Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Unsur Intrinsik dalam Film “Negeri 5 Menara”


Dalam sebuah film, pasti terdapat unsur-unsur yang membangun film itu sendiri, begitu pula dengan film yang berjudul “Negeri 5 Menara”. Di mana unsur-unsur tersebut disebut dengan unsur intrinsik, dan ada pula unsur ekstrinsik. Namun, di bawah ini hanya akan dibahas tentang unsur intrinsik yang ada dalam film Negeri 5 Menara tersebut.

Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: tema, tokoh dan penokohan, alur/ plot, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan pesan moral.
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema dari film Negeri 5 Menara tersebut adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu di Pondok Madani, di mana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari oleh tokoh utama adalah menuntut ilmu di Pondok Madani. Di Pondok Madani ini para murid dilatih untuk menjadi intelektual dan mampu menganalisa berbagai ilmu dari sudut pandang Islam. Jadi ilmu yang dipelajari tidak hanya tentang pendidikan agama islam saja. Ilmu lain yang dipelajari selain pendidikan agama Islam antara lain yaitu ilmu tentang mesin, jurnalistik, bahasa Inggris, pidato, dan lain-lain.
Tokoh adalah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada
beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama
ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya
sastra. Sedangkan penokohan yaitu perwatakan dari tokoh dalam karya sastra. Adapun
tokoh dan penokohan dalam film tersebut yaitu:
a.    Alif (tokoh utama)
Tokoh yang protagonis; penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju dan tidak kenal menyerah.
b.    Baso
Tokoh yang protagonis. Baso adalah teman Alif. Anak yang paling rajin dan paling bersegera jika disuruh ke masjid.
c.    Raja
Tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara. Tokoh yang pintar dan memiliki pengetahuan yang luas.
d.    Said
Tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara. Tokoh yang selalu optimis memberikan saran-sarannya.
e.    Dulmajid
Tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara. Tokoh yang baik, suka bercanda, setia kawan.
f.     Atang
Tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara. Tokoh yang
mudah mengenal seseorang, patuh terhadap aturan dan juga baik.
g.    Randai
Tokoh yang protagonis; teman Alif di kampung. Tokoh yang sedikit sombong, tapi dia juga baik.
h.    Ustad Salman
Tokoh yang protagonis; baik dan bersuara lantang.
i.      Ustad Rais
Tokoh yang protagonis. Merupakan guru besar Alif  pada waktu di PM. Tokoh yang sangat sabar, berwibawa, dan setiap kata-katanya enak didengar, merasuk dalm hati dan selalu benar terjadi jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
j.      Ayah Alif
Tokoh yang protagonis; bijaksana, penyayang.
k.    Ibu Alif
Tokoh yang protagonis; bijaksana, penyayang.
l.      Ustad Iskandar
Tokoh yang protagonist. Tokoh yang tegas dan baik.
m.  Ustad Faris
Tokoh yang protagonis; baik dan selalu memberi nasihat yang baik pula.
n.    Ustad Kholid
Tokoh yang protagonis; baik dan berpengalaman.

Plot/ alur dari Negeri 5 Menara adalah alur maju-mundur. Di mana cerita adalah kilas balik ingatan tokoh utama akan masa silam ketika menimba ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan di masa kini. Bagian bagian dari alur yaitu:
(1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
Seperti di gambarkan dalam cerita tersebut pada saat Alif dan Randai sedang bermain bersama-sama di sungai. Seorang anak yang  bernama Alif dan ia mempunyai teman bernama Randai. Sejak kecil mereka berteman akrab dan pada waktu bermain bersama di sebuah sungai. Mereka menceritakan cita-citanya setelah mereka lulus. Alif mempunyai cita-cita untuk melanjutkan kuliah di ITB, begitupun dengan Randai. Mereka mempunyai cita- cita yang sama untuk melanjutkan ke ITB.
            Pada waktu Alif pulang dari sekolah dan sudah mendapatkan kelulusan, sesampai dirumah ia mendengarkan percakapan ayah dan ibunya bahwa ia sepakat untuk memasukan Alif ke dalam pesantren yang terdapat di Ponorogo tepatnya di Pondok Pesantren Modern  Madani.
(2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
            Setelah ia mendengar itu ia langsung lari ke rumah temannya yaitu yang bernama Randai dan menceritakanya semua. Dan ia minta pendapat tapi Randai lebih memilih untuk tetap di ITB. Setelah itu ia pulang dan masih memikirkan yang dibicarakan kedua orang tuannya. Dan ia harus memilih melanjutkan sekolah di ITB atau memilih kemauan orang tuannya. Pada malam hari akhirnya ia memutuskan untuk lebih memilih kemauan kedua orang tuanya dan malam ia pun mempersiapkan baju bajunya dan semua peralatanya dan ia masukan ke dalam tasnya. Setelah mendengar itu orang tua Alif  merasa senang dan selalu memberi motivasi-motivasi kepada Alif.
(3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru
            Pada suatu malam ia berkemas kemas  Randi datang untuk menemuinya untuk mengucapkan salam perpisahan.Dalam sebuah percakapannya yaitu:
“Bikin kanget “kata Alif
“Jadi juga kau berangkat?”tanya Randi
“Sekarang kamu pilih rumah mana yang kamu suka”kata Randi
“aku harus pergi membeli minyak.Jangan lupa kirim surat”pinta Randi
“ya sudahlah sana pergi!!!..
            Itulah awal mula perpisahan Alif dengan sahabatnya dan merek pun berpelukan. Di esok paginya Alif diantarkan kedua orang tuanya ke pandok pesantren oleh ayahnya sementara itu adik dan ibunya hanya mengantarkan sampai di terminal. Di sana banyak calon santri yang hendak mendaftarkan diri di sebuah pondok pesantren yang ada di Ponorogo. Pada saat Alif akan mengikuti tes, Alif dikasih sebuah pena oleh ayahnya. Dan ayahnya menceritakan sejarah pena itu dan di situlah terjadi alur mundur.
 (4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
Hari demi hari dilalui Alif di pondok bersama-sama dengan teman santri lainnya. Ia masuk ke dalam pondok pesantren madani dan ia pun banyak berkenalan dengan teman-temannya dan juga para ustad yang mengajar disitu. Awalnya mereka saling menggunakan bahasa arab, tetapi jika berada di kamar, mereka menggunakan bahasa daerahnya masing- masing. Salah satu ustad bernama ustad Sulaiman dan sering di sebut dengan ustad Salman. Ia segera memasuki ruangan dan memperkenalkan dirinya dan memotivasi para santrinya dengan kata ”man jada wa jadda” yang artinya barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. Dan ia mengenal keenam temannya yang menjadi teman belajar, teman tidur dan teman ngobrol dan bercanda.
            Kemudian ia mengikuti kegiatan yang ada dipesantren itu. Alif mengikuti jurnalistik. Dan ia mendatangi sebuah kantor kejurnalistikan. Setelah sesampai dikamar, ia membaca surat dari Randi yang berisi ”wah aku punya akal, sebenarnya sudah lama aku ingin ngomong sama kamu ”bagaimana kalau setahun ini kamu mengikuti kemauan kedua orang tuamu, setelah itu baru kamu jadi ikut melanjutkan ke ITB”.
(5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
Setelah itu ia kembali teringat masa lalunya bersama Randai saat mereka sedang bermain bareng di sebuah sungai. Setelah itu Alif bermain lagi bersama teman-temanya. Dan ia sangat menekuni dalam kegiatan kejurnalistik yang akhirnya membawa dia dapat mencapai kesuksesannya. Dan alif bekerja sangat bersungguh karena ia selalu ingat pesan dari ustad Salman “Man jada wa jadda”.
            Ketika Alif sampai dalam pondok, ia mendapatkan surat dari ibunya yang berisi tentang ”Anak ibu minta maaf, ibu tak bisa menjengukmu di situ, tahun ini kamu tetap berada di pondok”. Ketika itu semua temen-temannya mengajak Alif untuk pergi ke Bandung. Sesampai di Bandung ia bertemu dengan Randai dan Randaipun memperkenalkan kampus ITB kepada Alif, tapi Alif masih memlih untuk kembali lagi ke Pondok Pesantren Madani.
(6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Setahun telah berlalu. Kemudian Alif mendapatkan surat dari ibunya yang berisi “ibu tidak akan lagi memaksa kehendakmu tetaplah semangat dengan kesungguhanmu”. Pada waktu Alif bersama teman-teman mengadakan pementasan seni sebagai malam terakhirnya bersama teman-teman mereka sebelum mereka berpisah satu sama lain.
            Beberapa tahun kemudian Alif dan teman-temannya telah menjadi orang sukses semua. Dan akhirnya Alif menjadi seorang jurnalis besar di negeri orang.

Sudut pandang yang digunakan dalam film Negeri 5 Menara tersebut yaitu orang ke tiga, karena pengarang memanggil tokoh-tokoh dalam film tersebut dengan menyebut namanya, seperti Alif, Baso, Said, dan lain-lain. Pengarang terhadap tokoh dalam film Negeri 5 Menara tidak menyebut aku, kamu, dia, atau sebutan lainnya.
Sedangkan latar/ setting yaitu tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar tempat dan waktu dalam film tersebut antara lain yaitu:
1.    Padang (Sumatara Barat)
·      Sawah dan sungai (Alif dan Randai pulang sekolah), siang hari.
·      Rumah Alif ( ruang tamu Ibu dan Ayah berniat memondokkan Alif Ke Jawa, Ponorogo, Pondok Madani dan alif tidak mau), siang hari.
·      Rumah Randai (di halaman rumah, Alif bilang ke randai kalau Alif mau di pondokkan), siang hari.
·      Rumah Alif (dikamar Alif merenungkan kemauan orang tuanya), sore hari.
·      Pasar hewan (Alif menemani ayahnya menjual kerbau), pagi hari.
·      Pantai (Alif dan ayah duduk santai sambil makan gorengan, berbincang-bincang soal niat ibunya yang mau memondokan Alif), pagi hari.
·      Rumah Alif, di ruang makan (keluarga besar Alif makan bersama dan Alif memimpin do’a), malam hari.
·      Terminal bus Padang (Ibu dan adiknya mengatar Alif dan ayah berangkat ke pondok), pagi hari.
·      Di jalan (perjalanan menuju Ponorogo di dalam bus), pagi, siang, sore, dan malam hari.
2.    Jawa Ponorogo (Pondok Madani)
·      Di jalan (samapai di Ponorogo pondok Madani), pagi hari.
·      Pondok Madani (Alif dan ayahnya memasuki pondok untuk bertemu dengan ketua pondok Madani), pagi hari.
·      Ruang ujian pondok Madani (Alif mengerjakan soal ujian tetapi masih ragu), pagi hari.
·      Halaman pondok dekat menara (Alif bertemu dengan Baso), siang hari.
·      Kamar (Alif sholat berjamah bersama ayahnya), malam hari.
·      Tempat pengumuna hasil ujian (Alif dan ayahnya melihat asil ujian Alif dan Alif pun lulus), siang hari.
·      Di kamar asrama bersama ketua asrama (Alif bertemu teman-temannya mendengarkan peraturan pondok madani dan berkenalan dengan temannya), malam hari.
·      Di halaman asrama (alif dan teman-temannya minum-minuman segar milik Alif yang dibawa dari Padang), siang hari.
·      Kelas Alif di pondok (pertama masuk kelas), pagi hari.
·      Gudang (pondok mengambil lemari alif dkk), siang hari.
·      Di halaman podok dekat masjid (Alif dkk dihukum oleh Jarot), siang hari.
·      Di dalam masjid (Alif dkk mendengarkan ceramah peminpin ketua pondok kyai Rais kepada pesantri baru pondok), malam hari.
·      Di depan kamar asrama (alif dkk makan malam dengan keadaan mati lampu), malam hari.
·      Kelas (Alif dkk mulai pelajaran dengan mata pelajaran Bahasa Inggris), pagi hari.
·      Lapangan olah raga (Alif dkk lari-lari kecil), pagi hari.
·      Tempat wudlu (Alif dkk menunjuk Baso untuk ikut pidato Bahasa Inggris), siang hari.
·      Tempat jemuaran (Baso menghafal pidato disemangati oleh Alif dkk), sore hari.
·      Di masjid (Alif dkk sholat jama’ah dan mengaji), malam hari.
·      Di bawah menara (Baso menghafal pidato, Alif dkk menemani Baso), siang hari.
·      Masjid tempat berpidato Baso (Alif dkk mendukung Baso dengan membawa orang-orangan dari kain dan kayu), siang hari.
·      Depan kamar asrama (Alif membaca surat dari Randai ), siang hari.
·      Ruang Syams (pembuatan majalah pondok Alif berniat mendaftar menjadi anggota Syams), siang hari.
·      Di bawah menara (Alif dkk sambil menatap langit membicarakan peta dunia), siang hari.
·      Tempat generator/ tempat jenset (Alif dan Tata mengantar makan buat yang jaga jenset), sore hari.
·      Lapangan bulu tangkis  ( Alif dkk), pagi hari.
·      Ruang musik (Alif belajar gitar), siang hari.
·      Rumah Kyai Rais di ruang tamu (Alif dkk komplen kalau jenset sering mati), malam hari.
·      Kamar asrama Alif dkk (saatnya tidur), malam hari.
·      Ruang syams (Alif menyerahkan hasil laporan), pagi hari.
·      Toko pembelian barang-barang jenset (kyai Rais membeli barang-barang yg diperlukan buat jenset), siang hari.
·      Tempat generator/jenset (Alif dkk membetulkan jenset yang suka mati-mati), sore hari.
·      Ruang tamu pondok (Alif melihat kyai Rais. Ada salah satu dari wali murid yang protes untuk memberikan toleransi kenapa tidak dapat diterima), pagi hari.
·      Taman pondok (Alif berama Sarah dan Lisa mencoba kamera), siang hari.
·      Ruang nonton TV (para santri menonton bola bersama-sama), malam hari.
·      Kamar asrama (Alif dkk membicaran liburan), siang hari.
3.    Bandung
·      Jalan ke kota Bandung (Alif dkk keliling Bandung dengan sepeda), pagi hari.
·      Rumah Radai di Bandung (Alif diajak Randai melihat sekolah Randai), siang hari.
·      Dalam bus (Alif dkk pulang setelah jalan di Bandung), malam hari.
4.    Pondok Madani
·      Dalam kelas (Alif dkk mulai pelajaran setelah liburan), pagi hari.
·      Di depan ruang ustad (ustad Salman bertemu kyai Rais), siang hari.
·      Ruang rapat (Alif dkk mengadakan rapat untuk pementasan drama), siang hari.
·      Ruang ustad (Baso bertemu dengan salah satu orang yang merawat neneknya, kalau nenek Baso sekit keras), sore hari.
·      Kamar asrama (Alif dkk memeluk Baso untuk perpisahan), sore hari.
·      Ruang syams (Alif menginap di ruang syams sambil merenungkan niatnya), malam hari.
·      Di kelas dan Kamar asrama (Alif dicuekin oleh teman-temannya, sampai Alif memutuskan akan menetapkan niatnya di pondok), siang hari.
·      Di tempat latihan drama (Alif dkk membicarakan pementasan tanpa Baso dan melanjutkan latihan untuk pentas), sore hari.
·      Toko pembelian es (Alif dkk membeli es), sore hari.
·      Sawah (Alif dkk jalan lewat sawah dengan becak karena mobilnya mogok), sore hari.
·      Ruang pementasan drama (Alif dkk menampilkan pementasan drama dengan baik), malam hari.
5.    Rumah Baso di kampung (sambil membaca teks drama), siang hari.
6.    Luar Negeri (Alif bertemu kedua temannya), siang hari.
7.    Tempat perkumpulan santriwan se Indonesia (Baso dkk), malam hari.
Sedangkan latar suasana dalam film tersebut yaitu:
1.     Sepi
·      Ketika Alif merenung di kamar (kampung), di syams, di kamar asrama.
·      Ketika Alif membaca surat dari Ibunya.
2.    Emosi
·      Ketika Alif disuruh oleh orang tuanya untuk menuntut ilmu di Pondok Madani.
·      Ketika Alif bercerita tentang keinginan orang tuanya kepada Randai, dan Randai malah meledek.
3.    Takut
Ketika ada seorang Kyai yang mendekat, lalu memarahi dan memberi hukuman kepada Alif dan teman-temannya, karena melakukan kesalahan yaitu tiba waktu sholat, tapi masih sibuk sendiri.
4.    Gugup
·      Ketika Baso sedang melakukan debat di kelas dengan menggunakan Bahasa Inggris
·      Ketika Baso pentas pidato
·      Ketika Alif wawancara kepada Kyai Rais.
5.    Bahagia     
· Ketika pentas pidato Baso mendapat juara
· Ketika pentas drama
· Ketika Alif sudah dewasa, dan sukses, bertemu dengan teman sahibul menara.
6.    Sedih
·      Ketika berpisah dengan Baso
·      Ketika liburan tidak ada kiriman uang untuk mudik.

Sedangkan gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam film ini yaitu sangat inspiratif. Dari tiap kata-katanya kita merasakan kekuatan pandangan hidup yang mendasari bangkitnya semangat untuk mencapai harga diri, prestasi dan martabat diri. Gaya bahasa yang inspiratif terdapat dalam kalimat antara lain:
·      Kata- kata yang dituturkan oleh Ustadz Salman yaitu ”Man jada  wa jadda ” yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan berhasil.
·      Kata-kata yang dilontarkan Ayahnya kepada  Alif yaitu,” jabatum” yaitu jalani jangan hanya melihat dari luar sarung saja, baru Alif tau apa yang paling baik buat Alif.
·      Ketika sedang bersantai di bawah menara, mereka berjanji akan menemukan menara dan berfoto yang mereka temukan masing-masing.
Bukti bahasa yang di gunakan dalam film Negeri 5 Menara yaitu,
1.    Bahasa Arab, terbukti pada percakapan Iskandar pada asrama Indonesia 1, buktinya yakni “khalifakum“ yang artinya apa kabar kalian? dan yang menjadi inspirasi dari kalimat ustad Salman yaitu kalimat, “ Man jada Wa jadda” artinya, siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.
2.    Bahasa Inggris, digunakan saat ada pelajaran bahasa inggris dan terbukti ketika Baso berlatih pidato dengan giat, sampai lomba berpidato bahasa Inggris, Baso mendapat juara 1.
3.    Bahasa Indonesia, bahasa ini digunakan untuk keseharian dalam pondok pesantren Madani, karena yang belajar di pondok itu berbeda-beda.
4.    Bahasa Padang, bahasa ini digunakan Alif, ibu Alif, ayah Alif dan Randai karena mereka berasal dari Padang.
5.    Bahasa Jawa, digunakan oleh kyai Rais selaku pendiri pondok madani. Buktinya yaitu “anjlog kok langganan”
Dan Said, teman karib Alif yang juga asli orang jawa timur. Said menggunakan bahasa jawa ketika ia marah dengan Alif, yang ingin keluar dari pondoknya, buktinya yaitu “karep-karepmu lif, urip-uripmu”.
6.    Bahasa Sunda, terbukti pada saat Atang mengajak Alif dan teman-teman untuk ikut berlibur kerumahnya, “ kalau kalian gak ikut, pasti saya sangat kecewa atuh”.

Pesan moral dalam film negeri 5 menara ini diantaranya memberikan pesan kepada penonton mengenai kehidupan, yang dapat dipahami bahwa kita tidak boleh berputus asa dalam meraih impian, harus bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Pesan ini dapat dilihat dari kutipan dalam film negeri 5 menara “jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun, Tuhan maha pendengar. Manjadda wajadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”. Jalan cerita film negeri 5 menara ini menceritakan tentang kehidupan para santri Pondok Madani yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Keragaman tersebut disatukan dengan satu prinsip hidup yang ditanamkan oleh para Ustad dan Kyai mengenai keyakinan terhadap mantra ampuh “manjadda wajada”. Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang sederhana yang bermakna “siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil”. Kesederhanaan makna yang dimiliki oleh sebuah mantra tersebut, namun memiliki makna yang berarti bagi kehidupan para santri Pondok Madani, karena kata-kata tersebut dapat dijadikan sebagai penyemangat dalam menjalani hidup dan meraih cita-cita.
Para santri Pondok Madani yang terdiri dari berbagai budaya, suku, dan ras menunjukkan bahwa dalam mencari ilmu tidak harus selalu di kampung halaman saja dan tinggal bersama keluarga. Mencari ilmu tidaklah terbatas ruang dan waktu. Harapan seseorang dalam hidupnya tentunya memiliki ilmu yang banyak dan bermanfaat agar mencapai kesejahteraan dalam hidup. Kutipan tersebut di atas, merupakan kutipan yang berisi perumpamaan jika seseroang menginginkan kenikmatan dalam hidup maka dibutuhkan perjuangan, meskipun perjuangan itu mengharuskan kita jauh dari keluarga. Kedinamisan dalam hidup dalam mencari ilmu sangat diperlukan, kedinamisan diri dalam hal ini adalah tidak selalu mengungkung diri dari dunia luar. Mencari ilmu adalah suatu keharusan, sehingga kemanapun itu haruslah dikejar, karena pada hakikatnya mencari ilmu adalah hal yang mulia.


Post a Comment for "Unsur Intrinsik dalam Film “Negeri 5 Menara”"