MAKALAH KATEGORI MAKNA LEKSIKAL
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam studi gramatika kategori kata merupakan
hal yang tidak pernah lepas dari pembicaraan. Boleh dibilang hamper tidak ada
buku tata bahasa, baik tradisional maupun yang bukan, yang tidak embicarakan
masalah kategori itu. Begitu penting, ruwet, dan kompleksnya persoalan kategori
ini, sehingga tidak selesai-selesainya dibicarakan orang dan tidak pernah ada
kesepakatan diantara para ahli tersebut (lihat misalnya Harimurti 1986 dan
Ramlan 1985).
Namun, secara umum kategori
gramatikal yang bukan diikuti, membagi kata menjadi dua kelompok besar, yaitu
(1) kelompok yang disebut kata penuh (full
word) dan (2) kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function word) ke dalam kelompok pertama
termasuk kata dari kelas verbal,nominal, adjectival, dan adverbial; dan ke
dalam kelompok kedua termasuk kata-kata yang disebut preposisi, konjungsi, dan
interjeksi. Tetapi perlu dicatat bahwa dalam bahasa Indonesia ada sejumlah
morfem dasar yang belum berkategori baik gramatikal maupun semantikal, misalnya
morfem acu, juang, henti, kibar, kitar,
dan remang
Secara gramatikal morfem-morfem tersebut tidak
dapat muncul dalam satuan-satuan sintaksis tanpa bergabung dulu dengan
morfemmorfem tertentu, baik afiks maupun morfem dasar lainnya. Secara semantic
morfem-morfem itu pun dianggap tidak bermakna, sehingga dalam kamus
Poerwadarminta (1982) maupun Kamus Besar Bahasa Ibdonesia (1988).morfem-morfem tersebut memang didaftar
sebagai lema (entri) tetapi tidak diberi makna. Yang diberi makna adalah bentuk
derivansinya.
Dalam pembicaraan berikut akan dicoba
mendeskripsikan leksikon bahasa Indonesia berdasarkan kategori semantiknya
dengan menyebutkan cirri-ciri makna (komponen makna) yang menonjol dari setiap
kelompok leksem, tetapi dengan tetap berumpun pada kategori gramatikalnya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
kategori Nominal itu?
2. Apa
kategori Verbal itu ?
3. Apa
kategori adjectival itu?
4. Apa
kategori pendamping (nomina,verbal,adjectival, klausa)?
5. Apa
kategori penghubung (koordinatif dan subordinatif)?
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
tentang kategori Nominal.
2. Mengetahui
tentang kategori verbal.
3. Mengetahui
tentang kategori adjectival.
4. Mengetaui
tentang kategori pendamping
(nomina,verbal,adjectival, klausa).
5. Mengetahui
tentang kategori penghubung (koordinatif dan subordinatif).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Kategori
Nominal
Kata-kata
atau leksem-leksem nominal dalam bahasa Indonesia secara semantik mengandung
ciri makna [+ Benda (B)]; dan oleh karena itu leksem-leksem nominal ini secara struktural
akan selalu dapat didahului oleh preposisi di
atau pada.
Berdasarkan
analisis semantik lebih lanjut leksem-leksem nominal ini dapat dikelompokkan
atas tipe-tipe:
a)
Tipe I
Yang
berciri makna utama [ +benda, +orang (O)]. Tipe ini terbagi atas enem subtype
I, yang masing-masing berbeda pada cirri makna ketiga. Keenam subtype I itu
adalah:
I.
Subtipe I a, yang berciri makna [+benda,+orang,
+ Nama Diri (ND)]. Contohnya Fatimah,
Ahmad, Partono, dan Eka. Selain
berciri makna +B, +O, dan +ND, leksem nominal dari subtipe I a mengandung pula
komponen mekna [+bernyawa (NY), + Konkret (K), dan tidak terhitung
(-H)].
jadi, secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe I a ini mengandung ciri
makna [+B, +O, +ND, +NY, +K, -H].
II.
Subtipe I b, yang berciri makna [+B, +O, +Nama
Perkerabatan (NK)]. Contohnya ibu, bapak,
kakak, dan adik. Selain
itu leksem nominal dari subtipe I b ini juga mengandung cirri makna [ +Ny, +K,
dan +H]. jadi, secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe I b ini
mengandung ciri makna [ +B, +O, +NK, +Ny, +K, +H].
III.
Subtipe I c, yang berciri makna [+B, +O, +Nama
Pengganti (NP)]. Contoh dia, saya, kamu, dan mereka. Selain itu leksem nominal dari
subtipe I c ini mengandung pula makna [+Ny, +K, dan +H]. jadi, secara
keseluruhan mengandung makna [ +B, +O, +NP, +Ny, +K, dan –H]. tetapi perlu
dicatat juga masih ada perbedaan makna antara dia misalnya dengan mereka.
Dia memiliki makna [+tunggal (T)],
sedangkan mereka memiliki makna
[-tunggal]. Jelasnya perbedaan cirri makna dia
dan mereka terlihat sebagai berikut
Dia
|
+O
|
+NP
|
+Ny
|
-H
|
+T
|
Mereka
|
+O
|
+NP
|
+Ny
|
-H
|
-T
|
IV.
Subtipe I d, yang berciri makna [+B, +O, +Nama
Jabatan (Nj)]. Contoh lurah, guru,
gubernur, dan camat. Selain itu
leksem nominal dari subtipe I d ini mengandung pula makna [ +Ny, +K, dan +H].
jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna [+B,+O, +Nj, +Ny,
+K, dan +H].
V.
Subtipe I e, yang berciri makna [+B, +O, dan
Nama Gelar (NG)]. Contohnya insinyur, doktor,
raden, dan sarjana hukum (SH).
Selain itu leksem-leksem dari nominal subtipe I e ini memiliki pula makna [+Ny,
+K, dan +H]. Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna
[+B,+O, +NG, +Ny, +K, +H].
VI.
Subtipe I f, yang berciri makna [+B, +O, dan +
Nama Pangkat (NPa)]. Contohnya sersan,
opsir, letnan, dan colonel.
Selain itu, leksem-leksem nominal dari subtipe I f ini memiliki pula cirri
makna [+Ny, +K, dan +H]. jadi leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung
makna [+B, +O, +NPa, +Ny, +K, +H].
Ciri makna [+H] yang ada pada leksem
subtipe I b, I d, I e, dan I f; dan tidak ada pada leksem subtipe I a dan I c
menyebabkan leksem yang memiliki cirri itu dapat diberi keterangan numeral
seorang., sedangkan yang tidak memiliki ciri itu tidak dapat diberi keterangan
numeral seorang, bandingkan:
Seorang Fatimah
|
Seorang adik
|
Seorang Hindun
|
Seorang presiden
|
Seorang kamu
|
Seorang dokter
|
Seorang dia
|
Seorang masinis
|
Dalam kasus adanya nama diri (ND)
yang memiliki peran atas fungsi sangat menonjol maka bisa saja nama diri itu di
bawah keterangan numeral seorang,
misalnya seorang Kartini atau seorang Haji Ahmad.
b)
Tipe II
Yang berciri makna utama [+B dan
Institusi (I)]. Contoh pemerintah, DPR,
SMA, dan Pelni. Selain itu
leksem-leksem nominal tipe II ini memiliki pula cirri makna [ +Orang metaforis
(Om), +K, +H]. Jadi, keseluruhan leksem-leksem nominal ini berciri makna
[+B,+I, +Om, +K, dan +H].
Ciri makna [+Om] menyebabkan leksem
nominal tipe II ini dapat menduduki fungsi gramatikal seperti leksem nominal
tipe I.
c)
Tipe III
Yang berciri makan utama [+B,
+Binatang (Bi)]. Contoh tongkol, kucing,
gelatik, harimau, dan onta. Selai
itu leksem-leksem nominal tipe III ini memiliki pula cirri makna [+Ny, +K, dan
+H].
d)
Tipe IV
Yang berciri makna utama [+B, dan
+tumbuhan (T)]. Leksem nominal tipe IV ini terdiri atas tiga subtioe, yaitu:
1)
Subtipe IV a, yang berciri makna utama [+B,
+T], misalnya rumput, perdu, ilalang, dan kedelai. Selain itu leksem-leksem
subtipe IV a ini memiliki pula cirri makna [+hidup (H), +H, dan K]. jadi,
leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna [+B, +T, +Hi, +H, dan
K].
2)
Subtipe IV b, yang berciri makna utama [+B,
+pohon (Po)]. Contoh: durian, nangka, mangga, apel, jeruk, ketapang, mahoni,
dan kelapa. Selain itu leksem-leksem nominal subtipe IV b ini memiliki makna
[+Hi, +H, dan K ]. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal subtipe IV b ini
memiliki cirri [+B, +Po, +Hi, +H, dan K].
3)
Subtipe Iv c, yang berciri makna utama [+B,
+Tanaman (Ta)]. Misalnya: padi, bayam, ketela, ubi, dan kubis. Selain itu
leksem-leksem nominal subtipe IV c ini memiliki cirri makna [+Hi, +H, dan +K].
jadi secara keseluruhan leksem-leksem ini mengandung makna [+B, +Ta, +Hi, +H,
dan +K].
Perbedaan
makna antara cirri [+T], [+Po], dan [+Ta] adalah bahwa [+T] mengandung segala
sesuatu yang tumbuh, sedangkan [+Po] hanya yang berbatang keras, dan [Ta]
adalah yang diusahakan sebagai sesuatu yang ditanam.
e)
Tipe V
Yang mengandung cirri makna utama
[+B, buah-buahan (Bb)]. Misalnya durian,
nangka, pisang, mangga, dan sawo. Sealain itu leksem nominal subtipe V ini
memiliki pula makna [+H, +K, dan -Hi]. Jadi secara keseluruhan leksem nominal
tipe V ini memiliki makna [+B, +Bb, +H, +K, dan -Hi]
f)
Tipe VI
Yang
mengandung cirri makna utama [+B, +Bunga-bungaan (Bbu)]. Misalnya melati,
kenanga, cempaka, seruni, dan mawar. Selain itu leksem nominal tipe VI ini
memiliki ciri pula makna [+H, +K, dan -Hi], sehingga dengan demikian secara
keseluruhan mengandung cirri makna [+B, +Bbu, +H, +K, dan -Hi].
g)
Tipe VII
Yang
mengandung ciri makna utama [+B, +Peralatan (Al)]. Leksem-leksem nominal tipe
VII ini terbagi atas Sembilan subtipe, yaitu:
1)
Subtipe VII a, yang berciri makna utama
[+B,+Al, + Masak (Ms)]. Misalnya panic, wajan, kuwali, dan kompor. Selain itu
leksem nominal subtioe VII a ini juga memiliki makna [+K, +H, dan -Hi],
sehingga dengan demikian secara keseluruhan cirri maknanya adalah [+B, +Al,
+Ms, +K, +H, -Hi].
2)
Subtipe VII b, yang berciri makana utama [+B,
+Al, +Makan (Mk)]. Misalnya piring, sendok, garpu, pisau, dan mangkok. Selain
itu leksem nominal subtipe VII b ini juga memiliki makna [+K, +H, dan +Hi].
Jadi, lekse ini secara keseluruhan mengandung makna [+B, +Al, +Ms, +K, +H,
-Hi].
3)
Subtipe VII c, yang mengandung ciri makna utama
[+B, +Al, dan +Pertukangan (Tk)]. Misalnya gergaji, ketam, pahat, dan palu.
Sealin itu leksem nominal subtipe VII c ini juga memiliki ciri mkna [+K, +H, dan -Hi]. Jadi, secara keseluruhan
cirri makna leksem ini adalah [+B, +Al, +Tk, +K, +H, dan -Hi].
4)
Subtipe VII d, yang mengandung ciri makna utama
[+B, Al, dan +Perbengkelan (Bkl)]. Misalnya obeng, tang, bubut, dan kunci.
Selain itu leksem nominal subtipe VII d ini mengandung pula ciri makna [+H, +K,
dan -Hi]. Jadi, secara keseluruhan cirri-ciri maknanya adalah [+B, +Al, +Bk,
+K, +H, dan -Hi].
5)
Subtipe VII e, yang mengandung ciri makna utama
[+B, +Al, dan + Pertanian (Tn)]. Misalnya cangkul, sabit, bajak, dan garu.
Selain itu leksem nominal subtipe VII e ini mengandung pula ciri makna [+H, +K,
-Hi], jadi secara keseluruhan cirri maknanya adalah [+B, +Al, +Tn, +H, +K, dan
-Hi].
6)
Subtipe VII f, yang mengandung ciri makna utama
[+B, +Al, dan +Perikanan (lk)]. Misalnya kail, jala, jaring, dan joran. Selain
itu nominal subtipe VII f ini mengandung ciri makna [+K, +H, -Hi], jadi, leksem
nominal ini memiliki makna [+B, +Al, +lk, +K, +H, dan -Hi].
7)
Subtipe
VII g, yang mengandung ciri makna utama [+B, +Al, dan +rumah tangga (Rt)].
Misalnya lemari, meja, kursi, dipan, dan sapu. Selain itu leksem-leksem subtipe
VII g ini memiliki makna-makna [+K, +H, dan -Hi]; sehingga dengan demikian
secara keseluruan leksem ini memiliki makna [+B, +Al, +Rt, +H, +K, dan -Hi].
8)
Subtipe VII h, yang mengandung ciri makna utama
[+B, +Al, dan +Tulis menulis(Tm)]. Misalnya pensil, tinta, setip, dan pena.
Selain itu leksem-leksem nomina subtipe VII h ini mengandung pula ciri makna
[+K, +H, dan -Hi]. Di sini perlu dijelaskan ada anggota dari kelompok leksem
ini yang meiliki makna [+H], seperti pensil, dan pena; tetapi ada pula yang
memiliki makna [-Hi] seperti tinta dan kapur.
9)
Subtipe VII I, yang memiliki makna utama [+B,
+Al, dan +olahraga (O)]. Misalnya raket, bola, gawang, net, dan stik. Selain
itu leksem-leksem nominal subtipe VII I ini memiliki pula mkna-makna [+H, +K,
dan -Hi]; sehingga secara keseluruhan leksem ini memiliki makna [+B, +Al, +Or,
+H, +K, dan -Hi].
h)
Tipe VIII
Yang mengandung ciri makna utama
[+B, dan makanan minuman (Mm)]. Misalnya roti, bakso, nasi, gado-gado, air, dan
the. Sealin itu leksem-leksem nominal ini memiliki pula makna [+K, -H, dan -Hi];
jadi secara keseluruhan leksem tipe VIII ini memiliki cirri makna [+B, +Mm, +K,
-H, dan -Hi].semua leksem nomina tipe VIII ini tak terhitung sebab* beberapa
bubur, * beberapa sayur, * beberapa buah, * beberapa rati, tidak berterima.
i)
Tipe IX
Yang mengandung cirri makna utama
[+B, +Geografi (Ge)]. Misalnya gunung, sungai, kota, laut, dan desa. Selain itu
leksem-leksem ini memiliki pula cirri makna [+K, +H, dan -Hi]; sehingga secara
keseluruhan leksem ini meiliki cirri makna [+B, +Ge, +K, +H, dan -Hi].
j)
Tipe X
Yang mengandung cirri makna [+B,
+Bahan baku (Bb)]. Misalnya pasir, semen, tepung, batu, dan kayu. Selain itu
leksem-leksem nominal ini memiliki pula makna [K, -H]. jadi secara keseluruhan
leksem-leksem ini memiliki cirri makna [+B,+Bb, +K, -Hi].
2. Kategori
verbal
Leksem-leksem
verbal dalam bahasa Indonesia secara semantic dapat ditandai denagn mengajukan
tiga macam pertanyaan terhadap subjek tempat “Verba” menjadi predikat
klausanya. Ketiga pertanyaan itu adalah (1) apa yang dilakukan subjek dal
klausa tersebut, (2) apa yang terjadi terhadap subjek dalam klausa tersebut,
dan (3) bagaimana subjek dalam klausa tersebut. Perhatikan ketiga kalimat
berikut:
a.
Dewi menendang bola
b.
Gunung itu longsor
c.
Devi letih
3. Kategori
adjectival
Leksem-leksem adjectival dalam bahasa
Indonesia secara semantik adalah leksem yang menerangkan keadaan suatu nomina
atau menyifati nomina itu. Secara sintaktik adalah leksem yang dapat diawali
kata ingkar tidak, dapat diawali kata pembanding paling, dan dapat
diredulpiksikan serta diberi imbuhan se-nya (lihat Ramlan 1985, Harimurti 1986
dan Moeliono 1988). Jadi, leksem-leksem seperti baik, tua, dan lebar adalah
termasuk adjectival karena dapat memenuhi kriteria adjetiva di atas.
Secara semantik kita dapat membagi leksem
adjectival ini menjadi 8 tipe:
1)
Tipe I, adalah leksem
adjective yang menyatakan sikap, tabiat atau perilaku batin manusia.
2)
Tipe II, adalah leksem
adjective yang menyatakan keadaan bentuk.
3)
Tipe III, adalah leksem
adjective yang menyatakan ukuran.
4)
Tipe IV, adalah leksem
yang menyatakan waktu dan usia.
5)
Tipe V, adalah leksem
adjective yang menyatakan warna.
6)
Tipe VI, adalah leksem
adjective yang menyatakan jarak.
7)
Tipe VII, adalah leksem
adjective kuasa tenaga.
8)
Tipe VIII, adalah leksem
adjective yang menyatakan kesan atau penilaian indra.
Teori yang mengelompokkan adjectiva ke
dalam verba seperti yang digunakan Tampubolon (1979, lihat juga Ramlan 1985)
barangkali juga bersandar pada kenyataan sukarnya membedakan adjectiva dengan
verba.
Perbedaan verba keadaan dengan adjectiva
adalah terletak pada fungsinya dalam suatu konstruksi. Pada konstruksi,
predikatif leksem-leksem tersebut cenderung berciri verba, sedangkan pada
konstruksi atributif berciri adjectiva.
Berbeda dengan leksem asli, bahasa Indonesia
bentuk adjectivanya yang berasal dari kata asing mempunyai ciri morfologi yang
jelas, seperti Pancasilais, akademik, honorer, manusiawi dan rohaniah.
4. Kategori
pendamping
Kategori pendamping adalah leksem-leksem
tertentu yang mendampingi nomina, verba, adjective dan juga klausa untuk
memberikan keterangan tertentu yang bukan menyatakan keadaan atau sifat.
a.
Pendamping nomina
Leksemleksem pendamping nomina antara lain menyatakan:
1)
Pengingkaran
2)
Kuantitas atau jumlah
3)
Pembatasan
4)
Tempat berada
5)
Tempat asal
6)
Tempat tujuan atau arah
sasaran
7)
Hal atau perkara
8)
Alat
9)
Pelaku
10)
Batas tempat dan batas
waktu
b.
Pendamping verba
Leksem-leksem pendamping verba antara lain menyatakan:
1)
Pengingkaran
2)
Berbagai aspek, yaitu
aspek selesai (perfective) dengan aspek belum selesai (imprefect), aspek baru
mulai (inkoatif) dengan leksem mulai.
Contoh: Mereka sudah makan.
3)
Berbagai modalitas, antara
lain leksem belum, sedang, akan, boleh, dapat, harus, wajib, mesti dan jangan.
4)
Kuantitas
Leksem yang digunakan antara lain: sering, sering kali,
acap kali, jarang, banyak, kurang selalu, sebagainya.
5)
Kualitas
Leksem yang digunakan antara lain: sangat, agak, cukup,
paling, dan sekali.
6)
Pembatasan
Leksem yang digunakan adalah: kata saja dan hanya. Leksem
saja diletakan di belakang verba, sedangkan hanya di muka verba.
c.
Pendamping adjectiva
Leksem-leksem pendamping adjectiva, antara lain
menyatakan:
1)
Pengingkaran
Leksem yang digunakan adalah kata tidak dan bukan. Leksem
bukan dapat digunakan di muka nama warna dan di muka adjectiva yang mirip
dengan verba keadaan.
2)
Kualitas
Leksem yang digunakan antara lain: kata sangat, agak,
cukup, paling, sekali, maha dan serba.
d.
Pendamping klausa
Leksem-leksem pendamping klausa antara lain, memberi
makna:
1)
Kepastian
Leksem yang digunakan adalah pasti, tentu dan memang.
2)
Keraguan
Leksem yang digunakan adalah kata barangkali, mungkin dan
boleh jadi.
3)
Harapan
Leksem yang digunakan adalah kata-kata moga-moga, semoga,
mudah-mudahan, hendaknya, sebaiknya, dan seharusnya.
5. Kategori
penghubung
Kategori penghubung adalah leksem-leksem
tertentu yang bertugas menghubungkan, baik kata dengan kata, frase dengan
frase, klausa dengan klausa maupun kalimat dengan kalimat secara koorinatif
maupun secara subordinatif.
a.
Penghubung koordinatif
Leksem-leksem penghubung koordinatif antara lain
menyatakan makna:
1)
Penggabungan
Leksem yang digunakan adalah dan untuk menyatakan penggabungan biasa antara dua buah kata, dua
buah frase, dua buah klausa, serta untuk menyatakan penggabungan biasa sama
seperti dan, dengan untuk menyatakan
gabungan biasa antara dua buah kata.
2)
Pemilihan
Leksem yang digunakan adalah kata atau. Leksem ini dapat
mengubungkan kata dengan kata dan juga klausa dengan klausa.
3)
Mempertentangkan atau
mengkontraskan
Leksem yang digunakan adalah tetapi, sedangkan, namun,
dan sebaliknya.
4)
Mengoreksi atau
membetulkan
Leksem yang digunakan adalah melainkan, dan hanya
digunakan diantara dua klausa.
5)
Menegaskan
Leksem yang digunakan adalah bahkan, itupun, malah, lagi
pupa, apalagi, padahal, dan jangankan.
6)
Pembatasan
Leksem yang digunakan adalah kecuali dan hanya.
7)
Mengurutkan
Leksem yang digunakan adalah lalu, kemudian, selanjutnya,
dan setelah itu.
8)
Menyamakan
Leksem yang digunakan adalah yaitu, yakni, dan ialah.
9)
Kesimpulan yang sudah
dibicarakan sebelumnya
Leksem yang digunakan adalah jadi, karena itu, oleh sebab
itu, dan dengan demikian.
b.
Penghubung subordinatif
Penghubung subordinatif menghubungkan dua konstituen yang
kedudukannya tidak setingkat. Leksem-leksem subordinatif ini antara lain
menyatakan makna:
1)
Penyebab
Leksem yang digunakan adalah sebab, karena, lantaran, dan
berhubung.
2)
Akibat
Leksem yang digunakan adalah hingga atau sehingga,
sampai, dan sampai-sampai.
3)
Syarat atau kondisi yang
harus dipenuhi
Leksem yang digunakan adalah jika, jikalau, kalau, bila,
bilamana, dan asal.
4)
Pengandaian
Leksem yang digunakan adalah andai kata, seandainya, dan
andaikan.
5)
Penegasan
Leksem yang digunakan adalah walau (walaupun), biar
(biarpun), meski (meskipun), kendati (kendatipun), sungguhpun, sekalipun dan
walaupun.
6)
Perbandingan
Leksem yang digunakan adalah seperti, sebagai, laksana,
seolah-olah, dan seakan-akan.
7)
Tujuan
Leksem yang digunakan adalah agar, supaya, untuk, buat,
bagi dan guna.
8)
Waktu
Leksem yang digunakan bermacam-macam tergantung pada
waktu yang diterangkan. Diantaranya adalah ketika, sewaktu, tatkala, sementara,
selama, sejak, sesudah, setelah, sehabis.
9)
Penjelasan
Leksem yang digunakan adalah kata bahwa.
10)
Keadaan atau cara
Leksem yang digunakan adalah dengan dan tanpa.
Post a Comment for "MAKALAH KATEGORI MAKNA LEKSIKAL"