Analisis Puisi “Tentang Aku dan Mimpiku” Karya Winarsih dengan Pendekatan Fenomenologi
Abstrak
Puisi digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran dan perasaan
melalui media bahasa. Bahasa yang digunakan di dalam puisi menimbulkan makna
atau maksud yang terkandung dalam puisi tersebut. Analisis fenomenologi
membantu menemukan makna dan fenomena estetik yang terdapat dalam puisi.
A. Latar
belakang masalah
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang digunakan
sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran atau ungkapan jiwa pengarang kepada
pembacanya. Puisi sebagai karya sastra menggunakan bahasa sebagai media untuk
mengungkapkan makna. Dalam puisi sering digunakan bahasa yang cenderung menyimpang
dari kaidah kebahasaan.
Pengkajian terhadap puisi seringkali hanya sampai pada
pengumpulan data saja. Sebenarnya data-data yang sudah terkumpul tersebut bisa
dikaji lebih dalam lagi. Banyak pintu masuk untuk menafsirkan sebuah puisi,
salah satunya secara fenomenologi. Analisis fenomenologi, berusaha untuk
melakukan pemaknaan. Oleh karena itu, di bawah ini akan dianalisis sebuah puisi
berjudul “Tentang Aku dan Mimpiku” karya Winarsih dengan pendekatan
fenomenologi.
B. Landasan
Teori
Puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat
imajinatif. Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih
bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna.
Analisis fenomenologi adalah analisis terhadap suatu
puisi yang bertujuan untuk mengetahui fenomena eksistensi yang terdapat dalam
sebuah puisi. Analisis fenomenologi dalam sebuah puisi merupakan analisis
norma-norma karya sastra, norma itu merupakan kenyataan yang terkandung dalam
karya sastra itu sendiri, bukan dari luar karya sastra. Analisis norma tersebut
meliputi lima lapis yaitu: (1) lapis bunyi, yaitu semua satuan bunyi
yang berdasarkan konvensi tertentu, yang ditunjukkan pada bunyi-bunyi atau pola
bunyi yang bersifat istimewa atau khusus untuk mendapatkan efek puitis atau
nilai seni, seperti asonansi (huruf vokal), aliterasi (huruf konsonan) dan pola
sajak; (2) lapis arti, yaitu satuan terkecil berupa fonem, satuan fonem berupa
suku kata dan kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat, alinea,
bait, bab, dan seluruh cerita. Dan itu semua merupakan satuan arti; (3) lapis
objek-objek yang dikemukakan (hal-hal penting yang terdapat dalam puisi), latar
(tempat, waktu), pelaku (tokoh), dan dunia pengarang (ceritanya, yang merupakan
dunia yang diciptakan oleh pengarang, yang merupakan gabungan dan jalinan
antara objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku serta alur); (4) lapis
dunia, sebenarnya sudah tidak perlu dinyatakan, tetapi sudah implisit; (5)
lapis metafisis, yaitu menyebabkan pembaca berkontemplasi (perenungan).
C. Metodologi
Metodologi yang digunakan untuk menganalisis puisi tersebut yaitu
metodologi kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
D. Pembahasan
Tentang Aku dan
Mimpiku
Karya: Winarsih
Kuterbangun di
indahnya pagi hari
Menghirup udara segar
sang mentari
Mengayuh sepeda
melewati jalan bebatuan
Penat keringat
bercucuran tak kuperdulikan
Denyut nadi
mengiringi lelah dalam hati
Berjuang teguhkan
hati menggapai asa mimpi
Panas matahari yang
menyengat ikut menyemangati
Membakar kulit tubuh
yang sudah terlanjur cokelat ini
Masa lalu menjadi
sejarah tak terlupakan
Telah terabadikan
untuk menjadi pedoman
Lembaran baru yang
indah menanti
Bersama mimpi yang
teruntai menghiasi
Walaupun banyak
rintangan yang menghadang
Kutakkan berputus asa
dan terus berjuang
Setinggi bintang
seluas langit di angkasa
Mimpi itu terduduk
terangkai bintang mempesona
Analisis puisi “Tentang Aku dan
Mimpiku” karya Winarsih dengan pendekatan Fenomenologi, adalah sebagai berikut:
1.
Lapis bunyi
Yaitu ditunjukkan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat istimewa
atau khusus untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni, seperti asonansi
(huruf vokal), aliterasi (huruf konsonan) dan pola sajak. Lapis bunyi pada
puisi tersebut yaitu:
Pada bait pertama baris pertama yaitu /Kuterbangun di indahnya pagi
hari/, terdapat bunyi:
a.
Vokal (asonansi)
Vokal /a/ sebanyak 4; vokal /i/ sebanyak 4; vokal /u/ sebanyak 2; vokal
/e/ sebanyak 1.
Jadi, asonansi pada bait pertama baris pertama puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 4, terdapat pada kata kuterbangun,
di indahnya, pagi, hari.
b.
Konsonan (aliterasi)
Konsonan /k/ sebanyak 1; /t/ sebanyak 1; /r/ sebanyak 2; /b/ sebanyak 1; /ng/
sebanyak 1; /n/ sebanyak 2; /d/ sebanyak 2; /h/ sebanyak 2; /p/ sebanyak 1; /g/
sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait pertama baris pertama puisi tersebut adalah konsonan
/r/, sebanyak 2, terdapat pada kata kuterbangun,
hari.
Pada bait pertama baris ke-dua yaitu /Menghirup udara segar sang
mentari/, terdapat bunyi:
a.
Asonasi
Vokal /a/ sebanyak 5; /i/ sebanyak 2; /u/ sebanyak 2; /e/ sebanyak 3.
Jadi, asonansi pada bait pertama baris ke-dua puisi tersebut adalah vokal
/a/ sebanyak 5, terdapat pada kata udara,
segar, sang, mentari.
b.
Aliterasi
Kosnonan /m/ sebanyak 2; /ng/ sebanyak 2; /h/ sebanyak 1; /r/ sebanyak 4;
/p/ sebanyak 1; /d/ sebanyak 1; /s/ sebanyak 2; /g/ sebanyak 1; /n/ sebanyak 1;
/t/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait pertama baris ke-dua puisi tersebut adalah
konsonan /r/ sebanyak 4, terdapat pada kata menghirup,
udara, segar, mentari.
Pada bait pertama baris ke-tiga yaitu /Mengayuh sepeda melewati jalan
bebatuan/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 7; /i/ sebanyak 1; /u/ sebanyak 2; /e/ sebanyak 6.
Jadi, asonansi pada bait pertama baris ke-tiga puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 7, terdapat pada kata mengayuh,
sepeda, melewati, jalan, bebatuan.
b.
Aliterasi
Konsonan /m/ sebanyak 2; /n/ sebanyak 2; /ng/ sebanyak 1; /y/ sebanyak 1;
/h/ sebanyak 1; /s/ sebanyak 1; /p/ sebanyak 1; /d/ sebanyak 1; /l/ sebanyak 2;
/w/ sebanyak 1; /t/ sebanyak 2; /j/ sebanyak 1; /b/ sebanyak 2.
Jadi, aliterasi pada bait pertama baris ke-tiga puisi tersebut adalah
konsonan /b/ sebanyak 2, terdapat pada kata bebatuan.
Pada bait pertama baris ke-empat yaitu /Penat keringat bercucuran tak
kuperdulikan/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 5; /i/ sebanyak 2; /u/ sebanyak 4; /e/ sebanyak 4.
Jadi, asonansi pada bait pertama baris ke-empat puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 5, terdapat pada kata penat,
keringat, bercucuran, tak, kuperdulikan.
b.
Aliterasi
Konsonan /p/ sebanyak 2; /n/ sebanyak 3; /t/ sebanyak 3; /k/ sebanyak 4; /r/
sebanyak 4, /ng/ sebanyak 1, /b/ sebanyak 1; /c/ sebanyak 2; /d/ sebanyak 1;
/l/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait pertama baris ke-empat puisi tersebut adalah
konsonan /k/, terdapat pada kata keringat,
tak, kuperdulikan.
Pada bait ke-dua baris pertama yaitu /Denyut nadi mengiringi lelah dalam
hati/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 5; /i/ sebanyak 5; /u/ sebanyak 1; /e/ sebanyak 3.
Jadi, asonansi pada bait ke-dua baris pertama puisi tersebut adalah vokal
/i/ sebanyak 5, terdapat pada kata nadi,
mengiringi, hati.
b.
Aliterasi
Konsonan /d/ sebanyak 2; /ny/ sebanyak 1; /t/ sebanyak 2; /n/ sebanyak 1;
/m/ sebanyak 2; /ng/ sebanyak 2; /r/ sebanyak 1; /l/ sebanyak 3; /h/ sebanyak
2.
Jadi, aliterasi pada bait ke-dua baris pertama puisi tersebut adalah
konsonan /l/ sebanyak 3, terdapat pada kata lelah,
dalam.
Pada bait ke-dua baris ke-dua yaitu /berjuang teguhkan hati menggapai asa
mimpi/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 7; /i/ sebanyak 4; /u/ sebanyak 2; /e/ sebanyak 3.
Jadi, asonansi pada bait ke-dua baris ke-dua puisi tersebut adalah vokal
/a/ sebanyak 7, terdapat pada kata berjuang,
teguhkan, hati, menggapai, asa.
b.
Aliterasi
Konsonan /b/ sebanyak 1; /r/ sebanyak 1; /j/ sebanyak 1; /ng/ sebanyak 2;
/t/ sebanyak 2; /g/ sebanyak 2; /h/ sebanyak 2; /k/ sebanyak 1; /n/ sebanyak 1;
/m/ sebanyak 3; /p/ sebanyak 2; /s/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-dua baris ke-dua puisi tersebut adalah
konsonan /m/ sebanyak 3, terdapat pada kata menggapai,
mimpi.
Pada bait ke-dua baris ke-tiga yaitu /panas matahari yang menyengat ikut
menyemangati/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 9; /i/ sebanyak 3; /u/ sebanyak 1; /e/ sebanyak 4.
Jadi, asonansi pada bait ke-dua baris ke-tiga puisi tersebut adalah vokal
/a/ sebanyak 9, terdapat pada kata panas,
matahari, yang, menyengat, menyemangati.
b.
Aliterasi
Konsonan /p/ sebanyak 1; /n/ sebanyak 1; /s/ sebanyak 1; /m/ sebanyak 4;
/t/ sebanyak 4; /h/ sebanyak 1; /r/ sebanyak 1; /y/ sebanyak 1; /ng/ sebanyak
3; /ny/ sebanyak 2; /k/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-dua baris ke-tiga puisi tersebut adalah
konsonan /m/ sebanyak 4, terdapat pada kata matahari,
menyengat, menyemangati.
Pada bait ke-dua baris ke-empat yaitu /membakar kulit tubuh yang sudah
terlanjur cokelat ini/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 6; /i/ sebanyak 3; /u/ sebanyak 4; /e/ sebanyak 3; /o/
sebanyak 1.
Jadi, asonansi pada bait ke-dua baris ke-empat puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 6, terdapat pada kata membakar,
yang, sudah, terlanjur, cokelat.
b.
Aliterasi
Konsonan /m/ sebanyak 2; /b/ sebanyak 2; /k/ sebanyak 3; /r/ sebanyak 3;
/l/ sebanyak 3; /t/ sebanyak 4; /h/ sebanyak 2; /y/ sebanyak 1; /ng/ sebanyak
1; /s/ sebanyak 1; /d/ sebanyak 1; /d/ sebanyak 1; /n/ sebanyak 2; /j/ sebanyak
1; /c/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-dua baris ke-empat puisi tersebut adalah
konsonan /t/ sebanyak 4, terdapat pada kata kulit,
tubuh, terlanjur, cokelat.
Pada bait ke-tiga baris pertama yaitu /masa lalu menjadi sejarah tak
terlupakan/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 9; /i/ sebanyak 1; /u/ sebanyak 2; /e/ sebanyak 3.
Jadi, asonansi pada bait ke-tiga baris pertama puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 9, terdapat pada kata masa,
lalu, menjadi, sejarah, tak, terlupakan.
b.
Aliterasi
Konsonan /m/ sebanyak 2; /s/ sebanyak 2; /l/ sebanyak 3; /n/ sebanyak 2;
/j/ sebanyak 2; /d/ sebanyak 1; /r/ sebanyak 2; /h/ sebanyak 1; /t/ sebanyak 2;
/k/ sebanyak 2; /p/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-tiga baris pertama puisi tersebut adalah
konsonan /l/ sebanyak 3, terdapat pada kata lalu,
terlupakan.
Pada bait ke-tiga baris ke-dua yaitu /telah terabadikan untuk menjadi
pedoman/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 6; /i/ sebanyak 2; /u/ sebanyak 1; /e/ sebanyak 4; /o/
sebanyak 1.
Jadi, asonansi pada bait ke-tiga baris ke-dua puisi tersebut adalah vokal
/a/ sebanyak 6, terdapat pada kata telah,
terabadikan, menjadi, pedoman.
b.
Aliterasi
Konsonan /t/ sebanyak 3; /l/ sebanyak 1; /h/ sebanyak 1; /r/ sebanyak 1;
/b/ sebanyak 1; /d/ sebanyak 3; /k/ sebanyak 2; /n/ sebanyak 4; /m/ sebanyak 2;
/j/ sebanyak 1; /p/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-tiga baris ke-dua puisi tersebut adalah
konsonan /n/ sebanyak 4, terdapat pada kata terabadikan,
untuk, menjadi, pedoman.
Pada bait ke-tiga baris ke-tiga yaitu /lembaran baru yang indah menanti/,
terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 6; /i/ sebanyak 2; /u/ sebanyak 1; /e/ sebanyak 2.
Jadi, asonansi pada bait ke-tiga baris ke-tiga puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 6, terdapat pada kata lembaran,
baru, yang, indah, menanti.
b.
Aliterasi
Konsonan /l/ sebanyak 1; /m/ sebanyak 2; /b/ sebanyak 2; /r/ sebanyak2;
/n/ sebanyak 4; /y/ sebanyak 1; /ng/ sebanyak 1; /d/ sebanyak 1; /h/ sebanyak
1; /t/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-tiga baris ke-tiga puisi tersebut adalah
konsonan /n/ sebanyak 4, terdapat pada kata lembaran,
indah, menanti.
Pada bait ke-tiga baris ke-empat yaitu /bersama mimpi yang teruntai
menghiasi/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 5; /i/ sebanyak 5; /u/ sebanyak 1; /e/ sebanyak 3.
Jadi, asonansi pada bait ke-tiga baris ke-empat puisi tersebut adalah vokal
/i/ sebanyak 5, terdapat pada kata mimpi,
teruntai, menghiasi.
b.
Aliterasi
Konsonan /b/ sebanyak 1; /r/ sebanyak 2; /s/ sebanyak 2; /m/ sebanyak 4;
/p/ sebanyak 1; /y/ sebanyak 1; /ng/ sebanyak2; /t/ sebanyak 2; /n/ sebanyak 1;
/h/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-tiga baris ke-empat puisi tersebut adalah
konsonan /m/ sebanyak 4, terdapat pada kata bersama,
mimpi, menghiasi.
Pada bait ke-empat baris pertama yaitu /walaupun banyak rintangan yang
menghadang/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 8; /i/ sebanyak 1; /u/ sebanyak 2; /e/ sebanyak 1.
Jadi, asonansi pada bait ke-empat baris pertama puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 8, terdapat pada kata walaupun,
banyak, rintangan, yang, menghadang.
b.
Aliterasi
Konsonan /w/ sebanyak 1; /l/ sebanyak 1; /p/ sebanyak 1; /n/ sebanyak 3;
/b/ sebanyak 1; /ny/ sebanyak 1; /k/ sebanyak1; /r/ sebanyak1; /t/ sebanyak 1;
/ng/ sebanyak 3; /y/ sebanyak 1; /h/ sebanyak 1; /d/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-empat baris pertama puisi tersebut adalah
konsonan /n/ sebanyak 3, terdapat pada kata walaupun,
rintangan.
Pada bait ke-empat baris ke-dua yaitu /kutakkan berputus asa dan terus
berjuang/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 6; /u/ sebanyak 5; /e/ sebanyak 3.
Jadi, asonansi pada bait ke-empat baris ke-dua puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 6, terdapat pada kata kutakkan,
asa, dan, berjuang.
b.
Aliterasi
Konsonan /k/ sebanyak 3; /t/ sebanyak 3; /n/ sebanyak 2; /b/ sebanyak 2;
/r/ sebanyak 3; /p/ sebanyak 1; /s/ sebanyak 3; /d/ sebanyak 1; /j/ sebanyak 1;
/ng/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-empat baris ke-dua puisi tersebut adalah
konsonan /s/ sebanyak 3, terdapat pada kata berputus,
asa, terus.
Pada bait ke-empat baris ke-tiga yaitu /setinggi bintang seluas langit di
angkasa/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 6; /i/ sebanyak 5; /u/ sebanyak 1; /e/ sebanyak 2.
Jadi, asonansi pada bait ke-empat baris ke-tiga puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 6, terdapat pada kata bintang,
seluas, langit, di angkasa.
b.
Aliterasi
Konsonan /s/ sebanyak 4; /t/ sebanyak 3; /ng/ sebanyak 4; /g/ sebanyak 1;
/b/ sebanyak 1; /n/ sebanyak 1; /l/ sebanyak 2; /d/ sebanyak 1; /k/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-empat baris ke-tiga puisi tersebut adalah
konsonan /s/ sebanyak 4, terdapat pada kata setinggi,
seluas, di angkasa.
Pada bait ke-empat baris ke-empat yaitu /mimpi itu terduduk terangkai
bintang mempesona/, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
Vokal /a/ sebanyak 4; /i/ sebanyak 5; /u/ sebanyak 3; /e/ sebanyak 4; /o/
sebanyak 1.
Jadi, asonansi pada bait ke-empat baris ke-empat puisi tersebut adalah
vokal /i/ sebanyak 5, terdapat pada kata mimpi,
itu, terangkai, bintang.
b.
Aliterasi
Konsonan /m/ sebanyak 4; /p/ sebanyak 2; /t/ sebanyak 4; /r/ sebanyak 2;
/d/ sebanyak 2; /k/ sebanyak 2; /ng/ sebanyak 2; /b/ sebanyak 1; /n/ sebanyak
2; /s/ sebanyak 1.
Jadi, aliterasi pada bait ke-empat baris ke-empat puisi tersebut adalah
konsonan /t/ sebanyak 4, terdapat pada kata itu,
terduduk, terangkai, bintang.
2.
Lapis arti
Satuan terkecil berupa fonem, satuan fonem berupa suku kata dan kata.
Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat, alinea, bait, bab, dan seluruh
cerita. Dan itu semua merupakan satuan arti. Arti pada puisi karya Winarsih
tersebut, sebagai berikut:
Kuterbangun di indahnya pagi hari, artinya
penyair bangun tidur setiap pagi hari.
Menghirup udara segar sang mentari,
artinya setiap pagi menghirup udara segar.
Mengayuh sepeda melewati jalan bebatuan,
artinya mengayuh sepeda di jalan yang berbatu.
Penat keringat bercucuran tak
kuperdulikan, artinya penyair tak memperdulikan keringatnya akibat mengayuh
sepeda.
Denyut nadi mengiringi lelah dalam
hati, artinya lelah hati yang terasa, selama masih bernafas.
Berjuang teguhkan hati menggapai
aasa mimpi, artinya memantapkan hati untuk terus berjuang menggapai mimpi.
Panas matahari yang menyengat ikut
menyemangati, artinya cuaca yang panas.
Membakar kulit tubuh yang sudah
terlanjur cokelat ini, artinya membuat warna kulit tubuh yang sudah
cokelat, bertambah cokelat.
Masa lalu menjadi sejarah tak
terlupakan, artinya pengalaman yang sudah terlewati tidak akan terlupakan,
akan selalu ingat.
Telah terabadikan untuk menjadi
pedoman, artinya telah tersimpan di dalam memori pikiran untuk menjadi
pedoman, agar ke depannya lebih baik lagi.
Lembaran baru yang indah menanti, artinya
kehidupan baru yang indah telah menanti.
Bersama mimpi yang teruntai
menghiasi, artinya impian yang tercapai.
Walaupun banyak rintangan yang
menghadang, artinya biarpun ada banyak rintangan, hambatan, atauupun
masalah yang menghalangi.
Kutakkan berputus asa dan terus
berjuang, artinya penyair tidak akan putus asa dan akan terus berjuang.
Setinggi bintang seluas langit di
angaksasa, artinya setinggi impian itu.
Mimpi itu terduduk terangkai
bintang mempesona, artinya impian yang tinggi dan indah itu tidak akan
pergi ke mana-mana.
3.
Lapis objek
Yaitu meliputi:
a.
Objek-objek yang dikemukakan (hal-hal penting)
yang terdapat dalam puisi tersebut antara lain:
·
Terbangun
·
Pagi
·
Segar
·
Sepeda
·
Keringat
·
Lelah
·
Berjuang
·
Panas
·
Menyengat
·
Kulit tubuhku
·
Masa lalu
·
Pedoman
·
Lembaran baru
·
Indah
·
Rintangan
·
Menghadang
·
Terus berjuang
·
Mimpi
b.
Latar waktu yang terdapat dalam puisi tersebut
yaitu:
·
Pagi hari, terbukti pada baris puisi
/Kuterbangun di indahnya pagi hari/ /Menghirup udara segar sang mentari/.
·
Siang hari, terbukti pada baris puisi /panas
matahari yang menyengat ikut menyemangati/ /membakar kulit tubuh yang sudah
terlanjur cokelat ini/.
c.
Pelaku, yaitu tokoh dalam puisi itu, yakni aku.
d.
Dunia pengarang, yaitu ceritanya, yang merupakan
dunia yang diciptakan pengarang.
Dunia pengarang pada puisi tersebut yaitu:
Aku terbangun di pagi hari yang segar. Setiap hari aku bersepeda hingga
meneteskan keringat. Biarpun lelah hati, tapi aku tetap terus berjuang demi
menggapai mimpi. Aku tak perduli panas matahari yang selalu menyengat kulit
tubuhku. Masa lalu dalam hidupku, kujadikan pedoman untuk sebuah lembaran baru
yang indah. Aku akan terus berjuang demi menggapai mimpi meski ada banyak
rintangan yang menghadang.
4.
Lapis dunia
Yaitu sebenarnya sudah tidak perlu dinyatakan, karena sudah implisit.
Lapis dunia pada puisi karya Winarsih tersebut yaitu:
Si aku setiap pagi mengayuh sepeda hingga keringat bercucuran. Si aku
selalu berjuang teguhkan hati menggapai asa mimpi, meskipun setiap hari kulit
tubuh harus tersengat panas matahari. Si aku menjadikan pengalaman-pengalaman
hidupnya sebagai pedoman untuk menggapai mimpi. Si aku akan terus berjuang
hingga mimpi itu tercapai, meskipun banyak rintangan yang menghadang.
5.
Lapis metafisis
Yaitu menyebabkan pembaca berkontemplasi (perenungan). Hasil perenungan
dari puisi tersebut yaitu:
Pada bait pertama dan ke-dua, hasil perenungannya yaitu: tetaplah
semangat menjalani rutinitas sebagai jalan menggapai mimpi, meskipun rutinitas
itu terasa berat untuk dijalani.
Pada bait ke-tiga, hasil perenungannya yaitu: jadikanlah pengalaman hidup
sebagai pedoman untuk menggapai mimpi.
Pada bait ke-empat, hasil perenungannya yaitu: teruslah berjuang demi
menggapai mimpi, meskipun banyak rintangan yang menghadang.
E.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat simpulkan bahwa hasil
analisis puisi “Tentang Aku dan Mimpiku” karya Winarsih dengan pendekatan
fenomenologi tersebut, puisi tersebut mengandung sejumlah makna yang berlapis,
meliputi (1) lapis bunyi, yang berupa asonansi dan aliterasi; (2) lapis arti,
di mana setiap baris dari puisi tersebut memiliki makna yang berbeda-beda; (3)
lapis objek, adanya objek-objek yang dipentingkan, pelaku, latar waktu, dan
alur atau dunia pengarang; (4) lapis dunia, di mana makna dari puisi tersebut
sudah terimplisit dalam puisi tersebut; (5) lapis metafisis, atau hasil
perenungan dari puisi tersebut adalah tentang berjuang untuk menggapai mimpi.
Post a Comment for "Analisis Puisi “Tentang Aku dan Mimpiku” Karya Winarsih dengan Pendekatan Fenomenologi"