Sinopsis Novel: Di Kaki Bukit Cibalak
Judul
: Di Kaki Bukit Cibalak
Pengarang
: Ahmad Tohari
Tahun
: Cetakan ketiga, Agustus 2005
Tebal
buku : 176 hlm.
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Kepedulian dan
Keberanian dalam Novel Di Kaki Bukit Cibalak
Cerita
dalam novel karya Ahmad Tohari yang berjudul Di Kaki Bukit Cibalak ini
menceritakan tentang seorang pemuda yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan
memegang teguh pendirian serta mengutamakan kejujurannya. Di mata Pambudi tokoh
utama pada novel ini, dia ingin agar dapat memajukan keadaan masyarakat di
desanya agar tidak lagi dibodohi oleh kepala desa seperti yang terjadi selama
ini. Dalam novel ini diperlihatkan bagaimana orang-orang pada tahun 1970-an di
suatu desa bernama Tanggir masih banyak yang percaya sepenuhnya pada lurah
mereka, mereka hanya bisa manut dan nerima tanpa mengetahui bagaimana liciknya
lurah desa.
Di
Kaki Bukit Cibalak ini terdapat banyak masalah yang terjadi pada sebuah desa
kecil, dimana fenomena- fenomena pada novel ini masih banyak dijumpai pada
masyarakat desa pada masa sekarang. Pendekatan yang dapat di pakai pada novel
ini menggunakan pendekatan mimetik dimana dalam mengkaji karya sastra yang
berupaya memahami hubungan karya sastra dengan realitas atau kenyataan.
Pambudi,
itulah nama tokoh dalam novel ini, Pambudi adalah seorang pemuda berusia 24
tahun yang pada awalnya bekerja di koperasi desa, tetapi Pambudi paham betul
bagaimana teman kerjanya Poyo bisa hidup lebih makmur daripada dia, karena Poyo
bekerja sama dengan Pak lurah yang baru. Pak Dirga adalah nama lurah itu sama
dengan lurah-lurah sebelumnya, seorang lurah yang curang demi keuntungan diri
sendiri. Pambudi sangat berbeda prinsip dengan Pak Dirga yang menyebabkan
akhirnya Pambudi mundur dari koperasi. Walau sekarang menjadi pengangguran hati
Pambudi jauh lebih tentram. Pambudi dengan ketulusannya menolong seorang
tetangga yang sakit. Dengan uang tabungannya Pambudi bertekad menolong mbok
Ranem berobat ke Yogyakarta. Pambudi yang khawatir menduga bahwa mbok Ranem
mengidap kanker sudah memperkirakan untuk mencari dana bantuan.
Karena
kecakapannya Pambudi pergi ke sebuah harian lokal, Kalawarta. Dan bersyukurlah
bahwa Pak Barkah bersedia membantu niat baik Pambudi. Lewat meminta bantuan di
koran itu pada akhirnya mbok Ranem dapat berobat sampai sembuh dan mendapat
sisa uang untuk memperbaiki hidupnya dengan 2 orang anak yang kekurangan gizi.
Nama
Pambudi menjadi pembicaraan di masyarakat desa Tanggir. Hal ini membuat Pak
Dirga marah karena mendapat teguran dari Pak Bupati, Pak Dirga merasa perbuatan
Pambudi dapat memperburuk citranya di mata masyarakat. Pak Dirga berencana
ingin menyingkirkan Pambudi dari Desa Tanggir. Cara pertama yang di tempuh Pak
Dirga adalah mendatangi seorang dukun unuk mengguna-gunai Pambudi. Celakanya
rencana jahat Pak Dirga gagal dilaksanakan oleh orang suruhannya. Orang tua
Pambudi yang tau bahwa ternyata lurah desa memusuhi anaknya meminta Pambudi
untuk meninggalkan desa Tanggir. Akhirnya Pambudi memilih untuk mencoba menetap
di Yogyakarta, di sinilah Pambudi menumpang hidup di tempat sahabatnya yang
bernama Topo. Pambudi akhirnya atas saran Topo memilih kembali untuk bersekolah
sambil bekerja. Atas bantuan Topo maka Pambudi bekerja di sebuah toko arloji
milik nyonya Wibawa.
Pambudi
mengenal seorang gadis bernama Mulyani, anak perempuan nyonya Wibawa. Pambudi
sendiri saat itu sudah mencintai seorang gadis bernama Sanis. Tetapi Sanis
malah mencintai seorang camat bernama Bambang Sumbodo, tetapi Bambang malah
sangat menghormati Pambudi yang di matanya memiliki pribadi yang utuh dan
berani bertindak menurut hati nuraninya. Bambang tidak percaya bahwa Pambudi
adalah seorang yang mengkorupsi uang koperasi sebesar 125.000 seperti fitnah
yang tersebar di desa Tanggir seiring dengan perginya Pambudi ke Yogyakarta.
Pambudi yang sangat giat belajar dan bekerja akhirnya memutuskan berhenti
bekerja di toko nyonya Wibawa. Mulyani sangat kehilangan Pambudi yang sudah
sangat dekat dengannya. Pambudi akhirnya bekerja di koran Kalawarta menggantikan
seorang pegawai yang sedang bertugas. Pambudi melalui persuratkabaran
meneruskan perlawanan terhadap kelicikan Pak Dirga.
Sebelum
itu ternyata Pak Dirga telah berbuat sesuatu yang sangat membuat hati Pambudi
hancur. Pak Dirga telah memperistri gadis yang sangat di cintai oleh Pambudi,
Pak Dirga yang hobi bergonta-ganti istri menikahi Sanis yang berusia 15 tahun.
Pambudi menulis artikel-artikel yang memuat fakta tentang kedaan desa Tanggir.
Bagaimanakah kelicikan-kelicikan yang dilakukan oleh lurah desa Tanggir. Berita
yang di tulis oleh Pambudi membuat posisi Pak Camat berbahaya, dia bakal
mendapat teguran dari Bupati bahkan Gubernur. Akhirnya demi menyelamatkan
dirinya dan para atasanya, dibuatlah suatu arena perjudian untuk menjebak Pak
Dirga yang hobi bermain judi. Akhirnya Pak Dirga tertangkap, dengan begini
masyarakat hanya mengetahui bahwa Pak Dirga dipecat karena tertangkap bermain
judi.
Akhirnya
Pambudi dapat menyelamatkan desa Tanggir dari kelicikan Pak Dirga. Pambudi
kembali ke desanya saat sudah lulus sabagai sarjana muda, sayang ayah Pambudi
tidak sempat melihat ijasah Pambudi, ayah meninggal terjatuh di dekat sumur.
Pambudi menerima dengan ikhlas kematian ayahnya. Pambudi juga sudah tidak lagi
berminat pada Sanis padahal Sanis sudah menjadi seorang janda. Lurah Tanggir
akhirnya diganti seorang pemuda bernama Hadi. Pambudi akhirnya tidak bisa terus
meners munafik bahwa dia ternyata telah lama tertarik pada Mulyani. Perasaan
mereka berdua sama dan akhirnya Pambudi menerima Mulyani sebagai kekasihnya.
Moral
merupakan sesuatu yang ingin disampaiakan oleh pengarang kepada pembaca, yang
merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang
disarankan lewat cerita (Nurgiyantoro,2003:321).
Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan yang memandang karya
sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam
hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama,
maupun tujuan yang lain. Dalam praktiknya pendekatan ini cenderung nenilai
karya sastra menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu bagi
pembacanya (Pradopo, 1994). Karena karya satra tidak lepas dari sebuah
pelajaran dan permasalahan kehidupan. Sehingga sering sekali karya sastra
disebut dengan realitas yang difiksikan dengan mengambil berbagai nilai atau
pelajaran yang ada.
Novel
Di Kaki Bukit Cibalak ini menggambarkan bagaimana sang pengarang yaitu Ahmad
Tohari mengangkat permasalahan kepemimpinan dalam suatu masyarakat desa kecil
bernama Tanggir, tahun 1970-an dimana masyarakat hanya manut dan seolah- olah
takut pada kekuasaan pemimpin yang dapat berbuat sesuka hati dan bukan sebagai
pelindung masyarakat desa. Pada novel ini digambarkan masih adanya seorang
pemuda yang mempunyai hati nurani dan mempertahankan kejujran di tengah-tengah
pengaruh orang-orang yang sangat licik dan berkuasa. Melalui perjuangannya
melalui persuratkabaran dan di dukung oleh orang-orang yang percaya padanya
akhirnya Pambudi berhasil membeberkan fakta-fakta kelicikan Pak Dirga seorang
lurah desa Tanggir. Di sinilah peran Pambudi untuk menyelamatkan masyarakat
Tanggir dari kelicikan seseorang yang ingin berkuasa.
Nilai
moral yang terdapat pada novel ini adalah bagaimana seseorang pemimpin
hendaknya menjadi benar-benar seorang pemimpin yang mengayomi dan melindungi
rakyat demi kepentingan bersama, bukan mencari keuntungan dengan cara licik
memanfaatkan kepemimpinannya demi kepentingan pribadi.
Nilai
kebermanfaatan dapat kita pelajari sikap dan sifat Pambudi yang berpendirian
kuat, mengutamakan kejujuran ,dan bertanggung jawab, juga sayang pada keluarga
serta menyelamatkan desanya dari orang-orang licik. []
Post a Comment for "Sinopsis Novel: Di Kaki Bukit Cibalak"