ANALISIS PUISI “LAYANG-LAYANG MILIKKU” KARYA SLAMET SUKIRNANTO DENGAN PENDEKATAN FENOMENOLOGI
Abstrak
Puisi digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran dan perasaan
melalui media bahasa. Bahasa yang digunakan di dalam puisi menimbulkan makna
atau maksud yang terkandung dalam puisi tersebut. Analisis fenomenologi
membantu menemukan makna dan fenomena estetik yang terdapat dalam puisi Layang-layang Milikku. Fenomena estetik
ini meliputi asonansi dan aliterasi pada puisi tersebut. Sedangkan pemaknaan
dalam fenomenologi ini, selain membuat kita mengetahui makna dari puisi
tersebut, juga membuat kita melakukan perenungan terhadap puisi tersebut.
A. Pendahuluan
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang digunakan
sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran atau ungkapan jiwa pengarang kepada
pembacanya. Puisi sebagai karya sastra menggunakan bahasa sebagai media untuk
mengungkapkan makna. Dalam puisi sering digunakan bahasa yang cenderung
menyimpang dari kaidah kebahasaan.
Pengkajian terhadap puisi seringkali hanya sampai pada
pengumpulan data saja. Sebenarnya data-data yang sudah terkumpul tersebut bisa
dikaji lebih dalam lagi. Banyak pintu masuk untuk menafsirkan sebuah puisi,
salah satunya secara fenomenologi. Analisis fenomenologi, berusaha untuk
melakukan pemaknaan. Oleh karena itu, di bawah ini akan dianalisis sebuah puisi
berjudul “Layang-layang Milikku” karya Slamet
Sukirnanto dengan pendekatan fenomenologi.
B. Landasan
Teori
Puisi adalah karya sastra. Semua
karya sastra bersifat imajinatif. Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang
lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak
kemungkinan makna.
Analisis fenomenologi adalah analisis terhadap suatu
puisi yang bertujuan untuk mengetahui fenomena eksistensi yang terdapat dalam
sebuah puisi. Analisis fenomenologi dalam sebuah puisi merupakan analisis
norma-norma karya sastra, norma itu merupakan kenyataan yang terkandung dalam
karya sastra itu sendiri, bukan dari luar karya sastra. Analisis norma tersebut
meliputi lima lapis yaitu: (1) lapis bunyi, yaitu
semua satuan bunyi yang berdasarkan konvensi tertentu, yang ditunjukkan pada
bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat istimewa atau khusus untuk
mendapatkan efek puitis atau nilai seni, seperti asonansi (huruf vokal),
aliterasi (huruf konsonan) dan pola sajak; (2) lapis arti, yaitu satuan
terkecil berupa fonem, satuan fonem berupa suku kata dan kata. Kata bergabung
menjadi kelompok kata, kalimat, alinea, bait, bab, dan seluruh cerita. Dan itu
semua merupakan satuan arti; (3) lapis objek-objek yang dikemukakan (hal-hal
penting yang terdapat dalam puisi), latar (tempat,ds waktu), pelaku (tokoh),
dan dunia pengarang (ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh
pengarang, yang merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek yang
dikemukakan, latar, pelaku serta alur); (4) lapis dunia, sebenarnya sudah tidak
perlu dinyatakan, tetapi sudah implisit; (5) lapis metafisis, yaitu menyebabkan
pembaca berkontemplasi (perenungan).
C.
Pembahasan
Layang-layang Milikku
Karya:
Slamet Sukirnanto
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Membubung di langit biru
Di alam raya bersama burung-burung yang bebas
Lihatlah dari sana, negeri-negeri yang jauh
Adakah negeri-negeri bebas yang angkuh?
Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak antara kita akan semakin jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib.
Layang-layang milikku, Kumanjakan kau
Membubung di langit biru
Sampaikan Salam: hidup teguh di sini
Nyanyian bumi dalam wujud puisi.
(Jaket Kuning, 1966)
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Membubung di langit biru
Di alam raya bersama burung-burung yang bebas
Lihatlah dari sana, negeri-negeri yang jauh
Adakah negeri-negeri bebas yang angkuh?
Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak antara kita akan semakin jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib.
Layang-layang milikku, Kumanjakan kau
Membubung di langit biru
Sampaikan Salam: hidup teguh di sini
Nyanyian bumi dalam wujud puisi.
(Jaket Kuning, 1966)
Analisis puisi “Layang-layang Milikku”
karya Slamet Sukirnanto dengan pendekatan Fenomenologi, adalah sebagai berikut:
1.
Lapis bunyi
Yaitu ditunjukkan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang
bersifat istimewa atau khusus untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni,
seperti asonansi (huruf vokal), aliterasi (huruf konsonan) dan pola sajak.
Lapis bunyi pada puisi tersebut yaitu:
Pada bait pertama baris pertama yaitu: Layang-layang milikku, kumanjakan kau. Pada baris puisi
tersebut, terdapat bunyi:
a.
Vokal (asonansi)
·
Vokal /a/ sebanyak 8
·
Vokal /i/ sebanyak 2
·
Vokal /u/ sebanyak 3
Jadi, asonansi pada bait pertama baris pertama puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 8, yaitu terdapat pada kata layang-layang, kumanjakan, kau.
b.
Konsonan (aliterasi)
·
Konsonan /l/
sebanyak 3
·
Konsonan /y/ sebanyak 2
·
Konsonan /ng/ sebanyak 2
·
Konsonan /m/ sebanyak 2
·
Konsonan /k/ sebanyak 5
·
Konsonan /n/ sebanyak 2
·
Konsonan /j/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait pertama baris pertama puisi tersebut adalah
konsonan /k/, sebanyak 5, terdapat pada kata
milikku, kumanjakan, kau.
Pada bait pertama baris ke-dua yaitu: Membubung di
langit biru. Pada baris puisi tersebut, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 1
·
Vokal /i/ sebanyak 3
·
Vokal /u/ sebanyak 3
·
Vokal /e/ sebanyak 1
Jadi, asonansi pada bait pertama baris ke-dua puisi tersebut adalah vokal
/i/ sebanyak 3, yaitu terdapat pada kata di
langit, biru.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /m/ sebanyak 2
·
Konsonan /b/ sebanyak 3
·
Konsonan /ng/ sebanyak 2
·
Konsonan /d/ sebanyak 1
·
Konsonan /l/ sebanyak 1
·
Konsonan /t/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait pertama baris ke-dua puisi tersebut adalah
konsonan /b/ sebanyak 3, yaitu terdapat pada kata membubung, biru.
Pada bait pertama baris ke-tiga yaitu: Di alam raya bersama burung-burung yang bebas. Pada baris puisi
tersebut, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 8
·
Vokal /i/ sebanyak 1
·
Vokal /u/ sebanyak 4
·
Vokal /e/ sebanyak 2
Jadi, asonansi pada bait pertama baris ke-tiga puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 8, terdapat pada kata di
alam, raya, bersama, yang, bebas.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /d/ sebanyak 1
·
Konsonan /l/ sebanyak 1
·
Konsonan /m/ sebanyak 2
·
Konsonan /r/ sebanyak 4
·
Konsonan /y/ sebanyak 1
·
Konsonan /b/ sebanyak 5
·
Konsonan /s/ sebanyak 2
·
Konsonan /ng/ sebanyak 2
Jadi, aliterasi pada bait pertama baris ke-tiga puisi tersebut adalah
konsonan /b/ sebanyak 5, yaitu terdapat pada kata bersama, burung-burung, bebas.
Pada bait pertama baris ke-empat yaitu: Di alam raya bersama burung-burung yang bebas. Pada baris puisi
tersebut, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 7
·
Vokal /i/ sebanyak 4
·
Vokal /u/ sebanyak 1
·
Vokal /e/ sebanyak 4
Jadi, asonansi pada bait pertama baris ke-empat puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 7, yaitu terdapat pada kata lihatlah, dari, sana, yang, jauh.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /l/ sebanyak 2
·
Konsonan /h/ sebanyak 3
·
Konsonan /t/ sebanyak 1
·
Konsonan /d/ sebanyak 1
·
Konsonan /r/ sebanyak 3
·
Konsonan /s/ sebanyak 1
·
Konsonan /n/ sebanyak 3
·
Konsonan /g/ sebanyak 2
·
Konsonan /y/ sebanyak 1
·
Konsonan /ng/ sebanyak 1
·
Konsonan /j/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait pertama baris ke-empat puisi tersebut adalah
konsonan /h/ sebanyak 3, yaitu terdapat pada kata lihatlah, jauh.
Pada bait pertama baris ke-lima yaitu: Adakah negeri-negeri bebas yang angkuh? Pada baris puisi tersebut, terdapat
bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 6
·
Vokal /i/ sebanyak 2
·
Vokal /u/ sebanyak 1
·
Vokal /e/
sebanyak 5
Jadi, asonansi pada bait pertama baris ke-lima puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 6, yaitu terdapat pada kata adakah, bebas, yang, angkuh.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /d/ sebanyak 1
·
Konsonan /k/ sebanyak 2
·
Konsonan /h/ sebanyak 2
·
Konsonan /n/ sebanyak 2
·
Konsonan /g/ sebanyak 2
·
Konsonan /r/ sebanyak 2
·
Konsonan /b/ sebanyak 2
·
Konsonan /s/ sebanyak 1
·
Konsonan /y/ sebanyak 1
·
Konsonan /ng/ sebanyak 2
Jadi, aliterasi pada bait pertama baris ke-lima puisi tersebut adalah
konsonan /k/ sebanyak 2, yaitu terdapat pada kata adakah, angkuh.
Pada bait ke-dua baris pertama yaitu: Satu pesan yang
kusampaikan dari bumi ini. Pada baris puisi tersebut, terdapat
bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 7
·
Vokal /i/ sebanyak 5
·
Vokal /u/ sebanyak 3
·
Vokal /e/ sebanyak 1
Jadi, asonansi pada bait ke-dua baris pertama puisi tersebut adalah vokal
/a/ sebanyak 7, yaitu terdapat pada kata satu,
pesan, yang, kusampaikan, dari.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /s/ sebanyak 3
·
Konsonan /t/ sebanyak 1
·
Konsonan /p/ sebanyak 2
·
Konsonan /n/ sebanyak 2
·
Konsonan /y/ sebanyak 1
·
Konsonan /ng/ sebanyak 1
·
Konsonan /k/ sebanyak 2
·
Konsonan /m/ sebanyak 2
·
Konsonan /d/ sebanyak 1
·
Konsonan /r/ sebanyak 1
·
Konsonan /b/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait ke-dua baris pertama puisi tersebut adalah
konsonan /s/ sebanyak 3, yaitu terdapat pada kata satu, pesan, kusampaikan.
Pada bait ke-dua baris ke-dua: Yaitu Janganlah
meninggalkan daku, kemudian kau pergi. Pada baris puisi tersebut, terdapat
bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 8
·
Vokal /i/ sebanyak 3
·
Vokal /u/ sebanyak 3
·
Vokal /e/ sebanyak 3
Jadi, asonansi pada bait ke-dua baris ke-dua puisi tersebut adalah vokal
/a/ sebanyak 8, yaitu terdapat pada kata janganlah,
meninggalkan, daku, kemudian, kau.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /j/ sebanyak 1
·
Konsonan /ng/ sebanyak 2
·
Konsonan /n/ sebanyak 4
·
Konsonan /l/ sebanyak 2
·
Konsonan /h/ sebanyak 1
·
Konsonan /m/ sebanyak 2
·
Konsonan /g/ sebanyak 2
·
Konsonan /k/ sebanyak 4
·
Konsonan /d/ sebanyak 2
·
Konsonan /p/ sebanyak 1
·
Konsonan /r/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait ke-dua baris ke-dua puisi tersebut adalah
konsonan /n/ sebanyak 4, yaitu terdapat pada kata janganlah, meninggalkanku, kemudian.
Pada bait ke-dua baris ke-tiga yaitu: Sebab jarak
antara kita akan semakin jauh. Pada baris puisi tersebut, terdapat
bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 11
·
Vokal /i/ sebanyak 2
·
Vokal /u/ sebanyak 1
·
Vokal /e/ sebanyak 2
Jadi, asonansi pada bait ke-dua baris ke-tiga puisi tersebut adalah vokal
/a/ sebanyak 11, yaitu terdapat pada kata sebab,
jarak, antara, kita, akan, semakin, jauh.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /s/ sebanyak 2
·
Konsonan /b/ sebanyak 2
·
Konsonan /j/ sebanyak 2
·
Konsonan /r/ sebanyak 2
·
Konsonan /k/ sebanyak 4
·
Konsonan /n/ sebanyak 3
·
Konsonan /t/ sebanyak 2
·
Konsonan /m/ semakin 1
·
Konsonan /h/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait ke-dua baris ke-tiga puisi tersebut adalah
konsonan /k/ sebanyak 4, yaitu terdapat pada kata jarak, kita, akan, semakin.
Pada bait ke-dua baris ke-empat yaitu: Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib. Pada baris
puisi tersebut, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 5
·
Vokal /i/ sebanyak 7
·
Vokal /u/ sebanyak 1
·
Vokal /e/ sebanyak 2
·
Vokal /o/ sebanyak 1
Jadi, asonansi pada bait ke-dua baris ke-empat puisi tersebut adalah
vokal /i/ sebanyak , yaitu terdapat pada kata di kota, ini, sendiri, pijar, nasib.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /d/ sebanyak 3
·
Konsonan /k/ sebanyak 2
·
Konsonan /t/ sebanyak 1
·
Konsonan /n/ sebanyak 4
·
Konsonan /k/ sebanyak 1
·
Konsonan /s/ sebanyak 2
·
Konsonan /r/ sebanyak 2
·
Konsonan /ng/ sebanyak 1
·
Konsonan /p/ sebanyak 1
·
Konsonan /j/ sebanyak 1
·
Konsonan /b/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait ke-dua baris ke-empat puisi tersebut adalah
konsonan /n/ sebanyak 4, yaitu terdapat pada kata ini, sendiri, dengan, nasib.
Pada bait ke-tiga baris pertama yaitu: Layang-layang milikku, Kumanjakan kau. Pada baris puisi tersebut, terdapat
bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 8
·
Vokal /i/ sebanyak 2
·
Vokal /u/ sebanyak 3
Jadi, asonansi pada bait ke-tiga baris pertama puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 8, yaitu terdapat pada kata layang-layang, kumanjakan, kau.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /l/
sebanyak 3
·
Konsonan /y/ sebanyak 2
·
Konsonan /ng/ sebanyak 2
·
Konsonan /m/ sebanyak 2
·
Konsonan /k/ sebanyak 5
·
Konsonan /n/ sebanyak 2
·
Konsonan /j/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait ke-tiga baris pertama puisi tersebut adalah
konsonan /k/ sebanyak 5, yaitu terdapat pada kata milikku, kumanjakan, kau.
Pada bait ke-tiga baris ke-dua yaitu: Membubung di
langit biru. Pada baris puisi tersebut, terdapat bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 1
·
Vokal /i/ sebanyak 3
·
Vokal /u/ sebanyak 3
·
Vokal /e/ sebanyak 1
Jadi, asonansi pada bait ke-tiga baris ke-dua puisi tersebut adalah vokal
/i/ sebanyak 3, yaitu terdapat pada kata di
langit, biru.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /m/ sebanyak 2
·
Konsonan /b/ sebanyak 3
·
Konsonan /ng/ sebanyak 2
·
Konsonan /d/ sebanyak 1
·
Konsonan /l/ sebanyak 1
·
Konsonan /t/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait ke-tiga baris ke-dua puisi tersebut adalah
konsonan /b/ sebanyak 3, yaitu terdapat pada kata membubung, biru.
Pada bait ke-tiga baris ke-tiga yaitu: mSampaikan Salam : hidup teguh di sini. Pada baris puisi tersebut, terdapat
bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 5
·
Vokal /i/ sebanyak 5
·
Vokal /u/ sebanyak 2
·
Vokal /e/ sebanyak 1
Jadi, asonansi pada bait ke-tiga baris ke tiga puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 5, yaitu terdapat pada kata sampaikan, salam.
b.
Aliterasi
·
Konsonan /s/ sebanyak 3
·
Konsonan /m/ sebanyak 2
·
Konsonan /p/ sebanyak 2
·
Konsonan /k/ sebanyak 1
·
Konsonan /n/ sebanyak 2
·
Konsonan /l/ sebanyak 1
·
Konsonan /h/ sebanyak 2
·
Konsonan /d/ sebanyak 2
·
Konsonan /t/ sebanyak 1
·
Konsonan /g/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi pada bait ke-tiga baris ke-tiga puisi tersebut adalah
konsonan /s/ sebanyak 3, yaitu terdapat pada kata sampaikan, salam, di sini.
Pada bait ke-tiga baris ke-empat yaitu: Nyanyian bumi dalam wujud puisi. Pada baris puisi tersebut, terdapat
bunyi:
a.
Asonansi
·
Vokal /a/ sebanyak 4
·
Vokal /i/ sebanyak 4
·
Vokal /u/ sebanyak 3
Jadi, asonansi pada bait ke-tiga baris ke-empat puisi tersebut adalah
vokal /a/ sebanyak 4, yaitu terdapat pada kata nyanyian, dalam,
b.
Aliterasi
·
Konsonan /ny/ sebanyak 2
·
Konsonan /n/ sebanyak 1
·
Konsonan /b/ sebanyak 1
·
Konsonan /m/ sebanyak 2
·
Konsonan /d/ sebanyak 2
·
Konsonan /l/ sebanyak 1
·
Konsonan /w/ sebanyak 1
·
Konsonan /j/ sebanyak 1
·
Konsonan /p/ sebanyak 1
·
Konsonan /s/ sebanyak 1
Jadi, aliterasi bait ke-tiga baris ke-empat puisi tersebut adalah
konsonan /d/ sebanyak 2, yaitu terdapat pada kata dalam, wujud.
2.
Lapis arti
Satuan terkecil berupa fonem, satuan fonem berupa suku kata dan kata.
Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat, alinea, bait, bab, dan seluruh
cerita. Dan itu semua merupakan satuan arti. Arti pada puisi karya Winarsih
tersebut, sebagai berikut:
Layang-layang milikku, kumanjakan kau,
artinya penyair memberi kebebasan kepada putra bangsa yang berjaket kuning,
yaitu mahasiswa Universitas Indonesia (UI).
Membubung di langit yang biru, artinya berjuang
semaksimal mungkin atau semampunya.
Di alam raya bersama burung-burung
yang bebas, artinya di alam yang luas, bersama orang-orang yang bebas
dari aturan.
Lihatlah dari sana, negeri-negeri
yang jauh, artinya penyair berharap agar putra bangsa (mahasiswa
UI) melihat kondisi negeri-negeri tetangga.
Adakah negeri-negeri bebas yang
angkuh? artinya di antara negeri-negeri tersebut, apakah ada negeri
dengan pemimpin yang memimpin negerinya dengan sekehendak hatinya sendiri,
ataukah tidak ada.
Satu pesan yang kusampaikan dari
bumi ini, artinya sang penyair memberikan sebuah pesan dari bumi
pertiwi, Indonesia.
Janganlah meninggalkan daku,
kemudian kau pergi, artinya supaya jangan pergi dan
tidak akan kembali lagi ke bumi pertiwi, Indonesia.
Sebab jarak antara kita akan semakin
jauh, artinya karena jarak antara penyair dengan putra
bangsa (mahasiswa UI) akan semakin jauh, yang mana sang penyair di Indonesia,
sedangkan putra bangsa di negeri tetangga.
Di kota ini aku sendiri dengan pijar
nasib, artinya di negeri Indonesia, penyair sendirian dalam
memperjuangkan nasib bangsanya.
Layang-layang milikku, Kumanjakan
kau, artinya penyair memberi kebebasan kepada putra bangsa
yang berjaket kuning, yaitu mahasiswa Universitas Indonesia (UI).
Membubung di langit yang biru, artinya berjuang
semaksimal mungkin atau semampunya.
Sampaikan Salam : hidup teguh di
sini, artinya penyair menyampaikan salam kepada mahasiswa
berjaket kuning untuk tetap tinggal dan hidup di bumi pertiwi, Indonesia.
Nyanyian bumi dalam wujud puisi, artinya
nyanyian orang-orang di bumi pertiwi dalam wujud puisi.
3.
Lapis objek
Lapis objek ini terdiri dari objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku dan
dunia pengarang. Lapis objek yang terdapat dalam puisi “Layang-layang Milikku”
tersebut yaitu:
a.
Objek-objek yang dikemukakan (hal-hal penting)
yang terdapat dalam puisi tersebut antara lain:
·
Layang-layang
·
Membubung
·
Di langit
·
Negeri-negeri
·
Jauh
·
Pesan
·
Sendiri
·
Teguh
b.
Latar
Latar ini bisa berwujud tempat maupun waktu. Latar yang terdapat dalam
puisi tersebut yaitu:
1)
Latar tempat
·
Di kota, terbukti pada baris puisi Di kota ini aku sendiri dengan pijar
nasib
2)
Latar waktu
·
Siang hari, terbukti pada baris puisi Membubung di langit biru
c.
Pelaku
Yaitu tokoh dalam puisi itu. Pelaku dalam puisi tersebut yakni aku.
d.
Dunia pengarang
Yaitu ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan pengarang. Dunia
pengarang pada puisi tersebut yaitu:
Aku menerbangkan layang-layang hingga membubung tinggi di langit. Dengan
tujuan supaya layang-layangku bisa melihat negeri-negeri yang berada jauh dari kota
tempat tinggal aku. Aku berpesan kepada layang-layangku, untuk berada teguh
bersama aku, tidak meninggalkan aku, karena aku tinggal sendiri.
4.
Lapis dunia
Yaitu sebenarnya sudah tidak perlu dinyatakan, karena sudah implisit.
Lapis dunia pada puisi karya Slamet Sukirnanto tersebut yaitu:
Si aku memberi kebebasan kepada putra bangsa untuk berjuang semaksimal
mungkin hingga ke negeri-negeri tetangga. Si aku hanya menyampaikan satu pesan
kepada putra bangsa untuk kembali lagi ke bumi pertiwi, karena si aku tinggal
sendirian di bumi pertiwi dalam memperjuangkan nasib bangsanya. Si aku ingin
agar putra bangsa tetap tinggal di bumi pertiwi, Indonesia.
5.
Lapis metafisis
Yaitu menyebabkan pembaca berkontemplasi (perenungan). Hasil perenungan
dari puisi tersebut yaitu:
Pada bait pertama:
Layang-layang milikku, kumanjakan
kau
Membubung di langit biru
Di alam raya bersama burung-burung
yang bebas
Lihatlah dari sana, negeri-negeri yang
jauh
Adakah negeri-negeri bebas yang
angkuh?
Hasil perenungan pada bait pertama tersebut yaitu sebagai seorang pemimpin,
haruslah memimpin rakyatnya dengan bijaksana. Seorang pemimpin haruslah
memimpin dengan tidak sekehendak hatinya. Seorang pemimpin harus tetap rendah
hati, tidak sombong, mau mendengarkan keluh-kesah rakyatnya.
Pada bait ke-dua:
Satu pesan yang kusampaikan dari
bumi ini
Janganlah meninggalkan daku,
kemudian kau pergi
Sebab jarak antara kita akan semakin
jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar
nasib
Hasil perenungan pada bait ke dua tersebut yaitu janganlah bersedih hati
dan takut, jika kita hidup sendiri. Meskipun hidup sendiri, kita harus terus semangat
berjuang untuk mengubah nasib kita menjadi lebih baik.
Pada bait ke-tiga:
Layang-layang milikku, Kumanjakan
kau
Membubung di langit biru
Sampaikan Salam : hidup teguh di
sini
Nyanyian bumi dalam wujud puisi
Hasil perenungan pada bait ke-tiga tersebut yaitu untuk orang yang sudah
memberikan kebebasan kepada kita untuk hidup bahagia, janganlah kita melupakan
dan meninggalkan begitu saja orang itu. Sejauh atau setinggi apapun derajat
kita nanti, tetaplah kembali pada orang itu. Karena orang itu sudahlah pasti
menanti kepulangan kita.
D. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat simpulkan bahwa hasil
analisis puisi “Layang-layang Milikku” karya Slamet Sukirnanto dengan
pendekatan fenomenologi tersebut, puisi tersebut mengandung sejumlah makna yang
berlapis, meliputi (1) lapis bunyi, yang berupa asonansi dan aliterasi; (2)
lapis arti, di mana setiap baris dari puisi tersebut memiliki makna yang
berbeda-beda namun saling menghubungkan atau terkait satu dengan yang lainnya;
(3) lapis objek, yaitu adanya objek-objek yang dipentingkan, pelaku, latar waktu,
latar tempat dan alur atau dunia pengarang; (4) lapis dunia, di mana makna dari
puisi tersebut sudah terimplisit dalam puisi tersebut; (5) lapis metafisis,
yaitu hasil perenungan dari puisi tersebut. Hasil perenungan pada tiap bait
puisi tersebut adalah berbeda-beda. Di mana pada bait pertama hasil
perenungannya yaitu seorang pemimpin harus memimpin rakyatnya dengan sebijak
mungkin; pada bait ke-dua, hasil perenungannya yaitu biarpun hidup sendiri,
tapi harus terus semangat berjuang untuk mengubah nasib menjadi lebih baik;
sedangkan pada bait ke-tiga, hasil perenungannya yaitu kita tidak boleh
melupakan orang yang sudah berjasa bagi kita.
Post a Comment for "ANALISIS PUISI “LAYANG-LAYANG MILIKKU” KARYA SLAMET SUKIRNANTO DENGAN PENDEKATAN FENOMENOLOGI"