INTERAKSI EDUKATIF
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah
makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai
makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak
dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu
hidup bersama. Hidup bersama antara manusia akan berlangsung dalam berbagai
bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi
interaksi.
Jika kita
menelaah tentang interaksi maka dalam dunia pendidikan dikenal dengan interaksi
edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu
ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Lebih spesifik lagi interaksi
edukatif adalah interaksi belajar mengajar. Sehingga interaksi edukatif merupakan suatu gambaran hubungan
aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan
pendidikan.
B. Tujuan Penulisan Makalah
1.
Mahasiswa calon guru diharapkan mampu mengerti dan memahami
tentang pengertian Interaksi edukatif.
2.
Mahasiswa calon guru diharapkan mampu mengerti dan memahami
tentang ciri-ciri dan komponen-komponen interaksi edukatif.
3.
Mahasiswa calon guru diharapkan mampu mengetahui bahwa interaksi
belajar mengajar sebagai interaksi edukasi.
4.
Mahasiswa calon guru diharapkan mampu mengerti dan memahami
tentang prinsip-prinsip dan tahap-tahap interaksi edukasi.
5.
Mahasiswa calon guru diharapkan mampu mengerti dan memahami
tentang CBSA dalam interaksi edukatif.
6.
Mahasiswa calon guru diharapkan mampu mengerti dan memahami
tentang keberhasilan interaksi edukatif.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari
interaksi edukatif?
2. Apa saja ciri-ciri dan
komponen interaksi edukatif?
3. Jelaskan mengapa interaksi
belajar mengajar disebut sebagai interaksi edukatif?
4. Sebutkan prinsip-prinsip dan
tahap-tahap interaksi edukatif!
5. Bagaimanakah CBSA dalam interaksi
edukatif?
6. Bagaimana interaksi edukatif
itu dikatakan berhasil?
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Interaksi Edukatif
Menurut KBBI, interaksi berarti
saling melakukan aksi, sedangkan edukatif berarti berkenaan dengan pendidikan.
Interaksi edukatif adalah
interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu
dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk
mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Dikatakan sebagai interaksi
edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk
mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya. Pendidikan dan pengajaran
merupakan salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan, yang dengan sistematis dan
terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Pengajaran
merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa di dalam
kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan
yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup
kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai
makhluk ciptaan Tuhan.
B. Ciri-ciri
Interaksi Edukatif
Secara rinci
dalam proses edukatif, paling tidak mengandung ciri-ciri antara lain :
1.
Ada tujuan yang ingin dicapai
2.
Ada bahan/ pesan yang menjadi isi
interaksi
3.
Ada pelajar yang aktif mengalami
4.
Ada guru yang melaksanakan
5.
Ada metode untuk mencapai tujuan
6.
Ada situasi yang memungkinkan proses
belajar mengajar berjalan dengan baik
7.
Ada penilaian terhadap hasil
interaksi
C. Komponen-komponen
Interaksi Edukatif
1. Tujuan
Tujuan
merupakan hal yang pertama kali harus dirumuskan dalam kegiatan interaksi
edukatif. Sebab, tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti ke mana
kegiatan pembelajaran dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan guru
dapat menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang
harus ditinggalkan.
2. Bahan
Pelajaran
Bahan pelajaran
adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif, sebab tanpa bahan
pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan, dalam pemilihan
pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima
pelajaran. Selain itu bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik.
3. Metode
Metode adalah
suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Alat
Alat adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Alat non-material dan alat material biasanya dipergunakan dalam kekuatan
interaksi edukatif. Alat non-material berupa suruhan, perintah, larangan, dan
nasehat. Alat material berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram,
lukisan dan video.
5. Sumber
Sumber belajar
dapat diperoleh di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan
sebagainya. Pemanfaatan sumber pengajaran tergantung pada kreativitas guru,
waktu, biaya, dan kebijakan-kebijakan lainnya.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana
keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat instrument
penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
D. Interaksi
Belajar Mengajar sebagai Interaksi Edukasi
E. Prinsip-prinsip
Interaksi Edukasi
1. Prinsip
Motivasi
Agar setiap
anak dapat memiliki motivasi dalam belajar. Apabila anak didik telah memiliki
motivasi dalam dirinya disebut motivasi intrinsik, sangat memudahkan guru
memberikan pelajaran. Namun apabila anak tersebut tidak meilikinya, guru akan
memberikan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang bersumber dari luar diri
anak didik tersebut dan dapat berbentuk ganjaran, pujian, hadiah dan sebaginya.
2. Prinsip
Berangkat dari Persepsi yang Dimiliki
Bila ingin
bahan pelajaran mudah dikuasai oleh sebagian atau seluruh anak, guru harus
memperhatikan bahan apersepsi yang dibawa anak didik dari lingkungan kehidupan
mereka. Penjelasan yang diberikan mengaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan
anak didik akan memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru
dan bahkan membuat anak didik memusatkan perhatiannya.
3. Prinsip
Mengarah kepada Titik Pusat Perhatian Tertentu atau Fokus Tertentu.
Pelajaran yang
direncanakan dalam suatu pola tertentu akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang
terpisah dalam suatu pelajaran. Tanpa suatu pola, pelajaran dapat
terpecah-pecah dan para anak didik akan sulit memusatkan perhatian . Titik
pusat akan tercipta melalui upaya sebagai berikut:
a. Merumuskan
masalah yang hendak dipecahkan
b. Merumuskan
pertanyaan yang hendak dijawab
c. Merumuskan
konsep yang hendak ditemukan
d. Membatasi
keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta
e. Memberikan
arah kepada tujuannya
4. Prinsip
Keterpaduan
Keterpaduan
dalam pembahasan dan peninjauan akan membantu anak didik dalam memadukan
perolehan belajar dalam kegiatan interaksi edukatif.
5. Prinsip
Pemecahan Masalah yang Dihadapi
Salah satu
indikator kepandaian anak didik banyak ditemukan oleh kemampuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah dapat mendorong anak
didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah belajar dan anak
didik akan cepat tanggap dan kreatif.
6. Prinsip
Mencari, Menemukan dan Mengembangkan Sendiri
Guru yang
bijaksana akan membiarkan dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk
mencari dan menemukan sendiri informasi. Kepercayaan anak didik untuk selalu
mencari dan menemukan sendiri informasi adalah pintu gerbang ke arah CBSA yang
merupakan konsep belajar mandiri yang bertujuan melahirkan anak didik yang
aktif-kreatif.
7. Prinsip
Belajar Sambil Bekerja
Artinya belajar
sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil untuk anak didik
sebab kesan yang didapatkan anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam
benak anak didik.
8. Prinsip
Hubungan Sosial
Hal ini untuk
mendidik anak didik terbiasa bekerja sama dalam kebaikan. Kerja sam memberikan
kesan bahwa kondisi sosialisasi juga diciptakan di kelas yang akan mengakrabkan
hubungan anak didik denga anak didik lainnya dalam belajar.
9. Prinsip
Perbedaan Individual
Sudut pandang
untuk melihat aspek perbedaan anak didik adalah segi bilologis, intelektual dan
psikologis. Semua perbedaan ini memudahkan guru melakukan pendekatan edukatif
kepada setiap anak didik.
F. Tahap-tahap
Interaksi Edukasi
R.D Corners,
mengidentifikasikan tugas mengajar guru yang bersifat suksesif menjadi tiga
tahap yaitu tahap sebelum pengajaran (pre-active), tahap pengajaran (
inter-active) dan tahap sesudah pengajaran (post-active).
1. Tahap Sebelum Pengajaran
Tahap ini guru menyusun program
tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester atau catur wulan program satuan
pelajaran dan perencanaan program pengajaran. Dalam merencanakan
program-program tersebut perlu dipertimbangkan aspek-aspek :
a. Bekal bawaan
anak didik / entering behaviour
b. Perumusan
tujuan pembelajaran
c. Pemilihan
metode
d. Pemilihan
pengalaman-pengalaman belajar
e. Pemilihan bahan
dan peralatan belajar
f. Mempertimbangkan
jumlah dan karakteristik anak didik
g. Mempertimbangkan
jumlah jam pelajaran yang tersedia
h. Mempertimbangkan
pola pengelompokan
i. Mempertimbangkan
prinsip – prinsip belajar
2. Tahap Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung
interaksi antara guru dengan anakdidik, anak didik dengan anak didik, anak
didik dengan kelompok atau anak didik secara individual. Tahap ini merupakan
tahap pelaksanaan yang telah direncanakan. Ada beberap aspek yang perlu
dipertimbangkan adalah
a. Pengelolaan dan
Pengendalian Kelas
b. Penyampaian
Informasi
c. Penggunaan
Tingkah laku Verbal dan Non verbal
d. Merangsang
Tanggapan Balik dari Anak Didik
e. Mempertimbangkan
Prinsip – Prinsip Belajar
f. Mendiagnosis
Kesulitan Belajar
g. Mempertimbangkan
Perbedaan Individual
h. Mengevaluasi
Kegiatan Interaksi
3. Tahap Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau
perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan anak didik. Kegitan yang
dilakukan guru ditahap ini antara lain adalah:
a. Menilai pekerjaan anak didik
a. Menilai pekerjaan anak didik
b. Menilai pengajaran guru
c. Membuat perencanaan untuk
pertemuan berikutnya
G. CBSA dalam
Interaksi Edukatif
CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) adalah salah satu strategi interaksi edukatif yang
menuntut keaktifan dan partisipasi anak didik seoptimal mungkin, sehingga anak
didik mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
Keterampilan
proses adalah suatu pendekatan dalam proses interkasi edukatif. Keterampilan
proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik menyadari, memahami,
dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar
yang telah dicapai anak didik.
Pendekatan
CBSA dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dalam bentuk-bentuk:
1. Pemanfaatan
waktu luang
2. Pembelajaran
individual
3. Belajar
kelompok
4. Bertanya
jawab
5. Belajar
mandiri
6. Umpan
balik
7. Pendayagunaan
lingkungan masyarakat, pengajaran unit
8. Pameran/
display hasil karya siswa, dan
9. Mempelajari
buku sumber (teks).
H. Keberhasilan
Interaksi Edukatif
Suatu
proses interaksi edukatif tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil
apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran. Yang menjadi petunjuk, bahwa
suatu proses belajar berhasil adalah:
1. Daya
serap terhadap bahan pengajaran yang dianjarkan mencapai prestasi tertinggi, baik
secara indvidual maupun kelompok.
2. Perilaku
yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus (TPK) telah dicapai oleh anak
didik , baik secara individual maupun kelompok.
Tes
prestasi belajar dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan
dan dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut:
1. Tes
Formatif
Penilaian ini
digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap anak didik terhadap
pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
balajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu
2. Tes
Subsumatif
Tes ini
meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu
tertentu, bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap anak didik untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar anak didik. Hasil tes ini digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai
rapor
3. Tes
Sumatif
Tes ini
dilakukan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan pokok-pokok
bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun pelajaran. Tes
ini bertujuan untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar anak
didik dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes ini digunakan untuk
kenaikan kelas, menyusun rangking atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Sedangkan
untuk mengetahui sampai di mana tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap
proses belajar yang telah dilakukannya dan sekaligus juga untuk mengetahui
keberhasilan mengajar guru, kita dapat menggunakan tingkat acuan sebagai
berikut:
1. Istimewa/
maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai
siswa.
2. Baik
sekali/ optimal: apabila sebagian besar (85% s/d 94%) bahan pelajaran yang diajarkan
dapat dikuasai siswa.
3. Baik/
minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75% s/d 84% dikuasai
siswa.
4.
Kurang:
apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai siswa.
Post a Comment for "INTERAKSI EDUKATIF"