PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS XI
Bab I berisi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan
penegasan istilah.
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan
satu-satunya cara yang dapat ditempuh oleh manusia dalam mengembangkan seluruh
potensi yang ada dalam dirinya. Melalui pendidikan, manusia akan terbentuk
menjadi pribadi dan masyarakat yang terdidik dengan memiliki kecerdasan
intelegensi, emosional, dan spiritual yang terbentuk dalam aktivitas yang
terampil, kreatif dan inovatif. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu usaha pemerintah dalam
meningkatkan pendidikan yang berkualitas yaitu melalui perbaikan di berbagai
sektor pendidikan, khususnya yang menyangkut kualitas pendidikan.
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara, dimana hal tersebut secara tersirat sudah menjadi tujuan pendidikan itu
sendiri. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan adalah dengan
melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, termasuk SMA sederajat.
Adapun empat keterampilan
yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu:
keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan menyimak dan
keterampilan berbicara. Keempat keterampilam tersebut pada dasarnya merupakan catur tunggal. Setiap keterampilan itu
berhubungan erat dengan keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam.
Semua keterampilan berbahasa itu menyaratkan penguasaan berbagai kaidah baik
gramatikal, konteks, fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
Menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata (Tarigan, 2008: 3).
Strickland (dalam Sukirno, 2013: 10) mengatakan, bahwa keterampilan menulis tidak
diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar. Dalam kehidupan modern ini,
jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu
berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari
orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Melalui kegiatan menulis,
siswa dapat mengomunikasikan gagasan, penghayatan, dan pengalamannya dalam
bentuk tulisan. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, menulis merupakan
keterampilan yang sukar dan kompleks. Dikatakan sukar dan kompleks, karena
banyak siswa yang tidak mampu menulis dengan baik, antara lain siswa tidak
dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar, kurangnya kemampuan dalam pemilihan
kata (diksi) yang digunakan siswa dalam keterampilan menulis paragraf
narasi, kurangnya kemampuan penggunaan EYD dalam
keterampilan menulis paragraf narasi, serta ketidakmampuan menentukan
kapan mereka harus menulis dan apa yang menjadi ide pokok dalam penulisannya. Munculnya
ketidakmampuan siswa menulis paragraf narasi dengan baik tersebut, salah
satunya juga disebabkan guru kurang menggunakan strategi mengajar yang sifatnya
kreatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar yang melibatkan aktivitas
mental, fisik dan emosional siswa. Hal tersebut juga menjadi
salah satu penyebab minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis paragraf narasi
rendah.
Berangkat dari permasalahan
tersebut, dengan melihat hasil pembelajaran yang masih kurang memuaskan terkait
keterampilan menulis khususnya yaitu menulis paragraf
narasi di kalangan siswa, peneliti mencoba untuk menerapkan ide yaitu menggunakan
salah satu strategi dengan memanfaatkan suatu media yang mudah didapat, dapat dinikmati di mana-mana,
dan
menyenangkan untuk dapat dinikmati oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Penulis berharap,
dengan menerapkan strategi yang memanfaatkan media ini dalam proses belajar
mengajar, hasil yang akan diperoleh lebih optimal. Strategi
pembelajaran yang penulis gunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif. Strategi ini berupa pembelajaran yang dilakukan dengan cara berkelompok. Sedangkan media yang digunakan adalah
gambar berseri. Media gambar berseri merupakan suatu media visual yang berisi
yakni urutan gambar, antara gambar yang satu dengan yang lain saling
berhubungan dan menyatakan suatu peristiwa. Media ini digunakan untuk
merangsang daya pikir siswa agar mampu menuangkan ide, gagasan dalam bentuk
tulisan narasi, kerumitan bahan yang akan disampaikan dapat diatasi dengan
bantuan media.
Penerapan strategi kooperatif dengan memanfaatkan media gambar berseri ini sebagai langkah awal agar
siswa tidak mengalami kejenuhan dan kebosanan dalam mengikuti aktivitas
pembelajaran. Selain itu siswa tidak merasa kesulitan untuk menemukan sebuah
ide dalam menulis paragraf narasi.
Penelitian ini dilakukan di
SMK Batik Sakti 2 Kebumen. Dipilihnya SMK Batik Sakti 2 Kebumen, karena keterampilan siswa
dalam menulis paragraf masih kurang memuaskan. Penelitian ini dilakukan di
kelas XI, karena menyesuaikan materi penelitian dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang cocok pada silabus.
Adapun
wujud dari standar kompetensi yaitu berbunyi: berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madya,
sedangkan wujud dari kompetensi dasarnya
yaitu menulis
wacana yang bercorak naratif, deskriptif, ekspositoris, dan argumentatif.
B.
Identifikasi Masalah
Ada berbagai permasalahan
yang perlu segera mendapat pemecahan dalam pembelajaran keterampilan menulis
paragraf narasi. Permasalahan tersebut antara lain minat dan motivasi siswa
dalam pembelajaran menulis paragraf narasi masih rendah, siswa tidak
dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar, pemilihan kata (diksi)
yang digunakan siswa dalam keterampilan menulis paragraf narasi kurang baik,
penggunaan EYD dalam keterampilan menulis paragraf narasi siswa kurang baik,
dan guru kurang kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran menulis.
Keterampilan dalam menulis
paragraf narasi yang masih rendah perlu segera ditingkatkan, salah satunya
yaitu diciptakannya situasi pembelajaran yang menyenangkan oleh guru. Jika
situasi pembelajaran menyenangkan, siswa akan termotivasi untuk berperan aktif
di dalamnya. Oleh karena itu, guru perlu kreatif dalam memilih strategi dan media pembelajaran yang tepat, sehingga keterampilan yang
diharapkan, dapat dimiliki siswa.
C.
Batasan Masalah
Pembatasan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat
disimpulkan bahwa permasalahan yang muncul dalam penelitian ini cukup
bervariasi, sehingga tidak mungkin apabila diadakan penelitian yang mencakup
kesemuanya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini masalah dibatasi pada peningkatan keterampilan
menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran
kooperatif media gambar berseri pada siswa kelas XI Akuntansi
B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi
masalah di atas dapat diangkat permasalahan tentang upaya peningkatan
keterampilan menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dengan
strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri pada siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran
2015/2016?
2. Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran kooperatif dengan media gambar berseri
terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI Akuntansi
B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016?
3. Bagaimanakah peningkatan prestasi keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran
2015/2016 setelah memperoleh pembelajaran menulis paragraf
narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri?
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah
salah satu faktor utama yang mendorong penulis untuk melakukan suatu
penelitian. Setiap kegiatan penelitian secara sadar pasti didasari oleh tujuan
yang akan dicapai.
Adapun tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran
keterampilan menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif
media gambar berseri pada siswa kelas XI Akuntansi
B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016;
2. mendeskripsikan seberapa besar pengaruh strategi pembelajaran kooperatif dengan media gambar
berseri terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI Akuntansi
B SMK Batik
Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016;
3. mendeskripsikan peningkatan prestasi keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2
Kebumen Tahun Ajaran
2015/2016 setelah memperoleh pembelajaran menulis paragraf
narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
F.
Manfaat
Penelitian
Penelitian kependidikan sangat bermanfaat bagi perkembangan sistem
pendidikan maupun kepentingan praktis dan teoretis dalam menyelenggarakan
pendidikan. Manfaat teoretis maupun praktis penelitian ini dipaparkan di bawah
ini.
1.
Manfaat
Teoretis
Manfaat teoretis pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai strategi alternatif bagi guru di sekolah dalam
mengajarkan materi menulis narasi agar lebih mudah bagi siswa;
b.
bagi pihak-pihak yang
terkait dengan pengajaran bahasa Indonesia khususnya menulis, dapat dipakai
sebagai pengetahuan untuk kelayakan pengajaran bahasa yang akan datang.
2.
Manfaat
Praktis
Manfaat praktis pada
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan peneliti.
Manfaat praktis pada penelitian ini dipaparkan di bawah ini.
a.
Bagi Siswa
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya dalam keterampilan menulis paragraf narasi.
b.
Bagi Guru
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan inspirasi bahwa guru selalu dituntut
untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif, menyenangkan, dan
bermakna.
c.
Bagi Peneliti
Penelitian
ini digunakan atau dijadikan sebagai salah satu referensi penelitian yang
sejenis.
G.
Penegasan Istilah
Untuk menghindari
kesalahpahaman pengertian judul kajian ini, maka penulis merasa perlu menegaskan kembali istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian
ini, antara lain sebagai berikut ini.
1. Peningkatan adalah proses, cara,
perbuatan meningkat (usaha, kegiatan) (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
2002: 1198).
2. Keterampilan adalah kecakapan untuk
menyelesaikan tugas (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 1180).
3. Menulis adalah melahirkan pikiran
atau perasaan (seperti mengarang membuat surat) dengan tulisan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 1219).
Tarigan (2008: 22)
menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik itu.
4. Paragraf adalah satuan bahasa yang
biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat (Finoza, 2002: 14).
5. Narasi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang
suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2010: 136).
Narasi adalah bentuk
tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaiakn tindak-tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu (Nurudin, 2010: 71).
6. Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp (1995) dalam Sanjaya,
2007: 126).
7. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokkan/ tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, atau suku yang berbeda (Sanjaya, 2007: 242).
8. Media adalah alat (sarana)
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 726).
Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sudirman,
2010: 7).
9. Gambar adalah tiruan barang (orang,
binatang, tumbuhan, dsb) yang dibuat dengan coretan pensil dsb pada kertas dsb;
lukisan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 329).
10. Berseri adalah bersambungan
(rangkaian yang berturut-turut tentang suatu peristiwa, cerita, dsb)
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 1049).
11.
Kelas XI SMK Batik Sakti 2 Kebumen adalah
seluruh kelas XI di SMK Batik Sakti 2 Kebumen. Akan tetapi, dalam penelitian
ini penulis hanya mengambil siswa kelas XI Akuntansi B sebagai subjek
penelitian.
Berdasarkan penegasan istilah di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
upaya peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi dengan strategi
pembelajaran kooperatif media gambar berseri pada siswa kelas XI Akuntansi B
SMK Batik Sakti 2 Kebumen, yaitu proses dalam melahirkan pikiran atau perasaan
dengan tulisan dalam bentuk paragraf narasi dengan strategi pembelajaran
kooperatif media gambar berseri untuk dapat meningkatkan prestasi hasil belajar
siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Bab II berisi kajian secara komprehensif terhadap
penelitian atau kajian terdahulu yang relevan dengan topik yang akan diteliti,
yaitu tinjauan pustaka dan kajian teoretis.
A.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah
kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu sehingga diketahui perbedaan
yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang dilakukan. Penelitian
mengenai pembelajaran menulis sudah banyak dilakukan, antara lain yang
dilakukan oleh Supriyanto (2012) dengan judul
Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Dengan Pendekatan Kontekstual Teknik
Objek Langsung Siswa Kelas X MAN Kutowinangun Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian tersebut
memperoleh hasil bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan kontekstual teknik objek langsung dapat meningkatkan keterampilan
menulis deskripsi siswa. Keterampilan menulis paragraf deskripsi pada
prasiklus, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan nilai rata-rata
kelas sebesar 13,83%. Pada prasiklus nilai rata-rata kelas mencapai 59,74. Pada
siklus I terjadi peningkatan dari nilai rata-rata pratindakan sebesar 1,77 atau
3,15% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,45 dan pada siklus II mengalami
peningkatan dari nilai rata-rata siklus I sebesar 7,5 atau 1,46% dengan nilai
rata-rata 82,75. Untuk peningkatan pada prasiklus ke siklus II adalah 22,10
atau 4,55%.
Pada dasarnya penelitian yang
dilakukan oleh Supriyanto memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya
adalah tingkat pendidikan yang dijadikan objek
penelitian adalah sederajat yaitu SMK oleh penulis dan MAN oleh Supriyanto.
Selain itu media
yang digunakan sama-sama memanfaatkan indra penglihat
(mata) atau bisa
disebut media visual, namun dalam hal ini, media yang digunakan Supriyanto berupa teknik objek langsung sebagai media visualnya, sedangkan penulis
mengajak siswa untuk mengamati gambar berseri sebagai media visualnya. Selain
wujud media yang berbeda, perbedaan yang lain Supriyanto mengupayakan
peningkatan keterampilan menulis deskripsi, sedangkan penulis mengupayakan
peningkatan keterampilan menulis narasi. Selain itu lokasi penelitiannya juga
berbeda. Supriyanto melakukan penelitian di MAN Kutowinangun, sedangkan penulis
akan melakukan penelitian di SMK Batik Sakti 2 Kebumen.
Dyah Wachyuningsih (2011)
dengan judul Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas
VIII SMP 1 Klirong Kebumen Melalui Pembelajaran dengan Media Lagu Religius.
Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa pembelajaran menulis narasi dengan
media lagu religius dapat meningkatkan keterampilan menulis
narasi siswa. Keterampilan menulis awal siswa dengan rerata hasil tes 61, pada siklus I meningkat
menjadi 68 dan pada siklus II meningkat menjadi 74,08. Penilaian berdasarkan
lembar observasi menunjukkan bahwa sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran
pada pre-test cukup, pada siklus I
dan siklus II menjadi baik. Respon siswa terhadap guru pada pre-test cukup. Pada siklus I dan II
meningkat menjadi baik serta tidak berbicara sendiri. Keaktifan siswa dalam
bertanya pada pre-test masih kurang,
meningkat menjadi cukup pada siklus I dan menjadi baik pada siklus II.
Peningkatan produk tampak pada keterampilan siswa dalam menulis narasi.
Keterampilan siswa dalam menulis narasi pada pre-test masih kurang dan meningkat menjadi cukup pada siklus I dan
menjadi baik pada siklus II. Presepsi dan kesan siswa terhadap pembelajaran
menulis narasi menggunakan media lagu religius adalah siswa merasa lebih mudah
dalam menulis narasi.
Pada dasarnya penelitian
yang dilakukan oleh Wachyuningsih memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya adalah sama-sama meneliti
mengenai keterampilan menulis narasi. Sedangkan perbedaannya yaitu
terletak pada media, tingkat pendidikan, dan lokasi penelitian. Media yang
digunakan oleh Wachyuningsih adalah lagu religius (media audio), sedangkan media penulis adalah
gambar berseri (media visual). Tingkat pendidikan yang dijadikan objek
penelitian Wachyuningsih adalah SMP, sedangkan penulis adalah SMK. Lokasi penelitian Wachyuningsih adalah SMP
1 Klirong Kebumen, sedangkan penulis di SMK Batik
Sakti 2 Kebumen.
B.
Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan
penjabaran dari kerangka teoretis yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih
dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah
yang diteliti. Dalam kajian teoretis ini akan dijelaskan tentang hakikat
keterampilan menulis, hakikat narasi, hakikat strategi
pembelajaran kooperatif, hakikat media gambar berseri, dan pembelajaran menulis
paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
media gambar berseri.
1.
Hakikat Keterampilan Menulis
Hakikat keterampilan menulis mencakup pengertian menulis, manfaat menulis,
tujuan menulis, dan tujuan pembelajaran menulis.
a. Pengertian Menulis
Pada hakikatnya, menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata
(Tarigan, 2008: 3). Keterampilan menulis ini tidak diperoleh secara spontan
atau alamiah, tetapi melalui proses belajar (Sukirno,
2013: 10).
Keterampilan menulis
merupakan aspek penting dalam proses komunikasi. Kemajuan suatu bangsa dan
negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis pada bangsa
tersebut. Menulis merupakan suatu representatif bagian dari kesatuan-kesatuan
ekspresi bahasa.
Menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu (Tarigan, 2008:
22). Menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan
tulisan. Menulis juga berarti segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka
mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada orang lain
agar mudah dipahami (Nurudin, 2010: 4).
Dari pendapat-pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan
menuangkan gagasan, ide, atau pikiran ke dalam tulisan. Melalui menulis
tersebut segala pesan ataupun maksud dari penulis akan dapat dipahami oleh
pembaca.
b.
Manfaat Menulis
Pada prinsipnya manfaat
utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis
sangat penting bagi pendidikan, karena dapat membantu para pelajar berpikir
secara kritis. Selain itu juga dapat memudahkan kita dalam merasakan dan
menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau presepsi kita,
memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman
(Tarigan, 2008: 22).
Sukirno (2013:5)
mengemukakan bahwa menulis itu bermanfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat
menulis tersebut antara lain yaitu meningkatkan keterampilan mengungkapkan
sesuatu dengan bahasa yang tepat, meningkatkan kebiasaan pemakaian diksi atau
pilihan kata yang tepat, meningkatkan ketajaman keruntutan berpikir,
menghidupkan imajinasi atau citraan yang tepat. Selain itu, menulis juga
bermanfaat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan tertulis, sehingga
diketahui oleh orang lain, dapat bekerja sama dalam segala hal yang bermanfaat
bagi kehidupan yang berkualitas, dapat mengenal adat dan tata krama dalam
bermasyarakat.
Antara penulis dengan
penerima tulisan atau pembaca tidak bertatap muka secara langsung, tetapi
melalui perantara tulisan. Menulis dapat memudahkan para penulis untuk
mengungkapkan keruntutan berpikir, mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang
tepat dan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tertulis.
Orang yang menulis itu
selalu dituntut untuk terus belajar, karena dengan menulis ia akan mengetahui
berbagai informasi. Akibat dari itu, pengetahuannya menjadi luas. Menulis akan
membiasakan diri menjadi kreatif, inovatif dan peduli pada masalah-masalah
lingkungan.
c.
Tujuan Menulis
Maksud dari tujuan penulis (the writer’s intention) adalah responsi
atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca.
Berdasarkan batasan ini, dapat dikatakan bahwa: (1) tulisan yang bertujuan
untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif, (2) tulisan yang
bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif, (3) tulisan
yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan
estetik disebut tulisan literer, (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan
emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (Tarigan, 2008: 24).
Selain itu, ada juga pendapat dari Sukirno (2013: 4),
bahwa tujuan menulis yaitu memberikan informasi kepada orang
lain atau pembaca, menceritakan suatu
peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian, melukiskan tindak-tanduk
manusia dalam sebuah peristiwa yang menimbulkan daya khayal/ imajinasi
pembacanya, dan menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara
tersurat.
Agaknya perlu diperingatkan
di sini bahwa dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang
telah disebutkan di atas sering bertumpang tindih dan setiap orang mungkin saja
menambahkan tujuan-tujuan lain yang belum tercakup dalam daftar di atas.
d.
Tujuan Pembelajaran Menulis
Program pembelajaran menulis
pada dasarnya dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari
pembelajaran menulis yaitu:
1) mendorong siswa untuk
menulis dengan jujur dan bertanggung jawab, dalam kaitannya dengan penggunaan
bahasa secara berhati-hati, integritas, dan sensitif;
2) merangsang imajinasi dan
daya pikir atau intelek siswa;
3) menghasilkan tulisan atau
karangan yang bagus organisasinya, tepat, jelas, dan ekonomis penggunaan
bahasanya dalam membebaskan segala sesuatu yang terkandung dalam hati dan
pikiran.
2.
Hakikat Narasi
Hakikat narasi mencakup pengertian narasi, karakteristik narasi, dan unsur pembangun narasi.
a.
Pengertian Narasi
Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada
kesambung-sinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab-akibat.
Melalui narasi, seorang penulis memberitahu orang lain dengan sebuah cerita,
sebab narasi sering diartikan juga dengan cerita. Sebuah cerita adalah sebuah
penulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu, masalah, mencoba untuk
memecahkan masalah dan memberikan solusi masalah itu.
Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Namun
demikian, narasi yang ditulis juga bisa ditulis berdasarkan pengalaman pribadi
penulis, pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan
peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam
tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai
peristiwa yang diceritakan. Meskipun berdasarkan fakta, imajinasi penulis dalam
bercerita tetap terkesan kuat sekali.
Menurut Keraf (2010: 136), narasi adalah suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu
peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan menurut Nurudin (2010: 71),
narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan,
merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara
kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi
adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menggambarkan dan merangkaikan tindak-tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis.
b.
Karakteristik Narasi
Ciri-ciri dari sebuah narasi yang membedakan dengan karangan argumentasi,
persuasi, eksposisi, dan deskripsi yaitu narasi hanya menyampaikan suatu
kejadian atau peristiwa. Dengan demikian, maka tampak bahwa narasi
sulit dibedakan dengan jenis karangan yang lain. Unsur yang harus diperhatikan
dalam narasi yaitu unsur waktu. Dengan demikian, pengertian narasi mencakup dua
unsur dasar yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian
waktu.
Ciri lain pada narasi yaitu terletak pada cara membangun paragraf menjadi
kohesif. Agar hubungan antar kalimat terjalin secara erat, paragraf dalam prosa
naratif menggunakan kata penghubung tertentu. Kata penghubung atau konjungsi
yang sering digunakan yaitu konjungsi subordinatif.
Konjungsi tersebut menyatakan hubungan waktu, antara lain setelah, sesudah, sehabis, sejak, selesai,
ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, sehingga, dan sampai. Selain
menjadikan hubungan kalimat serasi, penggunaan konjungsi juga menjadikan
peristiwa bergerak dan mengalir secara dinamis (Alwi, 2003: 299).
c.
Unsur Pembangun Narasi
Unsur pembangun wacana narasi diantaranya adalah tema, alur, tokoh dan
penokohan, latar cerita, sudut pandang, dan amanat cerita.
1) Tema
Menurut Sukirno (2013: 90), tema adalah makna
cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita yang hendak diperjuangkan dalam
cerita. Tema berfungsi melayani perhatian total sang pengarang terhadap
pengalaman dan hubungannya dengan lingkungan yang dihadapi. Selain itu, menurut
Baribin (1985: 59), tema merupakan suatu
gagasan sentral yang menjadi dasar tolak penyusunan karangan dan sekaligus
menjadi sasaran dari karangan tersebut.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide cerita atau hal yang dibicarakan dalam sebuah karya sastra.
2) Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu
cerita (Aminuddin, 1991: 83). Selain itu, menurut Baribin (1985: 61),
alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun sebuah cerita.
3) Tokoh dan Penokohan
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang
mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin
suatu cerita disebut dengan tokoh, sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh
atau pelaku itu disebut dengan penokohan
(Aminuddin, 1991: 79). Tokoh menunjuk pada
orangnya atau pelaku cerita, sedangkan penokohan atau perwatakan menunjuk pada
sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih
menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2010: 165).
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam sebuah peristiwa agar terbentuk jalinan
suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh dalam
cerita.
4) Latar Cerita
Baribin (1985: 63-64) mengemukakan latar
atau landas tumpu adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk di dalam
latar ini adalah tempat atau ruang yang dapat diamati, seperti di kampus, di
sebuah kapal yang berlayar ke Hongkong, di kafetaria, di puskesmas, di dalam
penjara, di Paris, dan sebagainya. Termasuk di dalam unsur latar atau landas
tumpu ini adalah waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah.
Menurut Leo Hamalian dan Frederick R. Karel (dalam Nurgiyantoro, 2011: 68),
latar dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana,
serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa
suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya
hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu problema tertentu.
Selain itu menurut Sukirno (2013:
89), latar cerita yaitu terdiri atas latar tempat, latar waktu, latar situasi,
dan latar budaya.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu, situasi, budaya, dan suasana terjadinya peristiwa.
5) Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi diri pengarang dalam ceritanya atau dari mana
ia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Ada beberapa
macam sudut pandang, yaitu: (a) pengarang sebagai tokoh cerita, (b) pengarang
sebagai tokoh sampingan, (c) pengarang sebagai orang ketiga, (d) pemain sebagai
pemain narator (Baribin, 1985: 75-76).
Selain itu menurut Sukirno (2013:
89), sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang pada cerita yang
ditulisnya. Sudut pandang terdiri atas: (a) orang pertama (akuan
sertaan, pengarang sebagai pelaku utama); (b) orang ke-dua (akuan
tak sertaan, pengarang bukan sebagai pelaku utama); (c)
orang ke-tiga (diaan mahatahu, yaitu pengarang hanya sebagai pencerita,
mengetahui semua peristiwa yang terjadi; dan diaan terbatas, yaitu pengarang
hanya sebagai pencerita, namun pengarang memosisikan tidak serba tahu peristiwa
yang terjadi).
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah posisi diri pengarang dalam ceritanya,
apakah akuan atau diaan.
6) Amanat
Amanat adalah pesan moral pengarang yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembacanya agar di akhir cerita itu pembaca dapat memetik hikmah di
balik peristiwa itu. Karena itu, amanat sifatnya sederhana dan mudah ditangkap
pembaca (Sukirno, 2013: 90).
3.
Hakikat Strategi Pembelajaran Kooperatif
Hakikat strategi pembelajaran kooperatif mencakup pengertian strategi pembelajaran
kooperatif, dan prosedur pembelajaran
kooperatif.
a.
Pengertian Strategi Pembelajaran
Kooperatif (SPK)
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) merupakan strategi
pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan
para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995 dalam Sanjaya, 2007: 242) mengemukakan dua alasan, pertama, penggunaan
SPK dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Ke-dua, SPK dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.
Pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/ tim
kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh
penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif,
kemudian akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap anggota akan
saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok,
sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
kontribusi demi keberhasilan kelompok. (Sanjaya, 2007: 242-243). Ciri khas
dari SPK adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja
sama dalam kelompok (Sanjaya, 2007: 244).
b.
Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2007: 248), prosedur pembelajaran
kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yakni sebagai berikut ini.
1)
Penjelasan
Materi
Pada
tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus
dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran
kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat menggunakan berbagai media
pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.
2) Belajar dalam Kelompok
Setelah
guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok
materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya
masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat
heterogen, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, etnik,
maupun perbedaan kemampuan akademik.
3) Penilaian
Penilaian
dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik
secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan
memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan
informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan
keduanya dan dibagi dua.
4) Pengakuan Tim
Pengakuan
tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling
berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan
penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi
dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan
prestasi mereka.
4.
Hakikat Media Gambar Berseri
Hakikat media gambar berseri mencakup definisi media pembelajaran, dan definisi media gambar berseri.
a. Definisi Media Pembelajaran
Media merupakan kata jamak dari
“medium” yang berarti perantara atau pengantar. Rossi dan Breidle (1966 dalam
Sanjaya, 2007: 163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat
dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,
televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Selain itu, menurut Gerlach
(Sanjaya, 2007: 163), secara umum media itu meliputi orang sebagai sumber
belajar atau juga berupa kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Dari kedua pendapat di atas, dapat
disimpilkan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan, bahkan
kegiatan yang mampu menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Peranan media pembelajaran sangat
diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Katakanlan ketika guru ingin
memberikan informasi tentang kehidupan di dasar air, maka tidak mungkin
pengalaman tersebut diperoleh secara langsung oleh siswa. Guru dapat
menggunakan film, televisi, atau gambar untuk memberikan informasi yang lebih
baik kepada siswa. Melalui media pembelajaran, hal yang bersifat abstrak bisa
lebih menjadi konkret. Selain itu, melalui media pembelajaran juga dapat
menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
b.
Definisi Media Gambar Berseri
Pada hakikatnya, media gambar itu
terdapat di mana-mana, mudah diperoleh, dan ditunjukkan kepada anak-anak
(siswa). Media gambar berseri merupakan alat bantu proses belajar mengajar,
karena melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang
dibicarakan atau didiskusikan di dalam kelas. Di antara media pendidikan yang
ada, media gambar adalah media yang paling umum dipakai (Sadiman, 2010: 29).
Bila ditinjau dari pembuatannya,
gambar dapat dibedakan menjadi dua yaitu gambar fotografi dan gambar tangan,
sedangkan dari segi isinya, gambar berisikan suatu situasi yang mengandung
beberapa kegiatan yang kaitannya dengan orang, benda, dan peristiwa atau
kejadian-kejadian yang menyangkut masa lalu atau sekarang.
Gambar berseri disebut juga gambar susun.
Gambar-gambar yang disusun itu saling berhubungan sehingga membentuk rangkaian
cerita.
Beberapa kelebihan dari media gambar
adalah (1) sifatnya konkret, (2) dapat mengatasi ruang dan waktu, (3) dapat
mengatasi keterbatasan pengamatan kita, (4) dapat memperjelas suatu masalah,
(5) harga gambar murah dan gampang didapat serta digunakan (Sadiman, 2010: 29).
Selain memiliki kelebihan, media
gambar juga memiliki kelemahan, yaitu (1) gambar hanya menekankan presepsi
indra mata, (2) gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran, (3) ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar
(Sadiman, 2010: 31).
5.
Pembelajaran Menulis
Paragraf Narasi dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Media Gambar Berseri
Tujuan pembelajaran di salah satu pihak, menyarankan pada bentuk bentuk
atau kategori-kategori tertentu hasil belajar. Keluaran dari hasil belajar yang
antara lain berupa kemampuan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku tertentu,
di pihak lain pada hakikatnya merupakan realisasi perwujudan terhadap
pencapaian tujuan. Bagaimana wujud tingkah laku keluaran hasil belajar itu
adalah bergantung bagaimana tujuan pembelajaran yang dilakukan itu
(Nurgiyantoro, 2011: 54).
Tanpa adanya tujuan yang pasti, pelaksanaan kegiatan itu bagaikan akan menempuh
suatu perjalanan tanpa mempunyai arah. Tujuan akan memberikan pegangan yang
kuat bagi guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran untuk mengkreasikan
berbagai pengalaman belajar yang akan dibelajarkan kepada peserta didik. Bagi
peserta didik itu sendiri tujuan dapat memberikan informasi tentang apa yang
akan diharapkan dari kegiatan belajarnya atau tentang apa yang diharapkan dari
kegiatan belajarnya atau tentang apa yang harus dipelajari. Dalam silabus bahasa
Indonesia kelas XI SMK terdapat standar kompetensi
“berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat
madya”,
sedangkan kompetensi dasarnya yaitu “menulis wacana yang bercorak
naratif, deskriptif, ekspositoris, dan argumentatif”.
Pembelajaran menulis kreatif adalah prosedur atau tahap-tahap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dengan penekanan kondisi
belajar menulis untuk mencapai kompetensi dasar menulis yang ditentukan dengan
pembelajaran berpusat pada siswa dan pemanfaatan media belajar (Sukirno, 20013: 2). Strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri ini sebagai
strategi pembelajaran menulis kreatif dengan cara berkelompok dengan
memanfaatkan media berupa gambar-gambar.
Mengarang berarti menyusun atau merangkai. Mengarang juga dapat diartikan
sebagai suatu pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea dalam rangka
menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil
akhir berupa karangan. Mengarang dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk
berkomunikasi secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca.
Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah
peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu
(Nurudin, 2010: 71).
Gambar berseri disebut juga gambar
susun. Gambar-gambar yang disusun itu saling berhubungan sehingga membentuk rangkaian
cerita. Media gambar berseri merupakan media yang akan digunakan oleh penulis
untuk melakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis paragraf
narasi.
Strategi menulis paragraf narasi dengan pembelajaran kooperatif yang
memanfaatkan media gambar berseri merupakan strategi pembelajaran menulis yang diawali dari siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok, kemudian mengamati dan menyusun beberapa gambar yang masih tersusun
acak menjadi susunan gambar yang runtut secara kerja sama dengan anggota
kelompok, kemudian menentukan topik, tema, judul, dan kerangka karangan yang
sesuai dengan gambar yang sudah tersusun secara runtut dan kronologis. Setelah
itu, setiap siswa secara mandiri menulis paragraf narasi berdasarkan kerangka
karangan yang sudah dibuat. Penulis dalam kegiatan ini yaitu membantu dan
mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran menulis paragraf narasi. Peneliti juga membantu dan
mengarahkan siswa dalam menggunakan diksi, ejaan dan
tanda baca, kerapian penulisan, dan kohesi serta koherensi karangan dengan tujuan agar siswa dapat
maksimal dalam menulis paragraf narasi dan membentuk karakter siswa lebih
kreatif.
Agar hasil karangan siswa lebih baik dan runtut, perlu ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Menentukan Topik Karangan
Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Penetapan topik
sebelum mulai menggarap suatu tema merupakan suatu keahlian. Topik mana yang
akan dipergunakan dalam sebuah karangan agaknya bukan merupakan persoalan,
namun seringkali pula justru hal inilah yang menjadi beban yang tidak kecil
bagi mereka yang baru mulai menulis. Mereka sukar sekali menemukan topik mana
yang kiranya dapat dipergunakan untuk menyusun karangannya. Sebenarnya sumber-sumber
yang berada di sekitar kita menyediakan bahan-bahan yang berlimpah. Apa saja
yang menarik perhatian kita dapat dijadikan topik dalam karangan kita.
Syarat dari sebuah topik yaitu harus menarik perhatian penulis sendiri,
topik itu jangan terlalu baru, terlalu teknis atau kontroversial (Keraf, 2004: 126).
b. Menyusun Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis
besar dari suatu karangan yang akan digarap. Fungsi kerangka karangan yaitu
untuk menyusun karangan secara teratur, memudahkan penulis untuk menciptakan
klimaks yang berbeda-beda, menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali
atau lebih, dan memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu (Keraf, 2004:
149-150).
Sebuah kerangka karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan
pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Kerangka karangan
menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta memungkinkan seorang
penulis membedakan gagasan-gagasan utama dari gagasan-gagasan tambahan.
Kerangka karangan tidak hanya dapat berbentuk catatan-catatan sederhana, tetapi
dapat juga berbentuk mendetail, dan digarap dengan sangat cermat.
c. Mengembangkan Kerangka
Karangan
Pengembangan kerangka karangan adalah penyusunan atau perincian dari
gagasan-gagasan yang telah disusun dalam kerangka karangan. Supaya isi dan
bagian-bagian yang lain terjalin baik, harus direncanakan pula besarnya karangan
yang hendak dibuat.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada
bab III dipaparkan subjek penelitian, objek penelitian, populasi dan sampel,
variabel penelitian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, teknik
pengumpulan data, jenis data penelitian, sumber data, instrumen penelitian,
teknik analisis data, dan teknik penyajian data hasil analisis.
A.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti
(Arikunto, 2010: 188). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik
Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016.
B.
Objek Penelitian
Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2010: 161). Objek penelitian ini adalah
keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
C.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas atau PTK, yaitu
sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa.
PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipatif. Secara kolaboratif
artinya penulis tidak melakukan sendiri tetapi bekerja sama dengan guru
bahasa Indonesia. Partisipatif adalah secara bersama-sama dengan mitra peneliti
melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah (Arikunto, 2010:17).
Arikunto (2010: 130), mengemukakan bahwa Penelitian Tindak Kelas melalui
paparan gabungan tiga kata yaitu penelitian+tindakan+kelas. Penelitian adalah
kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu
hal yang menarik minat dan penting bagi penulis. Selanjutnya tindakan yaitu
suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam
penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa
yang dalam waktu yang sama menerima pembelajaran yang sama dari seorang guru.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Dalam penelitian
ini pelaksanaan kedua siklus tersebut yaitu, siklus I bertujuan mengetahui
keterampilan siswa menulis paragraf narasi. Siklus II bertujuan mengetahui
peningkatan keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi. Secara garis
besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas
(setiap siklus), yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (acting),
pengamatan (observasi), dan refleksi
(reflecting).
Berikut model penelitian masing-masing tahap (Arikunto, 2010: 13).
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
Siklus II
|
Refleksi
|
PTK berhasil atau
belum?
|
Pengamatan
|
Pengamatan
|
Refleksi
|
Pelaksanaan
|
Perencanaan
|
Siklus I
|
D.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdapat pada siklus I dan siklus
II yang dibagi menjadi empat yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum melakukan tindakan siklus I dan siklus II,
terlebih dahulu penulis melakukan prosedur tindakan awal atau prasiklus yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diterapkan pembelajaran
keterampilan menulis paragraf narasi dengan strategi
pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
a.
Prosedur Tindakan Awal/
Prasiklus
Tindakan awal dilakukan dengan pengamatan kelas,
pengisian angket oleh siswa, dan wawancara mendalam terhadap siswa. Hal
tersebut dilakukan
untuk mengetahui keadaan sebenarnya di dalam kelas, serta mengetahui bagaimana
pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas XI SMK Batik Sakti 2 Kebumen sebelum diterapkan pembelajaran keterampilan menulis
paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif
media gambar berseri. Dalam proses pengamatan
kelas, penulis menggunakan teknik tes dan nontes. Pengamatan melalui teknik
tes yaitu dengan memberikan soal tes uraian berupa soal tes menulis paragraf
narasi dengan tema liburan sekolah. Pengamatan melalui teknik nontes yaitu
dengan menggunakan lembar observasi, lembar jurnal, dan dokumentasi foto. Dari
sini dapat diketahui kesulitan yang dialami oleh para siswa, kemudian
didiskusikan dengan guru untuk menentukan langkah selanjutnya dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media
gambar berseri.
b.
Prosedur Tindakan Pada
Siklus I
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, setiap siklus harus melalui
empat tahapan. Dalam siklus ini ada empat tahap yang harus dilalui, yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
1) Perencanaan
Tahap perencanaan harus dilakukan dengan matang dan secermat mungkin,
agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: (a)
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (b) menyusun instrumen nontes
yang berupa lembar pengamatan, lembar jurnal, dan dokumentasi foto, (3)
menyiapkan instrumen tes yang berupa soal essay dan pedoman penilaian, (4) menyiapkan pengelompokkan siswa dalam kelas, (5) menyiapkan media gambar.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, dalam melaksanakan tindakan harus sesuai dengan apa yang
telah direncanakan atau disusun, yaitu mengenai langkah-langkah kegiatan dalam
pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dan instrumen yang digunakan
dalam pengumpulan data atau pengamatan.
Berikut langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan.
a) Guru memberikan penjelasan
tentang menulis paragraf narasi.
Guru menjelaskan gambaran umum tentang
pokok-pokok materi pelajaran, diantaranya pengertian menulis, tujuan
dan manfaat menulis, dan pengertian paragraf narasi. Pada kesempatan ini juga
dilakukan tanya jawab yang mengarah pada materi (diskusi).
b) Belajar dalam kelompok.
Setelah
guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok
materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya
masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat
heterogen, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, etnik,
maupun perbedaan kemampuan akademik.
c) Menyediakan media.
Media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional
di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Arsyad, 2011: 5).
Media yang
digunakan pada tindakan siklus I adalah media
gambar berseri. Gambar yang disajikan berjumlah dua. Kedua gambar tersebut sebenarnya
berkesinambungan, namun disajikan dalam keadaan acak. Sebelum menulis paragraf
narasi, siswa dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk mengamati gambar yang ditampilkan. Kemudian siswa bersama dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk menyusun
kedua gambar tersebut agar menjadi urut, kemudian menentukan topik karangan, tema karangan, judul karangan, dan menyusun kerangka karangan sesuai dengan yang ada pada gambar. Setelah itu siswa secara individu mengembangkan kerangka
karangan tersebut menjadi paragraf
narasi. Cara
menuliskan ceritanya harus menggunakan bahasa yang tepat, efektif, dan sesuai
dengan EYD, serta alur cerita yang runtut.
d) Guru mengarahkan siswa dalam
menyusun paragraf narasi, yaitu dalam penggunaan bahasa, ejaan dan tanda baca, dan alur agar ceritanya runtut dengan cara penulis langsung membimbing
sebagian siswa yang masih bingung dan belum mampu dalam menulis paragraf
narasi. Hal ini bertujuan agar siswa dapat maksimal dalam menulis paragraf
narasi dan membentuk karakter siswa lebih kreatif.
3) Pengamatan
Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan
cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2011: 93).
Pada tahap ini penulis mengamati pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf
narasi yang dilakukan oleh siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi setelah mengikuti pembelajaran
menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif media gambar berseri serta untuk mengetahui
perubahan perilaku belajar siswa selama proses pembelajaran. Pengamatan
dilakukan melalui data tes dan nontes. Data tes digunakan untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Pengamatan melalui data
nontes berupa lembar pengamatan, jurnal, dan dokumentasi foto saat proses
pembelajaran berlangsung.
4) Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah mengulas data secara
kritis, tertama yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tindakan
kelas, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri pendidik (Muslich,
2010: 92). Dari hasil pengamatan keterampilan siswa dalam menulis
paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri, pada tahap ini adalah
menyimpulkan
bagaimana keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi
pempelajaran kooperatif media gambar berseri. Data diperoleh dari lembar
penilaian yang telah disediakan. Dari hasil refleksi tersebut dapat diketahui
kemungkinan penyebab kesulitan siswa dalam menulis paragraf narasi.
c.
Prosedur Tindakan Pada
Siklus II
Tindakan siklus II ini merupakan usaha peningkatan keterampilan siswa
dalam menulis paragraf narasi. Hasil dari siklus I adalah dasar dalam
pelaksanaan siklus II. Siklus II juga melalui empat tahapan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada siklus II ini diharapkan
dapat memberikan hasil yang maksimal.
1) Perencanaan
Tahap perencanaan harus dilakukan dengan matang dan secermat mungkin,
agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: (a)
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (b) menyusun instrumen nontes
yang berupa lembar pengamatan, lembar jurnal, dan dokumentasi foto, (c)
menyiapkan instrumen tes yang berupa soal essay dan pedoman penilaian, (d)
menyiapkan media gambar.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini masih sama dengan siklus I, bedanya
terletak pada gambar yang digunakan. Pada siklus I hanya menggunakan dua gambar, sedangkan pada siklus II empat gambar.
Berikut langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan.
a) Guru dan siswa melakukan
tanya jawab tentang kesulitan menulis paragraf narasi pada pembelajaran
kemarin.
b) Guru menyediakan media gambar berseri dengan jumlah gambar yang berbeda
dari siklus I. Pada siklus II yaitu empat gambar yang sebenarnya berkesinambungan
lebih jelas, namun disajikan secara acak. Alasan penulis menambah jumlah gambar
adalah agar siswa bisa lebih mudah dalam menyusun dan memahami isi gambar. Sebelum menulis paragraf
narasi, siswa dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk mengamati gambar yang ditampilkan. Kemudian siswa bersama dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk
menyusun atau mengurutkan gambar agar menjadi gambar yang menampilkan cerita
yang runtut, menentukan
topik karangan, tema karangan, judul
karangan, dan menyusun
kerangka karangan sesuai dengan yang ada pada gambar. Setelah itu siswa secara individu mengembangkan kerangka
karangan tersebut menjadi paragraf
narasi. Cara
menuliskan ceritanya harus menggunakan bahasa yang tepat, efektif, dan sesuai
dengan EYD, serta alur cerita yang runtut.
c) Guru mengarahkan siswa dalam
menyusun paragraf narasi, yaitu dalam penggunaan bahasa, ejaan dan tanda baca, dan alur agar ceritanya runtut dengan cara penulis langsung membimbing
sebagian siswa yang masih bingung dan belum mampu dalam menulis paragraf
narasi. Hal ini bertujuan agar siswa dapat maksimal dalam menulis paragraf
narasi dan membentuk karakter siswa lebih kreatif.
3) Pengamatan
Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan
cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2011:93).
Pada siklus II, kegiatan yang dilakukan tidak jauh beda dengan siklus I.
Instrumen yang digunakan juga masih sama seperti pada siklus sebelumnya, yaitu
dilaksanakan melalui data tes dan nontes. Data tes digunakan untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Pengamatan melalui data
nontes berupa lembar pengamatan, jurnal, dan dokumentasi foto saat proses
pembelajaran berlangsung. Pada tahap siklus II ini, diharapkan ada peningkatan
dalam menulis paragraf narasi dan perilaku belajar siswa dalam menulis paragraf
narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif
media gambar berseri.
4) Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah mengulas data secara
kritis, terutama yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada
tindakan kelas, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri pendidik
(Muslich, 2010: 92).
Kegiatan refleksi siklus II tidak jauh berbeda dengan refleksi siklus I.
Setelah data dikumpulkan, kemudian dikaji dan dievaluasi agar mendapatkan
simpulan mengenai keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan
menggunakan strategi pempelajaran kooperatif media gambar berseri. Perbedaan siklus II dengan siklus I yaitu pada hasil
yang didapat pada akhir siklus.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui teknik tes dan
nontes. Pengumpulan data melalui teknik tes dilaksanakan dengan memberikan soal
tes berupa soal uraian. Pengumpulan data melalui teknik nontes dilaksanakan
dengan teknik observasi, jurnal, dan dokumentasi foto.
a.
Teknik Tes
Teknik pengumpulan data tes dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif media gambar berseri adalah melalui tes uraian atau essay. Tes essay adalah tes yang berupa pertanyaan dengan jawaban bebas, dan
siswa dapat leluasa mengungkapkan apa saja yang ada dalam pikirannya (Suparno,
2008: 61). Tes ini berupa soal tes individu dan kelompok dalam
kaitannya
menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Pada tes kelompok ini, siswa bersama dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk mengamati gambar
yang disajikan, kemudian menyusun atau mengurutkan gambar sehingga akan
menampilkan suatu cerita yang runtut, menentukan topik karangan, tema karangan, judul karangan, dan menyusun kerangka karangan sesuai dengan yang ada pada gambar. Sedangkan tes individunya yaitu siswa ditugaskan
untuk mengembangkan
kerangka karangan tersebut menjadi paragraf narasi. Dengan tes essay
tersebut siswa dapat mengekspresikan pikirannya untuk dituangkan ke dalam
bentuk tulisan. Tes ini dilakukan tiga kali yaitu pada prasiklus, siklus I, dan
siklus II. Teknik tes ini diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa
dalam menulis paragraf narasi sebelum dan setelah pembelajaran dengan strategi
pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
b.
Teknik Nontes
Teknik pengumpulan data nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa
observasi, jurnal, dan dokumentasi foto.
1) Observasi
Observasi adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti, dan sistematis
(Nurgiyantoro, 2011: 57). Teknik observasi dilakukan untuk mengetahui
perilaku siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan
oleh penulis dan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK Batik Sakti 2 Kebumen selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan
agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan guru dapat memperoleh
perbaikan dalam proses belajar mengajar.
2) Jurnal
Jurnal adalah bentuk catatan yang berisi tanggapan terhadap sesuatu yang
terjadi baik dari siswa maupun kejadian yang menonjol pada saat pembelajaran
(Nurgiyantoro, 2011:54). Jurnal dilakukan untuk mengetahui kesan dan pesan
siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Jurnal tersebut ditulis pada
selembar kertas. Jurnal tersebut merupakan refleksi diri atas segala hal yang
dirasakan selama proses pembelajaran berlangsung, setelah itu jurnal dikumpulkan
dan diserahkan pada penulis. Jurnal juga diberikan kepada guru pembimbing untuk
mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang disajikan guru (penulis).
3) Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto dijadikan sebagai dokumentasi peneliti. Dengan
dokumentasi foto, akan terlihat secara nyata bahwa benar ada sebuah tindakan
dalam pembelajaran. Foto yang dijadikan dokumentasi berupa aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Aktivitas tersebut yaitu ketika kegiatan awal
pembelajaran, ketika guru memberikan penjelasan materi, dan keadaan siswa saat
menyusun dan menulis paragraf narasi. Pengumpulan foto dilakukan ketika tes
awal, pelaksanaan siklus I, dan pelaksanaan siklus II.
F.
Jenis Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis paragraf narasi.
G.
Sumber Data
Arikunto (2010: 172) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data pada
penelitian ini diperoleh dari hasil tes dan nontes.
a. Hasil Tes
Data ini berupa nilai rata-rata siswa dalam mengerjakan tugas menulis
paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif media gambar berseri.
b. Hasil Nontes
Data ini berupa lembar pengamatan, catatan jurnal, dan dokumentasi foto
kegiatan pembelajaran menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar
berseri.
H.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan
sesuatu metode (Arikunto, 2010: 192). Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan bentuk instrumen tes dan nontes. Jenis instrumen tes yang
digunakan adalah tes tertulis dan jenis instrumen nontes adalah lembar
pengamatan, jurnal, dan dokumentasi.
a. Instrumen Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2010: 192). Instrumen tes dilaksanakan dengan memberikan tes
berbentuk soal uraian yang harus diselesaikan oleh siswa. Tes ini berupa soal tes individu dan kelompok dalam kaitannya menulis paragraf narasi dengan strategi
pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Pada
tes kelompok ini, siswa bersama dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk mengamati gambar yang disajikan, kemudian menyusun atau mengurutkan gambar
sehingga akan menampilkan suatu cerita yang runtut, menentukan topik karangan, tema karangan, judul karangan, dan menyusun kerangka karangan sesuai dengan yang ada pada gambar. Sedangkan tes individunya yaitu siswa ditugaskan
untuk mengembangkan
kerangka karangan tersebut menjadi paragraf narasi. Tes ini dilakukan tiga kali yaitu pada prasiklus,
siklus I, dan siklus II.
Skor
maksimal yang diperoleh dari hasil pembelajaran keterampilan menulis paragraf
narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif media gambar berseri, yaitu 100. Adapun rubrik penilaian yang dipakai untuk menilai
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
Tabel
1.
Kriteria Aspek Penilaian Tes
Keterampilan Menulis
Paragraf Narasi (Tes Individu)
No.
|
Aspek
yang Dinilai
|
Rentang
Nilai
|
Bobot
|
Nilai
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Diksi (pemilihan kata)
Ejaan dan tanda baca
Kerapian tulisan
Kohesi dan koherensi
Imajinasi
|
|
|
|
|
|
4
4
4
4
4
|
20
20
20
20
20
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
20
|
100
|
Tabel
2.
Kriteria Aspek Penilaian Tes
Keterampilan Menulis
(Tes Kelompok)
No.
|
Aspek
yang Dinilai
|
Rentang
Nilai
|
Bobot
|
Nilai
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1.
2.
3.
4.
|
Kesesuaian
topik karangan
dengan gambar
Kesesuaian
tema karangan dengan gambar
Kesesuaian judul karangan dengan
gambar
Kesesuaian
alur karangan
dengan gambar
|
|
|
|
|
|
5
5
5
5
|
25
25
25
25
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
20
|
100
|
b.
Instrumen Nontes
Instrumen nontes biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar
aspek psikomotor atau keterampilan, sikap atau nilai, yaitu untuk menggali
informasi atau mengumpulkan data yang berkaitan dengan penilaian, pendapat,
atau opini terhadap sesuatu yang berkaitan dengan perolehan keterampilan,
perilaku, sikap, atau nilai (B. Uno, 2007: 74). Instrumen penilaian yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri atas observasi, jurnal, dan dokumentasi
foto.
1) Observasi
Observasi adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti, dan sistematis
(Nurgiyantoro, 2011: 57). Observasi atau pengamatan dilakukan oleh penulis
kepada siswa, bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran
bahasa dan respon siswa terhadap pembelajaran bahasa.
Adapun aspek-aspek yang diamati sebagai berikut.
a) Keseriusan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi dengan strategi
pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
b) Kemampuan siswa bertanya
mengenai materi menulis paragraf narasi dengan strategi
pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
c) Antusias siswa selama proses
pembelajaran menulis paragraf narasi dengan strategi
pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
d) Keseriusan siswa saat
menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran
kooperatif media gambar berseri.
e) Antusias siswa saat menulis
paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif
media gambar berseri.
2) Jurnal
Jurnal adalah bentuk catatan yang berisi tanggapan terhadap sesuatu yang
terjadi baik dari siswa maupun kejadian yang menonjol pada saat pembelajaran
(Nurgiyantoro, 2011: 54). Penulis membuat jurnal untuk
mengetahui tingkat keberhasilan strategi dan media yang digunakan. Berdasarkan
jurnal yang disediakan, penulis dapat mengetahui hambatan-hambatan
yang dialami siswa selama proses pembelajaran dan pendapat siswa tentang
pelaksanaan proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan penulis.
Aspek yang terdapat dalam jurnal seperti berikut.
a) Pendapat siswa mengenai
kegiatan pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi yang dilaksanakan
pada hari itu.
b) Hal-hal yang disukai siswa
dari pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi yang telah dilaksanakan.
c) Kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi yang telah dilaksanakan.
d) Minat siswa terhadap menulis
paragraf narasi.
e) Pesan dan saran siswa
terhadap pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi.
3) Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto adalah pemberian atau pengumpulan bukti gambar dengan
disertai keterangan. Dokumentasi foto dijadikan sebagai dokumentasi penulis.
Dengan dokumentasi foto, akan terlihat secara nyata bahwa benar ada sebuah
tindakan dalam pembelajaran. Foto-foto yang diambil berupa kegiatan siswa saat
proses pembelajaran.
Kegiatan yang didokumentasikan, yaitu: (a) keadaan siswa pada awal
pembelajaran, (b) keadaan siswa pada saat guru memberikan penjelasan materi,
(c) keadaan siswa saat mengerjakan tes, baik individu maupun
kelompok, dan
(d) keadaan siswa pada saat membacakan hasil tulisannya di depan teman-temannya.
I.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono, 2011:244).
Dalam penelitian tindakan ini, penulis
menggunakan
teknik analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Tujuan
teknik analisis ini adalah untuk mengetahui secara terperinci cara memperoleh
data dan perkembangan hasil penelitian.
a.
Teknik Analisis Data
Kuantitatif
Teknik analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif
(Sugiyono, 2011: 333). Data kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka-angka atau banyak dituntut menggunakan angka (Arikunto, 2010: 27).
Analisis data dengan teknik kuantitatif pada penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif komparatif. Deskriptif berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau
menggambarkan sesuatu hal (Arikunto, 2010:3). Komparatif dalam bahasa Inggris comparation, yaitu perbandingan. Makna
dari kata tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, penulis
bermaksud mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah
kondisi tersebut sama atau berbeda, kalau ada perbedaan, kondisi di tempat mana
yang lebih baik (Arikunto, 2010: 6).
Analisis deskriptif komparatif pada penelitian ini yaitu dengan
membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan nilai tes
setelah siklus II. Berdasarkan perbandingan tersebut, penulis dapat mengetahui ada
tidaknya peningkatan aktivitas dan hasil belajar menulis paragraf narasi
siswa yang sedang diteliti.
b.
Teknik Analisis Data Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data
kualitatif (Sugiyono, 2010: 333). Data kualitatif adalah data yang diwujudkan
dalam kata keadaan atau kata sifat (Arikunto, 2010: 21).
Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari data nontes, yaitu lembar
observasi, lembar jurnal, dan dokumentasi foto. Data yang diperoleh dianalisis
secara kualitatif dengan memadukan serta secara menyeluruh. Analisis ini
bertujuan untuk mengungkapkan semua perilaku siswa selama pembelajaran dalam tindakan
awal (prasiklus), siklus I, dan siklus II. Melalui pendeskripsian ini, dapat
diketahui potret segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara lengkap.
J.
Teknik Penyajian Data Hasil
Analisis
Sudaryanto (1993:145) mengemukakan bahwa teknik
penyajian hasil analisis data ada dua macam yaitu bersifat informal dan
bersifat formal. Teknik penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata
biasa, walaupun dalam terminologi yang teknis sifatnya. Teknik penyajian formal
adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang.
Teknik
yang akan digunakan peneliti untuk menyajikan data hasil analisis adalah teknik
penyajian data hasil analisis secara informal, yaitu penyajian data hasil
analisis dengan perumusan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang sifatnya
teknis. Dalam hal ini, teknik ini digunakan untuk menyajikan dan menjelaskan
peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
1xbet korean betting【VIP】1xbet sportsbook app __99bet99
ReplyDelete1xbet korean betting【VIP】1xbet sportsbook app __99bet99.bet99 bet 100% free betting today,bet for all sports,bet9ja super bowl free 1xbet download bet 100% bonus