Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

STRUKTURALISME GENETIK


A.  Pengertian Strukturalisme Genetik
Strukturalisme genetik adalah pendekatan di dalam penelitian sastra yang lahir sebagai reaksi dari pendekatan strukturalisme murni yang anti historis dan kausal. Pencetus pendekatan strukturalisme genetik adalah Lucien Goldman, seorang ahli sastra Perancis. Pendekatan ini
merupakan satu-satunya pendekatan yang mampu merekonstruksikan pandangan dunia pengarang. Pendekatan ini memasukkan faktor genetik (unsur ekstrinsik) di dalam pemahaman karya sastra. Genetik karya sastra artinya asal-usul karya sastra. Faktor yang terkait dengan asal-usul karya sastra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengondisikan karya sastra saat diciptakan.

B.  Konsep Strukturalisme Genetik
Dapat dikatakan, bahwa pendekatan strukturalisme genetik mempunyai segi-segi yang bermanfaat dan berdaya guna tinggi, apabila para peneliti sendiri tidak melupakan atau tetap mempertahankan segi-segi intrinsik yang membangun karya sastra, disamping memperhatikan faktor-faktor sosiologis, serta menyadari sepenuhnya bahwa karya sastra itu diciptakan oleh suatu kreatifitas dengan memanfaatkan faktor imajinasi.
Goldmann membangun seperangkat kategori yang saling bertalian satu sama lain sehingga membentuk apa yang disebut sebagai strukturalisme genetik. Kategori-kategori itu adalah fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, dan pemahaman-penjelasan (Faruk dalam Chalima, 1994).
1.    Konsep fakta kemanusiaan
Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia, baik yang verbal maupun fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Aktivitas atau perilaku manusia harus menyesuaikan kehidupan dengan lingkungan sekitar.
Damono (1979) berpendapat, untuk menelaah fakta-fakta kemanusiaan, baik dalam strukturnya yang esensial maupun dalam kenyataannya yang konkret, membutuhkan sutau metode yang serentak bersifat sosiologis dan historis. Dengan fakta kemanusiaan, dapat diketahui bahwa sastra merupakan cermin dari berbagai segi struktur sosial maupun hubungan kekeluargaan.
Dengan berinteraksi dengan dunia luar atau lingkungan sekitar, maka manusia baru akan bisa merasakan dan memikirkan tentang suatu hal, baik secara individu maupun sosial, yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karya sastra sesuai dengan apa yang dirasakan, dilihat dan dialami.
2.    Konsep subjek kolektif
Subjek kolektif adalah kumpulan individu-individu yang membentuk satu kesatuan beserta aktivitasnya. Subjek kolektif merupakan bagian dari fakta kemanusiaan selain subjek individual. Fakta kemanusiaan muncul karena aktivitas manusia sebagai subjek. Pengarang adalah subjek yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Oleh karenanya di dalam masyarakat terdapat fakta kemanusiaan. Karya sastra diciptakan oleh pengarang. Dengan demikian karya sastra lebih merupakan duplikasi fakta kemanusiaan yang telah diramu oleh pengarang. Semua gagasan pengarang dapat dikatakan sebagai perwakilan dari kelompok sosial. Oleh sebab itu pengkajian terhadap karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan pengarang untuk mendapat makna yang menyeluruh.
3.    Struktur Karya Sastra
Struktur karya sastra adalah hal-hal pokok dalam karya sastra yang meliputi unsur-unsur intrinsiknya. Di dalam eseinya yang berjudul The Epistemology of Sociology, Goldmann mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya, yaitu pertama, bahwa karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner dan kedua, bahwa dalam usahanya dalam mengekspresikan pandangan dunia itu pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner. Dengan mengemukakan dua hal tersebut, Goldmann dapat membedakan karya sastra dari filsafat dan sosiologi. Menurutnya filsafat mengekspresikan pandangan dunia secara konseptual, sedangkan sosiologi mengacu pada empirisitas (Chalima dalam Faruk, 1994).
Dalam eseinya yang berjudul The Sociology of Literature: Status and Problem Method, Goldmann mengatakan bahwa dalam hampir seluruh karyanya penelitian dipusatkan pada elemen kesatuan, pada usaha menyingkapkan struktur yang koheren dan terpadu yang mengatur keseluruhan semesta karya sastra (Faruk dalam Chalima,1994).
4.    Pandangan dunia
Konsep pandangan dunia merupakan konsep yang menghubungkan karya sastra dengan masyarakat di sekelilingnya. Pandangan dunia menurut Goldmann adalah istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertanyakannya dengan kelompok-kelompok sosial lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi subjek kolektif yang memilikinya.
Goldmann (dalam Suwardi Endraswara, 2003:57) berpendapat, karya sastra sebagai struktur bermakna itu akan mewakili pandangan dunia (vision du monde) penulis, tidak sebagai individu melainkan sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa strukturalisme genetik merupakan penelitian sastra yang menghubungkan antara struktur sastra dengan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikannya. Oleh karena itu, karya sastra tidak akan dapat dipahami secara utuh jika totalitas kehidupan masyarakat yang telah melahirkan teks sastra diabaikan begitu saja. Pengabaian unsur masyarakat berarti penelitian sastra menjadi pincang.
5.    Pemahaman dan penjelasan
Teknik analis yang digunakan dalam strukturalisme genetik adalah model dialektik, yang mengembangkan dua macam konsep yaitu “keseluruhan-bagian” dan “pemahaman-penjelasan”. Pada penelitian keseluruhan-bagian, analisis harus bisa menentukan bagian mana yang menjadi unsur dominan menurut data empirik. Selanjutnya memberikan sebuah penjelasan dari struktur internal sebagai bagian keseluruhan. Dengan demikian jelas bahwa model dialektik mengenalkan analisis “pemahaman-penjelasan”. Pemahaman adalah langkah untuk mengidentifikasi bagian, dan penjelasan adalah langkah pemaknaan unsur bagian ke dalam unsur keseluruhan.

C.  Langkah penelitian karya sastra dengan pendekatan strukturalisme genetik
Secara sederhana Suwardi Endraswara dalam Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta, 2003 : 62, kerja penelitian strukturalisme genetik dapat diformulasikan ke dalam tiga langkah, dan satu langkah adalah makna totalitas yaitu:
1.    Penelitian bermula dari kajian unsur intrinsik, baik secara parsial maupun dalam jalinan keseluruhannya.
2.    Mengkaji kehidupan sosial budaya pengarang, karena ia merupakan bagian komunitas tertentu.
3.    Mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang turut mengondisikan karya sastra saat diciptakan oleh pengarang.
4.    Dan setelah kita menelaah karya sastra dari ketiga langkah ini, maka akan didapat benang merah yaitu makna totalitas. Makna totalitas, merupakan sebuah harapan maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang.





Post a Comment for "STRUKTURALISME GENETIK"