Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA



A.  Latar Belakang
Merebaknya isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang lain, perampasan, penipuan, pengguguran kandungan, penganiayaan, perjudian, pelacuran, pembunuhan, dan lain-lain, sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat teratasi secara tuntas.
Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoaalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tidakan kriminal. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru (pendidik), sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, terutama para pelajar dan mahasiswa. Banyak orang berpandangan bahwa kondisi demikian diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikanlah yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap situasi ini. Mereka yang telah melewati sisitem pendidikan selama ini, mulai pendidikan dalam keluarga, lingkungan sekitar, dan pendidikan sekolah, kurang memiliki kemampuan mengelola konflik dan kekacauan tersebut (Budiningsih, 2004: 1).
Pada era sekarang, banyak media massa menyajikan hiburan bagi masyarakat, terutama media elektronik untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mereka. Sebagai contoh media televisi yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh hiburan. Selain media televisi, anak memerlukan bacaan untuk memperoleh kegembiraan atau membangkitkan daya apresiasi terhadap karya sastra. Karya sastra dibuat bukan sekedar untuk menghibur dan iapun bukanlah sebagai alat untuk menyampaikan wejangan-wejangan pendidikan, nilai-nilai moral semata, akan tetapi ia merupakan jalinan atau perpaduan antara keduanya. Dengan karyanya, seorang pengarang bermaksud menyampaikan gagasan-gagasan, pandangan hidup, tanggapan atas kehidupan sekitarnya. Pendek kata, dengan menghibur seorang pengarang bermaksud menyampaikan nilai-nilai yang menurut keyakinannya bermanfaat bagi pembaca (Suharianto, 1982: 19).
Penulis sebagai guru, yang berkecimpung di dunia pendidikan, mengharapkan agar anak didiknya kelak di kemudian hari menjadi anak yang berguna bagi bangsa, Negara, dan agama. Anak tersebut harus pandai, cerdas, dan berakhlak mulia.
Di bidang pendidikan, terjadi penyimpangan-penyimpangan moral remaja tersebut tidak dapat hanya menjadi tanggung jawab guru pendidikan agama, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh pengajar/pendidik di sekolah. Guru matematika, guru bahasa, guru olahraga, dan guru-guru lainnya, mesti bertanggung jawab dalam membentuk moralitas anak didik. Jika pendidikan moral hanya di bebankan kepada guru agama, maka moralitas yang akan tumbuh hanya sebatas hafalan terhadap doktrin-doktrin agama. Pengetahuan tentang doktrin-doktrin agama tidak menjamin tumbuhnya moralitas yang dapat diandalkan. Lalu, dapatkah mata pelajaran-mata pelajaran selain pelajaran agama digunakan sebagai media untuk pendidikan moral? (Budiningsih, 2004: 2).
Sebuah karya sastra diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap tata nilai kehidupan sosial. Bukan hanya sekedar hiburan, akan tetapi kehadirannya di tengah-tengah masyarakat pembaca dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir, dan berketuhanan (Semi, 1993: 71).
Pengajaran apresiasi sastra bukan hanya bermanfaat dalam menunjang kemampuan berbahas siswa, namun bermanfaat untuk memperkaya pandangan hidup serta kepribadian siswa. Karya sastra hendaknya merupakan suatu alat yang dapat memberikan hiburan sekaligus memberikan pendidikan yang baik. Dengan menikmati dan membaca karya sastra, siswa menjadi manusia yang ideal yang dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan masyarakat.
Melalui KTSP di sekolah, para pendidik diharapkan kreatif dan kritis dalam memilih bahan pengajaran. Hal tersebut dikarenakan oleh muatan yang terdapat dalam novel dapat dijadikan bahan acuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kosa kata dalam novel dapat menambah ilmu kebahasaan pada siswa dan amanat yang tersurat maupun yang tersirat dalam novel dapat dijadikan pelajaran yang sangat berharga untuk peserta didik.
Hafalan Shalat Delisa, merupakan novel karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika penerbit di Jakarta tahun 2005 tebal buku 270 halaman. novel tersebut menarik untuk dikaji karena mengandung nilai-nilai pendidikan moral dan banyak menampilkan kisah yang sangat baik untuk dijadikan contoh tentang arti ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam novel tersebut dapat dicontohkan seorang gadis kecil yang bernama Delisa berupaya tegar di tengah prahara yang menimpanya hidup ditinggal wafat oleh ibu dan ketiga orang kakaknya.
Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye merupakan salah satu novel yang bernuansa religi yang sangat baik untuk perkembangan ahlaq agama dan pendidikan moral remaja berusia 13-17 tahun khususnya pelajar SMA. Hubungannya dengan pembelajarannya di SMA sangatlah relevan karena di dalamnnya mengajarkan kepada pembaca khususnya pada kalangan siswa SMA, yaitu tentang perjuangan Delisa untuk menghafal dan menjalankan shalat. Shalat merupakan tiang agama islam dan pondasi mental seseorang. Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye di dalam pembelajarannya di SMA, diharapkan dapat menambah khasanah tentang arti ikhlas dalam hidup dan dapat mengambil nilai-nilai positif dalam upaya pembentukan kepribadian serta dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra.
Menyadari ada banyak nilai pendidikan moral yang dapat diperoleh jika kita mengapresiasi karya sastra, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye dan pembelajarannya di kelas XI SMA. Alasan penulis memilih novel Hafalan Shalat Delisa sebagai objek penelitian, sebagai berikut ini.
1.    Novel ini sangat menarik dan bermanfaat bagi peserta didik, guru, mahasiswa, serta masyarakat pada umumnya baik sebagai bahan bacaan maupun sebagai bahan kajian nilai pendidikan moral dan nilai religius di dalam masyarakat.
2.    Novel ini memberikan pengetahuan nilai-nilai yang baik sehingga siswa mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta menjauhi nilai-nilai yang buruk. Selain itu dalam novel ini memberi semangat pada kita untuk selalu berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang diimpikan. Sehingga novel ini dapat dijadikan sebagai suri teladan bagi para pembaca termasuk sisiwa di SMA.
3.    Sebagai calon guru, penulis merasa perlu mengenal pembelajaran sastra sehingga dapat menciptakan calon guru yang profesional. Gambaran yang jelas tentang analisis novel menggunakan unsur-unsur pendidikan moral.
4.    Nilai-nilai yang terdapat dalam novel Hafalan Shalat Delisa cocok di terapkan sebagai bahan pembelajaran di SMA.




B.  Penegasan Istilah
Agar judul skripsi ini mudah dipahami, istilah-istilah yang digunakan, akan penulis jelaskan sebagai berikut ini.
1.    Nilai-nilai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dekdikbud) Tahun 2008, nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai dapat dijadikan ukuran seseorang untuk menetapkan apa yang benar atau tidak dilakukan dan apa yang jelas atau buruk untuk ditinggalkan
2.    Pendidikan
Pendidikan pada kahikatnya merupakan upaya membantu peserta didik untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya dan berupaya memfasilitasi mereka agar terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih hakiki, lebih tahan lama, dan merupakan kebenaran yang dihormati dan diyakini secara sahih sebagai manusia yang beradab (Setiadi, 2006: 114).
3.    Moral
Depdikbud (2008: 754) moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum, mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya.
4.    Tokoh Utama
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2009: 165), Tokoh utama adalah tokoh yang penting dalam cerita ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendomonasi sebagian cerita.
5.    Novel
Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di kelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Dekdikbud, 2008: 968).
6.    Hafalan Shalat Delisa adalah salah satu novel karya Tere Liye yang di jadikan objek penelitian dalam skripsi ini. Di terbitkan oleh Republika, jakarta, cetakan pertama tahun 2005, tebal 270 halaman.
7.    Pembelajaran adalah 1) proses, pembuatan, cara mengajar atau mengajarkan, 2) perihal, mengajar, segala sesuwatu mengenai mengajar, dan 3) peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya) (Depdikbud, 2008:17).
8.    Kelas XI SMA adalah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Berdasarkan penegasan istilah di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye dan pembelajarannya di kelas XI SMA adalah suatu penelitian yang mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan diri sendiri; nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan orang lain; dan nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye dan pembelajarannya di kelas XI SMA.



C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut ini.
1.    Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye khususnya nilai pendidikan moral yang mencerminkan hubungan tokoh utama dengan diri sendiri, hubungan tokoh utama dengan tokoh lain, dan hubungan tokoh utama dengan Tuhan-Nya?
2.    Bagaimanakah pembelajaran nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye di kelas XI SMA?
D.  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.    mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye khususnya nilai pendidikan moral yang mencerminkan hubungan tokoh utama dengan diri sendiri, hubungan tokoh utama dengan tokoh lain, dan hubungan tokoh utama dengan Tuhan-Nya.
2.    mendeskripsikan pembelajaran nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye di kelas XI SMA.
E.  Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu dari segi teoritis dan segi praktis.
1.    Segi teoretis
Dari segi teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan pengetahuan kepada pembaca serta memperkaya khasanah kajian sastra khususnya tentang perkembangan teori struktural, nilai-nilai pedidikan moral, dan teori pembelajaran sastra khususnya nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye di kelas XI SMA.
2.    Segi praktis
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa, bagi peneliti, dan bagi guru.
a.    Bagi Siswa
Bagi siswa penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang sastra khususnya dalam tata nilai pendidikan moral lewat karya sastra yang dibacanya setra dapat mengubah pola pikir dan menambah hasil-hasil penelitian sastra khususnya mengenai tinjauan terhadapat isi karya sastra.
b.    Bagi Peneliti Berikutnya
Penelitian ini dapat membantu peneliti berikutnya dalam memperkaya wawasan sastra khususnya dalam mengembangkan teori sastra.
c.    Bagi Guru
Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat bermanfaat sebagai perbandingan terhadap pengajaran sastra, memperkaya wawasan, dan kelengkapan bahan pengajaran.
F.   Sistematika Skripsi
Penelitian yang berjudul nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye dan pembelajarannya di kelas XI SMA disusun dalam 5 bab. Penulisan skripsi ini tersistematika sebagai berikut ini.
Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoritis, terdiri dari tinjauan pustaka dan kajian teoritis, meliputi; nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan diri sendiri; nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan orang lain; dan nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya  dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye dan pembelajarannya di kelas XI SMA.
Bab III Metode Penelitian, terdiri dari sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Penyajian dan Pembahasan Data, Meliputi penyajian data dan pembahasan data yang di fokuskan kepada nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan diri sendiri; nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan orang lain; dan nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya  dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye dan pembelajarannya di kelas XI SMA.
Bab V Penutup, yang berisi simpulan dari semua hasil pembahasan dan saran.
Untuk melengkapi penelitian, disertakan pula daftar pustaka dan lampiran. Ada tiga lampiran, yaitu biografi singkat pengarang, sinopsis, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
G.  Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoretis
1.    Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu hingga diketahui perbedaan dan persamaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan penulis lakukan. Banyak penelitian yang menggunakan nilai pendidikan moral terhadap sastra. Berikut ini disajikan dua buah hasil penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto di antaranya adalah skripsi Wahyu Handoko (2005), dan Lia Venti (2008).
Handoko (2005) menulis skripsi berjudul “Kajian Nilai-Nilai Moral dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habibburarahman El Shirazy”. Sasaran yang dijadikan objek penelitiannya adalah nilai-nilai moral dalam novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habibburarahman El Shirazy, yang diterbitkan oleh Republika Jakarta, setebal 403 halaman, yang terdiri dari 33 bagian.
Handoko (2005) menyimpulkan bahwa novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habibburarahman El Shirazy sarat dengan nilai-nilai moral yang bernuansa islami. Hal itu ditunjukan oleh Fahri, selaku tokoh utama dalam novel tersebut, maupun sejumlah tokoh lainnya, baik yang bersifat protagonis maupun antagonis. Nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut adalah sebagai berikut:
a.    keimanan kepada Allah Swt.
b.    ketaatan kepada segala perintah dan larangan Allah Swt.
c.    keiklasan dalam menghadapi cobaan hidup atau ujian dari Allah Swt.
d.    sikap tadlarru’ dan khusyuk.
e.    sikap ar-raja dan ad-du’a.
f.     tawakal atau kepasrahan terhadap kekuasaan dan keputusan Allah Swt, dengan tanpa mengabaikan ikhtiar yang sebaik-baiknya.
g.    tasyakur dan Qonaah terhadap segala pemberian dari Allah Swt.
h.    malu apabila dalam berkata dan bertindak tidak didasari oleh ajaran agama.
i.      taubat dan Istighfar terhadap kesalahan yang dilakukan.
Kesembilann nilai moral tersebut mencerminkan akhlak yang mulia pada seorang muslim yang sejati. Di samping itu nilai-nilai moral tersebut menunjukkan betapa mulianya ajaran Islam dalam mengarahkan akhalak bagi umatnya.
Perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut ini.
a.    Nilai-nilai yang di analisis oleh Handoko adalah nilai-nilai moral novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habibburarahman El Shirazy yang bernuansa islami, nilai-nilai moral terdiri dari; (1) keimanan kepada Allah Swt; (2)  ketaatan kepada segala perintah dan larangan Allah Swt; (3) keiklasan dalam menghadapi cobaan hidup atau ujian dari Allah Swt; (4) sikap tadlarru’ dan khusyuk; (5) sikap ar-raja dan ad-du’a; (6) tawakal atau kepasrahan terhadap kekuasaan dan keputusan Allah Swt, dengan tanpa mengabaikan ikhtiar yang sebaik-baiknya; (7) tasyakur dan Qonaah terhadap segala pemberian dari Allah Swt; (8) malu apabila dalam berkata dan bertindak tidak didasari oleh ajaran agama; (9) taubat dan Istighfar terhadap kesalahan yang dilakukan, sedangkan nilai-nilai yang di analisis oleh penulis adalah nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye, terdiri dari; (1) nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan diri sendiri; meliputi: kejujuran, tidak putus asa, menghargai waktu, tanggung jawab, sabar, iri hati, dan pembohong; (2) nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan orang lain; dermawan, tolong menolong, setia kawan, dan suka memberi nasihat; dan (3) nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya, meliputi: taat dan bersyukur.
b.     Sumber penelitian Handoko yaitu novel Ayat-Ayat Cinta karya Habibburarahman El Shirazy, sedangkan penulis meneliti novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye.
c.     Penelitian Handoko belum ada pembelajarannya di Kelas XI SMA, sedangkan penelitian penulis ada pembelajarannya di Kelas XI SMA.
Venti (2008) dalam skripsinya berjudul “Kajian Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin Soekarsono dan Relevansinya sebagai Bahan Pengajaran Sastra di SMA”. Sumber Data dalam penelitiannya adalah data primer dan data sekender. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Nyanyian Lembayung Karya Sin Soekarsono, diterbitkan pada tahun 2005, oleh Cakrawala Publishing Jakarta, isinya ada 160 halaman. Data sekender yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku dari perpustakaan yang menunjang penelitian ini.
Venti (2008) menyimpulkan bahwa novel Nyanyian Lembayung karya Sin Soekarsono mengandung nilai-nilai moral yang dapat dijadikan suri teladan dan dapat diterapkan dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut adalah sebagai berikut:
a.    ajaran moral tentang hubungan manusia dengan diri sendiri dalam novel Nyanyian Lembayung karya Sin Soekarsono, meliputi: kejujuran, optimis, pemberani, pekerja keras, tanggung jawab, dan pembohong.
b.    ajaran moral tentang hubungan manusia dengan manusia lain, meliputi: dermawan, suka menolong, setia kawan, dan suka memberi nasihat.
c.    ajaran moral tentang hubungan manusia dengan lingkungan alam yaitu dengan cara menjaga kelestarian alam.
d.    ajaran moral tentang hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, meliputi: sholat dan bersyukur.
Novel Nyanyian Lembayung karya Sin Soekarsono juga dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran sastra di SMA karena mengandung nilai-nilai moral yang sesuai dengan tingkat perkembangan remaja, karena secara psikologis mereka digolongkan dalam tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya) pada tahap ini anak sudah tidak dapat lagi berminat pada hal-hal praktis saja tetapi berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Melalui analisis fenomena, mereka berusaha merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah kepemikiran filsafati untuk menentukan keputusan-keputusan moral.
Perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut ini.
a.    Nilai-nilai yang dianalisis oleh Venti adalah nilai-nilai moral novel Nyanyian Lembayung karya Sin Soekarsono, terdiri dari; (1) ajaran moral tentang hubungan manusia dengan diri sendiri, meliputi: kejujuran, optimis, pemberani, pekerja keras, tanggung jawab, dan pembohong; (2) ajaran moral tentang hubungan manusia dengan manusia lain, meliputi: dermawan, suka menolong, setia kawan, dan suka memberi nasihat; (3) ajaran moral tentang hubungan manusia dengan lingkungan alam yaitu dengan cara menjaga kelestarian alam; dan (4) ajaran moral tentang hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, meliputi: sholat dan bersyukur, sedangkan nilai-nilai yang di analisis oleh penulis adalah nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye, terdiri dari; (1) nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan diri sendiri; meliputi: kejujuran, tidak putus asa, menghargai waktu, tanggung jawab, sabar, iri hati dan pembohong; (2) nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan orang lain; dermawan, tolong menolong, setia kawan, dan suka memberi nasihat; dan (3) nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya, meliputi: taat dan bersyukur.
b.    Subjek penelitian Venti yaitu novel Nyanyian Lembayung Karya Sin Soekarsono, sedangkan penulis meneliti novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye.
c.    Penelitian Venti sebagai Bahan Pengajaran Sastra di SMA, sedangkan penelitian penulis sebagai pembelajarannya di Kelas XI SMA.
2.    Kajian Teoretis
Kajian teoretis dalam penelitian ini dibahas tentang nilai-nilai pendidikan moral dan pembelajaran sastra di kelas XI SMA. Nilai-nilai pendidikan moral yang meliputi pengertian pendidikan, pengertian moral, hakikat moral dalam sastra, dan aspek-aspek moral, yaitu: aspek moral hubungan manusia dengan diri sendiri; aspek moral hubungan manusia dengan manusia lain; dan aspek moral hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
Pembelajaran sastra di kelas XI SMA yang meliputi: pengertian pembelajaran sastra, fungsi pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran sastra, bahan pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra, dan Pembelajaran novel Hafalan Shalat Delisa di kelas XI SMA. Kajian teoretis dalam penelitian ini dibahas sebagai berikut ini.
a.   Nilai-Nilai Pendidikan Moral
1)   Pengertian Nilai Pendidikan
Segala sesuatu yang digunakan untuk mendidik harus yang mengandung nilai didik, termasuk dalam pemilihan media. Novel sebagai suatu karya sastra, yang merupakan karya seni juga memerlukan pertimbangan dan penilaian tentang seninya (Pradopo, 2005: 30). Pendidikan pada kahikatnya merupakan upaya membantu peserta didik untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya dan berupaya memfasilitasi mereka agar terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih hakiki, lebih tahan lama, dan merupakan kebenaran yang dihormati dan diyakini secara sahih sebagai manusia yang beradab (Setiadi, 2006: 114).
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri manusia melalui upaya pengajaran. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada moral, sosial, religius, dan berbudaya. Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia melalui berbagai hal diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Sastra khususnya humaniora sangat berperan penting sebagai media dalam pentransformasian sebuah nilai termasuk halnya nilai pendidikan.
2)   Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2009: 320).
Uzey (2009: 2) berpendapat bahwa nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai  pendidikan moral adalah sikap yang baik mengenai tingkah laku, sikap, akhlak, dan susila yang dapat di terima oleh masyarakat.
3)   Hakikat Moral dalam Sastra
Menurut Nurgiyantoro (2009: 321), “moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca”. Menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2009: 321), sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu sarana yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat di tampilkan, atau di temukan modelnya, dalam kehidupan nyata, sebagai model yang ditampilkan dalam cerita lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya.

4)   Aspek-Aspek Moral dan Kriterianya
Menurut Nurgiyantoro (2009: 323), “jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan tergantung pada keyakinan, keinginan, dan interes pengarang yang bersangkutan”. Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah yang boleh dikatakan bersifat tak terbatas, mencakup seluruh persoalan hidup dan harkat martabat manusia, secara garis besar persoalan: 1) hubungan manusia dengan diri sendiri; 2) hubungan manusia dengan manusia lain; dan 3) hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
a)   Aspek Moral tentang Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri.
Menurut Ali (2002: 369-370), hubungan manusia dengan hati nurani atau diri sendiri dapat di pelihara dengan jalan menghayati benar patokan-patokan akhlak, yang disebutkan Tuhan dalam berbagai ayat Al-Qur’an. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri disebutkan cara-caranya di dalam ayat-ayat taqwa dan dicontohkan dengan keteladanan Nabi Muhammad.
Aspek moral tentang hubungan manusia dengan diri sendiri, di antaranya adalah sebagai berikut ini.
(1)   Kejujuran
Menurut Alwi (2005: 479), kejujuran artinya sifat jujur, keadaan jujur. Jujur sendiri berarti, dapat dipercaya, tidak bohong, lurus hati, berkata apa adanya.Kejujuran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan;
(b)     perbuatannya sesuai dengan hati nurani;
(c)      hatinya bersih dari perbuatan-perbuatan yang melanggar norma agama dan norma lainnya.
(2)   Tidak putus asa
Tidak putus asa adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dengan mengeluarkan segala kemampuan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Tidak putus asa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      pantang menyerah;
(b)     selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan.
(3)   Menghargai waktu
Menghargai waktu adalah tidak mensia-siakan waktu dan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. “Demi masa (waktu), sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal shaleh, dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS Al ’Ashr: 1-3 dalam Choirudin Hadhiri, 1994: 241). Orang yang menghargai waktu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      selalu memanfaatkan waktu semaksimal mungkin;
(b)     tidak bermalas-malasan.
(4)   Sabar
Bersabarlah dan bertasbihlah di waktu pagi dan petang, “ Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya” (QS Qaaf: 39 dalam Choirudin Hadhiri, 1994: 245). Orang sabar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      selalu berdo’a dalam menghadapi kesulitan;
(b)     tidak suka marah-marah;
(c)      selalu bersyukur ketika mendapat cobaan.
(5)   Tanggung jawab
Menurut Alwi (2005:1139), tanggung jawab artinya “keadaan wajib mananggung segala sesuatu”. Orang yang bertanggung jawab memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      mau melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya;
(b)     berusaha tepat waktu dalam menyelesaikan tugasnya;
(c)      menjaga dan memelihara amanatnya.
(6)   Iri Hati
Menurut Choirudin Hadhiri (1994: 250), Iri Hati adalah sifat tidak senang jika orang lain memperoleh kebaikan dan merasa senang jika orang lain mendapat bencana. Orang yang iri dan dengki memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      bersedih hati bila orang lain memperoleh kebaikan;
(b)     merasa gembira bila orang lain mendapat bencana.
(7)   Pembohong
Menurut Alwi (2005:160), pembohong artinya: orang yang suka mengada-ada, tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan. Ciri-ciri pembohong adalah sebagai berikut:
(a)      perkataannya tidak sesuai dengan kenyataan;
(b)     terus berusaha menutupi kebohongannya;
(c)      sulit dipercaya.
b)   Aspek Moral tentang Hubungan Manusia dengan Manusia Lain.
Menurut Ali (2002: 370), hubungan antar manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan negara sesuai dengan nilai dan norma agama.
Hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dapat dipelihara antara lain dengan:
(1)   Dermawan
Menurut Moeliono (2007: 256), “dermawan adalah pemurah hati, orang yang suka berderma (beramal, bersedekah) kedermawanan yaitu, kebaikan hati terhadap sesame manusia, kemurahan hati. Orang dermawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      suka memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain;
(b)     tidak mengharapkan imbalan kepada orang yang diberi;
(c)      bertujuan baik misalnya keridhoan Allah semata.
(2)   Tolong Menolong
Menurut Salam (2000: 178), suka menolong atau membantu orang lain, maksudnya: mau membantu atau menolong baik dalam bentuk material maupun dalam bentuk tenaga atau moral. Suka membantu atau menolong orang lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      mau menolong siapa saja yang mengalami kesulitan;
(b)     tidak membeda-bedakan orang yang ditolongnya;
(c)      atas dasar kemauan sendiri atau tidak diperintah oleh orang lain;
(d)     mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi.
(3)   Setia Kawan
Menurut Alwi (2005:1056), setia kawan artinya: loyal, rasa bersatu, dan solider. Dikatakan setia kawan apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      rela mengorbankan sesuatu untuk kepentingan temannya;
(b)     cenderung mewujudkan kebersamaan;
(c)      saling pengertian;
(d)     terus membina kerukunan dan kerja sama.
(4)   Suka Memberi Nasihat
Menurut Alwi (2005:775), suka member nasihat, artinya: suka memberi ajaran atau petunjuk yang baik. Orang yang suka memberi nasehat, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      mau memberi nasihat kepada siapa saja;
(b)     melakukannya dengan penuh kesadaran dan atas kemauan sendiri;
(c)      selalu berharap dapat mengubah keadaan orang lain ke arah yang lebih baik.
c)   Aspek Moral tentang Hubungan Manusia dengan Tuhan-Nya.
Menurut Ali (2002: 367-368), hubungan manusia dengan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa sebagai dimensi takwa, menurut ajaran Ketuhanan Yang MAha Esa, karena itu hubungan inilah yang seyogyanya di utamakan dan secara tertib diatur tetap dipelihara. Sebab, dengan menjaga hubungan dengan Allah SWT, manusia akan terkendali tidak melakukan kejahatan terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Ketaqwaan dan pemeliharaan hubungan dengan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa itu, dapat dilakukan dengan:

(1)   Taat
Taatilah Allah dan rasul-Nya serta ulil amri (pemimpin) di antara orang mukmin. Orang taat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      menjalankan perintah-Nya;
(b)     menjauhi larangan-Nya.
(2)   Bersyukur
Bersyukur merupakan ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT, atas kenikmatan yang telah diterimanya. Hal-hal yang dilakukan oleh orang yang bersyukur adalah sebagai berikut:
(a)      Mengucapkan Alhamdulillahhirobil’alamin.
(b)     Menggunakan pemberian Allah sesuai dengan kehendak-Nya.
b.   Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA
Pada pembelajaran sastra dalam penelitian ini di bahas tentang: pengertian pembelajaran sastra, fungsi pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran sastra, bahan pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra, dan pembelajaran novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye di kelas XI SMA.
1)   Pengertian Pembelajaran Sastra
Menurut Hamalik (2011: 57), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran sastra di SMA merupakan penyajian karya situasi belajar di kelas yang bertujuan untuk menanam sikap positif terhadap hasil karya dalam wujud pemahaman transformasi dari tekstual ke faktual.
Kehadiran novel sebagai salah satu sastra sangat dimungkinkan untuk diajarkan di sekolah (SMA). Salah satu novel sebagai bahan pembelajaran sastra adalah mudahnya karya sastra tersebut sesuai dengan tingkat kemampuan siswa masing-masing dalam memahami cerita secara perorangan. Oleh karena itu, guru dharapkan mampu menyajikan pembelajaran novel dengan strategi kerja kelompok dengan baik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra merupakan suatu aktivitas atau kegiatan mengorganisasi untuk menyusun dan menguji suatu rencana atau program yang memungkinkan proses belajar pada diri siswa.
2)   Fungsi Pembelajaran Sastra
Rahmanto (1988: 15), menyatakan bahwa jika dapat ditunjukkan bahwa sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pembelajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting. Dan jika pembelajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat maka pembelajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang besar untuk mencegah masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat.
Rahmanto (1988: 16-25), menyatakan bahwa pembelajaran sastra berfungsi untuk:
a)   Membantu keterampilan berbahasa
Mengikutsertakan pembelajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis. Dalam pembelajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya sastra yang akan dibacakan atau lewat rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama.
Dapat meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa. Dan karena sastra itu menarik, siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasil diskunya sebagai latihan keterampilan menulis.
b)   Meningkatkan kemampuan budaya
Pembelajaran sastra dapat mengantar para siswa berkenalan denganm budaya-budaya yang dalam suatu masyarakat ataupun budaya-buday dunia yang dihadirkan melalui karya sastra. Pembelajaran sastra juga dapat mengantar siswa berkenalan dengan pribadi-pribadi dan pemikir-pemikir besar di dunia serta pemikiran-pemikiran utama dari zaman ke zaman.
c)   Mengembangkan cipta dan rasa
Karya sastra jika diajarkan dengan benar dapat mengembangkan kecakapan yang bersifat indra, penalaran, perasaan, kesadaran sosial, dan religius.
Kecakapan yang bersifat indra adalah pembelajaran sastra dapat digunakan untuk memperluas pengungkapan yang diterima oleh panca indra. Para pengarang itu sebenarnya manusia-manusia yang peka dan berbudi halus dan berusaha menyampaikan kepada pembaca apa yang mereka hayati. Dengan mengikuti tafsiran serta makna kata-kata yang mereka ungkapkan, siswa akan diantar untuk mengenali berbagai pengertian dan mampu membedakan satu hal dengan hal yang lain, misalnya kuning dengan keemasan, bising dengan menggemparkan.
Kecakapan yang bersifat penalaran adalah dengan pembelajaran sastra akan sangat membantu siswa berlatih memecahkan masalah-masalah dan berfikir logis. Siswa akan mampu memahami fakta-fakta, membedakan mana yang pasti dan mana yang dugaan, memberikan bukti tentang suatu pendapat, mengenai argumentasi yang betul dan sesat, dan sebagainya.
Kecakapan yang bersifat perasaan adalah sastra yang dapat menghadirkan berbagai problem atau situasi yang merangsang tanggapan perasaan atau emosional yang kemungkinan kita tergerak untuk menjelajahi dan mengembangkan perasaan kita sesuai dengan kograt kemanusiaan kita.
Kecakapan bersifat kesadaran sosial adalah sastra dapat sebagai sasaran untuk menumbuhkan kesadaran pemahaman terhadap orang lain, menumbuhkan rasa simpati, pada masalah-masalah yang dihadapi orang-orang gagal, kalah, dan putus asa.
Kecakapan yang bersifat religius adalah setiap orang berusaha mendasarkan hidup pada fundamen yang kuat dari pada fundamen yang lemah, dan hamper semua pengarang mempunyai daya imajinasi tinggi, biasanya berusaha untuk menampilkan masalah-masalah yang hakiki dalam karya-karyanya. Oleh karena itu, guru yang melihat perlunya penjelajahan pertanyaan-pertanyaan hakiki bagi siswanya akan menemukan materi yang berlimpah dalam sastra.
d)   Menunjang pembentukan watak
Sastra mempunyai kemungkinan yang lebih banyak untuk mengantar siswa mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebenaran, perceraian, dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra, biasanya mempunyai mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjukhal mana yang bernilai dan mana yang tidak. Lebih lanjut dia akan mampu menghadapi masalah-masalah hidupnya dengan pemahaman, wawasan, toleransi, dan rasa simpati yang lebih mendalam. Dengan pengajaran sastra, siswa dipertemukan dengan berbagaikesempatan untuk menelusuri arus pengalaman segar yang terus mengalir. Pengalaman itu merupakan persiapan yang baik bagi kehidupan siswa di masa mendatang.
3)   Tujuan Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra peserta didik agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati, dan menghargai suatu cipta sastra.
Rusyana (1982: 5-9) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra, yaitu memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra, yaitu memperoleh pengalaman dalam mengapresiasi dan berekspresi sastra, serta memperoleh pengetahuan tentang sejarah sastra, teori sastra, dan kritik sastra.
4)   Bahan Pembelajaran Sastra
Menurut Rusyana (1982: 15), bahan pembelajaran sastra disekolah tercantum dalam kurikulum. Dalam kurikulum tercantum urutan dan cakupan bahan untuk setiap kelas pada setiap semester. Selain berpedoman kepada kurukulum, dalam menyusun bahan juga harus mempertimbangkan pengetahuan tentang ilmu sastra dan kehidupan kesusastraan.
5)   Metode Pembelajaran Sastra
Untuk mencapai tujuan pembelajaran sastra, dalam pelaksanaan pembelajaran sastra, guru disarankan menggunakan cara atau metode yang sesuai dengan tujuan, bahan, keadaan murid, dan suasana kelas. Untuk mencapai tujuan pengalaman apresiasi dapat ditempuh dengan cara misalnya membaca cerita, mendengarkan cerita, bermain drama, dan menulis cerita. (Rusyana, 1982: 17). Sukirno (2010: 22) menerapkan metode pembelajaran kuantum dengan langkah tandur.
Rahmanto (1988: 43) mengatakan guru hendaknya selalu memberikan variasi dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga siswa tidak jenuh dan selalu siap menanggapi berbagai rangsangan.
Tata cara penyajian yang perlu di pertimbangkan oleh setiap guru dalam memberikan pembelajaran sastra antara lain melalui pentahapan berikut ini.
a)    Pelacakan pendahuluan, yaitu guru mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan untuk menetukan aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian khusus dari siswa.
b)   Penentuan sikap praktis, yaitu mengusahakan materi yang tidak terlalu panjang agar dapat dibahas sampai selesai dalam setiap pertemuan.
c)   Introduksi, yaitu memberikan informasi pengantar.
d)   Penyajian
e)   Diskusi
f)    Pengukuran (tes)
6)   Waktu pembelajaran
Waktu yang disediakan untuk pembelajaran sastra dapat diatur sesuai dengan keleluasaan dan kedalaman materi.
7)   Pembelajaran novel Hafalan Shalat Delisa di kelas XI SMA berdasarkan KTSP
Pembelajaran novel Hafalan Shalat Delisa di kelas XI SMA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di awali dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai berikut ini.
a)   Standar Kopetensi
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau novel terjemahan.
b)   Kopetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye.

c)   Indikator
(1)   Mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye.
(2)   Mampu menganalisis nilai-nilai moral tokoh utama yang berhubungan dengan diri sendiri.
(3)   Mampu menganalisis nilai-nilai moral tokoh utama yang berhubungan dengan orang lain.
(4)   Mampu menganalisis nilai-nilai moral tokoh utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya.
d)   Tujuan
(1)   Siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye.
(2)   Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral tokoh utama yang berhubungan dengan diri sendiri.
(3)   Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral tokoh utama yang berhubungan dengan orang lain.
(4)   Siswa dapat menganalisis nilai-nilai moral tokoh utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya.
e)   Materi Pembelajaran
(1)   Materi pokok dalam pembelajaran ini adalah novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye.
(2)   Sub materi dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut ini.
(a)   Unsur-unsur intrinsik novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye, meliputi: tema, tokoh dan penokohan, latar, dan alur.
(b)   Nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan diri sendiri, meliputi: kejujuran, tidak putus asa, menghargai waktu, tanggung jawab, sabar, iri hati dan pembohong.
(c)   Nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan orang lain: dermawan, tolong menolong, setia kawan, dan suka memberi nasihat.
(d)   Nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya, meliputi: taat dan bersyukur.
f)    Kegiatan Pembelajaran
(1)   Pendahuluan
(a)   Memotivasi siswa.
(b)   Menunjukan materi pembelajaran kepada siswa.
(c)   Menjelaskan indicator dan tujuan yang ingin dicapai.
(2)   Inti
(a)   Mengkaji unsur-unsur intrinsik novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye, meliputi: tema, tokoh dan penokohan, latar, dan alur.
(b)   Mengkaji nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan diri sendiri, meliputi: kejujuran, tidak putus asa, menghargai waktu, tanggung jawab, sabar, iri hati dan pembohong.
(c)   Mengkaji nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan orang lain: dermawan, tolong menolong, setia kawan, dan suka memberi nasihat.
(d)   Mengkaji nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama yang berhubungan dengan Tuhan-Nya, meliputi: taat dan bersyukur.
(3)   Penutup
(a)   Refleksi: Guru memberikan penguatan terhadap kegiatan yang dilakukan siswa.
(b)   Tugas Terstruktur: Carilah nilai-nilai pendidikan moral novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye!
g)   Metode Pembelajaran
Pembelajaran sastra mengutamakan apresiasi karya sastra sebagai kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar yang disajikan. Proses belajar mengajar sastra, guru menggunakan metode ceramah, diskusi, dan pemberian tugas.

(1)   Metode Ceramah
Metode ceramah digunakan guru dalam proses belajar mengajar menggunakan penjelasan secara verbal dan komunikasi bersifat satu arah. Guru dapat membangkitkan rasa ingin tau dan kreatifitas siswa. Metode ceramah digunakan untuk menyampaikan materi-materi yang bersifat teori dan menumbuhkan apresiasi siswa. Melalui kegiatan belajar ini guru dapat mengambil bagian yang menarik dari cerita yang dibicarakan, sehingga siswa ada keinginan untuk membaca sendiri seluruh cerita tersebut.
(2)   Metode Diskusi
Diskusi mempunyai manfaat yang besar dalam rangka menumbuhkan apresiasi terhadap siswa. Kegiatan diskusi melibatkan siswa dalam interaksi verbal secara tatap muka. Melalui metode diskusi, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pertukaran gagasan dan pengalaman dalam proses belajar mengajar.
(3)   Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas dirumah merupakan bagian kegiatan belajar mengajar sastra yang tidak dapat ditinggalkan. Pemberian tugas tersebut antara lain:
(a)   Buatlah sinopsis novel Hafalan Shalat Delisa!
(b)   Carilah nilai-nilai pendidikan  moral dalam novel Hafalan Shalat Delisa!
(c)   Diskusikan dengan teman-teman!
h)   Waktu pembelajaran
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dapat diatur sesuai dengan keleluasaan, dan kedalaman materi. Seorang guru harus bisa mengatur dan menggunakan waktu yang tepat dengan keleluasaan dan kedalaman materi. Materi yang panjang dan memerlukan pendalaman diberi waktu yang lebih lama.
Dalam pengajaran novel Hafalan Shalat Delisa, waktu yang digunakan adalah empat kali pertemuan. Satu kali pertemuan 40 menit, jadi memerlukan waktu 160 menit.
i)    Nilai-nilai karakter bangsa
(1)   Tanggung jawab
(2)   Jujur
(3)   Religius
(4)   Disiplin
(5)   Ingin Tau
(6)   Sabar
(7)   Tolong menolong
(8)   Dermawan
j)    Sumber Belajar atau Media
Sumber belajar atau media dalam pembelajaran apresiasi sastra, khususnya novel Hafalan Shalat Delisa yaitu:
(1)   Buku pelajaran bahasa indonesia yang diwajibkan
Buku bahasa indonesia SMA yang terkait dengan unsur-unsur ekstrinsik khususnya tentang nilai-nilai pendidikan moral dapat digunakan sebagai sumber belajar. Namun buku yang dipilih harus disesuaikan dengan kriteria pemilihan bahan. Penggunaan kosa kata tata bahasa, urutan penyampaian bahan, dan evaluasi harus memenuhi standar bahan pembelajaran.
(2)   Buku pelengkap
Buku pelengkap sebagai buku acuan materi belajar harus mendukung dari segi isi dan manfaat dari buku tersebut. Isi buku tersebut benar-benar mendukung materi yang sedang di pelajari.
(3)   Hasil kerja sastra
Novel sebagai hasil karya sastra sangat baik sebagai sumber belajar apresiasi sastra. Siswa dapat secara langsung mengidentifikasi novel secara keseluruhan, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Novel yang dianalisis diutamakan novel yang mempunyai kadar estetik artinya novel tersebut adalah novel sastra.
(4)   Laptop digunakan untuk menerangkan materi dengan program power point.
k)   Penilaian
Penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran sastra dapat dilakukan sebagai berikut :
(1)   Teknik penilan dalam pembelajaran ini menggunakan    teknik tes.
(2)   Bentuk tes dalam pembelajaran ini menggunakan tes tertulis dengan tes esai.
(3)   Instrumen:
                                                                      (a)      Buatlah sinopsis novel Hafalan Shalat Delisa!
                                                                      (b)      Carilah nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa yang berhubungan dengan diri sendiri!
                                                                      (c)      Carilah nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa yang berhubungan dengan orang lain!
                                                                      (d)      Carilah nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa yang berhubungan dengan Tuhan-Nya!
(4)   Kunci jawaban:
                                                                           (a)      Sinopsis novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye
Delisa yang lugu, polos, dan kritis suka bertanya. Delisa kecil baru berusia 6 tahun, anak bungsu dari Ummi Salamah dan Abi Usman. Delisa mendapat tugas untuk menghafal bacaan-  bacaan shalat, untuk selanjutnya akan di setor ke ibu guru Nur hari minggu 26 Desember 2004. Delisa ingin sekali bacaan shalatnya sempurna, tidak lupa-lupa dan terbolak-balik seperti waktu sebelumnya. Delisa ingin hafal untuk kesempurnaan sholatnya, untuk sujud kepadaMu. Delisa ingin hafal, karena Ummi telah menyiapkan hadiah kalung emas 2 gram berliontin D untuk Delisa, karena Abi akan membelikan sepeda untuk hafalan sholatnya jikalau lulus. Delisa ingin ya Allah, seru Delisa dalam hati.
Sampai pagi itu saatnya Delisa menyetor bacaan shalatnya, ketika bumi terguncang, tanah merekah, gempa bumi 8,9 SR. Air laut teraduk, Tsunami menyusul menyapu daratan, menjadi tangan malaikat pencabut nyawa. Walaupun terjadi gempa, dan tangannya terluka terkena benda yang jatuh, Delisa tetap berupaya melanjutkan shalatnya ( Guru TPA nya pernah berkisah tentang sahabat nabi yang sangat khusuk dalam melaksanakan shalat sehingga tidak terganggu hal-hal lain, dan delisa ingin mempraktekkan shalat seperti beliau). Namun, menjelang gerakan sujud, tsunami menerpa Aceh dan bacaannya terhenti karena Delisa tak sadarkan diri. Air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan Delisa.
Dia masih bernafas, didalam pingsannya Delisa melihat Ummi, kak Fatimah, kak Zahra dan kak Aisyah yang pergi tidak mengajaknya serta. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidaknya. Ketika tubuhnya di ketemukan.
Dalam perawatannya, Beberapa waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri,keadannya tidak kunjung membaik juga tidak sebaliknya. Sampai ketika seorang ibu yang dirawat sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan sholat Delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa terbangun. Kaki Delisa harus diamputasi.Delisa menerima tanpa mengeluh. Luka jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan Abinya. Pertemuan yang mengharukan.
Delisa  ingin menghafal bacaan shalatnya. Susah, tampak lebih rumit dari sebelumnya. Lupa dan benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Lupa juga akan kalung liontin D untuk delisa, lupa akan sepeda yang di janjikan abi.”Orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa… Hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan…”
Bukan karena Allah, tapi karena sebatang coklat, sebuah kalung berliontin D untuk Delisa, dan untuk sepeda. Dan malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan umminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan shalatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan menghafalnya. Delisa mampu melakukan sholat asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik. Hafalan sholat karena Allah dan hadiah itu dating pada Delisa, Delisa menemukan kalung D untuk Delisa dalam genggaman jasad Umminya. Sesudah 3 bulan lebih.
Pada akhir novel diceritakan penyebab hafalan shalat itu hilang adalah karena sebelum bencana tsunami terjadi, delisa menghafal bacaan shalat karena iming-iming hadiah, bukan ikhlas karena Allah. Ketika dia menyadari hal itu dan menyatakan tidak menginginkan hadiah kalung tersebut, bacaan shalat itu seolah-olah bicara padanya.
Akhirnya delisa bisa menyempurnakan shalatnya. Pada saat itu Allah memberikan hadiah besar padanya. Ia menemukan jasad (tulang belulang) bundanya yang selama ini hilang akibat tsunami dalam keadaan memegang kalung yang akan dihadiahkan padanya itu.
Delisa mendesis lemah lantas detik berikutnya, jatuh terjerambab ke dalam sejuknya air sungai. Delisa buncah oleh sejuta perasaan itu.

                                                                           (b)      Nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa yang berhubungan dengan diri sendiri meliputi: kejujuran, tidak putus asa, menghargai waktu, tanggung jawab, sabar, iri hati dan pembohong.
                                                                           (c)      Nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa yang berhubungan dengan orang lain, meliputi: dermawan, tolong menolong, setia kawan, dan suka memberi nasihat.
                                                                           (d)      Nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa yang berhubungan dengan Tuhan-Nya, meliputi: taat dan bersyukur.
H.  Metode Penelitian
Arikunto (2002: 136) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dalam hal ini dipaparkan sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
1.    Sumber Data
Arikunto (2010: 172) menyatakan bahwa yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini, sumber data utama (primer) diperoleh dari novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye, yang diterbitkan oleh Republika penerbit di Jakarta tahun 2005, dan mempunyai tebal buku 270 halaman. Selain itu, data tambahan (sekunder) diperoleh dari referensi-referensi lain yang berkaitan dengan objek penelitian.

2.    Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye dan pembelajarannya di kelas XI SMA.
3.    Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada nilai-nilai pendidikan moral tokoh utama novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye yang mencakup tiga aspek, yaitu: 1) aspek moral hubungan tokoh utama dengan diri sendiri; 2) aspek moral hubungan tokoh utama dengan manusia lain; dan 3) aspek moral hubungan tokoh utama dengan Tuhan-Nya, dan pembelajarannya di kelas XI SMA, yang meliputi pengertian pembelajaran sastra; fungsi pembelajaran sastra; tujuan pembelajaran sastra; bahan pembelajaran sastra; metode pembelajaran sastra, dan pembelajaran sastra novel Hafalan Shalat Delisa di kelas XI SMA.
4.    Instrumen Penelitian
Arikunto (2006: 160) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelitidalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap serta sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas pencatat data, dan alat tulisnya. Kertas pencatat data dipergunakan untuk mencatat data hasil dari pembacaan novel. Kartu data ini berisi kata-kata yang merupakan kutipan-kutipan novel yang berkaitan dengan pembahasan.
5.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Teknik  pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian  ini adalah teknik studi pustaka, Oleh karena itu, pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi yaitu dengan membaca seluruh teks novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere- Liye secara teliti. Dari hasil pembacaan tersebut penulis temukan data-data yang berupa kutipan-kutipan. Data-data tersebut penulis catat dalam kartu pencatat data. Selanjutnya, data-data tersebut dikelompokan atas dasar fokus penelitiannya, yakni nilai-nilai moral yang meliputi tiga aspek moral (aspek moral hubungan tokoh utama dengan diri sendiri; aspek moral hubungan tokoh utama dengan manusia lain; dan aspek moral hubungan tokoh utama dengan Tuhan-Nya), dan pembelajarannya di kelas XI SMA.
6.    Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode content analysis (analisis isi), yaitu membahas data dengan mengkaji isi novel secara kritis dan teliti. Pengkajian data tersebut berdasarkan nilai-nilai moral yang meliputi nilai moral hubungan tokoh utama dengan diri sendiri, hubungan tokoh utama dengan manusia lain, dan hubungan tokoh utama dengan Tuhan-Nya. Penjelasan atau penjabaran tentang data berupa deskripsi konkrit.
Berdasarkan hal tersebut di atas, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut ini.
a.    Membaca novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye.
b.    Mecari data dan menandai data penelitian.
c.    Mengelompokan data penelitian.
d.    Mengidentifikasikan data penelitian.
e.    Menganalisis nilai pendidikan moral yang memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan moralnya.
f.     Menyusun laporan hasil analisis.

Post a Comment for "NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA"