Makalah Bahasa Makassar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, sentuhan
tekhnologi modern telah mempengaruhi dan menyentuh masyarakat Bugis Makassar. Namun,
kebiasaan-kebiasaan yang merupakan tradisi turun menurun, bahkan yang telah menjadi adat, masih sukar untuk dihilangkan. Kebiasan-kebiasaan tersebut masih sering
dilakukan meskipun dalam pelaksanaannya telah mengalami perubahan, namun
nilai-nilai dan makna masih tetap terpelihara dalam setiap upacara tersebut.
Salah
satu kebiasaan tersebut yaitu bahasa. Bahasa merupakan hal penting untuk
individu dapat berkomunikasi dengan individu lain. Dalam penerapan, bahasa makassar
diterapkan dari kecil, dengan penggunaan sehari- hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
saja pengertian dari Bahasa Makassar?
2. Bagaimana
konsonan dan vokal yang dimiliki oleh Bahasa Makassar?
3. Bagaimana aksara Bahasa Makassar?
4. Bagaimana
logat Bahasa Makassar?
C. Tujuan
1. Mahasiswa
calon guru diharapkan mampu memahami pengertian dari Bahasa Makassar.
2. Mahasiswa
calon guru diharapkan mampu memahami tentang bagaimana konsonan dan vokal yang dimiliki oleh Bahasa Makassar itu.
3.
Mahasiswa calon guru diharapkan mampu memahami tentang
bagaimana aksara bahasa Makassar itu.
|
4. Mahasiswa
calon guru diharapkan mampu memahami tentang bagaimana logat Bahasa Makassar
itu.
|
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa Makassar
Bahasa Makassar atau sering disebut basa mangksara’ adalah salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia, yang merupakan bahasa yang digunakan suku makassar Sulawesi
Selatan, Indonesia. Menurut Anceaux, Bahasa Makassar merupakan salah
satu bahasa dari rumpun bahasa Indonesia dan tergolong rumpun bahasa Oseania
yang dibawahi oleh rumpun Austronesia. Bahasa Makassar termasuk bahasa
semivokalik.
Menurut
Basang (1972:1—2), secara etimologis, kata “Makassar” berasal dari kata
“Mangkasarak”. Kata mangkasarak berasal dari prefiks mang- dan kata dasar kasarak.
Prefiks mang- mengandung makna: (1)
memiliki sifat seperti yang terkandung dalam dasarnya, (2) menjadi atau
menjelma diri seperti yang dinyatakan oleh pangkalnya. Kata pangkal kasarak mengandung arti: terang, nyata, jelas
tegas, tampak, besar. Dengan demikian, maka kata mangkasarak mengandung arti:
memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang (jujur).
Secara
terminologis (Basang, 1972:4), kata “Makassar” mengandung arti: (1) nama suku
bangsa bersama semangat dan kebudayaan yang dimilikinya, termasuk bahasa yang
dipakainya dalam pergaulan sesamanya sehari-hari beserta daerah yang didiaminya
yang terletak di bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan, (2) nama kerajaan
yang terdapat di Indonesia Bagian Timur yang puncak kejayaannya diletakkan oleh
pahlawan nasional Sultan Hasanuddin, yang juga diciptakan oleh Daeng Pamattek,
Syahbandar Kerajaan Gowa pada masa pemerintahan Karaeng Tumaparrieik Kallona
(pada abad XVI).
|
Penelitian
terhadap BM pertama kali dilakukan oleh Matthes pada tahun 1858 yang ditandai
dengan karyanya yang berjudul Makassarche
Spraakkunst. Isinya merupakan rintisan tata bahasa Makassar. Telah dikemukakan bahwa bahasa Makassar
standard berasal dari Bahasa Makassar dialek lakiung. Terpilihnya dialek lakiung
menjadi Bahasa Makassar standard bukan hanya karena merupakan konvensi
masyarakat etnis suku Makassar, tetapi selain didukung oleh penutur Bahasa Makassar
yang mayoritas, juga telah lama menjadi bahasa resmi kedaerahan di daerah etnis
suku Makassar yang ditandai dengan dijadikannya sebagai bahasa resmi Kerajaan
Gowa pada abad XVI.
B. Konsonan dan Vokal Asal Bahasa Makassar
1. Konsonan Bahasa Makassar
Bahasa
Makassar, secara fonetis memiliki sembilan belas ruas konsonan yaitu [p, b, m, w, t, s, d,
n, r, l, čˌ jˌ ñˌ yˌ kˌ ɡˌ ŋˌ (ʔ)ˌ h]. Konsonan [ʔ] merupakan alofon dari /k/. Dari sembilan belas
ruas fonetis Bahasa Makassar tersebut, terdapat delapan belas konsonan asal yaitu /p, b,
m, w, t, s, d, n, r, l, čˌ jˌ ñˌ yˌ kˌ ɡˌ ŋˌ h/. Dalam morfem-morfem asal atau pangkal semua konsonan
asal dapat menempati posisi awal dan posisi tengah. Pada posisi akhir morfem,
hanya ada dua konsonan yang dapat menempatinya yaitu /k/ -yang dilafalkan
sebagai [ʔ] –dan /ŋ/.
Selain hal tersebut, kecuali konsonan /h/,
konsonan-konsonan asal Bahasa Makassar dapat ditemukan dalam bentuk geminasi,
tetapi hanya pada posisi tengah kata. Misalnya: /labba/ [lába] artinya ‘tawar’, /peppek/ [pépeʔ] artinya ‘pukul’.
2.
Vokal Asal Bahasa Makassar
|
Secara fonetis Bahasa Makassar memiliki tujuh ruas
vocal yaitu: [i, e, ɛˌ aˌ oˌ ɔˌ u]. Tetapi
secara fonemis hanya ruas vocal asalˌ yaituː /iˌ eˌ aˌ oˌ u/. Berikut ini memperlihatkan realisasi vocal-vocal asal bahasa Makassar:
a. Vocal /i/ <i> termasuk vocal depan, tak bulat, tinggi,
tegang.
b. Vocal /e/ <e> termasuk vocal depan, tak bulat,
tengah, tegang. Mempunyai dua alofon yaitu [e] dan [ɛ]. Vocal [e] pada suku
kata tertutup dan vocal [ɛ] pada suku kata terbuka.
c. Vocal /u/ <u> termasuk vocal belakang, bulat,
tinggi, tegang.
d. Vocal /o/ <o> termasuk vocal belakang, bulat,
tengah. Mempunyai dua alofon yaitu [0] dan [ɔ]. Vocal [o] pada suku kata
tertutup dan vocal [ɔ] pada suku kata terbuka.
e. Vocal /a/ <a> termasuk vocal belakang, tak
bulat, rendah.
C. Aksara Makassar
Dari hasil kajian pustaka, diperoleh informasi bahwa
naskah kuno Makassar (Bugis) ada yang ditulis dengan aksara lontarak dan ada
yang ditulis dengan aksara serang. Dinamai aksara lontarak karena memang dulu
peristiwa-peristiwa ditulis pada daun lontar. Frasa daun lontar sepadan dengan raun=
daun dan talak= lontar menjadi rauttalak atau rontalak dalam
bahasa Makassar (dari bahasa Jawa atau bahasa Melayu). Kata rontalak mengalami
proses metatesis menjadi lontarak (Basang, 1972: 10; Abidin, 1983: 109; Pelras,
2006: 232). Dalam bahasa Makassar sehari-hari dikenal dengan sebutan lekok
talak.
|
Dalam perkembangan selanjutnya, kata lontarak dapat
mengandung arti bermacam-macam sesuai dengan konteks kalimatnya. Manyambeang
(1996: 32) merincinya sebagai berikut:
a.
Lontarak dapat berarti aksara, seperti dalam kalimat:
Appilajaraki lontarak. (Dia belajar huruf lontarak)
b.
Lontarak dapat berarti naskah, seperti dalam kalimat;
Ciniki ri lontaraka. (Lihatlah di lontarak)
c.
Lontarak dapat berarti buku bacaan, seperti dalam kalimat:
laminne lontarakna I Kukang. (Inilah buku bacaan (yang berjudul) I Kukang).
d.
Lontarak dapat berarti catatan, seperti dalam kalimat:
Boyai ri lontarak bilanga. (Carilah pada catatan harian)
Mattulada (dalam Manyambeang, 1996: 29) merasa yakin
bahwa aksara Bugis Makassar berasal dan aksara Dewanagari yang diperbaharui
oleh Daeng Pamatte. Sejalan dengan pendapat itu, Basang (1972: 11) mengemukakan
beberapa persamaan aksara Dewanegari dengan aksara Makassar, yaitu keduanya
huruf silabis; keduanya menggunakan alat bantu untuk menyatakan bunyi /i, e, o,
dan u/; keduanya ditulis dari kiri ke kanan. Adapun Yatim (1983: 5)
memperhatikan susunan abjadnya. Dia mengakui bahwa pengaturan abjad lontarak
telah sampai kepada kesadaran linguistik yang amat maju dan amat mirip dengan
pengaturan abjad Sanskerta, yang membedakan hanya bentuknya.
|
Simbol “s” ini menyimbolkan mikrokosmos sulapa
eppana taue “segi empat tubuh manusia’. Bagian puncak terletak kepala,
tangan kiri, tangan kanan; dan bagian ujung bawah adalah kaki. Simbol S itu
merupakan pengejawantahan pada bagian kepala yang disebut sawwang (SW)
berarti mulut. Dari mulutlah segala sesuatu dinyatakan yang disebut sadda (sd)
berarti bunyi. Bunyi-bunyi itu disusun sehingga bermakna yang disebut ada
(ad) berarti kata, sabda atau titah.
Segala sesuatu yang meliputi keseluruhan tertib
kosmos/sarwa alam diatur melalui ada (ad). Dengan penambahan artikel definit
E menjadi ada’e (adea) yang menjadi pangkal kata adek (adEE). Adek
adalah sabda (penertib) yang meliputi sarwa alam sehingga disebut dalam
kata-kata hikmat pasang sebagai berikut:
sd mpbti adE adE mpbti gau gau mpbti tau
sadda mappabbatik ada ada mappabbatik gauk
gauk mappabbatik tau
Artinya:
Bunyi mewujudkan kata
|
Perbuatan mewujudkan manusia
Konsep sulapak appak inilah dapat dibentuk
aksara lontarak yang biasa disebut urupu sulapak appak seperti berikut:
D. Logat Makassar
Logat Makassar atau bahasa gaul makassar adalah bahasa
yang sering digunakan oleh warga makassar dan sekitarnya (Sulawesi Selatan dan
Barat). Logat ini memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan bahasa/
logat-logat daerah lainnya. Logat ini agak terdengar kasar yang menandai
sebagai identitas orang yang tangguh dan perkasa.
Peleburan bahasa daerah ini ke dalam bahasa Indonesia mengacaukan susunan
kalimat, merusak tatanan MD, Subjek Objek sehingga terkadang logat di Sulawesi
Selatan ini terdengar sangat kacau. Contoh: Malam
pi baru saya bawa bukumu nah?, yang dalam Bahasa Indonesia yang benar
seperti ini: “Bukumu aku bawa nanti malam saja ya?”
|
Dalam logat Bahasa Makassar ini terdapat partikel
dan okkots. Di bawah ini penjelasan tentang partikel dan okots pada Bahasa
Makassar.
1. Partikel
Partikel-partikel yang sering diucapkan dalam logat ini adalah "MI,
PI, JI, KI, dan MO".
a.
Partikel MI
Partikel mi dalah kata imbuhan. Contohnya dalam kalimat: Makan mi, partikel MI bermakna
mempersilakan, tapi dalam kalimat lain, misalnya: Besar mi, partikel mi berubah fungsi sebagai penegasan kalau orang/
benda yang dimaksud telah besar (dewasa).
Partikel “mi” ini dapat ditambahkan lagu dengan partikel “ko” untuk
mempertegas perintah. “Mi”+”Ko” = “Moko”. Akhiran “moko” ini digunakan untuk lawan bicara seumur atau lebih muda
(tidak dianjurkan untuk lawan bicara yg kita hormati), bisa di tulis menjadi
"Mko". Tetapi o awal pada kata moko tidak terlalu kentara atau di
baca pendek, kurang lebih seperti ini " 'Mko ". Contoh: Makan moko! (Makanlah kau! atau
makanlah!)
Partikel
“mi” ini dapat ditambahkan juga dengan partikel “ki’ ” untuk mempertegas
perintah, “Mi”+”Ki’” = “Miki’ ”. Akhiran “miki’ ” ini kesannya lebih sopan
digunakan untuk lawan bicara yang lebih tua, atau orang yang kita hormati. Miki
kebanyakan menyebutnya Meki', dan dapat di tulis "mki". Contoh: Makan miki’ (makanlah).
b. Partikel PI
|
a.
Satu pi, yang bermakna menegaskan
kalau subjeknya masih kurang satu lagi.
b.
Malam pi, yang artinya kurang lebih
“nanti malam”. Biasanya dipakai untuk kalimat seperti: Malam pi ko datang (kamu datangnya ntar malam aja).
c.
Partikel JI
Partikel JI, biasa di tulis "JIE" maknanya kurang lebih
sama dengan hanya,contohnya pada kalimat Satuji
saya bawa yang artinya kurang lebih “Saya hanya bawa satu” (perhatikan
tatanan penempatan kalimat yang agak berantakan). Tapi kadang-kadang partikel
ini juga bermakna menegaskan, misalnya pada kalimat: Besarji rumahnya, yang artinya sama dengan ”Rumah besar kok.”
Akhiran “ji” juga sering diikuti dengan partikel “ko”
dan “ki’ ”pada saat kita bertanya pada lawan bicara. “ji” + “ko” = “joko”. Contoh:
Sudah joko makan? (Apakah kau sudah
makan?)
Sama halnya dengan imbuhan “Mi” di atas, versi sopan
(halus) “ji”+“ki’ ” = “jiki’ “. Contoh: Sudah
jiki’ makan? (Apakah Anda sudah makan?). Pembacaan “jiki” dan “joko” bisa
di baca “jeki'” dan “jeko” jika partikel “ji” digabung dengan “ko” dan “ki”. Cara
penulisannya: “Jki”, “Jko”, “J” di baca “je”.
d. Partikel KI
Partikel “Ki'” kepanjangan dari “Kita” atau “Kita'” atau “Kita(k)”
yang berarti kamu, tapi lebih sopan. Contoh penggunaan dalam kalimat Di manaKi'? (Kamu di mana?). Biasa
digunakan untuk orang yang lebih tua karena lebih sopan.
|
e. Partikel MO
Partikel “Mo” merujuk ke kata saja atau mengajak sesuatu untuk
mengikuti. Contoh : Saya mo!
(Saya Saja)
2. Okkots
Pemakaian kata ‘Okkots’ sebenarnya merupakan penyimpangan berbahasa, baik
dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan. Okkots sendiri berarti salah ucap
atau salah bahasa yang maknanya salah pengucapan dalam bahasa Indonesia, karena
tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan tidak tercantum dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Okkots bisa berarti menambahkan, mengurangi atau
mengubah konsonan di ujung sebuah kata. Bentuk okkots yang paling sering
ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah Okkots “N” dan “NG”. Jadi, kata yang
berakhir huruf “N” bissa menjadi “NG” begitu pula sebaliknya, kata yang
berakhir huruf “NG” menjadi berakhir “N”.
Kata ‘Okkots’ itu kebanyakan dipopulerkan siswa dan mahasiswa Makassar
yang belajar dan kuliah di luar Sulawesi Selatan, serta pengaruh komunikasi
pergaulan mereka yang berasal dari berbagai kabupaten di Sulawesi Selatan,
kemudian bertemu dalam komunikasi yang lebih elitis di Makassar. Bahasa
‘Okkots’ sama halnya dengan sebutan ‘ma’logat’ atau melupakan bahasa ibu-nya
setelah hidup sekian lama di negeri orang, hanya bedanya ‘Ma’logat’ merupakan
cibiran atau sindiran terhadap orang yang melupakan asal usulnya, termasuk
bahasa etnisnya.
|
Contoh:
Kata “makan”
terkadang menjadi “makang” —> penambahan konsonan “G” setelah huruf “N”.
Kata “kandang”
bisa berubah menjadi “kandan” —> pengurangan konsonan “G”.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Bahasa makassar atau sering disebut basa mangksara’ merupakan bahasa yang digunakan
suku makassar Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa Makassar memiliki
sembilan belas ruas konsonan yaitu [p, b, m, w, t, s, d, n, r, l, čˌ jˌ ñˌ yˌ kˌ ɡˌ ŋˌ (ʔ)ˌ h]. Konsonan [ʔ] merupakan alofon dari /k/. Selain itu, juga
memiliki tujuh ruas vocal yaitu: [i, e, ɛˌ aˌ oˌ ɔˌ u].
Adapun
naskah kuno Makassar (Bugis), ada yang ditulis dengan aksara lontarak dan ada
yang ditulis dengan aksara serang. Dinamai aksara lontarak karena memang dulu
peristiwa-peristiwa ditulis pada daun lontar. Sedangkan disebut pula sebagai
aksara serang (huruf Arab), karena kesusasteraan Makassar (Bugis) ditulis dalam
aksara Arab sebagai pengaruh dari agama Islam dan kesusasteraan Islam.
Logat Bahasa Makassar ini agak terdengar kasar yang menandai sebagai
identitas orang yang tangguh dan perkasa. Di dalam Bahasa Makassar terdapat
banyak partikel-partikel. Partikel-partikel yang sering digunakan yaitu
"MI, PI, JI, KI, dan MO".
Di Bahasa Makassar terdapat istilah okkots, yaitu
penyimpangan berbahasa, baik dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan.
Kata ‘Okkots’ itu kebanyakan dipopulerkan siswa dan mahasiswa Makassar yang
belajar dan kuliah di luar Sulawesi Selatan, serta pengaruh komunikasi
pergaulan mereka yang berasal dari berbagai kabupaten di Sulawesi Selatan,
kemudian bertemu dalam komunikasi yang lebih elitis di Makassar.
B. Saran
|
Post a Comment for "Makalah Bahasa Makassar"