) mengakibatkan tak lama kemudian, Elis berbalik dan melangkah pelan menuju tempat ia memarkir motornya (bagian ke-sembilan belas 1.19.10).
Di kamar inap, Sulis bertanya pada Bram, apakah Bram mencintai Elis atau tidak (bagian ke-sembilan belas 1.19.11) mengakibatkan Bram gugup seketika (bagian ke-sembilan belas 1.19.12). Sulis berkata lagi pada Bram, kalau Bram mencintai Elis, maka ia ikhlas untuk mundur (bagian ke-sembilan belas 1.19.13) mengakibatkan Brampun tidak hanya minta maaf pada Sulis, tetapi juga minta maaf pada Ayah Fajrin, bahwa ia belum siap untuk menikah dengan Sulis (bagian ke-sembilan belas 1.19.14). Ayah Fajrin memeluk Bram sangat erat dan mengangkat Bram menjadi anaknya (bagian ke-sembilan belas 1.19.15) mengakibatkan air mata Bram bertetesan, jatuh membasahi bahu Ayah Fajrin yang gagah (bagian ke-sembilan belas 1.19.16).
Peristiwa (bagian ke-dua puluh 1.20.1) Ayah dan Ibu Fajrin serta Sulis berpamitan pulang mengakibatkan Bram tak kuasa menahan air mata (bagian ke-dua puluh 1.20.2). Beberapa hari kemudian, suara gaduh di luar kamar memenggal sejenak kecemasan Bram pada Elis yang tidak dapat dihubungi tiga hari terakhir setelah ia menjenguknya (bagian ke-dua puluh 1.20.3) mengakibatkan nelangsa Bram berubah bahagia saat murid-muridnya menyusun oleh-oleh di atas meja (bagian ke-dua puluh 1.20.4). Bram mendapat kabar bahwa Nayyara telah hamil dengan om-om, dan Edo sudah dikeluarkan dari sekolahan serta telah terjadi perdamaian antara SMU Insan Kamil dan SMK Tunas Bangsa (bagian ke-dua puluh 1.20.5) mengakibatkan Bram mengangguk-angguk bersyukur (bagian ke-dua puluh 1.20.6).
Menjelang maghrib, Pak Tris memimpin rombongan untuk mengantar Bram pulang ke rumah kos (bagian ke-dua puluh 1.20.7). Tak seperti biasanya, Bram melihat beranda rumah Elis dipasangi tenda dan mulai dipasangi benderang lampu-lampu neon (bagian ke-dua puluh 1.20.8) mengakibatkan tanpa menghiraukan Pak Tris dan murid-muridnya yang menunggu di rumah, Bram berjalan pelan ke rumah Elis (bagian ke-dua puluh 1.20.9). Sesampainya di sana, Umi memberitahukan pada Bram bahwa Elis telah meninggal karena kecelakaan (bagian ke-dua puluh 1.20.10) mengakibatkan tubuh Bram menggelenyar, kemudian kaku (bagian ke-dua puluh 1.20.11). Pelukan erat Abi menenangkan perasaan Bram perlahan-lahan (bagian ke-dua puluh 1.20.12). Bram pulang ke rumah kos dengan sekujur tubuh lunglai dan mendung gelap diwajahnya (bagian ke-dua puluh 1.20.13) mengakibatkan satu per satu murid Bram berpamitan pulang, begitu pula dengan Pak Tris (bagian ke-dua puluh 1.20.14). Tiba-tiba Bram ingat amplop yang ia temukan di lantai rumah, lalu dibuka amplop itu dan dibuka lipatan kertas surat di dalamnya (bagian ke-dua puluh 1.20.15). Surat itu dari Elis yang berisi bahwa Elis mencintai Bram, dan dia menunggu lamaran Bram di rumah (bagian ke-dua puluh 1.20.16) mengakibatkan peristiwa (bagian ke-dua puluh satu 1.21.1) Bram murung berhari-hari di kamar kostnya.
Peristiwa (bagian ke-dua puluh satu 1.21.2) perhatian dari murid-murid untuk Bram, tidak ada hasil mengakibatkan peristiwa (bagian ke-dua puluh satu 1.21.3) Pak Tris mengunjungi Bram dan memberikan motivasi yang kemudian membangkitkan kembali semangat Bram untuk terus melanjutkan hidup kemudian mengakibatkan (bagian ke-dua puluh satu 1.21.4) esok harinya Bram siap untuk kuliah dan mengajar lagi. Malam harinya Umak menelpon Bram dan memberi kabar baik untuk Bram, bahwa jika kuliah S1-Bram sudah beres dan nilai IPKnya bagus, mamang Bram mau membiayai kuliah S2-Bram di Malaysia (bagian ke-dua puluh satu 1.21.5) mengakibatkan Bram berjanji pada Umak akan belajar dengan rajin supaya bisa ikut Mamangnya di Malaysia (bagian ke-dua puluh satu 1.21.6).
Pada Minggu pagi, Bram ke pemakaman Elis bersama Asep (bagian ke-dua puluh satu 1.21.7 mengakibatkan mata Bram mulai sembap oleh air mata begitu selesai mengirim Al-Fatihah dan membaca doa untuknya (bagian ke-dua puluh satu 1.21.8). Tangan Asep terlihat mengusap-usap batu nisan di hadapannya dan berkata kalau dia sayang dan kangen Elis (bagian ke-dua puluh satu 1.21.9). Kemudian bersama Asep, Bram meninggalkan kompleks pemakaman dengan meninggalkan sebuah surat di atas makam Sulis yang berisikan bahwa Bram akan tetap sayang sama Elis dan meminta izin pada Elis  untuk melanjutkan hidup, menjalankan perintah-Nya dan mencari pendamping hidup (bagian ke-dua puluh satu 1.21.10).

Perkembangan Plot
Stanton membagi perkembangan plot menjadi tiga tahapan, yaitu tahap awal, tengah, dan akhir. Pada dasarnya pembagian ini hampir sama dengan perkembangan plot menurut Tasrif. Akan tetapi, Tasrif membagi perkembangan plot sebuah novel secara rinci, yaitu tahap situation, generating circumstances, rising action, climax, dan denoument. Di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, kelima tahapan ini tidak berlaku secara kronologis. Karena itu, plot novel ini disebut sebagai plot sorot balik (flashback).
1.    Situation (pengarang mulai melukiskan keadaan)
Pada bagian pertama digambarkan bahwa setelah Bram menerima surat dari Umaknya di kampung, bahwa Umaknya akan menjual sawah peninggalan Ayahnya untuk bisa membiayai kuliahnya. Hal tersebut kemudian membuat Bram berpikir bahwa ia harus bekerja, sehingga Umaknya tidak perlu menjual tanah peninggalan ayahnya untuk biaya kuliah Bram selanjutnya.
“Aku menarik napas panjang. Rasanya tak berselera lagi menikmati nasi pemberian Elis. Aku tak mau Umak menjual sawah peninggalan almarhum Ayah. Selama ini, sawah itulah yang menjadi penambah penghasilan Umak selain dari kebun kopi kami. Aku harus bekerja, bagaimanapun juga aku tak boleh putus kuliah hanya gara-gara cobaan ini. Namun, aku harus kerja apa? Bagaimana cara mengatur jadwalnya?” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 11)

Esok harinya, Brampun pergi ke sana-ke mari dengan berpakaian hitam putih untuk mencari lowongan pekerjaan.

2.    Generating Circumantaces (peristiwa-peristiwa yang berpaut mulai bergerak)
Dalam sub klimaks ini menggambarkan saat Bram langsung disuruh Pak Tris untuk mengajar di kelas XI IPA sekalian menjadi wali kelas itu.
Pak Tris mengulurkan lembaran kertas berisi jadwal mengajar padaku.
“Untuk hari ini kamu mengajar di kelas XI IPA. Sekalian kamu menjadi wali kelasnya,” ujar laki-laki itu sambil terus memperhatikan wajahku. “Perlu kamu tahu, tak ada yang sanggup menjadi wali kelas XI IPA. Tapi Bapak yakin, karena kamu masih muda, pasti mereka akan senang mendapatkan wali kelas sepertimu. Bapak yakin kamu bisa, Bram. Ini kesempatanmu untuk belajar.” (Insya Allah You’ll Find Your Way: 2014: 47)

Setelah Bram masuk kelas XI IPA barulah ia mulai mengerti mengapa tak ada guru yang sanggup menjadi wali kelasnya. Tak seorangpun siswa memerdulikan kedatangan Bram di kelas itu, melainkan malah asik bersorak-sorai.
“Maaf, semuanya!” ucapku akhirnya, setelah terlebih dulu berdehem keras. “Bisa tenang sebentar?”
Tak ada yang menggubris. Tak ada seorang siswa di kelas ini yang peduli padaku. Mereka terus bersorak-sorai seperti suporter sepak bola yang menonton pertarungan seru dua kesebelasan di tengan lapangan, memberi semangat pada dua rekannya yang bermain drama. Keriuhan itu baru sirna ketika guru piket galak tadi yang senantiasa memantau keberadaan siswa sepanjang hari muncul di pintu sambil memukul-mukulkan mistar kayunya ke pintu. Sepertinya, dia sangat memahami kelas ini. (Insya Allah You’ll Find Your Way: 2014: 49-50)

Peristiwa itu mengakibatkan Bram berusaha untuk menahan emosinya. Selain itu mengingatkan pada Bram akan kenangan buruknya semasa di SMK. Bram merupakan salah satu murid yang nakal, yang sering membuat gurunya kecewa, sakit, dan marah.

3.    Rising Action (Keadaan mulai memuncak)
Keadaan ini menceritakan bahwa terdapatnya bendera kuning yang tertancap di pintu gerbang sekolah, dan bunga kiriman dari SMK Tunas Bangsa yang secara tersirat berarti bahwa siswa SMK Tunas Bangsa akan datang untuk membalaskan dendamnya pada SMU Insan Kamil yang telah membunuh kawannya dua tahun lalu.
 “Ada apa ini?”
Begitu sampai di ruang guru, barulah kuketahui bahwa bunga dan bendera kuning itu dikirim seseorang yang mengaku pelajar SMK Tunas Bangsa, salah satu sekolah yang bermasalah dengan sekolah ini.
“Awal mulanya terjadi dua tahun lalu, Bram. Tanpa kita sadari, kejadian itu adalah akar permasalahan memburuknya hubungan sekolah kita dengan SMK Tunas Bangsa sampai saat ini,” ungkap Pak Tris yang kebetulan saat itu juga ikut berkumpul di ruang guru. “Dulu, dalam sebuah kerusuhan kecil, seorang pelajar sekolah ini pernah membunuh siswa SMK Tunas Bangsa. Dendam yang tak berkesudahan inilah yang terus menyulut terjadinya tawuran dalam beberapa bulan terakhir.”
“Lalu, apa yang istimewa dengan hari ini? Kiriman bunga dan bendera kuning itu? saya masih belum paham, Pak?”
“Hari ini adalah tanggal kematian siswa yang tewas terbunuh itu, Bram.” (Insya Allah You’ll Find Your Way: 2014: 277)

Peristiwa itu membuat Edo, salah satu murid Bram menyuruh teman-teman di sekolah untuk bersiap-siap menerima serangan dari siswa SMK Tunas Bangsa.

4.    Climax (Peristiwa mencapai puncaknya)
Klimaks novel Insya Allah You’ll Find Your Way jelas sekali ketika terjadi tawuran antara dua sekolah di lapangan sekolah tempat Bram mengajar. Mereka bercampur baur di lapangan itu saling adu jotos. Hanya Bramlah, guru yang ikut andil di lapangan itu. Guru lainnya hilang entah ke mana. Yang jelas, pintu ruang guru tertutup rapat. Ketika Bram hendak menyelamatkan muridnya, Bram malah menjadi korban dalam tawuran itu.

Teriakan panik mereka membuat suasana makin kacau dan riuh. Kulihat, hanya pelajar laki-laki yang masih berada di luar. Tanpa menghiraukan para siswi yang kembali ke kelas, aku bergegas meninggalkan kelas, dan terperangah menyaksikan lapangan sekolah yang seolah menjadi medan pertempuran.
“Astaghfirullahaladzim! Siapa para remaja asing itu? Berbulan-bulan mengajar di sini, aku tak pernah melihat tampang mereka. Aku tak mengenal mereka! Berbaur dengan para siswa dari SMU Insan Kamil, mereka saling adu jotos setelah berhasil menerobos pos satpam yang setahuku biasanya selalu dijaga ketat oleh petugas keamanan. Apa yang harus kulakukan? Para guru! Ke mana mereka semua?! Kulihat dari jauh, pintu ruangan guru tertutup rapat, di mana seharusnya mereka tak tinggal diam dengan keributan berdarah ini!”
(Insya Allah You’ll Find Your Way: 2014: 294-295)

“Tanpa pikir panjang, kudorong tubuh Edo hingga jatuh tersungkur. Akibatnya, sesuatu yang runcing dan tajam, melesak melewati pinggang ke bagian dalam perutku. Panas, nyeri! Rasanya nyawaku seperti terbang lepas dari raga. Aku mengerang, memegangi pisau yang masih menancap di perutku. Kesadaranku masih penuh, ketika sebuah benda keras dan berat menghantam kepalaku. Hantaman itu bertubi-tubi menyerang kepalaku tanpa henti. Aku terjerembab ke tanah. Darah mengalir di sepasang telapak tanganku. Sakit. Sakit sekali.”
(Insya Allah You’ll Find Your Way: 2014: 296)

Peristiwa ini membuat Bram mengalami koma selama empat hari di rumah sakit.

5.    Denoument (merupakan bagian yang ditandai adanya pemecahan soal dari semua peristiwa)
Dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi, akhirnya menemukan pemecahan masalah, yaitu berdamainya SMU Insan Kamil dan SMK Tunas Bangsa dengan kesepakatan bahwa kedua belah pihak tak mau lagi bersinggungan.
Berita ini sudah aku dengar dari Pak Tris. Edo bersama beberapa nama lagi, termasuk dalam daftar buronan polisi setelah kerusuhan itu. Sementara itu, media massa lokalpun turut memfasilitasi pertemuan sekaligus perjanjian damai antara dua pihak sekolah yang berseteru. Kabar perdamaianpun merebak di seantero SMU Insan Kamil dan SMK Tunas Bangsa. Kedua belah pihak sepakat tak mau lagi bersinggungan. (Insya Allah You’ll Find Your Way: 2014: 321)

Kejadian ini membuat Bram sangat bersyukur pada Allah. Dia juga bersyukur telah mempersatukannya dengan murid-muridnya dalam persaudaraan yang indah setelah sebelumnya tak seorangpun yang menganggapnya.

Teknik Pengeplotan
Ada beberapa teknik pengeplotan yang digunakan dalam novel, yaitu:
1.    Konflik (Conflict)
Konfik merupakan peristiwa pertentangan antara kekuatan di dalam cerita. Konflik ini merupakan inti dari struktur cerita yang mengimbuhkembangkan plot. Staton (1965 : 16) membagi konflik menjadi dua macam bagian, yaitu konflik internal (internal conflict) dan konflik eksternal (external conflict).
a.    Konflik Internal
Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita, misalnya berbentuk pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah lainnya.
Konflik internal yang terdapat dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way terhadi setelah Bram menerima tawaran mengajar dari Pak Tris. Bram ragu, apakah dia yakin telah menerima tawaran Pak Tris, ataukah tidak lebih baik lagi jika tawaran itu diurungkan saja dan mencari pekerjaan lain karena siswa-siwa SMU Insan Kamil terkenal badung.

“Masih satu hari sebelum memenuhi undangan Pak Tris, yakni mengantarkan berkas lamaran pekerjaan untuk menjadi guru kesenian di SMU Insan Kamil. Aku gelisah dan mondar-mandir di teras. Masih ragu, apakah aku yakin telah menerima tawaran Pak Tris? Apakah tidak lebih baik lagi jika tawaran itu kuurungkan saja dan mencari pekerjaan lain? Menjadi guru di SMU Insan Kamil. Siswa-siswanya yang terkenal badung, suka tawuran serta berlabel anak buangan dari sekolah lain menjadi pertinmbanganku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 35)

Untuk menjadi orang yang berhasil, diperlukan keberanian menerima tantangan. Berhasil tidaknya kita menghadapi tantangan itu menjadi urusan belakangan. Yang terpenting adalah mencoba dahulu, berusaha semaksimal mungkin.
b.   Konflik eksternal
Konflik eksternal, merujuk pada konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang ada di luar dirinya. Konflik eksternal dalam novel Allah You’ll Find Your Way karya Hengki Kumayandi yaitu:
1)   Konflik Fisik
Konflik fisik yang terdapat dalam novel Allah You’ll Find Your Way terjadi pada saat Bram berusaha menyelamatkan salah satu siswanya yang terlihat akan dipukul dengan balok kayu oleh lawannya, namun malah ia sendiri yang menjadi korban.
“Aku menyeruak ke tengah-tengah anak-anak muda yang saling pukul, ketika tak jauh dariku kulihat seorang berlari mengacungkan balok kayu di tangannya ke arah Edo yang yang sedang adu jotos dengan lawannya. Tanpa pikir panjang, kudorong tubuh Edo hingga jatuh tersungkur. Akibatnya, sesuatu yang runcing dan tajam, melesak melewati pinggang ke bagian dalam perutku. Panas, nyeri! Rasanya nyawaku seperti terbang lepas dari raga. Aku mengerang, memegangi pisau yang masih menancap di perutku.” (Allah You’ll Find Your Way, 2014, 296)

Apabila terdapat sengketa di antara dua pihak atau lebih, sebaiknya diselesaikan dengan cara yang bijaksana, tidak main fisik atau saling pukul dan sejenisnya.
Guru yang baik adalah guru yang dengan sabar dan ikhlas mau  membimbing anak didiknya ke arah yang benar dan melindunginya dari mara bahaya, meskipun mereka buruk perilaku dan perkataannya.

2)   Konflik Sosial
Konflik sosial yang terdapat dalam novel Allah You’ll Find Your Way terjadi pada saat Bram mencoba untuk menasihati Sylla, muridnya, untuk segera pulang ke rumah, namun Sylla malah manampar Bram dengan ucapan-ucapan yang pedas.
“Apakah tidak lebih baik kalau beberapa jam dari sekarang kamu sudah ada di rumah? Kamu masih bisa tidur sampai pagi, sehingga masih bisa berpikir di sekolah.”
“Pak, saya memang tukang tidur di kelas. Tapi coba bapak lihat absensi saya. Saya nggak pernah bolos, pak. Coba bapak lihat dong buku rapor saya, sayapun nggak pernah dapat nilai jelek.” Sorot mata Sylla kian tajam menatapku. “Itu artinya, saya bisa mengatur hidup saya. Jadi, lebih baik Pak Bram pulang.”
“Saya mau ngertiin kamu, tapi kamu juga harus memahami maksud saya. Ini semua demi kebaikan kamu, Sylla.”
“Memangnya, Pak Bram yang ngasih saya makan? Memangnya, Pak Bram yang ngasih saya duit buat bayar sekolah? Kalian para guru memang bisanya Cuma menghakimi tanpa pernah bisa ngasih solusi.”
(Allah You’ll Find Your Way, 2014: 113)

Berterimakasihlah kita pada orang yang mau menasihati kita, mau peduli pada kita, karena itu pertanda mereka sayang pada kita. Apabila kita tak sependapat dengan nasihatnya, maka bicaralah dengan sebaik-baiknya, jangan malah membentak-bentak orang itu.

2.    Sorot Balik (flashback)
Teknik sorot balik ditampilkan melalui dialog, mimpi, atau lamunan tokoh (Sudjiman; 1988: 2). Dalam novel Allah You’ll Find Your Way, teknik ini digunakan pada saat Bram teringat masa remajanya dulu. Terbayang olehnya ulah iseng dan jahilnya kepada guru semasa SMKnya dulu.

“Langkahku surut di bangku guru ketika tiba-tiba teringat masa remajaku dulu. Terbayang di pelupuk mata, ulah iseng dan jahilku kepada guru semasa SMK. Jadi seperti inikah perasaan guruku saat itu? sungguh sangat menyebalkan rasanya. Kecewa. Sakit. Marah. Kepingan-kepingan masa lalu itu seperti memecah di depan mata, menampar ingatan keras-keras, seolah membawaku kembali ke sana.” (Allah You’ll Find Your Way, 2014: 52)
Ridho Allah tergantung dari ridho orang tua. Guru adalah orang tua kita di sekolah. Oleh karena itu, sebisa mungkin, jangan sampai kita membuat guru kita sedih karena ulah kita.

3.    Tegangan (Suspense)
Ketegangan yang membangkitkan rasa ingin tahu pembaca muncul dalam beberapa peristiwa, pertama ketegangan saat Bram menerima surat dari Umaknya di kampung, bahwa Umaknya akan menjual sawah peninggalan Ayahnya untuk bisa membiayai kuliahnya. Ke-dua, ketika Bram langsung disuruh Pak Tris untuk mengajar di kelas XI IPA sekalian menjadi walik kelas itu. Ke-tiga, terdapatnya bendera kuning yang tertancap di pintu gerbang sekolah, dan bunga kiriman dari SMK Tunas Bangsa yang secara tersirat berarti bahwa siswa SMK Tunas Bangsa akan datang untuk membalaskan dendamnya pada SMU Insan Kamil yang telah membunuh kawannya dua tahun lalu. Ke-empat, ketika terjadi tawuran antara dua sekolah di lapangan sekolah tempat Bram mengajar. Pada akhirnya SMU Insan Kamil dan SMK Tunas Bangsa berdamai.

4.    Dues ex Machina
Peristiwa yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dikehendaki oleh tokoh, memang sengaja dimunculkan untuk memperlancar alur cerita. Deus ex Machina ini berupa peristiwa pengepungan sekolah oleh beberapa pelajar asing.
“Hanya berselang tiga menit setelah itu, seisi ruang guru dikejutkan oleh teriakan orang-orang di luar sekolah. Bergegas kami keluar, dan terkejut bukan kepalang menyaksikan beberapa pelajar asing mengepung sekolah ini. mereka bergerombol di depan pagar sekolah, lengkap dengan benda-benda tajam di tangan. Kaca-kaca ruang kelas di lantai dua mulai terdengar pecah karena lemparan batu. Kembali, siswa-siswi yang sudah mencapai gerbangpun berlarian kembali ke kelas masing-masing.” (Allah You’ll Find Your Way, 2014: 282-283)

Tidak sepantasnya anak sekolah atau orang berpendidikan melakukan tindakan seperti orang yang tak berpendidikan. Tawuran merupakan tindakan kriminal yang tidak hanya merugikan orang lain, tapi juga merugikan diri sendiri. Kalau ada banyak hal positif yang bisa dilakukan anak sekolah atau orang berpendidikan yang tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain, kenapa harus melakukan hal negatif yang bisa merugikan diri sendiri.

Tokoh Dan Penokohan
Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita yang mengalami peristiwa dan mempunyai sifat, sikap, emosi, prinsip dan sebagainya. Di dalam sebuah novel, tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan dalam beberapa macam sudut pandang dan tinjauan itu adalah beberapa jenis tokoh, jenis watak, dan teknik pelukisan.
1.    Jenis Tokoh
Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh antagonis dan protagonis.
a.    Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Pembagian tokoh utama dan tokoh tambahan ini dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita. (Nurgiyantoro, 1998:176)
Berdasarkn pendapat di atas di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way karya Hengki Kumayandi ini tokoh utamanya adalah Bram, Fajrin, dan Elis karena tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam menggerakkan konflik cerita.
Dibandingkan dengan tokoh utama, tokoh tambahan dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way ini lebih banyak. Beberapa di antaranya yaitu Pak Tris, Asep, Umi dan Abi Elis, ayah dan ibu Fajrin, Sulis, umak (Ibu Bram), Sylla, Edo, Derryl, Nayyara, Pak Sarmidi, Marcel, Pak Tio, Bu Veni, satpam di rumah Marcel, Tante Marcel, Reddy, Nelwan, Mas Pengamen, petugas keamanan di rumah Derryl, pelayan di rumah Derryl, Ibu Derryl, teman-teman Derryl yang bermotor besar, sepupu laki-laki Sulis, Mang Bahar, Kang Hafiz, siswa SMK Tunas Bangsa, siswa SMK Insan Kamil, dan Salsabila.

b.   Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peran penting dalam sebuah cerita. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling tinggi intensitas keterlibatan di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita dan waktu yang digunakan tokoh protagonis berhubungan dengan semua tokoh yang ada dalam cerita dan tokoh protagonis menjadi pusat sorotan di dalam cerita.
Dalam penentuan tokoh protagonis di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way ini lebih tepat menyebut Bram, Fajrin, dan Elis. Tokoh-tokoh ini menempati sebagai tokoh protagonis dengan alasan tokoh ini lebih banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada. Selain itu di dalam novel ini banyak diungkapkan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh ini terhadap permasalahan yang ada serta tokoh ini hadir dari awal hingga akhir cerita.

c.    Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis merupakan tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis. Tokoh antagonis dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way adalah siswa SMK Insan Kamil, diantaranya yaitu bernama Sylla, Marcel, Edo dan Derryl.

2.    Jenis Watak
Forster (1970:75) membagi watak tokoh ke dalam dua jenis, yaitu tokoh yang berwatak bulat atau kompleks dan datar atau sederhana.
Tokoh Berwatak Bulat Dan Datar
Nurgiyantoro (1998: 183) mengatakan bahwa tokoh bulat atau kompleks sebagai tokoh yang memiliki dan disebut berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya. Abrams (1981: 20-21) bahwa tokoh bulat atau tokoh kompleks di katakan lebih mempunyai kehidupan manusia yang sesungguhnya karena di samping sebagai kemungkinan sebagai dan tindakan, ia juga memberikan kebulatan.
Sedangkan tokoh berwatak datar atau sederhana ( Flat or Simple Character) adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat tertentu (Nurgiyantoro, 1998: 182).

3.    Teknik Pelukisan Tokoh
Dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way ini, tokoh-tokoh bulat dan datar tampak jelas pada masing-masing tokohnya.
a.    Elis
Dilukiskan bentuk lahir tokoh ini sebagai berikut:
“Tergugup aku mendapati Elis yang tersenyum dan berdiri di depanku. Ujung jilbab lebarnya bergerak-gerak tertiup angin siang yang berhembus. Hari ini, wajahnya yang bersih cerah terlihat begitu indah dipandang.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 9)

“Kapan lagi ada cewek kayak dia?” Fajrin mulai menggodaku. “Salehah, pinter ngaji, cantik lagi!” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 11)

Penggambaran bentuk fisik ini memang berhubungan dengan masalah kejiwaan, tetapi gambaran itu tidak dapat dijadikan ukuran pernyataan watak yang dimiliki tokoh Elis. Elis memiliki wajah cantik, salehah, dan pintar mengaji. Ia tumbuh dan berkembang di keluarga yang sederhana.

“Elis berdiri kaku dengan nampan berisi makanan di tangannya, memandangi Nayyara yang menangis dalam pelukanku. Wajah cantik Elis merah padam.”
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 144)
“Elis! Nggg, Lis, inii... ini Nayya, murid Aa!” kataku sambil melepas paksa pelukan Nayyara dengan sisa-sisa tenaga yang ada.
..........
“Elis! Tunggu, Lis!” Aku berseru sebelum dia sampai di teras rumahnya.
Dia tidak peduli. Begitu tubuh mungilnya menghilang ke dalam, Elis bahkan langsung membanting pintu rumahnya keras-keras. Brakk! (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 1145)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa watak Elis juga dapat dikatakan sebagai orang yang mudah cemburu. Setelah melihat Bram dipeluk oleh Nayyara (muridnya), Elis langsung pergi tanpa mau mendengarkan penjelasan Bram terlebih dahulu.

b.   Fajrin
Fajrin adalah sahabat dari Bram. Dia satu kos dengan Bram. Dia merupakan sahabat yang baik. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Ane ini sahabat ente. Kalau ada masalah, ceritalah. Mungkin ane bisa bantu. Ane tahu, ente lagi punya masalah keuangan, kan?”
Aku terkejut. Entah dari mana Fajrin mengetahuinya. Aku diam saja.
“Udah, nggak usah mikir ane tahu dari mana.” Fajrin menepuk bahuku, seolah bisa membaca jalan pikiranku. “Ente bisa pakai duit ane dulu buat bayar kuliah. Nanti kalau ente sudah ada duit, ente kan tinggal bayar? Kapan saja juga boleh.”
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 22)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fajrin berwatak baik, suka membantu temannya yang sedang mengalami kesulitan. Dia menawarkan bantuan dengan meminjamkan uang kepada sahabatnya, dan boleh dibayar kapan saja.
Fajrin juga mempunyai watak pengertian pada Bram, sahabatnya. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Melihat kekurangsiapanku sejak kemarin, pagi itu juga Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, dan ikat pinggang miliknya untuk kukenakan. Selain itu, Fajrinpun menyodorkan sepatu kulitnya. Suka atau tidak suka, aku harus menerima tawaran baiknya. Lagi pula, memang tidak ada pakaian yang lebih baik selain yang sudah sering kukenakan untuk pergi kuliah. Lucu rasanya setelah semua yang dipinjamkan Fajrin melekat di tubuhku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 44)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fajrin merupakan tokoh yang pengertian. Tahu kalo Bram belum menyiapkan sandangan untuk dikenakannya sewaktu pertama kali mengajar, Fajrinpun tanpa diminta, menawarkan sandangannya kepada Bram, seperti baju, celana, ikat pinggang, dan sepatu.
Selain itu Fajrin juga memiliki karakter rajin beribadah. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:

“Tengah malam, tiba-tiba aku terbangun karena mendengar suara isak tangis. Kulihat Fajrin terisak dalam doanya setelah bertahajud. Tubuhku bergetar melihat kesungguhannya beribadah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 21)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fajrin sedang berdoa khusu’ setelah bertahajud.
Fajrin juga memiliki karakter suka berbagi. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
 “Aku menikmati makanan yang tadi diantar Elis, sementara Fajrin dengan makanan yang dibawanya sendiri meski aku tahu dia sengaja membeli dengan ukuran porsi besar untuk dua orang. Dia memang sangat baik. Dia rela berbagi makanan denganku setiap saat.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 13)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fajrin biasanya membagi makanannya dengan Bram, jika Bram belum makan.

c.    Bram
Bram memiliki karakter penyabar.  Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
“Kucoba menahan emosi walaupun terkejut melihat sikap siswa tadi. Satu per satu, tanpa dikomando siswa-siswi yang masih tinggal di kelaspun berdiri dan berjalan acuh tak acuh melewatiku.... Kini, aku berdiri mematung di kelas ini seorang diri. Merasa benar-benar tak ada harganya.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 51)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram menahan emosinya atas sikap siswa-siswanya yang sangat tidak sopan, tidak menghargai keberadaan Bram sebagai gurunya.
Bram juga memiliki karakter penuh semangat dan pekerja keras. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:

“Dari informasi yang kuperoleh di kampus, jika sulit menemukan pekerjaan dengan jam kerja malam hari dan terpaksa harus bekerja dari pagi hingga sore, aku tetap bisa kuliah pada hari Sabtu-Minggu. Konsekuensinya, aku harus pindah kelas. Bukan masalah besar bagiku, yang terpenting aku tetap terus kuliah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 26)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram merupakan tokoh yang penuh semangat dan pekerja keras. Demi dapat terus kuliah, dia rela untuk kuliah sambil bekerja. Bram siap menerima konsekuensi apapun, yang penting bisa terus kuliah.

“Aku berdiri seolah terpaku menghadap jalan yang basah oleh rinai hujan. Punggung dan kakiku masih terasa sakit. Semalam, di antara nyeri yang belum mau pergi, aku kembali menulis surat lamaran pekerjaan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 31)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram merupakan tokoh yang penuh semangat. Dia bersikukuh untuk segera mendapatkan pekerjaan. Sehingga meskipun punggung dan kakinya sedang sakit, namun dia tetap bersemangat untuk menulis surat lamaran.
Bram juga termasuk anak yang soleh, berbakti pada orang tuanya. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
 “Giliran Bram yang bekerja sekarang, agar Bram tidak selalu merepotkan Umak. Umak tetaplah berusaha memajukan warung kita, agar adik-adik bisa terus sekolah. Insya Allah, setelah Bram selesai kuliah nanti, Bram yang akan bekerja untuk Umak.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 21)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram tidak ingin selalu merepotkan ibunya. Bram juga bertegad, setelah selesai kuliah, Bram akan bekerja untuk ibu dan adik-adiknya.
Selain itu Bram juga orang yang baik. Dia dengan tulus bersedia membantu orang yang sedang membutuhkan bantuannya tanpa minta maupun mengharapkan imbalan apapun, apalagi kepada orang yang sering berbuat baik kepadanya.
“Kalau Bram nggak keberatan, tolong jemput Elis. Umi bingung harus minta tolong siapa.”
“Biar Bram yang jemput Elis.” Aku memutuskan. Tak mungkin kutolak permohonan Umi. Sesibuk atau selelah apapun aku saat ini.
.................
“Dan ini untuk ongkos naik bus, Bram.”
....................
“Nggak usah, Mi. Kebetulan Bram ada uang.” Kutolak sehalus mungkin agar Umi Elis tidak tersinggung.
“Sudah, ayo ambil. Sekalian buat beli bensin motornya Elis. Katanya bensinnya juga habis.”
“Beneran, Mi, nggak usah. Bensin motor Elis juga biar Bram saja yang isikan,” ucapku.
Umipun menyerah, tak lagi memaksaku menerima uangnya.
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 125)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bram dengan tulus membantu Umi Elis untuk menjemput anaknya, Elis. Meskipun Umi Elis memaksa Bram untuk menerima ongkos perjalanannya, namun Bram secara halus menolak uang ongkos itu.

d.   Edo (siswa SMK Insan Kamil)
Edo adalah salah satu siswa SMK Insan Kamil, murid dari Bram. Edo memiliki postur tubuh yang tinggi besar dan kulitnya hitam legam. Dia berwatak berani dan sombong. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:
 Salah satu dari yang bersikap tak acuh tiba-tiba berdiri dengan tangan teracung di samping wajahnya yang berbekas luka. Tubuhnya tinggi besar dan kulitnya hitam legam.
“Pak! Apa yang bapak ceritakan tadi, sudah saya baca! Basi! Saya ingin sesuatu yang belum pernah saya dengar atau saya baca. Atau minimal tentang hal-hal unik para tokoh besar seperti Mahatma Gandhi, atau Bung Karno, atau Hilter, atau Julius Caesar. Atau setidaknya  Marthin Luther, Da Vinci, atau Thomas Alfa Edison! Kalau Cuma begitu saja, sudah kelewat sering. Jadi guru itu harus menantang dong ilmunya! Bisa nggak sih?!” katanya pongah. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 57)

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa Edo tidak menghargai apa yang telah disampaikan oleh Bram, karena apa yang disampaikan Bram dianggapnya basi. Dengan sombongnya, dia menantang Bram untuk menceritakan sesuatu yang belum pernah ia dengar atau baca.
Selain sombong, Edo juga memiliki karakter tidak sopan atau tidak bertata krama. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:

Belum usai mengecek kehadiran murid-muridku, tiba-tiba saja Edo berdiri dari duduknya. Berjalan ke depan, lalu langsung meninggalkan kelas tanpa pamit.
“Edo!” Aku memanggilnya.
Remaja itu berhenti sejenak, lalu membalikkan badannya menghadap ke arahku.
“Saya mau ke toilet, Pak,” ucapnya datar, seolah-olah tak melakukan kekeliruan apapun.
Dia benar-benar tidak menghargai keberadaanku ketika kembali melangkah pergi.
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 279)

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkam bahwa Edo keluar kelas di saat jam pelajaran, tanpa minta izin gurunya terlebih dahulu yang sedang berada di kelas. Hal tersebut jelaslah tidak sopan.

e.    Marcel
Marcel salah satu siswa SMK Insan Kamil, murid dari Bram. Marcel memiliki postur tubuh yang ceking dan wajahnya tirus. Matanya berkacamata model bundar. Dia memiliki karakter tidak sopan. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:

Ternyata reaksi itu cuma hiburan semata bagiku. Seolah mewakili aspirasi teman-temannya, salah satu dari mereka tiba-tiba berdiri, seorang pelajar laki-laki, masih dengan tas sekolah yang terselempang di bahunya, dia kemudian maju ke depan kelas. Tubuhnya ceking dan wajahnya tirus. Bahkan kacamata model bundar yang dikenakannya sama sekali tidak memberi kesan berisi pada wajahnya.
“Gue nggak mau belajar kalau gurunya keliatan nggak punya pengalaman. Dan malah keliatan nggak berkualitas!” ceracaunya. Lalu, menggeloyor meninggalkan kelas begitu saja.
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 51)

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkam bahwa Marcel menganggap bahwa gurunya, yaitu Bram adalah guru yang tidak punya pengalaman, bahkan tidak berkualitas. Hal itu kemudian membuat Marcel meninggalkan kelas tanpa izin Bram. Hal tersebut jelaslan tidak sopan untuk dilakukan.
Sebelumnya, Marcel merupakan anak yang rajindan pandai, namun karena sesuatu hal, dia berubah menjadi anak yang susah bergaul, dan sinis pada siapapun. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:

“Dulu dia anak yang rajin. Sejak SD, nilai-nilai Marcel selalu yang terbaik di kelasnya. Tiga tahun lalu, dia adalah lulusan terbaik se-SMP. Sayang, semenjak mamanya meninggal dan papanya terus sibuk di luar negeri, dia berubah seperti sekarang. Susah bergaul, sinis pada siapapun, dan tak pernah bisa menerima kehadiran orang-orang baru dalam hidupnya.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 78)

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkam bahwa Marcel sebenarnya adalah tokoh yang rajin dan pandai. Namun setelah kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, dia berubah menjadi sosok yang susah bergaul, dan sinis pada siapapun.
Setelah Marcel menerima kartu ucapan berisi penyemangat untuknya dari teman-temannya, dia sadar bahwa ternyata masih ada yang mau peduli dengannya. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:

“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada bapak. Kartu-kartu penyemangat dari teman-teman telah membuat saya menangis haru. Saya menjadi lebih hidup, yang selama ini saya merasa tak ada yang peduli dengan saya. (................) Tapi semenjak saya membaca semua ucapan penyemangat dari teman-teman, saya merasa bahwa hidup harus terus berjalan. Dan saya berhak untuk hidup lebih baik.”
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 96)

“Aku masih belum percaya ini. sampai kapanpun tidak akan pernah percaya ini. Tapi, setiap kupandangi tulisan tangan kalian, juga buket bunga itu, aku yakin ini bukan mimpi. Friends, thanks a million for the present, for supporting. Really, I feel much better.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 100)

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkam bahwa setelah Marcel tau kalau masih ada banyak orang yang peduli dengannya, diapun kembali ke watak semula. Dia kembali menjadi anak yang manis (baik) yang tahu terima kasih dan kembali bersemangat untuk melanjutkan hidup yang lebih baik lagi.
Di mata teman-temannya, Marcel adalah orang yang tengil, yang sok pintar dan tidak tahu diri. Hal tersebut terlihat dalam peristiwa berikut:

“Kita nggak peduli. Terserah, mau dia sakit yang mematikan kayak gimanapun, kita semua nggak mau tahu. Nggak sudi kita kasih semangat sama anak tengil yang sok pintar dan nggak tahu diri itu!” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2014: 82)

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkam bahwa teman-teman Marcel tidak peduli dengan keadaan Marcel yang sedang sakit keras, karena sikap Marcel yang sok pintar dan tidak tahu diri di kelas.

Secara garis besar, ada dua teknik pelukisan tokoh, yaitu teknik uraian (telling) dan teknik ragaan (showing). (Abrams, 1981: 21) atau oleh Altenbernd dan Lewis (1966: 56) disebut teknik penjelasan ekspositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic).

1.    Teknik Ekspository
Teknik ekspositori ini dikenal juga dnegan istilah analitis merupakan pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dnegan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung mengenai sifat, watak, tingkah laku dan juga ciri fisiknya (Nurgiyantoro, 1998: 195).
Di dalam novel ini teknik ekspositori yanga digunakan pengarang adalah analisis secara langsung (direct auther analisis). Disebut teknik analisis pengarang secara langsung apabila pengarang secara langsung menyebutkan watak tokoh yang dianalisis. Pembaca tidak perlu mengira-ngira watak seorang tokoh karena pengarang sudah menyebutkan secara jelas.
Untuk melukiskan bahwa Elis adalah anak yang solehah, pintar mengaji, dan cantik, digambarkannya dalam kalimat yang dapat langsung dimengerti bagaimana sifat tokoh tersebut.

“Kapan lagi ada cewek kayak dia?” Fajrin mulai menggodaku. “Salehah, pinter ngaji, cantik lagi!” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 11)

Berdasarkan kutipan di atas, jelas digambarkan bahwa Elis adalah orang yang solehah, pintar mengaji, dan juga cantik.
Penggunaan teknik ini dalam sebuah novel mebuat pembaca lebih santai membaca cerita yang dibacanya karena dia tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui kepribadian tokoh-tokoh yang ada dan sekaligus dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam penyimpulan watak tokoh. Hal tersebut merupakan hal keutamaan atau kelebihan dari teknik ini. Akan tetapi, penggambaran  watak tokoh yang secara langsung ini dapat pula menimbulkan kebosanan. Walaupun demikian pada saat-saat tertentu teknik ini perlu dilakukan, di saat penggunaan teknik ini dapat mengurangi nilai sebuah karya sastra.

2.    Teknik Dramatik
Pelukisan tokoh melalui dramatic adalah pendeskripsian tokoh cerita dengan menunjukkan kediriannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata-kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 1998: 198). Teknik ini mencakup beberapa macam:
a.    Pelukisan Pikiran dan Perasaan (Portroyal of trought stream of trought)
Teknik pelukisan dan perasaan ini menyatakan bahwa keadaan dan jalan pikiran, serta perasaan apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga (Nurgiyantoro, 1998: 204).

“Aku menarik napas panjang. Rasanya tak berselera menikmati nasi pemberian Elis. Aku tak mau Umak menjual sawah peninggalan almarhum Ayah. Selama ini, sawah itulah yang menjadi penambah penghasilan Umak selain dari kebun kopi kami. Aku harus bekerja, bagaimanapun juga aku tak boleh putus kuliah hanya gara-gara cobaan ini. Namun, aku harus kerja apa? Bagaimana cara mengatur jadwalnya?” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 11)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa jalan pikiran Bram sedang bimbang. Di satu sisi, dia tidak ingin Umaknya menjual sawahnya untuk membayar biaya kuliahnya, di lain sisi dia belum tahu harus kerja apa untuk biasa membayar biaya kuliahnya sendiri.

b.   Reaksi Tokoh (Reaction to event)
Nurgiyantoro (1998: 209) menyebut teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama atau tokoh-tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain sebagainya.

Pelukan erat Abi kembali menenangkan perasaanku, perlahan-lahan. Abipun menuntunku membisikkan doa-doa yang menguatkan hati kami.
“Inilah takdir, Bram. Kita tak pernah tahu kapan maut memanggil. Elis telah menemui takdirnya. Ini yang terbaik untuk Elis.”
“Tapi... tapi kenapa harus Elis, Abi,” sahutku sambil terus sesenggukkan. “Bram nggak bisa menerimanya. Allah nggak adil, Bi. Allah nggak adil! Allah mengambil Fajrin, sekarang Allah mengambil Elis dari hidup Bram.”
“Bram! Istighfar, Bram. Tidak pantas meratapi kematian seperti itu!” Abi Elis menepuk pundakku. Aku menatapnya dan tak sanggup lagi menahan segala pedih yang memenuhi dadaku.
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 327)
Reaksi Bram terlihat sangat jelas setelah mendengar kabar bahwa Elis meninggal dunia. Dia menangis sesenggukkan, tak sanggup lagi menahan segala pedih yang memenuhi dadanya. Hal itu membuat Abi Elis yang saat itu sedang berada di dekatnya mencoba menenangkannya.

c.    Cakapan (Conversation of outher about character)
Teknik cakapan dimaksudkan untuk menunjuk pada tingkah laku verbal berwujud kata-kata para tokoh. Kata-kata yang dimaksud menggambarkan sifat atau perwatakan dari tokoh yang mengucapkannya (Nurgiyantoro, 1998:203).

“Gue nggak mau belajar kalau gurunya keliatan nggak punya pengalaman. Dan malah keliatan nggak berkualitas!” ceracaunya. Lalu, menggeloyor meninggalkan kelas begitu saja. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 51)

Kutipan di atas membahas tentang seorang siswa yang secara langsung mengatakan kepada guru yang sedang mengajarnya di kelas yaitu Bram, bahwa dia adalah guru yang tidak berpengalaman dan tidak berkualitas, sehingga dia lebih memilih untuk meninggalkan kelas.

d.   Nama Tokoh (The Name of character)
Staton menyatakan bahwa teknik nama tokoh merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan watak tokoh (1965: 17). Melalui teknik ini, dipilih nama tokoh yang disesuaikan dengan watak yang dimilikinya.
Dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, teknik ini digunakan pengarang untuk tokoh Bapak. Nama Bapak itu sendiri dapat menggambarkan sifat dari tokoh ini. Nama itu merupakan sebutan yang diberikan kepada seorang laki-laki yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Nama itu juga merupakan sebutan yang diberikan oleh seseorang dengan status tertentu kepada seseorang dengan status yang lebih tinggi dari yang menyebut, misalnya murid kepada gurunya.

Latar/ Setting
Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita atau lingkungan yang mengelilinginya pelaku di dalam cerita (Staton, 1965: 18). Abrams (1981: 175) menyatakan bahwa latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Sejalan dengan Abrams, Nurgiyantoro menyatakan bahwa novel sebagai sebuah dunia imajinasi yang tidak hanya membutuhkan tokoh sebagai penghuni beserta permasalahan yang dihadapinya, tetapi juga membutuhkan ruang, tempat, dan waktu bagi tokoh tersebut untuk “hidup”. Ruang, tempat dan waktu itu dikenal sebagai latar (1998:227).
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, unsur latar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial.
1.    Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1998:227). Di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, disebutkan secara eksplisit nama tempat, kota, Negara, desa tempat peristiwa-peristiwa berlangsung.
Secara garis besar, di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, latar berkisar pada dua tempat.  Latar pertama, pengarang menyatakan adanya kota Jakarta, secara detailnya rumah kos Bram, di sekolah, jalan raya Pamulang, Ciputat, Pasar Ciputat, Pasar Jum’at, Lebak Bulus, kampus Universitas Indonesia, Bintaro, Stasiun Senen. Selain itu Tegal, secara detailnya Desa Bandar Sari di Kecamatan Bumi Jawa.

“Ya, siang ini kulihat jalan raya Pamulang, Ciputat, penuh sesak oleh kendaraan. Hampir tak ada celah untuk sekedar menikmati ketenangan di sini.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 3-4)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu jalan raya Pamulang, Ciputat. Bram siang itu sedang berada di sana.

“Setiba di rumah kos yang sangat sederhana, kubaringkan tubuh di atas lantai keramik putih.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 8)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu kamar kos Bram.

“Ya, saya sering lihat Sylla dan teman-temannya sesama pengamen di Pasar Jumat, Lebak Bulus, Pak,” ungkap Nelwan siang itu.
.........
“Kamu bisa antar saya ke tempat Sylla mengamen?”
“Bisa, Pak. Kebetulan hari ini saya bawa motor.”
.........
Di luar dugaanku, suasana petang menjelang malam ternyata tak membuat kami kesulitan menemukan gadis itu di antara para pengamen jalanan.
(Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 111)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Pasar Jumat, Lebak Bulus. Di tempat itu Bram dan Nelwan kemudian menemukan keberadaan Sylla.

“Obrolan yang cukup menyenangkan itu membuat perjalanan kami menjadi tak terasa, tahu-tahu Pasar Ciputat sudah di depan mata.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 38)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Pasar Ciputat. Bram dan Elis baru saja tiba di Pasar Ciputat.

“Tanpa menghiraukan siswi yang kembali ke kelas, aku bergegas meninggalkan kelas, dan terperangah menyaksikan lapangan sekolah yang seolah menjadi medan pertempuran. ..... Siapa para remaja asing itu? ..... Aku tak mengenal mereka! Berbaur dengan para siswa dari SMU Insan Kamil, mereka adu jotos setelah berhasil menerobos pos satpam yang setahuku biasanya selalu dijaga ketat oleh petugas keamanan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 295)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu sekolah, tepatnya di SMU Insan Kamil, detailnya di kelas dan lapangan sekolah. Lapangan sekolah menjadi ajang tawuran antara murid Bram yaitu siswa SMU Insan Kamil dan remaja asing, yang ternyata mereka adalah siswa SMK Tunas Bangsa.

Setelah hampir satu jam menempuh perjalanan, aku tiba di kampus UI.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 125)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu kampus UI (Universitas Indonesia).

“Seusai mengajar di sekolah, kucari kendaraan umum tujuan Bintaro. Setelah sempat bertanya pada orang yang ada di tepi jalan, aku melangkah mencari rumah Marcel.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 76)

Berdasarkan kutipan di atas,di jelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Bintaro, detailnya di tepi jalan. Bram hendak ke rumah Marcel.

“Waktu seakan begitu lambat dalam penantianku di Stasiun Senen.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 228)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Stasiun Senen. Di tempat itu Bram sedang menunggu datangnya kereta yang akan dia naiki.

Kami sudah sampai di Tegal.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 229)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Tegal. Bram bersama penumpang kereta lainnya sudah sampai di Tegal.

“Tanpa terasa, setelah melewati jembatan panjang, berliku, dan menanjak, aku sampai di tujuan akhir. Tanah kelahiran Fajrin; Desa Bandar Sari, Bumi Jawa. Bergegas aku turun dari bus, dan langsung melangkah menuju rumah almarhum sahabatku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 230)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar yang muncul yaitu Desa Bandar Sari, Bumi Jawa. Di desa atau di tempat itulah rumah Fajrin, sahabat Bram berada.

2.    Latar Waktu
Nurgiyantoro berpendapat (1998: 230) berpendapat bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi.
Latar waktu yang digunakan dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way sebagai berikut:
“Melihat kekurangsiapanku sejak kemarin, pagi itu juga Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, dan ikat pinggang miliknya untuk kukenakan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 44)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu pagi hari. Di tunjukkan pada saat Fajrin menawarkan celana panjang, kemeja kotak-kotak, dan ikat pinggang miliknya untuk kukenakan.

“Ya, siang ini, kulihat jalan raya Pamulang, Ciputat, penuh sesak oleh kendaraan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 4)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada saat Bram melihat jalan raya Pamulang, Ciputat, penuh sesak oleh kendaraan.

“Lepas dzuhur, begitu tunai empat rakaat shalat di masjid kampus, tujuanku satu, ke halte bus yang akan membawaku bertemu Pak Tris dan para calon anak didikku nanti.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 45)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada saat Bram usai shalat dzuhur, ia ke halte bus.

“Selamat siang, Bu,” balasku tak kalah sopan. (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 58)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada saat Bram membalas sapaan dari Bu Veni.

“Siang ini diskusi dengan dosen di kelas terasa begitu bergairah dan semangatku seakan meletup untuk segera menyelesaikan tugas-tugas makalah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 92)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu siang hari. Di tunjukkan pada saat Bram berdiskusi dengan dosen di kelas.

 “Ketika sore datang, aku bisa langsung pulang karena memang jam mengajarku sudah selesai.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 95)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu sore hari. Di tunjukkan pada saat Bram pulang dari sekolah.

“Malam harinya, aku benar-benar menepati janji pada Elis untuk datang ke rumahnya dan menemani Asep belajar.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 16)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram menepati janji pada Elis untuk datang ke rumahnya dan menemani Asep belajar.

“Tengah malam, tiba-tiba aku terbangun karena mendengar suara isak tangis. Kulihat Fajrin terisak dalam doanya setelah bertahajud.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 21)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram terbangun karena mendengar suara isak tangis Fajrin dalam doanya setelah bertahajud.

“Semalam, di antara nyeri yang belum mau pergi, aku kembali menulis surat lamaran pekerjaan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 31)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram menulis surat lamaran pekerjaan dengan rasa nyeri yang belum mau pergi.

“Malam ini aku benar-benar tak dapat memejamkan mata.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 42)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram benar-benar tak dapat memejamkan mata.

“Malam harinya, setelah sepanjang sore menghabiskan waktu di SMU Insan Kamil, kuhirup udara segar di teras rumah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 60)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram menghirup udara segar di teras rumah.
“Bukan karena tak mau mengobrol dengan lagi dengan Elis, justru bagiku bersamanya malam ini membuatku kembali mendapat semangat baru.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 63)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram sedang bersama Elis.

“Malam ini konsentrasiku terbagi dua.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 65)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan pada saat Bram sedang berkonsentrasi.

“Hari makin gelap, semoga saja rumah itu bisa segera kutemukan agar tak terlalu larut nanti aku pulang.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 76)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan dengan hari yang makin gelap. Pada saat itu Bram sedang mencari rumah Marcel.

“Saat mendongak ke langit, kupandangi bintang-bintang bertebaran.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 89)
Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari. Ditunjukkan dengan adanya bintang-bintang saat Bram mendongak ke langit.
“Pertanyaanku belum terjawab ketika datang teman satu kosku, Fajrin namanya, membawa kantong plastik berisi makanan di tangan.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 11)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu ketika Fajrin datang membawa kantong plastik berisi makanan.
“Seperti yang sudah-sudah, malam itu aku menemani Asep mempersiapkan diri untuk ulangan Matematika besok.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 18)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu malam hari.
“Memang saat ini aku sedang membutuhkan uang, tetapi aku harus menahan diri untuk tak menerimanya.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 19)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu saat ini.

“Selesai menulis surat untuk Umak, aku merasa mulai dapat berpikir sedikit jernih.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 21)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu selesai menulis surat untuk Umak.

“Ketika kantuk mulai menyerang, aku merebahkan diri di sebelah Fajrin yang sedari tadi sudah memeluk guling.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 21)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu ketika kantuk mulai menyerang.

“Tanpa kusadari, sejak tadi Fajrin  memerhatikanku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 22)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu sejak tadi.
“Selama ini aku cuek melihat Fajrin tahajud dan mengaji.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 23)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu selama ini.
“Hari ini aku bertekad harus ada pekerjaan yang kudapat.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 25)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu hari ini.

“Ini sudah hari Minggu.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 35)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu hari Minggu.
“Pulang sekolah, kami hanya bisa istirahat sebentar.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 43)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu pulang sekolah.
“Beberapa tahun kemudian, kini, tiba-tiba saja aku harus berhadapan dengan hal-hal buruk yang kulakukan di masa lalu.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 43)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu kini.

“Setelah mengucap salam yang dijawab oleh segelintir orang, aku keluar meninggalkan mereka.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 58)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu setelah mengucap salam yang dijawab oleh segelintir orang.

“Dalam perjalanan pulang, aku memilih diam.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 63)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu dalam perjalanan pulang.

“Seusai mengajar di sekolah, kucari kendaraan umum tujuan Bintaro.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 76)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu seusai mengajar di sekolah.

“Ketika dia menawarkanku menjenguk Marcel, tak kusia-siakan kesempatan itu.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 77)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu ketika dia menawarkanku menjenguk Marcel.

“Usai jam istirahat, aku kembali ke kelas untuk memberikan penjelasan sekali lagi agar mereka mau menjenguk Marcel.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 83)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu usai jam istirahat.

“Saat masuk ke dalam kamar, kulihat Fajrin sedang asyik membaca sebuah buku.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 103)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu saat masuk ke dalam kamar.

“Dia mematuhi intruksiku dua jam kemudian.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 109)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu dua jam kemudian.

“Tak ingin menyerah, aku kembali lagi hari berikutnya ke Pasar Jumat di Lebak Bulus.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 115)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu hari berikutnya.

“Setelah hampir satu jam menempuh perjalanan, aku tiba di kampus UI.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 125)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu setelah hampir satu jam menempuh perjalanan.

“Sinar matahari menjelang sore yang hangat, menyeruak dari celah-celah pepohonan di sekolah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 139)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu menjelang sore.
“Saat aku mengejar Elis tadi, Nayya ketakutan dan merasa bersalah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 146)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu saat Bram mengejar Elis.

“Lelahku sore ini semakin menjadi saat bertemu Fajrin di rumah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 149)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu sore hari, saat bertemu Fajrin di rumah.

“Aku memilih terus berpura-pura tidur ketika Fajrin pulang.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 151)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu ketika Fajrin pulang.

“Sudah tengah malam ketika aku pulang kembali ke rumah.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 160)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu tengah malam.
“Saat mulai mengisi materi pada dua jam pertama, aku langsung mengecek absensi siswa dan langsung menyampaikan materi yang sudah kususun seperti biasa.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 165)

Berdasarkan kutipan di atas, latar waktu yang digunakan yaitu saat mulai mengisi materi pada dua jam pertama.
3.    Latar Sosial
Nurgiyantoro (1998: 233) menyatakan bahwa latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Nurgiyantoro menyatakan bahwa latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Latar sosial yang diceritakan di dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way adalah masyarakat kota, sebuah masyarakat tepatnya di Jakarta. Orang yang tinggal di Jakarta tidaklah hanya mereka yang asli lahir di Jakarta, namun juga ada orang-orang yang sengaja datang ke sana untuk mengadu nasib, bekerja atau menuntut ilmu, bahkan ada yang kemudian menetap di sana. Di dalam novel ini dijumpai sebutan-sebutan seperti Aa, kang, mas, yang sebenarnya sebutan-sebutan tersebut bukan ciri sebutan untuk orang Jakarta. Sebutan yang setara dengan Aa, kang, mas di Jakarta biasanya yaitu kakak. Mereka yang menyebut Aa biasanya adalah orang Sunda, dan mereka yang menyebut kang atau mas biasanya adalah orang Jawa Tengah. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam novel tersebut, di masyarakat Jakarta tidak hanya terdapat orang asli Jakarta saja.
Dibandingakan dengan kedua latar sebelumnya, latar sosial lebih menonjol dan fungsional di dalam penggarapan novel ini.  Adat-istiadat atau kebiasaan yang dianut dan dipercaya masyarakat Jakarta, diolah sedemikian rupa di dalam cerita sehingga pembaca mendapat gambaran yang cukup lengkap tentang kehidupan masyarakat Jakarta. Tidak itu saja, pemggambaran latar sosial ini membuat persoalan-persoalan dan pemecahan yang dilakukan terasa lebih logis.



Latar sosial dalam novel Insya Allah You’ll Find Your Way, yaitu:
Seorang Perantau
Seorang perantauan ada dalam tokoh Bram, dan Fajrin. Seorang perantau adalah orang yang meninggalkan kampung halamannya dan tinggal di kota orang lain untuk mengadu nasib, bekerja atau menuntut ilmu.

“Aku ingat betul saat akan menghadapi ujian akhir SMK. Saat mendapat kabar bahwa ayahku meninggal karena penyakit kaki gajah dan komplikasi penyakit TBC yang menyerangnya, aku begitu terpukul. Sementara, aku tak bisa pulang ke kampung halaman di Empat Lawang, Sumatera Selatan, karena harus mengikuti ujian nasional.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 6)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa sewaktu Bram SMK, Bram tidak tinggal di kampung halamannya yaitu di Empat Lawang, Sumatera Selatan, melainkan tinggal di kota orang, yaitu Jakarta.

“Kuliah, Pak. Di Universitas Pamulang, ngambil jurusan Sastra Indonesia.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 6)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Bram kuliah di Universitas Pamulang. Universitas Pamulang tempat ia kuliah adalah di Ciputat, Jakarta. Dengan demikian, berarti tujuan dia datang ke Jakarta dan meninggalkan kampung halamannya adalah untuk menuntut ilmu.

“Abi senang melihat anak muda sepertimu, jauh-jauh meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu. Yang terpenting kamu bisa membuktikan pada keluargamu di kampung, bahwa kamu bisa jadi sarjana.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 17)

Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Bram meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu.

“Sob, sorry, ya. Ane balik malam ini ke Tegal. Langsung caw naik vespa tanpa pamit, coz ane lihat ente tidurnya nyenyak banget.” (Insya Allah You’ll Find Your Way, 2104: 217)

Berdasarkan kutipan tersebut, dijelaskan bahwa Fajrin akan pulang ke Tegal. Fajrin satu kamar dengan Bram, sedangkan Bram tinggal di Jakarta. Dengan demikian, Fajrinpun adalah seorang perantau.
  

Post a Comment for "LAPORAN HASIL PENELITIAN NOVEL INSYA ALLAH YOU’LL FIND YOUR WAY KARYA HENGKI KUMAYANDI: ANALISIS FAKTA CERITA, DAN SARANA SASTRA"