ANALISIS NASKAH DRAMA “BUKAN SALAH KARTINI” DENGAN PENDEKATAN RESEPSI
NASKAH DRAMA
“BUKAN SALAH KARTINI”
Karya: Oki
Rendra R.
Adegan 1
DI
SEBUAH RUANG TAMU TAMPAK BEBERAPA ORANG WANITA YANG SEDANG ASYIK MENGOBROL.
TIA
DAN YUNI MASUK KE DALAM RUMAH.
Tia : “Assalamu’alaikuum? Ros,, Rosaa. Apa
ada di rumah?”
Rosa : “ Iya bentar. Tunggu bentar. (membukakan pintu) Hai Tia, Yun,
silahkan masuk.”
Yuni : “Ros, ini rumahmu (tanya sinis)?”
Rosa : “Iya, ini tempat tinggal keluarga suamiku dan kita juga. Ada
apa? Jelek ya?”
Tia : “Eng,, nggak kok.”
Yuni : “Bukan jelek sih. Tapi rasanya gak nyaman aja. Emangnya suamimu
gak mampu beli rumah yang lebih layak gitu. Emang kerjaan suamimu apa sih Ros?”
Rosa : “E,,e,, suamiku ya?”
Yuni : “Iya, suamimu.”
Rosa : “Oh, suamiku hanya pegawai kantoran biasa.”
Tia : “Pantas saja, hidup kamu begini-begini saja. Ngomong-ngomong
betah nih hidup begini-begini terus (sedikit berbisik).”
Rosa : “ Iya gimana sih. Memang begini adanya, mau gimana lagi.”
Yuni : “Menurutku sih kamu masih pantas dapatkan laki-laki lain yang
lebih ok daripada suamimu, Ros. Tapi ya kalau kamu mau memperbaiki nasibmu
sih.”
Tia : “Lihat si Yuni. Hidupnya serba enak. Hanya kawin dengan
lelaki tua berduit. Hidupnya kini bergelimang harta. Ibarat tidurpun beralaskan
uang.”
Yuni : “Ah Tia bisa saja. Yaaa gimana lagi, hidup perlu duit. Bukan
jamannya cinta-cintaan lagi. Percuma kawin dengan cinta kalau hidup kita jadi
mblangsak.”
TIA DAN YUNI TERTAWA
(hahahahahahahahahahhahahahaahahahaahaahaa)
Yuni : “Ngomong-ngomong bkita cari hiburan yuk di luar.
Shopping-shopping gituu.”
Tia : “Waaah. Ide bagus ituu. Ros, ayo ikut?”
Rosa : “Gimana ya. Aku masih mau ngurus pekerjaan rumah dulu.”
Tia : “Allaah. Tinggalin aja. Kan masih ada mertuamu yang bisa
ngurus.”
Yuni : “Kalau soal duit siih gampang. Aku yang bayarin.”
Tia : “Waah tunggu apalagi Ros. Mumpung gratisan nih.”
Rosa : “Tapi aku,,, aku,,, aku.”
SUAMI ROSA PULANG DARI
KERJANYA.
Yuni : “Eh Eeh eh. Tuh suamimu datang Ros. Kami berangkat dulu ya?”
Tia : “(sembari jalan ke luar) nyusul ya di tempat biasa! Daaah!”
ROSA
TAMPAK BERDANDAN AYU DI RUANG TAMU RUMAHNYA. IBU DARI SEORANG ANAK YANG MASIH
BALITA INI SEPERTI BERSIAP-SIAP HENDAK PERGI ENTAH KE MANA. DARI SUDUT PANGGUNG
TAMPAK SEORANG LAKI-LAKI DENGAN MEMBAWA TAS JINJING BERJALAN LESU MASUK KE
RUANGAN. LAKI-LAKI ITU ADALAH SUAMI ROSA, BAGUS NAMANYA.
Rosa : “Sudah pulang pah? (sapanya sembari
berdandan)”
Bagus : “Iya mah. (dilepasnya dasi yang melekat di lehernya. Iapun heran
melihat istrinya yang pada sore hari berdandan serapi dan semenor itu) Lhooo
maah. Mau ke mana sore-sore begini?”
Rosa : “Aku mau cari hiburan pah, suntuk di rumah.”
Bagus : “Apa kau ajak anak kita?”
Rosa : “Mana mungkin. Aku kan oengen seneng-seneng. Kalau bawa anak
bukan seneng-seneng namanya, tapi nyusahin.”
Bagus : “Lalu bagaimana dengan anak kita mah? Apa kau tega meninggalkan
anak di rumah, sementara kamu bersenang-senang di sana?”
Rosa : “Sekarang giliranmu pah. Aku capek sudah sehariam mengurusinya.
Saatnya aku memanjakan diriku yang tak kudapat di rumah ini.”
Bagus : “Kok begitu mah. Tapi,,,”
Rosa : “Tapi apa, aku capek. Pokoknya aku pengen pergi ke luar.”
TERDENGAR SUARA TANGISAN
BAYI.
Bagus : “Dengar mah, anak kita menangis.”
Rosa : “Alaah urus sana. Aku pergi dulu (berjalan meninggalkan
suaminya).
Bagus : “Mah, tunggu mah!”
NENEK
MASUK DENGAN MENGGENDONG CUCUNYA HENDAK MEMBERIKAN KEPADA IBUNYA. NAMUN IBUNYA
TELAH PERGI ENTAH KE MANA.
Ibu : “Gus, mana isterimu?”
Bagus : “Entahlah bu. Semakin hari, semakin tak terkendali kelakuannya.
Ke mari, biar aku yang gendong bu! (mendekati ibu dan menggapai tubuh si
kecil)”
Ibu : “Kenapa kamu tak cegah dia?”
Bagus : “Sudah bu. Aku kecewa denganya. Kini aku tak lagi bisa menjadi
seorang pemimpin baginya. Bahkan kini dialah yang seolah-olah menjadi kepala
rumah tangga di sini.”
Ibu : “Beginilah akibatnya. Kalian terlalu muda untuk memahami
kehidupan rumah tangga. Isterimu yang seumuran ABG, masih ingin bermain-main
dengan kehidupannya. Jadi ia belum merasa memiliki tanggung jawab sebagai
seorang wanita yang telah memiliki suami dan anak.”
Bgus : “Semua telah terjadi bu. Dan pil pahit inilah yang harus aku
telan. (dengan penuh penyesalan yang tampak di raup wajahnya, ia meninggalkan
ibu menuju kamar dan membaringkan si kecil)”
Ibu : “Bersabarlah nak.”
Adegan II
KERESAHAN
AKAN NALURI SEORANG PEREMPUAN BERGEJOLAK. IBU MERASA INI SUDAH JAUH DARI
GARISNYA SEBAGAI SEORANG PEREMPUAN. DALAM HENING IA BERTANYA DENGAN TUHAN.
Aku
dilahirkan sebagai perempuan
Ragaku
terlahir dari kasih sayang raga perempuan
Jiwaku
tumbuh oleh sentuhan perempuan
Hingga
aku pernah jadi perempuan seperti ia jadi perempuan
Kini
Perempuan
terlahir dari jaman
Hingga
aku tak kenal mana perempuan yang benar-benar perempuan
Aku
kehilangan jiwa perempuan-perempuan kini
Yang
telah kehilangan perannya sebagai perempuan
Adegan III
SUATU
PAGI, OLGA, PUTRA KE DUA IBU YANG KEMAYU MERASA URING-URINGAN. IA KESAL DENGAN
TEMAN-TEMANNYA YANG TAK DATANG MEMENUHI JANJI. SEMBARI MENUNGGU,
DIOLES-OLESKANNYA SECUIL SPONS YANG TELAH IA SENTUHKAN KE DALAM BEDAK KE
MUKANYA.
Olga : “Ih sebel. Mana sih temen-temen eke. Katanya pagi ini mau
begindang ke rumah eke. (mondar-mandir ke sudut kanan dan ke kiri) Dasar cewek
mulutnyaaa... Oh iya, aku lum nyobain liftik baru nih, (memakai liftik) uuwh
cucok booo. Ealaaah belum datang juga.”
Sinta : “Hellow hellow hellow... I’am coming.. (muncul dari sudut
panggung dengan pakaian yang waaw)”
Olga : “(cipika cipiki) Ih dasar rempong deh. Ngomongnya pagi buta.
Jadi luntur semuanya.”
Sinta : “Sorry ciin. Gue dari salon niih. Maklum waktunya perawatan.”
Olga : “Ngomong-ngomong mana nih temen-temen yang lain.”
Sinta : “Tunggu sebentar. Yee gak sabaran banget siih.”
SETELAH
LAMA DITUNGGU AKHIRNYA PARA CEWEK-CEWEK CENTIL MUNCUL DARI SUDUT PANGGUNG.
KEADAAN JADI BERUBAH HEBOH.
Koor : “Yuhuuuy.. Spadaaaa.”
Sinta : “Nah ini dia. (melakukan tos/ yell geng
mereka)”
Intan : “Maaf ciiin. Gue telat yah?”
Sinta : “Dah tau telat, nanya lagii.”
Sofi : “Ya maaf cin, maklum cewek-cewek kan rempong, dandan sana,
dandan sini.”
Olga : “Ih gak segitunya kali. Liat nih eke. Biasa aja.”
Koor : “Huuuw,,, Hooow!”
Intan : “Kalau kamu sih setengah-setengah!”
Olga : “Setengah apanya maksud looo?”
Sofi : “Maksudnya si kamu belum jadi wanita sebenarnya. Tapi kamu
adlah laki-laki bimbang/ galau. (semua tertawa terbahak-bahak) Tuh.. (menunjuk
Olga) pakaian kamu masih tampak sebagai lelaki. Terus,, teruus,,”
Sinta : “Terus apanya Sof?”
Sofi : “Tuh lihat saja dada kamu. Apa ada tonjolan di sana?”
TERTAWA
TERBAHAK-BAHAKKECUALI OLGA. IA MALAH TERLIHAT MANYUN SAJA.
Intan : “Sudah,, sudah. Kasiha Olga. Dia kan juga memiliki jiwa
kewanitaan. Kita sebagai temannya harus mendukungnya.”
Olga : “Tuh dengar apa kata Intan. Ia saja ngerti apa yang kurasakan.”
Sofi : “Ia,, ia,, gitu aja sewot. Santai aja. Kita-kita juga tau kok.
Ngomong-ngomong kita ngumpul di sini ada apa sih?”
Sinta : “Begini lho guys. Ada promosi kosmetik terbaru dari Jepang. Eke
jamin, ye ye pada tertarik buat memakainya. Sebentar cin, eke telpon dulu
(mengambil telefon genggam dari kantong tas yang ia bawa, kemudian ia hubungi
temannya yang ingin promosi kosmetik). Hellow,, (berdiri di pojok depan
panggung) ya helloww. Joko ya? Jadi untuk promonya? Kami sudah nunggu nih. Oowh
sudah OTW, cucok. Dah ye, eke tunggu.”
Olga : “Hahaha,, namanya Joko Sin?”
Sinta : “Iya, emangnya kenapa?”
Olga : “Ye ngundang sales kosmetik apa sales alat bangunan sih. Kalau
dilihat dari namanya sih eke agak ragu gimana gitu.”
Intan : “Iya sih. Namanya gak keren BGT gitu loh.”
Sinta : “Ye,, jangan asal ngejeplak aja ya. Liat aja nanti dagangannya.
Soal orangnya gak usah dipikirin. Hehehe.”
Sofi : “Lagian nama sales kosmetik Joko. Emangnya gak aada yang
lain.”
Olga : “Sudah, sudah. Gitu aja diributin.”
TERDENGAR
SUARA ORANG MEMANGGIL DARI LUAR RUMAH YANG TERNYATA SEORANG SALES KOSMETIK YANG
DITUNGGU.
Joko : “Permisi,, permisi.”
Olga : “Oh iya. Silahkan masuk! Siapa ya?”
Joko : “Terimakasih. Begini nona-nona dan
mase,,”
Olga : “Eh please ya. Tolong panggil eke NONA. Buka mata lo. Apa eke
kurang cantik buat dipanggil nona.”
Joko : “Mmm, maaf mas, eh mba. Maafkan kesalahan saya. Maksud
kedatangan saya ke mari untuk menawarkan produk kosmetik import ternama dari
Jepang. Dari cara penampilan nona-nona semua memperhatikan sekali dengan
kosmetik yang nona semua gunakan. Nah tepat kiranya nona-nona mencoba produk
kami ini yang sangat luar biasa. Silahkan nona-nona melihat-lihat, siapa tahu
ada yang menarik untuk dibeli. (membuka tas bawaannya dan mengeluarkan semua
isi yang ada di dalamnya)”
Sinta : “Nah ini lo cin. Temen eke yang tadi eke telepon. Nah, silahkan
deh kalian coba dan pilih produknya.”
Joko : “Oh iya, perkenalkan ini asisten saya yang akan menjelaskan
keunggulan dari produk-produk kami.”
Lilis : “Perkenalkan nona-nona, saya Lilis, sales promosi produk dari
CEMPLUK COSMETIC.”
Joko : “Supaya anda semakin yakin, sembari nona-nona mencobanya,
bagaimana kalau salah satu dari nona-nona saya jadikan sebagai modelnya. Nah,
siapa yang berkenan nona?”
Intan : “Olga saja yah?”
Sofi : “Iya iya, setuju deh. Biar kelihatan cantik.”
Olga : “Eh, enak saja kalian. Eke nggak dandan juga udah cantik,
apalagi dandan. Pastinya luar biasa.”
Intan : “Iya iya, percaya deh. Makanya ye mau jadi modelnya, biar tambah
cantik gitu.”
Olga : “Iya iya, eke mau.”
Joko : “Terimakasih mas, ups maksudnya mas. Saya mulai saja
mempraktikannya. (mendandani Olga)”
Joko : “Silahkan dek Lilis.”
Lilis : “Baik saya jelaskan satu per satu (menunjukkan produk liftik),
liftik spesial dari kami terbuat dari 100% bahan alami, selain membuat bibir
menjadi indah berwarna, liftik ini juga dapat memberikan rasa yang enak.
Selanjutnya bedak putih ini terbuat dari sari tumbuhan yang bermanfaat bagi kulit.
Selain dapat memutihkan warna kulit yang gelap, bedak ini juga dapat
mencerahkan kulit kusam. Seperti nona ini, kulitnya tampak pucat dan kusam.
Gunakanlah produk ini, dijamin kulit akan terlihat bercahaya. Nah, untuk
produk-produk yang lain, juga terbuat dari bahan alami dan bermanfaat untuk
membuat nona-nona tampil beda. Silahkan dicoba.”
PRODUK-PRODUK
TELAH DIUJICOBAKAN PADA WAJAH OLGA. SEMUA MERASA TERKEJUT DENGAN PERUBAHAN YANG
TAMPAK DI WAJAH OLGA.
Koor : “Waaaah, beda banget.”
Sinta : “Waah benar-benar berubah, tak seperti
wanita jadi-jadian.”
Olga : “Ih Sinta mulutnya. Sekate-kate eke
banci.”
MEREKAPUN
ASYIK MEMILAH MILIH KOSMETIK YANG DITAWARKAN, SEMENTARA OLGA MASIH SETIA
MENJADI MODEL YANG DIRIAS SEDEMIKIAN RUPA. DARI DALAM RUMAH TERJADI PERCEKCOKKAN
YANG HEBAT. DILEMPARKANNYA BARANG-BARANG PERALATAN DAPUR HINGGA TERDENGAR BUNYI
YANG MENGAGETKAN SEMUANYA. MENDENGAR PERCEKCOKKAN ITU, SEMUAPUN KABUR
MENINGGALKAN OLGA SENDIRI. OLGAPUN JUGA KEBINGUNGAN APA YANG SEBENARNYA
TERJADI. RUPANYA ROSA DAN BAGUS BRTENGKAR HEBAT.
Rosa : “Kalau begini, aku sudah tidak kuat pah. Aku capek, aku pengen
hidup lebih enak dari ini.”
Bagus : “Mah, tolong jangan begini. Malu didengar tetangga.”
Rosa : “Biar! Biar semua tahu, aku ini menderita di sini pah. Kalau tahu
begini, aku tak mau kau ajak kawin. Nyesel!”
Bagus : “Apa yang kau bilang mah? Nyesel! Mudah sekali kau berkata
seperti itu. Bukannya ini semua keputusan kita bersama?”
Rosa : “Iya. Impianku, kamu bisa membawaku hidup bergelimang harta.
Tapi kenyataannya, bagai mimpi buruk yang kurasakan setiap aku membuka mata.”
Bagus : “Oh, sekarang topeng yang kau pakai mulai kau buka. Aku salah
mengartikan cintamu dulu. Kau seolah-olah menjadi sosok perempuan suci yang
mencintaiku tulus.”
Rosa : “Alah pak, tak usah kau berkelit. Kau laki-laki yang gagal,
tidak mampu. Seharusnya kamu mikir lagi untuk mengajak anak orang lain hidup
dalam gubuk derita seperti ini.”
Bagus : “Diam kau! (marah sekali) jangan sampai omonganmu itu sampai ke
telinga ibu. Aku tak segan-segan menampar mulutmu itu.”
Rosa : “Tampar! Tampar pah! Dan segera aku minta cerai darimu!”
TANPA
SENGAJA, SANTI DAN IBU MENDENGARKAN PERTENGKARAN ITU. SETELAH KATA CERAI
TERLONTAR DARI MULUT ROSA, IBUPUN IKUT MENENGAHINYA.
IBU : “(muncul dari sudut belakang panggung) jaga kata-katamu Ros!”
Rosa&Bagus : “Ibu,, (terkejut dengan kedatangan ibu yang
tak mereka sangka. Mereka berduapun terdiam. Dan hanya menundukkan kepalanya)”
Ibu : “Iya. Ibu telah mendengarnya semua. Dan bahkan angin telah
membawa suara kalian ke mana-mana. Kalian sudah berumah tangga. Cobalah
berfikir lebih dewasa dalam menyikapi setiap persoalan. Ros! Cabut kata-katamu
tadi!”
Rosa : “Tapi bu, bagiku ini sudah terlalu menyiksa hidupku. Sebagai
seorang suami tentunya bisa memenuhi kebutuhan isteri dan anaknya. Tapi apa bu,
apa yang bisa dilakukan mas Bagus!”
Bagus : “Kau terlalu memandang remeh pengorbananku untuk kamu dan anak
kita mah. Aku juga sudah berusaha untuk mencari nafkah dengan bekerja, walau
apa yang aku dapatkan hanya cukup.”
Rosa : “Iya memang. Tapi semua hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
perut saja. Aku butuh pakaian, perhiasan, dan tumpangan yang tak ala kadarnya.
Coba lihat teman-temanku yang hidup serba ada. Aku malah tampak seperti
pembantu. Aku malu bila dilihat teman-temanku dan orang di sekitar kita.”
Ibu :”Ros, apa hidup hanya untuk kemewahan? Bukan,,, bukan Ros.
Tapi hidup untuk memaknai setiap waktu yang terlewati. Memang, kemewahan telah
menyilaukan banyak mata. Tapi alangkah bijak, kita mau menghargai apa yang
telah kita terima dari Yang Kuasa.”
Rosa : “Ibu tahu apa tentang kehidupan, hah? Selama ini kan ibu sudah
terbiasa hidup miskin. Jadi ibu tak tahu apa yang aku rasakan.”
Santi : “Kak, yang sopan kalau bicara sama ibu.”
Rosa : “Eh kamu anak ingusan. Tak usah ikut campur urusan orang
dewasa.”
Santi : “Memang saya anak ingusan yang baru beranjak dewasa. Tapi
setidaknya saya lebih punya sopan santun daripada kamu kak.”
Rosa : “Aaaah diam saja kamu. Kamu sama saja seperti kakak kamu itu,
norak, kampungan, miskin pula!”
Ibu : “Santi, masuklah ke dalam.”
Santi : “Iya bu. (melangkah ke dalam)”
Rosa : “Bu, ini kenyataannya. Anakmu yang kau bangga-banggakan,
hanyalah lelaki yang tak berguna.”
Bagus : “Jaga omonganmu Ros (menampar pipi Rosa), beraninya kamu bicara
seperti itu di hadapan ibu.”
Rosa : “Pah, kamu tega tampar saya.”
Bagus : “Iya, kamu telah menyakiti hati orang yang telah melahirkanku.”
Ibu : “Sudah, sudah. Biar gus. Biarkan isterimu meluapkan
kekesalannya. Ros, aku juga perempuan sama sepertimu. Aku juga telah mengalami
apa yang kau alami sekarang. Tapi aku tidak sepertimu. Aku bisa menghargai dan
menghormati suamiku hingga akhirnya kita dipisahkan oleh maut. Aku mohon Ros,
jadilah perempuan yang bisa menghargai dan menghormati suami!”
Rosa : “Tidak,, tidak bu. Aku sudah lelah hidup begini-begini terus.
Punya suami tak berguna.”
Bagus : “Ros, jangan sampai tangan ini melayang untuk ke dua kalinya.
Maksudmu suami yang berguna suami yang bisa mengurusi semua pekerjaan rumah;
nyapu, ngepel, cuci baju, popok, dan lain-lain. Haaaaah! Itu bukan yang selama
ini kau pinta dariku. Lalu mana peranmu sebagai seorang perempuan, coba kamu
pikir. Selama ini aku sudah mencoba selalu bersabar hadapin kamu.”
Rosa : “jadi sekarang kau berbalik menuduhku isteri yang tak berguna!
Iya pah? Ceraikan saja aku pah!”
Ibu : “Ros, ibu mohon jangan lakukan itu. Pikirkan juga anak
kalian.”
Rosa : “Tidak bu. Ini keputusan terakhirku. Ini yang aku harapkan
darimu. Sekarang pah. Cerai!”
Bagus : “Baik, kalau itu maumu, aku turuti.”
Ibu : “Masyaalloh,,, (teriak ibu, dan duduk menangis)”
Rosa : “Baik, aku akan kembali ke tempat orang tuaku. (pergi
meninggalkan rumah)”
Bagus : “Silahkan, dan jangan coba-coba untuk kembali. (masuk ke dalam
rumah)”
Ibu : “Ros,,, jangan,, jangan pergi Ros. Maafkan ibu. (Rosa tetap
tak memperdulikannya)”
SUASANAPUN
TAMPAK SEPI, HANYA TAMPAK SEORANG IBU YANG TERDUDUK DI SEBUAH KURSI TAMU
SEMBARI MENANGIS. SANTI MASUK DAN MENCOBA MEMBERI KETENANGAN UNTUK IBUNYA.
BEGITU JUGA DENGAN OLGA, MELIHAT IBUNYA MENANGIS, OLGA MENCOBA MEREDAM
KESEDIHAN IBUNYA.
Olga : “(Olga masuk melalui sudut belakang panggug) Ibu, sudahlah bu.
Tak usah ibu pikirkan. Ini semua takdir Tuhan.”
Ibu : “(bangun dan menumpahkan kemarahannya) Tidak! Ini bukan
takdir. Ini bukan takdir. Tapi semua ini adalah kegagalan para perempuan untuk
mempertahankan kedudukannya. Permpuan sekarang telah mengalami kemunduran,
begitu juga dengan kau. Apa sifat kamu yang kemayu itu juga takdir? Haaaah!
Jawab! Kamu sudah menyalahi kodratmu sebagai lelaki. Kamu terlahir sebagai seorang
laki-laki, tapi kenapa kamu seperti wanita?”
Olga : “Ah ibu.”
Santi : “Kak Olga, selama ini ibu sudah memendam perasaan ini. Ibu
kecewa dengan kakak yang kemayu. Kakak berbeda dengan laki-laki lain.”
Ibu : “Kamu sama saja seperti isteri kakakmu, menyalahi takdir.
Lihat! Lihat dirimu! Apa,,, apa kau tak merasa bahwa kau telah salah mengambil
jalan hidup. Haaah! Apa kau tak merana aneh dengan apa yang kau lakukan, apa
yang kau kenakan, dan apa yang kau yunjukan pada semua orang? Ga, ibu sudah
memendam perasaan ini. Ibu sakit bila melihatmu seperti itu. Ibu hanya bisa
bersabar, bersabar, dan terus bersabar. Ibu mohon Ga, kembalilah,
kembalilahjadi manusia yang pada kodratnya.”
Olga : “Ibu, maafin Olga bu.”
Ibu : “Aku merasa gagal sebagai orang tua. Tuhan maafkan hambahmu
ini!”
Olga&Santi : “Ibu,,”
Ibu : “Sudahlah, tinggalkan ibu, dan renungkanlah semua. (keduanya
masih terduduk diam) Cepat pergilah,,, pergi,, pergi!”
MONOLOG
KARTINI......
apakah ini yang memang kau cita-citakan?
Apakah
ini yang kau harapkan dari seorang perempuan?
Apa
ini yang kau maksudkan sebagai EMANSIPASI?
Jauh....
aku rasa ini terlalu jauh
Perempuan
tak lagi sebagai perempuan
Lelaki
juga tak seperti lelaki
Ya...
apa ini EMANSIPASI?
Aku
juga perempuan, tapi bukan seperti sekarang
Aku
juga menikah dengan lelaki; tapi bukan lelaki seperti sekarang
Tuhan...
Manusia
telah terdegladasi dari kodrat dan kedudukannya
Manusia
telah lupa apa yang digariskannya
Manusia... manusia... oh manusia
Analisis naskah drama “Bukan Salah Kartini” dengan
penelitian resepsi sinkronis.
Resepsi sastra
merupakan pendekatan sastra yang meneliti yang tertuju pada pembaca sebagai
penikmat karya sastra yang kemudian
memberikan tanggapannya. Tanggapan tersebut ada yang bersifat aktif dan pasif.
Tanggapan pembaca yang bersifat aktif yaitu berupa komentar, kritik, ulasan, atau resensi terhadap karya sastra,
sedangkan tanggapan
pasif yaitu bagaimana pembaca dapat
memahami suatu karya sastra dan tidak
dapat diketahui orang lain. Dalam hal ini, karya sastra berhubungan
erat dengan pembaca karena karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk
pembaca.
Penelitian
resepsi sinkronis merupakan penelitian resepsi terhadap sebuah teks sastra
dalam masa satu periode. Penelitian ini menggunakan pembaca yang berada dalam
satu periode. Umumnya terdapat norma-norma yang sama dalam memahami karya
sastra, tetapi dengan adanya perbedaan harapan pembaca pada setiap karya
sastra, maka tanggapan pembacapun akan berbeda-beda tergantung pengalaman,
latar belakang pendidikan, bahkan ideologi dari pembaca itu sendiri.
Pembahasan
Data tentang
resepsi mahasiswa semester 6 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
terhadap tokoh dan penokohan serta bacaan atau naskah drama itu sendiri, yang
berjudul Bukan Salah Kartini, karya Oki Rendra S. diperoleh dari
wawancara langsung kepada pembaca. Pembaca yang dijadikan responden berjumlah 4
orang.
Resepsi pembaca
pertama terhadap tokoh dan penokohan dalam naskah drama ini adalah
sebagai berikut:
Rosa :
tokoh yang tidak menghargai suami dan menghormati ibu mertuanya, serta tega
meninggalkan anaknya, dan apa yang dilakukannya bertentangan dengan norma adat
dan agama yang begitu kental dalam kehidupan masyarakat.
Olga :
tokoh yang tidak sadar akan sifat dan sikap seorang laki-laki. Perilakunya
bertentangan dengan norma adat dan agama, karena ia berperilaku tidak sesuai
dengan kodratnya sebagai laki-laki, atau kemayu. Tetapi, di samping itu Olga
juga merupakan tokoh yang menghormati dan menyayangi ibunya.
Ibu :
tokoh yang sabar dan tidak bisa bersikap tegas menghadapi menantunya yang
sewenang-wenang terhadapnya dan anaknya, Olga, yang bertingkah seperti wanita.
Bagus :
tokoh yang tidak bisa bersikap tegas pada istrinya, Rosa, yang telah melakukan
kesalahan.
Yuni dan Tia : tokoh yang yang selalu membanggakan diri karena kekayaan atau
harta yang mereka miliki, sehingga mempengaruhi sikap Rosa, istri Bagus.
Santi :
tokoh yang menyayangi dan berbakti kepada ibu.
Selain
meresepsi tokoh dan penokohan dalam naskah drama, pembaca pertama juga meresepsikan naskah drama “Bukan Salah Kartini”.
Pembaca menilai bahwa naskah drama ini sangat menarik, cerita yang saratnya
akan nasehat dan pembelajaran. Lebih lanjut menurut pembaca, jalan cerita drama
yang tidak dapat diduga-duga dan sulit ditebak membuat naskah drama ini menarik
untuk dibaca. Selain itu, karena drama ini bukanlah drama yang berujung bahagia
(happy ending), hal tersebut menjadi sebuah nilai tambah bagi naskah drama ini.
Karena drama ini mengajarkan pembaca agar tidak hanya belajar dari satu
kebenaran. Akan tetapi, juga harus belajar dari kesalahan, seperti kesalahan
yang telah dilakukan tokoh-tokoh di dalam naskah drama Bukan Salah Kartini agar
tidak terjadi di dalam kehidupan nyata.
Pembaca
meresepsi, bahwa cerita pada naskah drama tersebut masih relevan dengan
kehidupan masyarakat zaman sekarang, meskipun tidak sama persis, yang memang
hakikatnya naskah drama merupakan rekaan yang didasarkan atas kenyataan. Yang pertama adalah karakter yang diperankan
tokoh Rosa, seorang gadis yang berani dengan suaminya bahkan menentang ibu
mertuanya hanya karena harta. Masih banyak gadis sekarang yang meninggalkan
keluarganya demi memilih mencari kekayaan. Yang ke-dua, karakter yang diperankan tokoh Olga pemuda yang sifat dan
sikapnya tak seperti seorang laki-laki, ia senang menggunakan kaos ketat,
berbando dan memakai sedikit lipstick di bibirnya. Masih banyak seorang
laki-laki zaman sekarang yang tidak pantas diakui laki-laki dengan menggunakan
perlengkapan wanita. Yang ke-tiga,
adalah karakter yang diperankan Bagus yang selalu mengalah, tidak bisa tegas
menghadapi istrinya, Rosa, yang ingin selalu bersenang-senang bersama
teman-temannya. Pada saat ini, masih banyak suami yang lebih takut pada
istrinya. Yang ke-empat, adalah
karakter yang diperankan oleh Yuni dan Tia yang terlalu pamer dengan harta yang
mereka miliki. Masih banyak wanita yang pamer dengan hartanya pada zaman
sekarang ini. Yang ke-lima adalah
karakter yang diperankan ibu yang terlalu memanjakan menantunya, Rosa, dan
tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah Rosa dan bagus ketika akan bercerai.
Masih banyak seorang ibu pada zaman sekarang yang tidak bisa tegas kepada anak
dan menantunya karena tidak ingin melihat keluarganya berantakan.
Resepsi pembaca
ke-dua terhadap tokoh dan penokohan dalam naskah drama ini adalah
sebagai berikut:
Rosa :
tokoh wanita yang kurang bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan
kepadanya, tidak menghormati dan menghargai suami dan mertua, serta tega
meninggalkan anaknya.
Bagus :
tokoh laki-laki yang bertanggung jawab terhadap keluarga, terbukti dengan ia
bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Tetapi dalam hal
membimbing istrinya kurang bisa bersikap tegas. Tokoh Bagus juga merupakan
tokoh yang menghormati ibunya.
Ibu :
tokoh wanita yang sabar, bijaksana, dan penyayang, baik itu kepada anak, cucu,
maupun menantunya yang durhaka.
Olga :
tokoh laki-laki yang menyalahi kodratnya sebagai laki-laki. Sikap dan
penampilanya seperti wanita.
Santi :
tokoh wanita yang berbakti kepada ibunya.
Tia dan Yuni : tokoh wanita yang sombong akan kekayaannya, yang ia tunjukkan
pada Rosa.
Selain itu, pembaca ke-dua juga meresepsi bahwa,
naskah drama “Bukan Salah Kartini” adalah naskah drama yang menarik untuk
dibaca, karena di dalamnya memuat kehidupan sosial yang biasanya terjadi di
kehidupan nyata dalam masyarakat. Di dalam naskah tersebut, terdapat
konflik-konflik yang terjadi dalam rumah tangga, dan memang pada kehidupan
nyata, konflik dalam rumah tangga sudah biasa terjadi. Oleh karena hal
tersebut, pengarang mampu menghasilkan cerita yang menegangkan. Selain itu, pengarang
juga mampu menghasilkan cerita yang mengharukan karena akhir cerita dari naskah
ini bukan cerita yang bahagia.
Resepsi pembaca
ke-tiga terhadap tokoh dan penokohan dalam naskah drama ini adalah
sebagai berikut:
Rosa :
tokoh seorang wanita yang sudah bersuami dan beranak satu, tetapi berjiwa anak
muda yang masih ingin terbebas dari beban sebagai ibu rumah tangga. Sehingga
membuatnya durhaka kepada suami, mertua, dan meninggalkan anaknya.
Bagus :
tokoh laki-laki yang menyayangi istri dan satu anaknya. Dia juga tokoh yang
menghormati ibunya.
Ibu :
tokoh yang penyabar dengan kenyataan hidup keluarganya yang semrawut. Dia mempunyai seorang anak
laki-laki tapi bersikap dan berpenampilan seperti wanita. Dan dia juga
mempunyai seorang menantu yang durhaka kepadanya dan kepada suaminya.
Yuni dan Tia : tokoh yang berperan sebagai teman Rosa, yang memamerkan
kekayaannya kepada Rosa.
Olga :
tokoh seorang lelaki yang berpenampilan dan bertingkah laku seperti seorang
wanita yang jelas menyalahi kodratnya.
Santi :
tokoh seorang gadis yang menyayangi dan menghormati ibunya.
Selain hal
tersebut di atas, pembaca ke-tiga memberikan
resepsi positif terhadap naskah drama “Bukan Salah Kartini”,
karena naskah tersebut memberikan bacaan yang di dalamnya mengandung makna dan
pesan yang mendalam yaitu, mengajak para pembaca untuk selalu menghargai dan
menghormati ibu. Jangan sampai melukai hati ibu, apalagi sampai membuat air
mata ibu berlinang karena sakit dengan perbuatan anaknya.
Resepsi pembaca
ke-empat terhadap tokoh dan penokohan dalam naskah drama ini adalah
sebagai berikut:
Rosa :
tokoh yang memandang bahwa hidup hanya sekedar mencari materi saja baginya
kebahagiaan dalam hidup diukur dengan banyaknya materi yang didapatkan. Ada
sebuah kebenaran dalam tokoh ini bahwa memang dalam hidup membutuhkan materi
akan tetapi cara yang digunakan salah hingga ia harus mengabaikan kewajibannya
sebagai seorang ibu dan seorang istri.
Bagus :
tokoh yang lemah dan tidak bersikap tegas kepada istrinya hingga ia
diperlakukan sewenang-wenang oleh istrinya dan dia hanya diam saja. Seharusnya sebagai
kepala rumah tangga ia harus bisa mengambil sikap dan keputusan yang terbaik,
tidak lantas membiarkan istrinya pergi.
Ibu :
tokoh ibu di sini terlalu banyak mencampuri masalah rumah tangga yang terjadi
pada anaknya. Ini juga yang menyebabkan tokoh Rosa pergi karena ia terlalu banyak
mendengar nasehat ibu dari Bagus yang justru membuat Rosa semakin ingin pergi
dari Bagus.
Yuni dan Tia : kedua tokoh ini menyadarkan Rosa bahwa hidup membutuhkan materi.
Dengan cara mereka memamerkan harta yang dimiliki mereka hingga membuat Rosa
merasa sebagai orang tak punya.
Olga :
tokoh yang merasa mempunyai jiwa seorang wanita di dalam hatinya ia mempunyai
kelembutan seorang wanita. Akan tetapi karena kelakuannya tersebut membuat ia
menyalahi kodrat yang telah Tuhan berikan kepadanya sebagai seorang laki-laki.
Santi :
adik dari Bagus dan Olga yang menyayangi dan menghormati ibunya.
Selain hal
tersebut di atas, pembaca ke-empat memberikan
resepsi negatif terhadap naskah drama “Bukan Salah
Kartini”, karena naskah tersebut memberikan bacaan yang di dalamnya mengandung contoh
yang tidak baik dimana tokoh Rosa berani kepada suaminya dan tokoh Olga yang
seharusnya tegas justru lembek dan kemayu hal ini dapat memberikan efek yang
tidak baik karena dapat membuat pembaca meniru tingkah laku Olga ataupun Rosa.
Perbedaan
penerimaan pembaca terhadap naskah drama “Bukan Salah Kartini” ini,
sesuai dengan pendapat Jausz dalam Atmazaki (2005: 120), yang menyatakan bahwa
interpretasi seorang pembaca terhadap naskah drama ditentukan oleh horizon
penerimaan pembaca. Setiap pembaca mempunyai horizon penerimaan yang mungkin
sama atau mungkin berbeda. Lebih lanjut Hasanuddin WS (2009: 159) menyatakan
bahwa perbedaan horizon penerimaan tersebut disebabkan oleh, kepekaan,
pandangan, hidup, imajinasi, situasi, dan kondisi pembaca, serta kemampuan
analisis yang berbeda-beda tiap pembaca. Perbedaan horizon penerimaan tersebut,
akan membuat perbedaan resepsi dan interpretasi pembaca terhadap naskah drama.
Berdasarkan
penganalisisan data yang ditemukan, dapat diketahui, pada umumnya pembaca terhadap naskah drama “Bukan Salah Kartini”,
mengenai tokoh dan penokohan, serta naskah drama itu sendiri, mempunyai resepsi
bahwa:
Tokoh dan
penokohannya yaitu:
Rosa :
tokoh yang buruk perilakunya, ingin hidup mewah menjadikannya durhaka kepada
suami dan mertuanya, serta anaknya. Apa yang dilakukannya bertentangan dengan
norma adat dan agama yang begitu kental dalam kehidupan masyarakat, sehingga
mendapatkan resepsi negatif dari sebagian pembaca, karena tidak sesuai dengan
horizon penerimaan pembaca, dan latar belakang social budaya pembaca. Sedangkan
sebagian pembaca yang lain memberi resepsi positif terhadap tokoh Rosa yang
hidupnya diukur dengan banyaknya materi yang didapatkan. Dan hal itu sesuai
dengan kenyataan hidup, bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan, diperlukan materi yang
tidak hanya cukup.
Bagus :
sebagian pembaca meresepsi positif, bahwa Bagus, tokoh yang penyayang dan menghormati
orang tua. Dan sebagian lagi meresepsi negatif, bahwa karakter Bagus tidak
menunjukan cerita ideal seorang suami yang tegas dalam bersikap ketika istrinya
melakukan kesalahan.
Ibu :
sebagian pembaca memberikan resepsi positif terhadap tokoh ibu, bahwa tokoh ibu
adalah tokoh yang sabar dan penyayang. Karena dalam kehidupan yang nyata serta
norma yang berlaku, seorang ibu memang harus bersikap sabar dan menyayangi
anaknya, tanpa pandang bulu. Sedangkan sebagian pembaca yang lain meresepsi
negatif terhadap tokoh ibu, karena tokoh ibu di sini terlalu banyak mencampuri
masalah rumah tangga yang terjadi pada anaknya, yang akhirnya menjadi salah satu
penyebab perginya Rosa dari Bagus.
Yuni dan Tia : tokoh wanita yang sombong, memamerkan kekayaannya kepada Rosa,
yang menyebabkan Rosa akhirnya meninggalkan keluarganya. Hal ini berarti
pembaca memberikan resepsi negatif terhadap tokoh Yuni dan Tia, karena apa yang
dilakukan mereka tidaklah sesuai dengan adat dan norma yang berlaku dalam
masyarakat maupun agama.
Olga :
sebagian besar pembaca memberikan
resepsi negatif terhadap tokoh Olga, karena dalam berperilaku dia telah
menyalahi kodratnya sebagai laki-laki. Dia seorang laki-laki, tetapi
perilakunya kemayu seperti perempuan. Hal ini sangatlah tidak sesuai dengan
norma yang berlaku dalam masyarakat maupun agama. Sedangkan sebagian kecil
pembaca memberikan resepsi positif terhadap tokoh Olga, karena di samping
sikapnya yang kemayu, Olga merupakan tokoh yang menyayangi dan menghormati
ibunya.
Santi :
tokoh yang mendapat resepsi positif dari pembaca, karena apa yang dilakukannya
dalam naskah drama sesuai dengan norma agama yang berlaku, yaitu berbakti kepada
orang tua (ibunya).
Selain hal
tersebut di atas, pembaca juga memberikan resepsi tentang naskah drama
tersebut. Sebagian besar pembaca meresepsi positif, bahwa naskah drama tersebut
merupakan naskah drama yang baik, karena memberikan
bacaan yang di dalamnya mengandung makna yang mendalam yaitu, mengajak para
pembaca, untuk selalu menghargai dan menghormati ibu. Selain itu juga karena pengarang
mampu menghasilkan cerita yang menegangkan karena konflik-konflik yang
diciptakan dalam naskah tersebut, sekaligus cerita yang mengharukan karena
akhir cerita dari naskah ini bukan cerita yang bahagia. Cerita dalam naskah
drama tersebut masih relevan dengan kehidupan nyata dalam masyarakat sekarang.
Sedangkan sebagian kecil pembaca meresepsi negatif terhadap naskah drama
tersebut bahwa naskah tersebut memberikan bacaan yang
di dalamnya mengandung contoh yang tidak baik di mana tokoh Rosa berani kepada
suaminya dan tokoh Olga yang seharusnya tegas justru lembek dan kemayu hal ini
dapat memberikan efek yang tidak baik karena dapat membuat pembaca meniru
tingkah laku Olga ataupun Rosa.
Post a Comment for "ANALISIS NASKAH DRAMA “BUKAN SALAH KARTINI” DENGAN PENDEKATAN RESEPSI"