Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS XI


Bab I berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan istilah.

A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan satu-satunya cara yang dapat ditempuh oleh manusia dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. Melalui pendidikan, manusia akan terbentuk menjadi pribadi dan masyarakat yang terdidik dengan memiliki kecerdasan intelegensi, emosional, dan spiritual yang terbentuk dalam aktivitas yang terampil, kreatif dan inovatif. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan pendidikan yang berkualitas yaitu melalui perbaikan di berbagai sektor pendidikan, khususnya yang menyangkut kualitas pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, dimana hal tersebut secara tersirat sudah menjadi tujuan pendidikan itu sendiri. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan adalah dengan melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, termasuk SMA sederajat.
Adapun empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu: keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Keempat keterampilam tersebut pada dasarnya merupakan catur tunggal. Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Semua keterampilan berbahasa itu menyaratkan penguasaan berbagai kaidah baik gramatikal, konteks, fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata (Tarigan, 2008: 3).
Strickland (dalam Sukirno, 2013: 10) mengatakan, bahwa keterampilan menulis tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar. Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Melalui kegiatan menulis, siswa dapat mengomunikasikan gagasan, penghayatan, dan pengalamannya dalam bentuk tulisan. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Dikatakan sukar dan kompleks, karena banyak siswa yang tidak mampu menulis dengan baik, antara lain siswa tidak dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar, kurangnya kemampuan dalam pemilihan kata (diksi) yang digunakan siswa dalam keterampilan menulis paragraf narasi, kurangnya kemampuan penggunaan EYD dalam keterampilan menulis paragraf narasi, serta ketidakmampuan menentukan kapan mereka harus menulis dan apa yang menjadi ide pokok dalam penulisannya. Munculnya ketidakmampuan siswa menulis paragraf narasi dengan baik tersebut, salah satunya juga disebabkan guru kurang menggunakan strategi mengajar yang sifatnya kreatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar yang melibatkan aktivitas mental, fisik dan emosional siswa. Hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis paragraf narasi rendah.
Berangkat dari permasalahan tersebut, dengan melihat hasil pembelajaran yang masih kurang memuaskan terkait keterampilan menulis khususnya yaitu menulis paragraf narasi di kalangan siswa, peneliti mencoba untuk menerapkan ide yaitu menggunakan salah satu strategi dengan memanfaatkan suatu media yang mudah didapat, dapat dinikmati di mana-mana, dan menyenangkan untuk dapat dinikmati oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Penulis berharap, dengan menerapkan strategi yang memanfaatkan media ini dalam proses belajar mengajar, hasil yang akan diperoleh lebih optimal. Strategi  pembelajaran yang penulis gunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif. Strategi  ini berupa pembelajaran yang dilakukan dengan cara berkelompok. Sedangkan media yang digunakan adalah gambar berseri. Media gambar berseri merupakan suatu media visual yang berisi yakni urutan gambar, antara gambar yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan menyatakan suatu peristiwa. Media ini digunakan untuk merangsang daya pikir siswa agar mampu menuangkan ide, gagasan dalam bentuk tulisan narasi, kerumitan bahan yang akan disampaikan dapat diatasi dengan bantuan media.
Penerapan strategi kooperatif dengan memanfaatkan media gambar berseri ini sebagai langkah awal agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan kebosanan dalam mengikuti aktivitas pembelajaran. Selain itu siswa tidak merasa kesulitan untuk menemukan sebuah ide dalam menulis paragraf narasi.
Penelitian ini dilakukan di SMK Batik Sakti 2 Kebumen. Dipilihnya SMK Batik Sakti 2 Kebumen, karena keterampilan siswa dalam menulis paragraf masih kurang memuaskan. Penelitian ini dilakukan di kelas XI, karena menyesuaikan materi penelitian dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang cocok pada silabus.
Adapun wujud dari standar kompetensi yaitu berbunyi: berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madya, sedangkan wujud dari kompetensi dasarnya  yaitu menulis wacana yang bercorak naratif, deskriptif, ekspositoris, dan argumentatif.
B.  Identifikasi Masalah
Ada berbagai permasalahan yang perlu segera mendapat pemecahan dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi. Permasalahan tersebut antara lain minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis paragraf narasi masih rendah, siswa tidak dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar, pemilihan kata (diksi) yang digunakan siswa dalam keterampilan menulis paragraf narasi kurang baik, penggunaan EYD dalam keterampilan menulis paragraf narasi siswa kurang baik, dan guru kurang kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran menulis.
Keterampilan dalam menulis paragraf narasi yang masih rendah perlu segera ditingkatkan, salah satunya yaitu diciptakannya situasi pembelajaran yang menyenangkan oleh guru. Jika situasi pembelajaran menyenangkan, siswa akan termotivasi untuk berperan aktif di dalamnya. Oleh karena itu, guru perlu kreatif dalam memilih strategi dan media pembelajaran yang tepat, sehingga keterampilan yang diharapkan, dapat dimiliki siswa.
C.  Batasan Masalah
Pembatasan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang muncul dalam penelitian ini cukup bervariasi, sehingga tidak mungkin apabila diadakan penelitian yang mencakup kesemuanya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini masalah dibatasi pada peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri pada siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016.
D.  Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat diangkat permasalahan tentang upaya peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.    Bagaimana langkah-langkah pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri pada siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016?
2.    Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran kooperatif dengan media gambar berseri terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016?
3.    Bagaimanakah peningkatan prestasi keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016 setelah memperoleh pembelajaran menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri?
E.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah salah satu faktor utama yang mendorong penulis untuk melakukan suatu penelitian. Setiap kegiatan penelitian secara sadar pasti didasari oleh tujuan yang akan dicapai.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri pada siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016;
2.    mendeskripsikan seberapa besar pengaruh strategi pembelajaran kooperatif dengan media gambar berseri terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016;
3.    mendeskripsikan peningkatan prestasi keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016 setelah memperoleh pembelajaran menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
F.   Manfaat Penelitian
Penelitian kependidikan sangat bermanfaat bagi perkembangan sistem pendidikan maupun kepentingan praktis dan teoretis dalam menyelenggarakan pendidikan. Manfaat teoretis maupun praktis penelitian ini dipaparkan di bawah ini.
1.    Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai strategi alternatif bagi guru di sekolah dalam mengajarkan materi menulis narasi agar lebih mudah bagi siswa;
b.    bagi pihak-pihak yang terkait dengan pengajaran bahasa Indonesia khususnya menulis, dapat dipakai sebagai pengetahuan untuk kelayakan pengajaran bahasa yang akan datang.
2.    Manfaat Praktis
Manfaat praktis pada penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan peneliti. Manfaat praktis pada penelitian ini dipaparkan di bawah ini.
a.    Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam keterampilan menulis paragraf narasi.
b.    Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan inspirasi bahwa guru selalu dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif, menyenangkan, dan bermakna.
c.    Bagi Peneliti
Penelitian ini digunakan atau dijadikan sebagai salah satu referensi penelitian yang sejenis.
G.  Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul kajian ini, maka penulis merasa perlu menegaskan kembali istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, antara lain sebagai berikut ini.
1.    Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkat (usaha, kegiatan) (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 1198).
2.    Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 1180).
3.    Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang membuat surat) dengan tulisan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 1219).
Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
4.    Paragraf adalah satuan bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat (Finoza, 2002: 14).
5.    Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2010: 136).
Narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaiakn tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu (Nurudin, 2010: 71).
6.    Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp (1995) dalam Sanjaya, 2007: 126).
7.    Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/ tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (Sanjaya, 2007: 242).
8.    Media adalah alat (sarana) (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 726).
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sudirman, 2010: 7).
9.    Gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dsb) yang dibuat dengan coretan pensil dsb pada kertas dsb; lukisan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 329).
10.    Berseri adalah bersambungan (rangkaian yang berturut-turut tentang suatu peristiwa, cerita, dsb) (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 1049).
11.    Kelas XI SMK Batik Sakti 2 Kebumen adalah seluruh kelas XI di SMK Batik Sakti 2 Kebumen. Akan tetapi, dalam penelitian ini penulis hanya mengambil siswa kelas XI Akuntansi B sebagai subjek penelitian.
Berdasarkan penegasan istilah di atas, dapat penulis simpulkan bahwa upaya peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri pada siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen, yaitu proses dalam melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan dalam bentuk paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri untuk dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Bab II berisi kajian secara komprehensif terhadap penelitian atau kajian terdahulu yang relevan dengan topik yang akan diteliti, yaitu tinjauan pustaka dan kajian teoretis.
A.  Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang dilakukan. Penelitian mengenai pembelajaran menulis sudah banyak dilakukan, antara lain yang dilakukan oleh Supriyanto (2012) dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Dengan Pendekatan Kontekstual Teknik Objek Langsung Siswa Kelas X MAN Kutowinangun Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan kontekstual  teknik objek langsung dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa. Keterampilan menulis paragraf deskripsi pada prasiklus, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 13,83%. Pada prasiklus nilai rata-rata kelas mencapai 59,74. Pada siklus I terjadi peningkatan dari nilai rata-rata pratindakan sebesar 1,77 atau 3,15% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,45 dan pada siklus II mengalami peningkatan dari nilai rata-rata siklus I sebesar 7,5 atau 1,46% dengan nilai rata-rata 82,75. Untuk peningkatan pada prasiklus ke siklus II adalah 22,10 atau 4,55%.
Pada dasarnya penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya adalah tingkat pendidikan yang dijadikan objek penelitian adalah sederajat yaitu SMK oleh penulis dan MAN oleh Supriyanto. Selain itu media yang digunakan sama-sama memanfaatkan indra penglihat (mata) atau bisa disebut media visual, namun dalam hal ini,  media yang digunakan Supriyanto  berupa  teknik objek langsung sebagai media visualnya, sedangkan penulis mengajak siswa untuk mengamati gambar berseri sebagai media visualnya. Selain wujud media yang berbeda, perbedaan yang lain Supriyanto mengupayakan peningkatan keterampilan menulis deskripsi, sedangkan penulis mengupayakan peningkatan keterampilan menulis narasi. Selain itu lokasi penelitiannya juga berbeda. Supriyanto melakukan penelitian di MAN Kutowinangun, sedangkan penulis akan melakukan penelitian di SMK Batik Sakti 2 Kebumen.
Dyah Wachyuningsih (2011) dengan judul Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas VIII SMP 1 Klirong Kebumen Melalui Pembelajaran dengan Media Lagu Religius. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa pembelajaran menulis narasi dengan media lagu religius dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. Keterampilan menulis awal siswa dengan rerata hasil tes 61, pada siklus I meningkat menjadi 68 dan pada siklus II meningkat menjadi 74,08. Penilaian berdasarkan lembar observasi menunjukkan bahwa sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran pada pre-test cukup, pada siklus I dan siklus II menjadi baik. Respon siswa terhadap guru pada pre-test cukup. Pada siklus I dan II meningkat menjadi baik serta tidak berbicara sendiri. Keaktifan siswa dalam bertanya pada pre-test masih kurang, meningkat menjadi cukup pada siklus I dan menjadi baik pada siklus II. Peningkatan produk tampak pada keterampilan siswa dalam menulis narasi. Keterampilan siswa dalam menulis narasi pada pre-test masih kurang dan meningkat menjadi cukup pada siklus I dan menjadi baik pada siklus II. Presepsi dan kesan siswa terhadap pembelajaran menulis narasi menggunakan media lagu religius adalah siswa merasa lebih mudah dalam menulis narasi.
Pada dasarnya penelitian yang dilakukan oleh Wachyuningsih memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya adalah sama-sama meneliti mengenai keterampilan menulis narasi. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada media, tingkat pendidikan, dan lokasi penelitian. Media yang digunakan oleh Wachyuningsih adalah lagu religius (media audio), sedangkan media penulis adalah gambar berseri (media visual). Tingkat pendidikan yang dijadikan objek penelitian Wachyuningsih adalah SMP, sedangkan penulis adalah SMK. Lokasi penelitian Wachyuningsih adalah SMP 1 Klirong Kebumen, sedangkan penulis di SMK Batik Sakti 2 Kebumen.
B.  Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan penjabaran dari kerangka teoretis yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Dalam kajian teoretis ini akan dijelaskan tentang hakikat keterampilan menulis, hakikat narasi, hakikat strategi pembelajaran kooperatif, hakikat media gambar berseri, dan pembelajaran menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
1.    Hakikat Keterampilan Menulis
Hakikat keterampilan menulis mencakup pengertian menulis, manfaat menulis, tujuan menulis, dan tujuan pembelajaran menulis.
a.    Pengertian Menulis
Pada hakikatnya, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata (Tarigan, 2008: 3). Keterampilan menulis ini tidak diperoleh secara spontan atau alamiah, tetapi melalui proses belajar (Sukirno, 2013: 10).
Keterampilan menulis merupakan aspek penting dalam proses komunikasi. Kemajuan suatu bangsa dan negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis pada bangsa tersebut. Menulis merupakan suatu representatif bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu (Tarigan, 2008: 22). Menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Menulis juga berarti segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami (Nurudin, 2010: 4).
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan gagasan, ide, atau pikiran ke dalam tulisan. Melalui menulis tersebut segala pesan ataupun maksud dari penulis akan dapat dipahami oleh pembaca.
b.   Manfaat Menulis
Pada prinsipnya manfaat utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan, karena dapat membantu para pelajar berpikir secara kritis. Selain itu juga dapat memudahkan kita dalam merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau presepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman (Tarigan, 2008: 22).
Sukirno (2013:5) mengemukakan bahwa menulis itu bermanfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat menulis tersebut antara lain yaitu meningkatkan keterampilan mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang tepat, meningkatkan kebiasaan pemakaian diksi atau pilihan kata yang tepat, meningkatkan ketajaman keruntutan berpikir, menghidupkan imajinasi atau citraan yang tepat. Selain itu, menulis juga bermanfaat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan tertulis, sehingga diketahui oleh orang lain, dapat bekerja sama dalam segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan yang berkualitas, dapat mengenal adat dan tata krama dalam bermasyarakat.
Antara penulis dengan penerima tulisan atau pembaca tidak bertatap muka secara langsung, tetapi melalui perantara tulisan. Menulis dapat memudahkan para penulis untuk mengungkapkan keruntutan berpikir, mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang tepat dan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tertulis.
Orang yang menulis itu selalu dituntut untuk terus belajar, karena dengan menulis ia akan mengetahui berbagai informasi. Akibat dari itu, pengetahuannya menjadi luas. Menulis akan membiasakan diri menjadi kreatif, inovatif dan peduli pada masalah-masalah lingkungan.
c.    Tujuan Menulis
Maksud dari tujuan penulis (the writer’s intention) adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini, dapat dikatakan bahwa: (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif, (2) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif, (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer, (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (Tarigan, 2008: 24).
Selain itu, ada juga pendapat dari Sukirno (2013: 4), bahwa  tujuan menulis yaitu memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca, menceritakan  suatu peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian, melukiskan tindak-tanduk manusia dalam sebuah peristiwa yang menimbulkan daya khayal/ imajinasi pembacanya, dan menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara tersurat.
Agaknya perlu diperingatkan di sini bahwa dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas sering bertumpang tindih dan setiap orang mungkin saja menambahkan tujuan-tujuan lain yang belum tercakup dalam daftar di atas.
d.   Tujuan Pembelajaran Menulis
Program pembelajaran menulis pada dasarnya dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari pembelajaran menulis yaitu:
1)      mendorong siswa untuk menulis dengan jujur dan bertanggung jawab, dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara berhati-hati, integritas, dan sensitif;
2)      merangsang imajinasi dan daya pikir atau intelek siswa;
3)      menghasilkan tulisan atau karangan yang bagus organisasinya, tepat, jelas, dan ekonomis penggunaan bahasanya dalam membebaskan segala sesuatu yang terkandung dalam hati dan pikiran.
2.    Hakikat Narasi
Hakikat narasi mencakup pengertian narasi, karakteristik narasi, dan unsur pembangun narasi.
a.    Pengertian Narasi
Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesambung-sinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab-akibat. Melalui narasi, seorang penulis memberitahu orang lain dengan sebuah cerita, sebab narasi sering diartikan juga dengan cerita. Sebuah cerita adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu, masalah, mencoba untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi masalah itu.
Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Namun demikian, narasi yang ditulis juga bisa ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai peristiwa yang diceritakan. Meskipun berdasarkan fakta, imajinasi penulis dalam bercerita tetap terkesan kuat sekali.
Menurut Keraf (2010: 136), narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan menurut Nurudin (2010: 71), narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menggambarkan dan merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis.

b.   Karakteristik Narasi
Ciri-ciri dari sebuah narasi yang membedakan dengan karangan argumentasi, persuasi, eksposisi, dan deskripsi yaitu narasi hanya menyampaikan suatu kejadian atau peristiwa. Dengan demikian, maka tampak bahwa narasi sulit dibedakan dengan jenis karangan yang lain. Unsur yang harus diperhatikan dalam narasi yaitu unsur waktu. Dengan demikian, pengertian narasi mencakup dua unsur dasar yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
Ciri lain pada narasi yaitu terletak pada cara membangun paragraf menjadi kohesif. Agar hubungan antar kalimat terjalin secara erat, paragraf dalam prosa naratif menggunakan kata penghubung tertentu. Kata penghubung atau konjungsi yang sering digunakan yaitu konjungsi subordinatif.
Konjungsi tersebut menyatakan hubungan waktu, antara lain setelah, sesudah, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, sehingga, dan sampai. Selain menjadikan hubungan kalimat serasi, penggunaan konjungsi juga menjadikan peristiwa bergerak dan mengalir secara dinamis (Alwi, 2003: 299).
c.    Unsur Pembangun Narasi
Unsur pembangun wacana narasi diantaranya adalah tema, alur, tokoh dan penokohan, latar cerita, sudut pandang, dan amanat cerita.
1)   Tema
Menurut Sukirno (2013: 90), tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita yang hendak diperjuangkan dalam cerita. Tema berfungsi melayani perhatian total sang pengarang terhadap pengalaman dan hubungannya dengan lingkungan yang dihadapi. Selain itu, menurut Baribin (1985: 59), tema merupakan suatu gagasan sentral yang menjadi dasar tolak penyusunan karangan dan sekaligus menjadi sasaran dari karangan tersebut.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide cerita atau hal yang dibicarakan dalam sebuah karya sastra.
2)   Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 1991: 83). Selain itu, menurut Baribin (1985: 61), alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun sebuah cerita.
3)   Tokoh dan Penokohan
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh, sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan  (Aminuddin, 1991: 79). Tokoh menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita, sedangkan penokohan atau perwatakan menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2010: 165).
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam sebuah peristiwa agar terbentuk jalinan suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh dalam cerita.
4)   Latar Cerita
Baribin (1985: 63-64) mengemukakan latar atau landas tumpu adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk di dalam latar ini adalah tempat atau ruang yang dapat diamati, seperti di kampus, di sebuah kapal yang berlayar ke Hongkong, di kafetaria, di puskesmas, di dalam penjara, di Paris, dan sebagainya. Termasuk di dalam unsur latar atau landas tumpu ini adalah waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah.
Menurut Leo Hamalian dan Frederick R. Karel (dalam Nurgiyantoro, 2011: 68), latar dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana, serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu problema tertentu.
Selain itu menurut Sukirno (2013: 89), latar cerita yaitu terdiri atas latar tempat, latar waktu, latar situasi, dan latar budaya.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu, situasi, budaya, dan suasana terjadinya peristiwa.
5)   Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi diri pengarang dalam ceritanya atau dari mana ia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Ada beberapa macam sudut pandang, yaitu: (a) pengarang sebagai tokoh cerita, (b) pengarang sebagai tokoh sampingan, (c) pengarang sebagai orang ketiga, (d) pemain sebagai pemain narator (Baribin, 1985: 75-76).
Selain itu menurut Sukirno (2013: 89), sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang pada cerita yang ditulisnya. Sudut pandang terdiri atas: (a) orang pertama (akuan sertaan, pengarang sebagai pelaku utama); (b) orang ke-dua (akuan tak sertaan, pengarang bukan sebagai pelaku utama); (c) orang ke-tiga (diaan mahatahu, yaitu pengarang hanya sebagai pencerita, mengetahui semua peristiwa yang terjadi; dan diaan terbatas, yaitu pengarang hanya sebagai pencerita, namun pengarang memosisikan tidak serba tahu peristiwa yang terjadi).
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah posisi diri pengarang dalam ceritanya, apakah akuan atau diaan.
6)   Amanat
Amanat adalah pesan moral pengarang yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya agar di akhir cerita itu pembaca dapat memetik hikmah di balik peristiwa itu. Karena itu, amanat sifatnya sederhana dan mudah ditangkap pembaca (Sukirno, 2013: 90).
3.    Hakikat Strategi Pembelajaran Kooperatif
Hakikat strategi pembelajaran kooperatif mencakup pengertian strategi pembelajaran kooperatif, dan prosedur pembelajaran kooperatif.
a.    Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995 dalam Sanjaya, 2007: 242) mengemukakan dua alasan, pertama, penggunaan SPK dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Ke-dua, SPK dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/ tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif, kemudian akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap anggota akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. (Sanjaya, 2007: 242-243). Ciri khas dari SPK adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok (Sanjaya, 2007: 244).
b.   Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2007: 248), prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yakni sebagai berikut ini.
1)   Penjelasan Materi
Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.
2)   Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, etnik, maupun perbedaan kemampuan akademik.
3)   Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua.

4)   Pengakuan Tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.
4.    Hakikat Media Gambar Berseri
Hakikat media gambar berseri mencakup definisi media pembelajaran, dan definisi media gambar berseri.
a.    Definisi Media Pembelajaran
Media merupakan kata jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar. Rossi dan Breidle (1966 dalam Sanjaya, 2007: 163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Selain itu, menurut Gerlach (Sanjaya, 2007: 163), secara umum media itu meliputi orang sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpilkan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan, bahkan kegiatan yang mampu menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Katakanlan ketika guru ingin memberikan informasi tentang kehidupan di dasar air, maka tidak mungkin pengalaman tersebut diperoleh secara langsung oleh siswa. Guru dapat menggunakan film, televisi, atau gambar untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada siswa. Melalui media pembelajaran, hal yang bersifat abstrak bisa lebih menjadi konkret. Selain itu, melalui media pembelajaran juga dapat menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
b.   Definisi Media Gambar Berseri
Pada hakikatnya, media gambar itu terdapat di mana-mana, mudah diperoleh, dan ditunjukkan kepada anak-anak (siswa). Media gambar berseri merupakan alat bantu proses belajar mengajar, karena melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan di dalam kelas. Di antara media pendidikan yang ada, media gambar adalah media yang paling umum dipakai (Sadiman, 2010: 29).
Bila ditinjau dari pembuatannya, gambar dapat dibedakan menjadi dua yaitu gambar fotografi dan gambar tangan, sedangkan dari segi isinya, gambar berisikan suatu situasi yang mengandung beberapa kegiatan yang kaitannya dengan orang, benda, dan peristiwa atau kejadian-kejadian yang menyangkut masa lalu atau sekarang.
Gambar berseri disebut juga gambar susun. Gambar-gambar yang disusun itu saling berhubungan sehingga membentuk rangkaian cerita.
Beberapa kelebihan dari media gambar adalah (1) sifatnya konkret, (2) dapat mengatasi ruang dan waktu, (3) dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, (4) dapat memperjelas suatu masalah, (5) harga gambar murah dan gampang didapat serta digunakan (Sadiman, 2010: 29).
Selain memiliki kelebihan, media gambar juga memiliki kelemahan, yaitu (1) gambar hanya menekankan presepsi indra mata, (2) gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, (3) ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar (Sadiman, 2010: 31).


5.    Pembelajaran Menulis Paragraf Narasi dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Media Gambar Berseri
Tujuan pembelajaran di salah satu pihak, menyarankan pada bentuk bentuk atau kategori-kategori tertentu hasil belajar. Keluaran dari hasil belajar yang antara lain berupa kemampuan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku tertentu, di pihak lain pada hakikatnya merupakan realisasi perwujudan terhadap pencapaian tujuan. Bagaimana wujud tingkah laku keluaran hasil belajar itu adalah bergantung bagaimana tujuan pembelajaran yang dilakukan itu (Nurgiyantoro, 2011: 54).
Tanpa adanya tujuan yang pasti, pelaksanaan kegiatan itu bagaikan akan menempuh suatu perjalanan tanpa mempunyai arah. Tujuan akan memberikan pegangan yang kuat bagi guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran untuk mengkreasikan berbagai pengalaman belajar yang akan dibelajarkan kepada peserta didik. Bagi peserta didik itu sendiri tujuan dapat memberikan informasi tentang apa yang akan diharapkan dari kegiatan belajarnya atau tentang apa yang diharapkan dari kegiatan belajarnya atau tentang apa yang harus dipelajari. Dalam silabus bahasa Indonesia kelas XI SMK terdapat standar kompetensi “berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat madya”, sedangkan kompetensi dasarnya yaitu “menulis wacana yang bercorak naratif, deskriptif, ekspositoris, dan argumentatif”.
Pembelajaran menulis kreatif adalah prosedur atau tahap-tahap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dengan penekanan kondisi belajar menulis untuk mencapai kompetensi dasar menulis yang ditentukan dengan pembelajaran berpusat pada siswa dan pemanfaatan media belajar (Sukirno, 20013: 2). Strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri ini sebagai strategi pembelajaran menulis kreatif dengan cara berkelompok dengan memanfaatkan media berupa gambar-gambar.
Mengarang berarti menyusun atau merangkai. Mengarang juga dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea dalam rangka menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan. Mengarang dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca.
Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Nurudin, 2010: 71).
Gambar berseri disebut juga gambar susun. Gambar-gambar yang disusun itu saling berhubungan sehingga membentuk rangkaian cerita. Media gambar berseri merupakan media yang akan digunakan oleh penulis untuk melakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi.
Strategi menulis paragraf narasi dengan pembelajaran kooperatif yang memanfaatkan media gambar berseri merupakan strategi pembelajaran menulis yang diawali dari siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian mengamati dan menyusun beberapa gambar yang masih tersusun acak menjadi susunan gambar yang runtut secara kerja sama dengan anggota kelompok, kemudian menentukan topik, tema, judul, dan kerangka karangan yang sesuai dengan gambar yang sudah tersusun secara runtut dan kronologis. Setelah itu, setiap siswa secara mandiri menulis paragraf narasi berdasarkan kerangka karangan yang sudah dibuat. Penulis dalam kegiatan ini yaitu membantu dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran menulis paragraf narasi. Peneliti juga membantu dan mengarahkan siswa dalam menggunakan diksi, ejaan dan tanda baca, kerapian penulisan, dan kohesi serta koherensi karangan dengan tujuan agar siswa dapat maksimal dalam menulis paragraf narasi dan membentuk karakter siswa lebih kreatif.
Agar hasil karangan siswa lebih baik dan runtut, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.


a.    Menentukan Topik Karangan
Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Penetapan topik sebelum mulai menggarap suatu tema merupakan suatu keahlian. Topik mana yang akan dipergunakan dalam sebuah karangan agaknya bukan merupakan persoalan, namun seringkali pula justru hal inilah yang menjadi beban yang tidak kecil bagi mereka yang baru mulai menulis. Mereka sukar sekali menemukan topik mana yang kiranya dapat dipergunakan untuk menyusun karangannya. Sebenarnya sumber-sumber yang berada di sekitar kita menyediakan bahan-bahan yang berlimpah. Apa saja yang menarik perhatian kita dapat dijadikan topik dalam karangan kita.
Syarat dari sebuah topik yaitu harus menarik perhatian penulis sendiri, topik itu jangan terlalu baru, terlalu teknis atau kontroversial  (Keraf, 2004: 126).
b.    Menyusun Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap. Fungsi kerangka karangan yaitu untuk menyusun karangan secara teratur, memudahkan penulis untuk menciptakan klimaks yang berbeda-beda, menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih, dan memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu (Keraf, 2004: 149-150).
Sebuah kerangka karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan-gagasan utama dari gagasan-gagasan tambahan. Kerangka karangan tidak hanya dapat berbentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk mendetail, dan digarap dengan sangat cermat.
c.    Mengembangkan Kerangka Karangan
Pengembangan kerangka karangan adalah penyusunan atau perincian dari gagasan-gagasan yang telah disusun dalam kerangka karangan. Supaya isi dan bagian-bagian yang lain terjalin baik, harus direncanakan pula besarnya karangan yang hendak dibuat.





























BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab III dipaparkan subjek penelitian, objek penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, jenis data penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian data hasil analisis.
A.  Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti (Arikunto, 2010: 188). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi B SMK Batik Sakti 2 Kebumen Tahun Ajaran 2015/2016.
B.  Objek Penelitian
Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 161). Objek penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
C.  Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas atau PTK, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipatif. Secara kolaboratif artinya penulis tidak melakukan sendiri tetapi bekerja sama dengan guru bahasa Indonesia. Partisipatif adalah secara bersama-sama dengan mitra peneliti melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah (Arikunto, 2010:17).
Arikunto (2010: 130), mengemukakan bahwa Penelitian Tindak Kelas melalui paparan gabungan tiga kata yaitu penelitian+tindakan+kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi penulis. Selanjutnya tindakan yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pembelajaran yang sama dari seorang guru.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Dalam penelitian ini pelaksanaan kedua siklus tersebut yaitu, siklus I bertujuan mengetahui keterampilan siswa menulis paragraf narasi. Siklus II bertujuan mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas (setiap siklus), yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflecting).
Berikut model penelitian masing-masing tahap (Arikunto, 2010: 13).
Perencanaan
Pelaksanaan
Siklus II

Refleksi
PTK berhasil atau belum?
Pengamatan
Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan
Siklus I
 

















D.  Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdapat pada siklus I dan siklus II yang dibagi menjadi empat yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum melakukan tindakan siklus I dan siklus II, terlebih dahulu penulis melakukan prosedur tindakan awal atau prasiklus yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diterapkan pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
a.    Prosedur Tindakan Awal/ Prasiklus
Tindakan awal dilakukan dengan pengamatan kelas, pengisian angket oleh siswa, dan wawancara mendalam terhadap siswa. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui keadaan sebenarnya di dalam kelas, serta mengetahui bagaimana pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi siswa kelas XI SMK Batik Sakti 2 Kebumen sebelum diterapkan pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Dalam proses pengamatan kelas, penulis menggunakan teknik tes dan nontes. Pengamatan melalui teknik tes yaitu dengan memberikan soal tes uraian berupa soal tes menulis paragraf narasi dengan tema liburan sekolah. Pengamatan melalui teknik nontes yaitu dengan menggunakan lembar observasi, lembar jurnal, dan dokumentasi foto. Dari sini dapat diketahui kesulitan yang dialami oleh para siswa, kemudian didiskusikan dengan guru untuk menentukan langkah selanjutnya dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
b.   Prosedur Tindakan Pada Siklus I
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, setiap siklus harus melalui empat tahapan. Dalam siklus ini ada empat tahap yang harus dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
1)   Perencanaan
Tahap perencanaan harus dilakukan dengan matang dan secermat mungkin, agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: (a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (b) menyusun instrumen nontes yang berupa lembar pengamatan, lembar jurnal, dan dokumentasi foto, (3) menyiapkan instrumen tes yang berupa soal essay dan pedoman penilaian, (4) menyiapkan pengelompokkan siswa dalam kelas, (5) menyiapkan media gambar.
2)   Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, dalam melaksanakan tindakan harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan atau disusun, yaitu mengenai langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data atau pengamatan.
Berikut langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan.
a)    Guru memberikan penjelasan tentang menulis paragraf narasi.
Guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, diantaranya pengertian menulis, tujuan dan manfaat menulis, dan pengertian paragraf narasi. Pada kesempatan ini juga dilakukan tanya jawab yang mengarah pada materi (diskusi).
b)   Belajar dalam kelompok.
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, etnik, maupun perbedaan kemampuan akademik.
c)    Menyediakan media.
Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Arsyad, 2011: 5).
Media yang digunakan pada tindakan siklus I adalah media gambar berseri. Gambar yang disajikan berjumlah dua. Kedua gambar tersebut sebenarnya berkesinambungan, namun disajikan dalam keadaan acak. Sebelum menulis paragraf narasi, siswa dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk mengamati gambar yang ditampilkan. Kemudian siswa bersama dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk menyusun kedua gambar tersebut agar menjadi urut, kemudian menentukan topik karangan, tema karangan, judul karangan, dan menyusun kerangka karangan sesuai dengan yang ada pada gambar. Setelah itu siswa secara individu mengembangkan kerangka karangan tersebut menjadi paragraf narasi. Cara menuliskan ceritanya harus menggunakan bahasa yang tepat, efektif, dan sesuai dengan EYD, serta alur cerita yang runtut.
d)   Guru mengarahkan siswa dalam menyusun paragraf narasi, yaitu dalam penggunaan bahasa, ejaan dan tanda baca, dan alur agar ceritanya runtut dengan cara penulis langsung membimbing sebagian siswa yang masih bingung dan belum mampu dalam menulis paragraf narasi. Hal ini bertujuan agar siswa dapat maksimal dalam menulis paragraf narasi dan membentuk karakter siswa lebih kreatif.
3)   Pengamatan
Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2011: 93). Pada tahap ini penulis mengamati pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf narasi yang dilakukan oleh siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi setelah mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri serta untuk mengetahui perubahan perilaku belajar siswa selama proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan melalui data tes dan nontes. Data tes digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Pengamatan melalui data nontes berupa lembar pengamatan, jurnal, dan dokumentasi foto saat proses pembelajaran berlangsung.
4)   Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah mengulas data secara kritis, tertama yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tindakan kelas, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri pendidik (Muslich, 2010: 92). Dari hasil pengamatan keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri, pada tahap ini adalah menyimpulkan bagaimana keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pempelajaran kooperatif media gambar berseri. Data diperoleh dari lembar penilaian yang telah disediakan. Dari hasil refleksi tersebut dapat diketahui kemungkinan penyebab kesulitan siswa dalam menulis paragraf narasi.
c.    Prosedur Tindakan Pada Siklus II
Tindakan siklus II ini merupakan usaha peningkatan keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi. Hasil dari siklus I adalah dasar dalam pelaksanaan siklus II. Siklus II juga melalui empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada siklus II ini diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal.
1)   Perencanaan
Tahap perencanaan harus dilakukan dengan matang dan secermat mungkin, agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: (a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (b) menyusun instrumen nontes yang berupa lembar pengamatan, lembar jurnal, dan dokumentasi foto, (c) menyiapkan instrumen tes yang berupa soal essay dan pedoman penilaian, (d) menyiapkan media gambar.



2)   Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini masih sama dengan siklus I, bedanya terletak pada gambar yang digunakan. Pada siklus I hanya menggunakan dua gambar, sedangkan pada siklus II empat gambar.
Berikut langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan.
a)    Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang kesulitan menulis paragraf narasi pada pembelajaran kemarin.
b)   Guru menyediakan media gambar berseri dengan jumlah gambar yang berbeda dari siklus I. Pada siklus II yaitu empat gambar yang sebenarnya berkesinambungan lebih jelas, namun disajikan secara acak. Alasan penulis menambah jumlah gambar adalah agar siswa bisa lebih mudah dalam menyusun dan memahami isi gambar. Sebelum menulis paragraf narasi, siswa dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk mengamati gambar yang ditampilkan. Kemudian siswa bersama dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk menyusun atau mengurutkan gambar agar menjadi gambar yang menampilkan cerita yang runtut, menentukan topik karangan, tema karangan, judul karangan, dan menyusun kerangka karangan sesuai dengan yang ada pada gambar. Setelah itu siswa secara individu mengembangkan kerangka karangan tersebut menjadi paragraf narasi. Cara menuliskan ceritanya harus menggunakan bahasa yang tepat, efektif, dan sesuai dengan EYD, serta alur cerita yang runtut.
c)    Guru mengarahkan siswa dalam menyusun paragraf narasi, yaitu dalam penggunaan bahasa, ejaan dan tanda baca, dan alur agar ceritanya runtut dengan cara penulis langsung membimbing sebagian siswa yang masih bingung dan belum mampu dalam menulis paragraf narasi. Hal ini bertujuan agar siswa dapat maksimal dalam menulis paragraf narasi dan membentuk karakter siswa lebih kreatif.
3)   Pengamatan
Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2011:93). Pada siklus II, kegiatan yang dilakukan tidak jauh beda dengan siklus I. Instrumen yang digunakan juga masih sama seperti pada siklus sebelumnya, yaitu dilaksanakan melalui data tes dan nontes. Data tes digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Pengamatan melalui data nontes berupa lembar pengamatan, jurnal, dan dokumentasi foto saat proses pembelajaran berlangsung. Pada tahap siklus II ini, diharapkan ada peningkatan dalam menulis paragraf narasi dan perilaku belajar siswa dalam menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
4)   Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah mengulas data secara kritis, terutama yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tindakan kelas, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri pendidik (Muslich, 2010: 92).
Kegiatan refleksi siklus II tidak jauh berbeda dengan refleksi siklus I. Setelah data dikumpulkan, kemudian dikaji dan dievaluasi agar mendapatkan simpulan mengenai keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pempelajaran kooperatif media gambar berseri. Perbedaan siklus II dengan siklus I yaitu pada hasil yang didapat pada akhir siklus.
E.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui teknik tes dan nontes. Pengumpulan data melalui teknik tes dilaksanakan dengan memberikan soal tes berupa soal uraian. Pengumpulan data melalui teknik nontes dilaksanakan dengan teknik observasi, jurnal, dan dokumentasi foto.
a.    Teknik Tes
Teknik pengumpulan data tes dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri  adalah melalui tes uraian atau essay. Tes essay adalah tes yang berupa pertanyaan dengan jawaban bebas, dan siswa dapat leluasa mengungkapkan apa saja yang ada dalam pikirannya (Suparno, 2008: 61). Tes ini berupa soal tes individu dan kelompok dalam kaitannya menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Pada tes kelompok ini, siswa bersama dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk mengamati gambar yang disajikan, kemudian menyusun atau mengurutkan gambar sehingga akan menampilkan suatu cerita yang runtut, menentukan topik karangan, tema karangan, judul karangan, dan menyusun kerangka karangan sesuai dengan yang ada pada gambar. Sedangkan tes individunya yaitu siswa ditugaskan untuk mengembangkan kerangka karangan tersebut menjadi paragraf narasi. Dengan tes essay tersebut siswa dapat mengekspresikan pikirannya untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Tes ini dilakukan tiga kali yaitu pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. Teknik tes ini diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi sebelum dan setelah pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
b.   Teknik Nontes
Teknik pengumpulan data nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, jurnal, dan dokumentasi foto.
1)   Observasi
Observasi adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti, dan sistematis (Nurgiyantoro, 2011: 57). Teknik observasi dilakukan untuk mengetahui perilaku siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh penulis dan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK Batik Sakti 2 Kebumen selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan guru dapat memperoleh perbaikan dalam proses belajar mengajar.


2)   Jurnal
Jurnal adalah bentuk catatan yang berisi tanggapan terhadap sesuatu yang terjadi baik dari siswa maupun kejadian yang menonjol pada saat pembelajaran (Nurgiyantoro, 2011:54). Jurnal dilakukan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Jurnal tersebut ditulis pada selembar kertas. Jurnal tersebut merupakan refleksi diri atas segala hal yang dirasakan selama proses pembelajaran berlangsung, setelah itu jurnal dikumpulkan dan diserahkan pada penulis. Jurnal juga diberikan kepada guru pembimbing untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang disajikan guru (penulis).
3)   Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto dijadikan sebagai dokumentasi peneliti. Dengan dokumentasi foto, akan terlihat secara nyata bahwa benar ada sebuah tindakan dalam pembelajaran. Foto yang dijadikan dokumentasi berupa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Aktivitas tersebut yaitu ketika kegiatan awal pembelajaran, ketika guru memberikan penjelasan materi, dan keadaan siswa saat menyusun dan menulis paragraf narasi. Pengumpulan foto dilakukan ketika tes awal, pelaksanaan siklus I, dan pelaksanaan siklus II.
F.   Jenis Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis paragraf narasi.
G.  Sumber Data
Arikunto (2010: 172) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari hasil tes dan nontes.
a.    Hasil Tes
Data ini berupa nilai rata-rata siswa dalam mengerjakan tugas menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
b.    Hasil Nontes
Data ini berupa lembar pengamatan, catatan jurnal, dan dokumentasi foto kegiatan pembelajaran menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
H.  Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (Arikunto, 2010: 192). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk instrumen tes dan nontes. Jenis instrumen tes yang digunakan adalah tes tertulis dan jenis instrumen nontes adalah lembar pengamatan, jurnal, dan dokumentasi.
a.    Instrumen Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 192). Instrumen tes dilaksanakan dengan memberikan tes berbentuk soal uraian yang harus diselesaikan oleh siswa. Tes ini berupa soal tes individu dan kelompok dalam kaitannya menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri. Pada tes kelompok ini, siswa bersama dengan anggota kelompoknya ditugaskan untuk mengamati gambar yang disajikan, kemudian menyusun atau mengurutkan gambar sehingga akan menampilkan suatu cerita yang runtut, menentukan topik karangan, tema karangan, judul karangan, dan menyusun kerangka karangan sesuai dengan yang ada pada gambar. Sedangkan tes individunya yaitu siswa ditugaskan untuk mengembangkan kerangka karangan tersebut menjadi paragraf narasi. Tes ini dilakukan tiga kali yaitu pada prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Skor maksimal yang diperoleh dari hasil pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri, yaitu 100. Adapun rubrik penilaian yang dipakai untuk menilai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
Tabel 1.
Kriteria Aspek Penilaian Tes Keterampilan Menulis
Paragraf Narasi (Tes Individu)
No.
Aspek yang Dinilai

Rentang Nilai
Bobot
Nilai

1
2
3
4
5
1.
2.
3.
4.
5.
Diksi (pemilihan kata)
Ejaan dan tanda baca
Kerapian tulisan
Kohesi dan koherensi
Imajinasi





4
4
4
4
4
20
20
20
20
20

Jumlah





20
100

Tabel 2.
Kriteria Aspek Penilaian Tes Keterampilan Menulis
(Tes Kelompok)
No.
Aspek yang Dinilai

Rentang Nilai
Bobot
Nilai

1
2
3
4
5
1.

2.

3.

4.
Kesesuaian topik karangan dengan gambar
Kesesuaian tema karangan dengan gambar
Kesesuaian judul karangan dengan gambar
Kesesuaian alur karangan dengan gambar





5

5

5

5
25

25

25

25

Jumlah





20
100
b.   Instrumen Nontes
Instrumen nontes biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar aspek psikomotor atau keterampilan, sikap atau nilai, yaitu untuk menggali informasi atau mengumpulkan data yang berkaitan dengan penilaian, pendapat, atau opini terhadap sesuatu yang berkaitan dengan perolehan keterampilan, perilaku, sikap, atau nilai (B. Uno, 2007: 74). Instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas observasi, jurnal, dan dokumentasi foto.
1)   Observasi
Observasi adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti, dan sistematis (Nurgiyantoro, 2011: 57). Observasi atau pengamatan dilakukan oleh penulis kepada siswa, bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa dan respon siswa terhadap pembelajaran bahasa.
Adapun aspek-aspek yang diamati sebagai berikut.
a)    Keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
b)   Kemampuan siswa bertanya mengenai materi menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
c)    Antusias siswa selama proses pembelajaran menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
d)   Keseriusan siswa saat menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
e)    Antusias siswa saat menulis paragraf narasi dengan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.
2)   Jurnal
Jurnal adalah bentuk catatan yang berisi tanggapan terhadap sesuatu yang terjadi baik dari siswa maupun kejadian yang menonjol pada saat pembelajaran (Nurgiyantoro, 2011: 54). Penulis membuat jurnal untuk mengetahui tingkat keberhasilan strategi dan media yang digunakan. Berdasarkan jurnal yang disediakan, penulis dapat mengetahui hambatan-hambatan yang dialami siswa selama proses pembelajaran dan pendapat siswa tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan penulis.

Aspek yang terdapat dalam jurnal seperti berikut.
a)    Pendapat siswa mengenai kegiatan pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi yang dilaksanakan pada hari itu.
b)   Hal-hal yang disukai siswa dari pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi yang telah dilaksanakan.
c)    Kesulitan dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi yang telah dilaksanakan.
d)   Minat siswa terhadap menulis paragraf narasi.
e)    Pesan dan saran siswa terhadap pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi.
3)   Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto adalah pemberian atau pengumpulan bukti gambar dengan disertai keterangan. Dokumentasi foto dijadikan sebagai dokumentasi penulis. Dengan dokumentasi foto, akan terlihat secara nyata bahwa benar ada sebuah tindakan dalam pembelajaran. Foto-foto yang diambil berupa kegiatan siswa saat proses pembelajaran.
Kegiatan yang didokumentasikan, yaitu: (a) keadaan siswa pada awal pembelajaran, (b) keadaan siswa pada saat guru memberikan penjelasan materi, (c) keadaan siswa saat mengerjakan tes, baik individu maupun kelompok, dan (d) keadaan siswa pada saat membacakan hasil tulisannya di depan teman-temannya.
I.     Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011:244).
Dalam penelitian tindakan ini, penulis menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Tujuan teknik analisis ini adalah untuk mengetahui secara terperinci cara memperoleh data dan perkembangan hasil penelitian.
a.    Teknik Analisis Data Kuantitatif
Teknik analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif (Sugiyono, 2011: 333). Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka atau banyak dituntut menggunakan angka (Arikunto, 2010: 27).
Analisis data dengan teknik kuantitatif pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif. Deskriptif berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal (Arikunto, 2010:3). Komparatif dalam bahasa Inggris comparation, yaitu perbandingan. Makna dari kata tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, penulis bermaksud mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah kondisi tersebut sama atau berbeda, kalau ada perbedaan, kondisi di tempat mana yang lebih baik (Arikunto, 2010: 6).
Analisis deskriptif komparatif pada penelitian ini yaitu dengan membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan nilai tes setelah siklus II. Berdasarkan perbandingan tersebut, penulis dapat mengetahui ada tidaknya peningkatan aktivitas dan hasil belajar menulis paragraf narasi siswa yang sedang diteliti.
b.    Teknik Analisis Data Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif (Sugiyono, 2010: 333). Data kualitatif adalah data yang diwujudkan dalam kata keadaan atau kata sifat (Arikunto, 2010: 21).
Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari data nontes, yaitu lembar observasi, lembar jurnal, dan dokumentasi foto. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan memadukan serta secara menyeluruh. Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan semua perilaku siswa selama pembelajaran dalam tindakan awal (prasiklus), siklus I, dan siklus II. Melalui pendeskripsian ini, dapat diketahui potret segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara lengkap.
J.    Teknik Penyajian Data Hasil Analisis
Sudaryanto (1993:145) mengemukakan bahwa teknik penyajian hasil analisis data ada dua macam yaitu bersifat informal dan bersifat formal. Teknik penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dalam terminologi yang teknis sifatnya. Teknik penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang.
Teknik yang akan digunakan peneliti untuk menyajikan data hasil analisis adalah teknik penyajian data hasil analisis secara informal, yaitu penyajian data hasil analisis dengan perumusan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang sifatnya teknis. Dalam hal ini, teknik ini digunakan untuk menyajikan dan menjelaskan peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif media gambar berseri.

1 comment for "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS XI "

  1. 1xbet korean betting【VIP】1xbet sportsbook app __99bet99
    1xbet korean betting【VIP】1xbet sportsbook app __99bet99.bet99 bet 100% free betting today,bet for all sports,bet9ja super bowl free 1xbet download bet 100% bonus

    ReplyDelete