Sinopsis tiap Bab Novel "Maha Cinta" Karya Aguk Irawan Mizan
Kampung diatas
awan
Pada bagian ini
menceritakan tentang sebuah kampung yang letaknya paling tinggi. Berjarak
kurang lebih dua puluh tujuh kilometer dari kota wonosobo menuju ke utara,
berkelok-kelok jalannya, menaiki punggung bukit, dan puncaknya adalah sembungan
itu. Disitulah tokoh utama imran tinggal begitu juga tokoh pak ali dan bu ali
yang merupakan kedua orang tuannya imran. Kemudian tokoh marwah anak dari pak
nurcahya yg merupakan satu-satunya anak semata wayang yang orang tuanya kaya
raya.
Bab 2
Marwa yang
Termangu-Mangu
Pada
bagian ini menceritakan tentang Marwa yang merupakan gadis cantik yang menjadi
bunga yang paling indah di desanya. Marwa menyukai seorang pemuda yang bernama
imran. Tetapi kedua orang tuanya tidak menyetujui jika ia meyukai imran. Imran
memang baik tetapi kedudukannya hanya sebagai warga biasa tidak cukup untuk
menikahi Marwa.
Bab 3
Mata yang Tak
pernah Menipu
Pada bagian ini
menceritakan tentang Tokoh Imran, Muniri, Zamroni, Sirhadi, dan Khotibi. Kelima
pemuda itu adalah murid dari guru ngaji kiyai Yazid, begitu juga dengan
Rowiyatin, Hikmah, Miratul, Rufiah, dan Marwa. Kiyai Yazid tau bahwa imran
mencintai marwa terlihat dari sorotan mata imran kepada marwa pung sebaliknya.
Kiyai Yazid pun merestuinya cinta mereka berdua.
Bab 4
Bintang yang
berkedip-kedip
Pada bagian ini
menceritakan tentang cinta
imran kepada marwa yang diserestui kiyai yazid. Teman-temannya juga mendukungnya.
Marwa memang belum mendengar secara langsung dari imran bahwa imran mencintai
marwa. Tetapi marwa tahu dari teman-temannya. Malam itu ketika imran sudah
pulang dari mengaji begitu juga dengan yang lainnya. Imran membayangkan sosok
marwa sehingga malam itu menjadi lebih panjang dan susah tidur. Malam yang sama
yang dirasakan oleh sosok marwa.
Bab 5
Kobaran Rasa
Kini semua warga
sembungan sudah tahu bahwa imran dan marwa saling mencintai semenjak kiyai
Yazid merestui cinta mereka berdua. Para warga membincangkan cinta mereka
berdua ada yang mendukung bahkan juga ada yang tidak mendukung. Tiga minggu
dari restu kiyai Yazid, marwa tidak akan lagi mengaji pada kiyai Yazid. Tentu
saja karena desakan dari ayahnya yang melarang karena kedekatannya dengan
imran. Malam itu mereka saling mengungkapkan perasaan yang sudah lama dipendam.
Mereka saling mencintai tapi terhambat oleh ayahnya marwa, haji nurcahya yang
lebih mementingkan harta daripada cinta.
Bab 6
Menemuhi Haji
Nurcahya
Pada bagian ini
menceritakan tentang tokoh imran yang kuliah di Jogjakarta sedangkan marwa
kuliah di jakarta. Sebenarnya Marwa ingin kuliah di Jogjakarta, tetapi ayahnya
tak menyetujinya karena haji Nurcahya tahu bahwa imran kuliah disana. Setelah
ditunggu-tunggu kepulangannya Marwa dari Jakarta, Imran pun memberanikan diri
kerumah marwa untuk meminta ijin kepada ayahnya marwa. Dengan membawa buah
tangan dan restu kedua orang tuanya Imran pun datang kerumah haji
Nurcahya.
Bab 7
Pukulan Pertama
Pada
bagian ini menceritakan tentang setelah Imran memberitahukan maksud
kedatangannya kerumah Haji nurcahaya. Yaitu meminta restu untuk mencintai Marwa
karena Allah SWT. Haji Nurchaya pun menjawabnya, aku ayah Marwa tak akan pernah
merestui cintamu kepadanya. Yah, sebuah penolakan dari Haji nurcahya membuat
hati imran seperti tercabik-cabik dan ia pun pulang dari rumahnya Haji Nurcahya
dengan membawa kembali kardus yang dibawanya. Marwa juga mengetahui percakapan
antara ayahnya dan Imran dari balik kamarnya. Marwa juga ikut merasakan
kesedihan seperti yang dialami Imran.
Bab 8
Perkataan
Seorang Ibu
Pada bagian ini
menceritakan tentang setelah Imran pulang dengan wajah yang kusam isak tangis.
Kedua orang tuanya pun tahu bahwa imran telah ditolak terlihat dari isak tangis
dan pulang larut malam. Kedua orangtua imran pun menasihati dan memberi
semangat bahwa itu memang bukan jalan-Nya. Begitu juga denga kiyai Yazid yang
memberikan nasihat kepada imran. Kemudian ketika kardus yang dibuang, tiba-tiba
ditemukan warga dan membuat suasana sembungan menjadi kisruh ramai perbincangan
oleh perbuatan yang dilakukan imran dan Haji Nurcahya pun mengetahui
pergunjingan saat itu yang dibicarakannya.
Bab 9
Pukulan Telak
Pada bagian ini
menceritakan tentang ketika semua hendak
mengaji, tiba-tiba terdengar Haji Nurcahya marah-marah dan mencaci-maki ayah
imran didepan masjid yaitu pak Ali. Semua warga meyaksikan kemarahan Haji
Nurcahya kepada Pak Ali, tidak ada yang berani menghentikannya. Datang lah
Imran untuk membela ayahnya dengan emosi didadanya karena melihat ayahnya yang
dicaci-maki. Ya teman Imran mecegah agar tidak terbawa emosi dan hilang kendali
karena kemarahannya. Kiyai Yazid membawa pergi Haji Nurcahya biar suasana
menjadi tenang.
Bab 10
Aku Mencintaimu
Karena Allah
Pada bagian ini
menceritakan tentang setelah disuruh ayahnya untuk meminta maaf kepada Haji
Nurcahya, ya walaupun sebenarnya imran tidak mau meminta maaf. Tuntutan dari
ayahnya dan kiyai Yazid yang mendorong untuk datang kerumah Haji Nurcahya untuk
meminta maaf. Iya setelah imran meminta maaf Haji Nurcahya pun memaafkannya.
Ketika hendak keluar dari rumah Haji Nurcahya tiba-tiba marwa berlari kearah
imran dan memberikannya sebuah surat dan marwa langsung kembali ke kamarnya.
Bab 11
Jeritan Hati
Marwa
Pada
bagian ini menceritakan tentang tertuliskannya isi surat Marwa yang diberikan
kepada Imran. Marwa mempunyai sebuah harapan yaitu semoga yang baik akan lebih baik lagi. Dan ia
yang buruk di hari ini semoga akan menjadi baik di masa yang akan datang. Marwa
tiap malam berdoa supaya orang tuannya dapat berubah menjadi lebih baik lagi.
Marwa mempunyai pesan untuk memberitahu alamat imran saat kuliah di Jogjakarta.
Bab 12
Merajut Asa
Pada bagian ini
menceritakan tentang Imran yang akhirnya pergi ke Jogjakarta untuk melanjutkan
kuliahnya. Imran tinggal di pesantren. Seminggu atau dua minggu Imran pulang.
Ketika Imran pulang ia menanyakan keadaan Marwa dan ia juga titip salam, salam
cinta Imran kepada Marwa. Saat Imran tidak pulang ke sembungan, ternyata Marwa
pulang. Marwa merindukan sosok Imran, ia pun menitipkan surat kepada temannya
yaitu Rowiyatun. Marwa juga memberikan alamat tempat tinggalnya saat di
Jakarta.
Bab 13
Surat-Menyurat
Pada
bagian ini menceritakan tentang setelah saling memberitahu alamat masing-masing
saat kuliah antara Marwa dan Imran. Mereka pun saling berbalas surat menyurat
satu sama lain untuk melepas keriduan mereka berdua. Sampai suatu hari 4 bulan
surat dari Imran belum dibalas lagi oleh Marwa. Akhirnya Marwa pun membalas
lagi surat dari Imran. Marwa saat itu sedang sakit, sakit thypus dia tidak
membalas surat dari Imran karena tidak ingin membuat Imran sedih saat Marwa
sedang sakit. Mereka berdua juga saling mengirim foto terbaru dari Imran dan
juga Marwa.
Bab 14
Kala Hati
Kembali di Uji
Pada bagian ini
menceritakan tentang setelah tiga bulan semenjak kepulangan terakhirnya, Imran
baru pulang kembali untuk datang dihari pernikahannya Muniri dan Rowiyatun.
Imran baru tahu bahwa uang yang diterima dari orang tuannya adalah hasil dari
dijualnya sebagian ladang yang dimiliki oleh kedua orang tua. Dan yang membeli
ladang itu tentu saja haji Nurcahya siapa lagi kalo bukan dia. Ketika Imran dan
sahabatnya datang dimalam pernikahannya Muniri dan Rowiyatun hanya Marwa yang
tidak datang, dia tidak pulang. Marwa sedang berada di Bogor mengurus KKN.
Bab 15
Pihak Ketiga
Pada bagian ini
menceritakan tentang setelah sampai larut malam ditunggu-tunggu para sahabatnya
dan juga Imran Marwa pun tak kunjung datang. Marwa, Maman, Fitri dan Yeni
sedang berada di Bogor pelosok kampung sedang mengurus tugas KKN dari kampus.
Marwa lupa bahwa besok adalah hari pernikahan temannya ia larut dengan tugas
kampus. Hadirlah sosok Maman yang membuat perkataan dan pertanyaan tentang
pernikahan, sehingga Marwa baru sadar bahwa besok adalah hari pernikahan
temannya Muniri dan Rowiyatun. Marwa pun merasa bersalah karena kelupaan nya
itu.
Bab 16
Persimpangan Jalan
Pada
bagian ini menceritakan tentang Marwa, Maman, Fitri dan Yeni akhirnya pergi
kesembungan untuk mengahdiri pernikahan Muniri dan Rowiyatun menggunakan mobil
milik Maman. Pagi harinya proses akad nikah Muniri dan Rowiyatun pun
berlangsung khidmat. Kemudian dilanjutkan doa, Kiyai Yazid menunjuk Imran untuk
memimpin doa. setelah proses Walimatul ‘Ursy selesai Imran bergegas menuju ke
Jogajakarta kembali. Pada saat menaikai bus yang akan ke Jogjakarta datang
Marwa dengan teman-temannya. Marwa memanggil dan berteriak tetapi Imran tidak
mendengarnya.
Bab 17
Diamuk Gelisah
Pada
bagian ini menceritakan tentang Marwa dan temannya menuju ke acara pernikahan
Muniri dan Rowiyatun. Marwa mengucapkan selamat kepada kedua pengantin kemudian
ia bertemu sahabatnya dan memperkenalkan teman kuliahnya. Marwa mengajak teman
kuliahnya kerumahnya, rumah pak Haji Nurcahya untuk beristirahat.
Sementara teman-temannya berisitirahat
Marwa kembali kerumah Rowiyatin. Marwa memberikan kado pernikahan dan ucapan
bahagia. Kemudian Marwa mengobrol dengan Rowiyatin bertanya-tanya tentang
keadaan Imran. Marwa gelisah, dan setelah mendengar ucapan Romwiyatun Marwa
mulai mengerti keadaanya yang sudah terjadi dan menuruti perkataannya.
Bab 18
Menuruti
Perasaan
Pada bagian ini
menceritakan tentang Marwa yang lebih sering mengunci dikamar sedangkan teman-temannya
bertanya-tanya tentang kampung Sembungan. Di pagi hari sekitar pukul sembilan
pagi, Marwa dan teman-temannya meninggalkan sembungan untuk menuju ke
Jogjakarta menemui Imran. Sebenarnya Maman tidak menerima dengan kedekatan
Marwa dengan Imran. Mereka pergi menggunakan mobil milik Maman, yang duduk
disampingnya Marwa sedang yang berada dibelakang Fitri, Yeni, dan Fadhil. Pukul
satu siang mereka telah sampai di Jogjakarta. Setelah mereka sampai di
pesantren tempat tinggal Imran berada. Kemudian Marwa bertanya kepada dua
santri yang ada disitu. Kenyataan yang pahit bahwa Imran baru saja pergi
setelah dhzuhur Imran pergi ke Jakarta. Dia tidak sendiri ia pergi dengan Dewi
seorang pengurus pesantren putri.
Bab 19
Jakarta, Dewi,
dan Imran
Pada bagian ini
menceritakan tentang Marwa yang bingung dan putus asa, Marwa mengejar Imran ke
kampus kemudian terminal namun ia tak menemukan Imran. Hati dan jiwa Marwa
cemburu ketika mendengar bahwa Dewi mencintai Imran. Dewi berasal dari Kendal,
dia putri kiyai ternama. Dan tentu saja Maman bersuka cita, berharap Imran dan
Dewi mempunyai hubungan khusus sehingga ia dengan mudah bisa mendapatkan Marwa.
Akhirnya Marwa kembali ke Jakarta. Imran pergi ke Jakarta dengan dua temannya
yaitu Dewi dan Zaid. Mereka menggunakan kereta untuk sampai ke Jakarta untuk
keperluan studi perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dewi memang
mencintai Imran, tetapi cinta Imran hanya kepada Marwa. Dewi cemburu dengan adanya
Marwa. Setelah selesai studi teman Imran berjanji akan menemui Marwa di
kostnya.
Bab 20
Pak Ahmad
Soebrata
Pada bagian ini
menceritakan tentang pak Ahmad Soebrata. Dia pemilik perusahaan yang bergerak
dibidang pertanian. Ia seorang muslim keturunan Jawa-tionghoa. Ia sudah
seringkali berangkat ke tanah suci, menjalankan ibadah haji Imran, Dewi dan Zaid menuju kantor pak Ahmad
yang berada di lantai 23. Imran, Dewi dan Zaid akan melakukan studi banding
selama tiga hari. Kelak, setelah para mahasiswa itu lulus dari kampus, Ahmad
Soebrata akan memilih tiga orang terbaik untuk bisa bekerja di perusahaannya.
Selama tiga hari itu Imran dan temannya melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai
dengan bimbingan dari pak Ahmad soebrata. Kadang mereka diuji dengan sesuatu
hal yang berkaitan dengan perusahaan maupun masalah diluar perusahaan.
Bab 21
Yang
Termangu-Mangu
Pada bagian ini
menceritakan tentang Imran dan temannya pergi menuju kosnya Marwa. Wajah Imran
pucat, gugup. Semakin dekat dengan tempat tujuan Imran semakin tak berdaya
lemas sekujur tubuhnya. Kos Marwa terletak disamping kiri kampus Tri Sakti.
Setelah bertanya-tanya alamat yang dituju. Imran menjadi takut dan grogi.
Ketika sudah didepan kosnya Marwa. Imran melihat Maman berkunjung ke kostnya
Marwa. Imran tidak jadi masuk ke kostnya Marwa, ia melewati pagar. Imran
melihat dari kejauhan bahwa Marwa tidak menggunakan jilbab. Imran hanya bisa
melihat Maman dan Marwa dari kejauhan yang sedang mengobrol asyik di depan kos.
Setelah lama memandang dari kejauhan Dewi mengajak pergi dari tempat itu.
Ketika Imran pergi, Marwa melihat mereka, ia seperti melihat Imran.
Bab 22
Yang Terluka
Pada
bagian ini menceritakan tentang kepulangan Imran dan temannya ke Jogjakarta.
Imran seperti kehilangan dirinya. Separuh jiwannya pergi dan separuhnya lagi
hampa. Dia hanya teringat-ingat tentang kejadian itu. Jiwannya semakin diamuk
gelisah. Tetapi dia masih bisa menyelasaikan laporan tugasnya. Setelah Imran
selesai KKN Marwa tak pernah lagi mengirim surat. Imran kembali pulang ke
kampung Sembungan. Imran sempat mendapat nasihat dari teman-temannya dikampung
untuk lebih banyak berdoa daripada dengan kebingungannya. Tidak lama ia kembali
lagi ke Jogjakarta. Kembali fokus pada skripsi. Suatu siang menjelang sore,
saat Imran dan Dewi makan siang. Tiba-tiba datanglah Marwa yang sudah
membuntuti mereka.
Bab 23
Yang Terbakar
Pada
bagian ini menceritakan tentang Imran terkejut dengan kedatangan Marwa. Marwa
meluapkan amarahnya dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan dan menusuk hati.
Imran hanya berdiam tidak bisa berkata-kata. Marwa menuduh Imran berselingkuh
dengan Dewi, teman satu kampus juga teman satu pesantren. Marwa tahu kedekatan
mereka, Marwa juga tahu mereka saling mencintai. Imran mencoba diri tapi apa
daya perkataan Imran dianggap tidak penting. Imran berbalik bertanya pada Marwa
tentang Maman yang sering berkunjung ke kostnya. Lalu datanglah Maman ikut membela
Marwa. Akhirnya Marwa memutuskan cinta mereka, kemudian pergi. Imran hanya
terdiam.
Bab 24
Surat Imran
Pada bagian ini
menceritakan tentang Imran menulis surat kepada Marwa. Imran menceritakan
kegiatannya kedalam surat yang ia tulis. Berawal ketika Imran Marwa berjanji
untuk datang ke acara pernikahannya. Imran gelisah karena Marwa belum pulang
juga disaat acara pernikahannya. Imran tidak tahu bahwa Marwa datang setelah ia
menaiki bus untuk ke Jogjakarta. Imran merasa sedih ketika melihat Marwa dengan
Maman asyik mengobrol di depan kost. Waktu itu sudah sekitar jam sepuluh malam,
Imran pun pulang. Imran tidak tahu, bahwa Marwa sering ke Jogja. Imran
menyatakan bahwa ia tidak ada hubungan spesial denga Dewi. Imran berharap
melalui surat ini masalah menjadi Jelas.
Bab 25
Surat Imran Lagi
Pada bagian ini
menceritakan tentang Imran yang menulis surat lagi kepada Marwa, setelah tiga
bulan berlalu dari surat terakhir Imran. Karena tak kunjung surat datang dari
Marwa, ia tak membalas surat Imran. Imran sebentar lagi akan wisuda tapi belum
juga mendapat surat balasan. Imran akhirnya menulis surat lagi. Imran
mempertanyakan kenapa suratnnya tak ia balas. Imran bingung harus melakukan apa
lagi supaya Marwa percaya bahwa antara Imran dan Dewi tidak ada hubungan
apapun. Imran berpikiran akan mendatangi Haji Nurcahy lagi dirumahnya untuk
membuktikan kalau Imran masih setia pada Marwa. Imran meminta Marwa untuk
membalas surat yang ia kirim.
Bab 26
Surat Imran Lagi
Pada bagian ini
menceritakan tentang Imran yang lagi-lagi menulis surat kepada Marwa, setelah
ditunggu balasan surat dari Marwa yang tak datang-datang. Imran menulis surat
lagi. Imran akan mengemis cinta Marwa karena Allah. Imran akan datang ke
hadapan ayah ibu Marwa untuk mengemis cinta Marwa. Setelah satu hari dari
menulis surat itu.
Bab 27
Tak Terduga
Pada bagian ini
menceritakan tentang Dewi temannya imran, ia disuruh ayahnya untuk segera
menikah. Sedangkan calon untuk pasangannya belum ada. Dewi meminta Imran untuk
mencarikannya jodoh, walaupun sebenarnya Dewi ingin Imran yang menjadi
jodohnya. Namun Imran hanya mencintai Marwa. Imran pun memilih Zaid untuk
menjadi pasangannya Dewi. Zaid anak yang shalih, dia juga sudah hafal Al-quran.
Dewi pun menyetujui pilihan dari Imran. Imran mengajak Zaid untuk ikut pulang
ke Sembungan. Setelah sampai dirumah Imran menceritakan kepada orang tuanya
bahwa ia akan diwisuda satu minggu lagi dan meminta kedua orang tuanya untuk
datang ke kampus. Imran juga meminta restu untuk menemui Haji Nurchaya kembali.
Kemudian Imran menceritakan bahwa Dewi disuruh ayahnya untuk segera menikah. dan
Zaid adalah pilihan untuk menjadi calon suami Dewi yang dipilihkan oleh Imran.
Zaid bahagia mendengar kabar itu ia sampai pingsan.
Bab 28
Keputusan Haji
Nurcahya
Pada bagian ini
menceritakan tentang Imran dan Zaid pergi kerumah Haji Nurcahya. Imran memakai
sarung dipadu kemeja lengan panjang. Dia tidak lagi membawa oleh-oleh untuk
Haji Nurcahya. Imran sudah berbeda dari yang dulu sebelum kuliah. Setelah
sampai didepan pintu rumah Haji Nurcahya, kemudian pak Haji membukakan
pintunya. Imran memperkenalkan temannya yaitu Zaid, kemudian berbasa basi
sebentar, bertanya kabar dan seterusnya. Imran menyampaikan maksud dan tujuan
datang ke rumah Haji Nurcahya. Imran meminta ijin untuk menikahi Marwa, jika
Haji Nurcahya merestuinya. Imran berharap bahwa Haji Nurcahya dapat menentukan
sikap apakah merestui atau tidak. Haji Nurcahya berpikir sejenak. Dulu Haji
Nurcahya menolak karena nafsu dari Imran sebagai seorang remaja. Sekarang Imran
sudah dewasa, rasa cinta kepada Marwa pun tidak pudar. Haji Nurcahya akhirnya
menerima Imran jika akan menikahi Marwa. Tetapi Haji Nurcahya tidak memaksa
Marwa untuk bisa menerimamu. Semua tergantung pada Marwa, apa dia menerima atau
tidak sebagai calon suami Imran. Imran terharu dan bahagia. Haji Nurcahya tidak
lagi seperti dulu.
Bab 29
Haji Nurcahya
Menemui Putrinya
Pada bagian ini
menceritakan tentang Haji Nurcahya yang pergi ke Jakarta untuk menemui
putrinya. Biasanya jika ingin ke Jakarta Haji Nurcahya mengabari dulu Marwa,
sekarang ia tanpa mengabari terlebih dahulu ketika akan pergi berangkat ke
Jakarta. Haji Nurcahya telah berubah. Semua kabar tentang Imran yang
disampaikan warga lah yang membuat ia berubah karena kebaikannya Imran. Kali
ini Haji Nurcahya pergi menggunakan bus umum biasanya ia pergi menggunakan
mobil pribadinya. Ketika sampai di kostnya Marwa, ia dibukakan pintu oleh
penjaga kos. Semua sudah tahu bahwa yang datang adalah seorang Haji Nurcahya.
Marwa sedang tidak berada di kos. Marwa sedang di Bogor untuk KKN. Tapi hari
ini ia akan pulang. Pak Haji Nurcahya menunggu dikamarnya Marwa. Haji Nurcahya
melihat berserakannya kertas-kertas. Ia menemukan setumpuk surat, lalu ia
membaca surat-surat itu. Setelah membaca Haji Nurcahya menjadi tahu bahwa Imran
memang benar-benar mencintai Marwa. Karena kelelahan Haji Nurcahya tidur. Seusai
sholat zuhur dia meminta makanan kepada penjaga. Tiba-tiba pulang lah Marwa
dengan Maman. Penjaga bilang bahwa Maman adalah pacarnya Marwa. Maman bilang ia
akan segera menikah dengan Marwa. Marwa sudah bertemu dengan keluarganya Maman.
Marwa pun membenarkan apa yang dikatakan Maman.
Bab 30
Suara Seorang
Ayah
Pada
bagian ini menceritakan tentang Haji Nurcahya yang berbicara empat mata dengan
Marwa di dalam kamar kost. Haji Nurcahya bertanya-tanya kepada Marwa. Marwa tak
membalas lagi surat terkahir dari Imran, Marwa sudah membenci Imran. Haji
Nurcahya terkejut pada Marwa, kenapa Marwa tidak memberitahu apapun tentang
hubungannya dengan Maman. Marwa menangis setelah mendengar
pertanyaan-pertanyaan dari ayahnya. Dulu memang Marwa mencintai Imran, tetapi
sekarang ia lebih memilih Maman daripada Imran. Marwa sudah membenci Imran.
Memang dulu Haji Nurcahya melarang kedekatannya dengan Imran semasih ia masih
remaja, tapi sekarang Haji Nurcahya mendukung Imran karena kebaikan-kebaikan
yang dimilikinya. Imran telah datang ke Haji Nurcahya untuk menikahi Marwa.
Haji Nurcahya menyetujui tetapi semua tergantung Marwa. Dan Marwa lebih memilih
Maman daripada Imran untuk menjadi calon suaminnya.
Bab 31
Rintihan Jiwa
Pada bagian ini
menceritakan tentang Zaid teman Imran, zaid sedang menyusun rencana untuk
pernikahannya. Tetapi Imran lebih berbahagia karena hari jumat yang sudah
ditunggu-tunggu. Dengan kepulangannya Haji Nurcahya dari jakarta. Haji Nurcahya sempat malu dan merasa bersalah
atas kesalahannya yang dilakukan dimasa lalu. Haji Nurcahya tidak terima jika
Marwa lebih memilih Maman daripada Imran. Setelah Haji Nurcahya bercerita
kepada isitrinya tentang pilihan Marwa, mereka pergi kerumah Imran pada malam
harinya. Mereka datang dengan membawa bingkisan sedangkan Imran sedang tidak
ada dirumah hanya ada pak Ali dan bu Ali. Setelah berbasa-basi, Haji Nurcahya
mulai menyampaikan maksud kedatangannya. Ia mengatakan bahwa Marwa lebih memilih
Maman daripada Imran. Haji Nurcahya menyesal karena dulu telah berbuat salah
pada keluarga Ali, ia pun meminta maaf kepada pak Ali. Setelah Imran mengetahui
semua itu hatinya kacau sedih
Bab 32
Malam ini, Wahai
Kekasihku
Pada
bagian ini menceritakan tentang Imran yang pergi keluar rumah. Imran menangis,
dia tidak menyangka bahwa Marwa menolaknya. Ia lebih memilih Maman daripada
Imran, imran sangat terpukul, semalaman ia menyendiri mengobati luka hatinya.
Haji Nurcahya dan istrinya pulang. Sedangkan pak Ali dan bu Ali menunggu
kepulangan Imran yang entah kemana. Setelah menjelang subuh Imran pulang, ia
melihat bahwa kedua orang tuanya belum tidur. Imran langsung bersimpuh kepada
kedua orang tuannya. Pak Ali dan bu Ali menasehati Imran bahwa semua pasti ada
hikmahnya. Pak Ali menyuruh Imran untuk mengiklhaskan. Imran akan
mengihklaskannya tetapi ia ingin mendengar langsung dari mulut Marwa sendiri.
Bab 33
Maha Cinta
Pada
bagian ini menceritakan tentang hari minggu, dimana dilaksanakannya wisuda.
Hari itu Imran akan diwisuda juga dengan Zaid dan Dewi. Para anggota keluarga
masing-masing ikut datang, begitu juga dengan Haji Nurcahya dan istrinya.
Setelah mendengar kebaikan-kebaikan pada diri Imran, Haji Nurcahya merasa tidak
enak, kemudian mereka pulang. Imran menjadi wisuda terbaik dengan predikat
cumlaude, IP-nya 4.00. setelah wisuda selesai, kiyai Mahbub ayahnya Dewi
langsung meninggalkan kampus untuk acara pernikahan antara Zaid dengan Dewi.
Kiyai Mahbub setelah mendengar kisah Imran dia merasa iba. Dan dia menyuruh
untuk mengantarkan Imran ke Jakarta, dia juga mengajak tiga santri yang unggul.
Setelah sampai didepan kosnya Marwa. Imran menemui Marwa. Marwa tidak sendiri
ia bersama Maman. Marwa sempat tak sadarkan diri setelah mendengar perkataan
Imran bahwa dia masih mencintai Marwa. Saat Maman hendak mengangkat tubuh
Marwa, Zaid mencegahnya dan terjadilah perkelahian antara Zaid dengan Maman dan
tiga temannya. Maman dan tiga temannnya babak belur oleh Zaid, dan Zaid tak
tergores. Marwa sadar dari pingsannya, setelah sadar Imran meminta maaf dan
kemudian akan pergi dari hati Marwa selamanya. Ketika Imran pergi, Marwa
memanggil-manggil Imran tetapi Imran tidak mendengaranya karena suara Marwa
semakin lama semakin kecil kemudian ia tak sadarkan diri.
Bab 34
Yang Terpasung
Pada bagian ini
menceritakan tentang setelah wisudanya Marwa. Kedua orang tuanya Maman datang
kerumah Haji Nurcahya untuk melamar Marwa. Haji Nurcahya sudah tahu bahwa Marwa
telah hamil terlihat dari perutnya yang semakin lama semakin membesar. Haji
Nurcahya pun menerima lamaran itu. Haji Nurcahya mengungkapkan kekesalannya
kepada Maman dihadapan orang tuannya. Beberapa hari kemudian dihari
pernikahannya Marwa dan Maman. Marwa sebenarnya mencari-mencari Imran, tetapi
tidak ada hanya ada Zaid dan Dewi. Mereka memberikan kado dan sebuah surat yang
ditulis Dewi. Didalam surat itu, Dewi menjelaskan bahwa tuduhan kepada Imran
itu tidak benar seperti kenyataan. Imran pergi dari rumah diam-diam, ia meminta
kedua orang tuannya untuk merahasiakan kepergiannya. Imran pergi ke Jakarta
untuk bekerja di perusahaan pak Ahmad Soebrata.
Bab 35
Akhir Derita
Pada bagian ini
menceritakan tentang Marwa menikah dengan Maman. Teman-teman Marwa datang,
tetapi mereka tidak melihat kebahagian tidak seperti pernikahannya Muniri dan
Rowiyatun. Marwa gelisah karena Imran tidak hadir dipernikahannya. Marwa merasa
bersalah karena telah menuduh Imran berselingkuh. Dari waktu-kewaktu Marwa
hanya mendengar hinaan dan perendahan dari temanya juga warga kampung
sembungan. Bulan demi bulan dilewati Marwa. Maman sudah jarang pulang ke
sembungan, karena Maman merasa bahwa dirinya tidak dicintai Marwa walaupun
sudah menikah. Marwa selalu menyebut nama-nama Imran, ia selalu mengingatnya.
Tepat sebulan sembelum usia kandungannya sembilan bulan ia melahirkan seorang
anak lelaki. Marwa menamainya Imran Maulana, setelah memberikan senyuman
pertamanya kepada bayinya itu. Senyum itu menjadi pertama dan terakhir, Marwa meninggal
dunia.
Bab 36
Cahaya Cinta
Pada bagian ini
menceritakan tentang ketika Marwa dikebumikan. Imran sedang berada di Jakarta.
Imran bekerja diperusahaan pak Ahmad soebrata. Imran menjadi karyawan yang
banyak disukai temannya begitu juga dengan Pak Ahamad. Lama-kelamaan
teman-teman di perusahaan itu tahu kisah cinta Imran. Setelah beberapa minggu
setelah meninggalnya Marwa, Imran mendapat surat dari Muniri. Dalam surat itu
Muniri memberitahu bahwa Marwa telah meninggal dan ia meleahirkan seorang anak
laki-laki yang ia beri nama Imran. Imran sedih mendengar kabar itu. Pak Ahmad
soebrata juga membaca surat itu, ia ingin menjodohkan anaknya dengan Imran.
Tetapi Imran sudah terlanjur mencintai Marwa walaupun ia sudah meninggal. Imran
menolak perjodohan dengan layla anak dari Pak Ahmad soebrata. Imran selalu
teringat Marwa saat ia bersujud kepada Allah.
Post a Comment for "Sinopsis tiap Bab Novel "Maha Cinta" Karya Aguk Irawan Mizan"