Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KUMPULAN CERPEN “DI TENGAH KELUARGA” KARYA AJIP ROSIDI

KUMPULAN CERPEN “DI TENGAH KELUARGA”
KARYA AJIP ROSIDI
Sinopsis:
“Di Tengah Keluarga” merupakan judul dan subjudul dalam kumpulan cerpen Ajip Rosidi yang terbit pada tahun 1956. Kumpulan cerpen setebal 147 halaman ini memuat kisah kehidupan seorang Ajip dari mulai kanak-kanak hingga mulai beranjak remaja yang penuh suka dan duka. Terdiri dari dua bagian, yang pertama berjudul Hari-hari Punya Malam  terdiri dari enam cerpen, yang berisikan kedukaan hidup seorang Ajip Rosidi yang berada di antara dua keluarga yang berantakan akibat perceraian. Sehingga jadilah Ajip seorang anak yang besar di antara kekacauan keluarga tersebut.

Menjadi putra sulung dan cucu sulung dari keluarga ayahnya, menjadikan Ajip punya tanggungan hidup lebih besar bahwa kelak dia harus sukses dan sanggup membahagiakan ibu dan kakek-neneknya karena ayah Ajip lebih perhatian terhadap istrinya, yaitu ibu tiri Ajip yang dikenal kejam dan tidak berperikemanusiaan. Sehingga benih-benih kebencian pun semakin tumbuh dalam diri seorang Ajip. Bagaimana tidak, ayah yang mempunyai pangkat sebagai seorang guru yang gajinya cukup untuk menghidupi 4 keluarga (sebagaimana diceritakan dalam cerpen) dengan tega menelantarkan anak dan orangtuanya sendiri. Sehingga wajar kalau nenek Ajip pernah berujar bahwa mungkin ayah Ajip telah terkena guna-guna oleh ibu tirinya tersebut, sehingga ayah Ajip sangat penurut sekali mengikuti segala kemauan sang istri (ibu tiri Ajip).

“Tjerita itu semua kudengar dari mulut kakek sendiri, jang selalu menjeloteh djika aku datang. Tjerita jang lebih merupakan protesan. Djeritan dari orang tua jang disia-siakan anaknja. Anak jang dia sekolahkan mati-matian,…” (Kutukan, 1956: 64).

“Sudah sedjak dulu, djika aku sekali datang berkundjung kerumah kakek, mesti sadja mendengar laporan-laporan berupa keluhan atas kekedjahan (kekedjaman) ibu tiriku, menantunja…” (Kutukan, 1956: 67).

Bagian kedua kumpulan cerpen ini diberi judul Hari-hari Punya Siang, yang berisikan empat cerpen. Dari judulnya sendiri kita mungkin sudah menerka-nerka ada apa dengan pemilihan judul yang terasa amat kontras. Di bagian pertama berjudul “Hari-hari Punja Malam” dan pada bagian kedua  berjudul “Hari-hari Punja Siang”.

Kita tahu bahwa malam identik dengan gelap, siang identik dengan terang dan cerah. Kiranya begitulah perumpamaan yang hendak disampaikan oleh seorang Ajip dalam “Di Tengah Keluarga”. Pada bagian kedua ini berisikan kumpulan kisah masa kanak-kanak Ajip yang disusun secara sederhana sehingga ketika membacanya, pembaca akan dibawa kembali ke masa kanak-kanak. Namun pengisahan tidak luput dari kondisi dan permasalahan sosial pada masa itu.  Ajip mengilustrasikan suasana desa yang digambarkan apa adanya, beserta panorama kampung Cibolerang kewedanaan Jatiwangi Majalengka-Cirebon pada masa itu.

Dalam kumpulan cerpen ini, Ajip dengan cermat menyelipkan beberapa guyonan yang membuat pembaca cukup terhibur (cengar-cengir sendiri). Di situ tersirat bagaimana Ajip menceritakan ketika dia meminum air yang menggenang di selokan sawah yang terasa hambar. Selidik punya selidik, ternyata air itu ada bubuk tainya.

“Hangat dan hambar rasanja air itu. Tapi kerongkonganku tak lagi kering kini. Aku minum puas sekali. Sehabis minum kupandangi air yang tinggal, tak banjak lagi. Tjuma setinggi djari tengah. Sambil bermain-main kupermainkan kakiku dalam air jang sudah hangat itu. Karena kukatjau, naiklah semua yang mengendap di dasar air” (Hari Ini aku Punja, 1956: 145).

Biografi Singkat Pengarang (Ajip Rosidi):

Ajip Rosidi lahir di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, tanggal 31 Januari 1938. Ajip Sekolah Rakyat 6 tahun di Jatiwangi (1950), Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953), dan Taman Madya Taman Siswa bagian budaya di Jakarta (1956), yang secara resmi dia tidak tamat di sekolah itu karena sengaja  tidak menempuh ujian akhir dengan alasan ingin membuktikan prestasi bukan berdasarkan selembar ijazah. Nyatanya dengan otodidak, Ajip berhasil menjadi pengarang dan terlibat banyak kegiatan budaya. Menurut Kratz (1988 : 36), Ajip adalah pengarang paling produktif hingga tahun 1988 dengan menghasilkan 326 judul karya sastra yang tersebar dalam 22 majalah. Kegiatan dan kariernya terus berkembang hingga usia lanjut, antara lain pernah menjadi Ketua Paguyuban Pengarang Sastra Sunda (1966-1975), Direktur Penerbit Tjupumanik (1964-1970), Direktur Penerbit Duta Rakyat (1965-1968), dosen luar biasa Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Bandung (1967-1970), Direktur Penerbit Dunia Pustaka Jaya (1971-1981), Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1973-1981), dan hingga tahun 2003 menjadi guru besar tamu di Universitas Osaka, Jepang. Sejak tahun 2003, Ajip Rosidi tinggal di desa Pabelan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dengan mengaku sebagai petani sambil tetap melaksanakan kegiatan Yayasan Rancage yang didirikannya sendiri untuk kepentingan sastra Sunda, Jawa dan Bali.

Kaitan atau Hubungan Antara Sinopsis Kumpulan Cerpen “Di Tengah Keluarga” dengan Biografi Ajip Rosidi:

Kumpulan cerpen “Di Tengah Keluarga” sangat mempunyai hubungan atau  dengan biografi pengarangnya, yaitu Ajip Rosidi, karena Kumpulan cerpen “Di Tengah Keluarga” merupakan autobiografi  Ajip Rosidi. Dikatakan demikian karena isinya diangkat dari kisah nyata kehidupan seorang Ajip, dari kecil hingga beranjak remaja yang penuh suka dan duka, dengan segala latar belakang keluarganya yang jelas diungkapkan di dalam kumpulan cerpennya tersebut, yaitu latar sosial dan budaya (Sunda dan Jawa),  latar tempat di mana kejadian itu berlangsung (Jatiwangi-Majalengka Cirebon dan Jakarta) serta latar waktu dan suasana kapan kejadian itu berlangsung yakni pada zaman pendudukan Jepang, Pascakemerdekaan, dan agresi militer Belanda.


Post a Comment for "KUMPULAN CERPEN “DI TENGAH KELUARGA” KARYA AJIP ROSIDI"