Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ANALISIS KARANGAN BERDASARKAN POLA PENYUSUNAN KERANGKA DAN KARAKTERISTIK KERANGKANYA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam membuat ataupun menganalisa sebuah karangan kita harus mengetahui, memperhatikan dan memahami dahulu tentang pola-pola penyusunan dan kerangka-kerangka dari setiap jenis karangannya. Kerangka karangan tersebut nantinya akan membantu kita untuk mengetahui apakah karangan itu  termasuk karangan ilmiah, semi ilmiah, atau non-ilmiah. Kedua hal tersebut di atas akan  mempermudah kita dalam menyusun karangan secara baik dan benar, serta mempermudah kita dalam melakukan penganalisaan terhadap suatu karangan.


B.       Rumusan Masalah
1.      Apa saja pola penyusunan kerangka karangan?
2.      Bagaimana kerangka karangan ilmiah, semi ilmiah, dan non-ilmiah?
3.      Analisis sebuah karangan berdasarkan pola penyusunan kerangka dan karakteristik kerangkanya!

C.      Tujuan Penulisan Makalah
1.         Mahasiswa calon guru diharapkan mampu memahami pola penyusunan kerangka karangan.
2.         Mahasiswa calon guru diharapkan mampu memahami kerangka karangan ilmiah, semi ilmiah, dan non-ilmiah.
3.         Mahasiswa calon guru diharapkan mampu menganalisis sebuah karangan berdasarkan pola penyusunan kerangka dan karakteristik kerangkanya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Pola penyusunan kerangka karangan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis.
        1.     Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (urutan kronologis), urutan berdasarkan ruang (urutan spasial), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada.
a.    Urutan Waktu (kronologis)
Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Yang paling mudah dalam urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya.
Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering dipergunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi.
b.    Urutan Ruang (Spasial)
Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat. Urutan ini terutama digunakan dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif.
c.    Topik yang ada
Maksudnya yaitu sesuai dengan urutan bagian-bagian dari hal barang yang hendak diuraikan. Misalnya: laporan keuangan terdiri atas pemasukan dari pengeluaran, sebuah organisasi terdiri atas bagian-bagian yang perlu dijelaskan tanpa melihat mana yang lebih penting.
        2.     Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu dituang dalam suatu susunan atau urutan logis. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Macam-macam urutan logis yang dikenal:
a.    Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini di sebut klimaks.
Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian-bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat-tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian.
Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya.
b.    Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya. Sebaliknya, bila suatu masalah dianggap sebagai akibat, yang dilandaskan dengan perincian-perincian yang berusaha mencari sebab-sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat-sebab.
c.    Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai suatu peristiwa atau persoalan, dan akhirnya alternative-alternative untuk jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut.
Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar-benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi. Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab-sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak.
d.    Urutan Umum-Khusus
Urutan umum-khusus terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus, atau dari khusus ke umum. Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama-tama memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok-kelompok khusus atau kecil. Urutan khusus-umum merupakan kebalikan dari urutan di atas.Penulis mulai uraiannya mengenai hal-hal yang khusus kemudian meningkat kepada hal-hal yang umum yang mencakup hal-hal yang khusus tadi, atau mulai membicarakan individu-individu kemudian kelompok-kelompok.
e.    Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal atau belum dikenal. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya diterapkan dengan mempergunakan analogi.


f.     Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.

Suatu hal yang perlu ditegaskan di sini sebelum melangkah kepada persoalan yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan. Konsistensi harus terletak dalam tingkatan serta satuan yang sama. Misalnya bila pada topik-topik utama telah dipergunakan urutan waktu (kronologis), maka pengarang harus menjaga agar hanya topik-topik yang mengandung urutan waktu saja yang dapat disajikan dalam topik utamanya. Satuan-satuan topik bawahan dapat mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.

B.  Kerangka Karangan Ilmiah, Semi Ilmiah atau Ilmiah Populer, dan Non-Ilmiah
1.    Kerangka Karangan Ilmiah
Karangan Ilmiah dalah laporan tertulis dan diterbitkan, yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ciri karangan ilmiah yaitu:
a.    Objektif
Fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi.
b.    Netral
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
c.    Sistematis
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya.
d.    Logis
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
e.    Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan)
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
f.     Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).
g.    Bahasa yang digunakan adalah formal

Ada berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Kerangka karangan ilmiah terdiri dari:
a.    Judul
b.    Lembar Pengesahan
c.    Abstrak/Ringkasan
d.    Kata Pengantar
e.    Daftar Isi
f.     Daftar Tabel
g.    Daftar Gambar
h.    Daftar Lampiran
i.      Daftar Istilah dan atau Daftar Singkatan (kalau ada)
j.      BAB I Pendahuluan (latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran)
k.    BAB II Tinjauan Pustaka
l.      BAB III Bahan dan Metode Penelitian (bentuk penelitian, subjek penelitian, ukuran sampel, definisi operasional, variabel penelitian, prosedur penelitian, cara pemeriksaan/pengukuran, analisis data, tempat dan waktu penelitian, jadwal penelitian, alur penelitian)
m.  BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
n.    BAB V Kesimpulan dan Saran
o.    Daftar Pustaka
p.    Lampiran
2.    Kerangka Karangan Semi Ilmiah
Karangan Semi Ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semi formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Bentuk karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku.
Ciri karangan semi ilmiah:
a.    ditulis berdasarkan fakta pribadi
b.    fakta yang disimpulkan subyektif
c.    gaya bahasa formal dan popular
d.    mementingkan diri penulis
e.    melebihkan-lebihkan sesuatu
f.     usulan-usulan bersifat argumentatif
g.    bersifat persuasif
Kerangka karangan semi ilmiah yaitu penulisannya tidak menggunakan struktur penulisan seformal karya ilmiah, di mana terdapat BAB pembuka, BAB penutup, latar belakang serta kerangka teori. Penulisan semi ilmiah juga bisa digunakan dalam penulisan cerita fiksi, karena pada dasarnya opini-opini atau argumen sementara dapat diterima dalam penulisan semi ilmiah selama menggunakan bahasa formal atau sopan dan dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya.
3.    Kerangka Karangan Non-Ilmiah
Karangan non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Karangan non-ilmiah tidak memiliki kerangka khusus seperti kerangka ilmiah. Bentuk karangan non-ilmiah antara lain yaitu dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.
Ciri Karangan Non-Ilmiah
a.    ditulis berdasarkan fakta pribadi
b.    fakta yang disimpulkan subyektif
c.    gaya bahasa konotatif dan populer
d.    tidak memuat hipotesis
e.    penyajian dibarengi dengan sejarah
f.     bersifat imajinatif
g.    situasi didramatisir
h.    bersifat persuasif
i.      tanpa dukungan bukti

C.  Analisis Sebuah Karangan
Contoh sebuah karangan:
Kurang lebih dua bulan lagi Ke­menterian Pendidikan Nasional akan menyelenggarakan hajat besar. Yakni menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) untuk SMP-SMA. Meskipun kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun, akan tetapi dalam proses selalu menimbulkan kontroversi. Polemik yang sering muncul dalam setiap kali pelaksanaan UN adalah adanya jual beli kunci jawaban. Banyak sekali spekulan yang menjual jawaban yang tidak benar, korbannya tentu orang tua dan siswa yang berpikiran pendek. Selain itu, praktik kerja sama dan menyontek juga masih sering dilakukan siswa supaya bisa lulus ujian. Semua itu menjadi catatan buruk bagi Kemendiknas dalam penyelenggarakan UN. Hal itu juga sering diperparah dengan adanya intervensi dari pihak terkait, terutama sekolah yang menginginkan siswanya lulus 100% dengan cara membuka soal terlebih dahulu kemudian dikerjakan guru dan jawabannya disebarkan kepada anak didik. Kecurangan semacam itu masih sering mewarnai pelaksanaan UN tiap tahun. Alasan yang digunakan karena malu jika ada anak didik sekolah yang bersangkutan tidak lulus.
Maraknya praktik mafia dalam UN sangat memprihatinkan. Seharusnya UN dilaksanakan dengan cara-cara yang jujur, bukan dengan cara-cara yang curang. Apalagi kecurangan sangat bertentangan dengan ruh pendidikan yang mengajarkan pentingnya nilai kejujuran.
Modifikasi Soal
Langkah Kemendiknas dengan menambah jumlah paket soal yang semula dua paket menjadi lima paket patut diapresiasi. Dengan lima paket soal yang berbeda, tentu akan mengurangi praktik jual beli jawaban UN serta meminimalkan peluang kerja sama dan aksi menyontek siswa ketika ujian berlangsung. Bukan hanya itu, dengan modifikasi soal ujian, akan memperkecil intervensi dari berbagai pihak. Yang terpenting saat ini harus ada sosialisasi kepada seluruh Dinas Pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta sekolah dengan adanya sistem baru yang akan diterapkan, terutama dalam hal paket soal. Tujuannya agar siswa yang ikut UN juga mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi soal-soal yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Meskipun ada pro dan kontra dalam sistem baru UN, itu adalah wajar. Jika sistem ini berhasil dan bisa menekan kecurangan dalam pelaksanaan UN, tentu akan lebih baik, dengan harapan kualitas pendidikan semakin meningkat.
                                           Oleh: Fauzul Andim, guru di SLB Negeri Ungaran
                                           (http://fauzulabimanyuandimblora.blogspot.com/)

Berdasarkan karangan tersebut di atas, yang berjudul “Setop Kecurangan UN”, dapat dianalisis bahwa, kerangka dari karangan tersebut yaitu:
Topik               : Ujian Nasional
Tujuan             : Untuk mengetahui pelaksanaan Ujian Nasional
Tema               : Kecurangan Ujian Nasional
Judul               : Setop Kecurangan
I.                    Pelaksanaan Ujian Nasional
II.                 Kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional
A.  Bentuk Kecurangan
B.  Pelaku Kecurangan
C.  Korban Kecurangan
D.  Alasan Kecurangan
III.              Langkah baru pelaksanaan Ujian Nasional
A. Modifikasi soal ujian
B.  Pelaku yang terlibat dalam modifikasi
C.  Tujuan adanya modifikasi
Berdasarkan kerangka tersebut, karangan tersebut termasuk jenis karangan yang semi ilmiah, karena penulisannya tidak menggunakan struktur penulisan seformal karangan ilmiah, di mana terdapat BAB pembuka (latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penulisan), dan BAB penutup (kesimpulan dan saran).  Di kerangka karangan tersebut hanya ada bagian-bagian atau poin-poin atau pokok-pokok bahasan, yang nantinya akan diuraikan menjadi sebuah karangan. Dikatakan Semi Ilmiah, juga karena karangan tersebut menyajikan fakta yang bersifat subyektif, artinya karangan tersebut bersifat fakta tetapi menurut pengarang semata, atau dengan kata lain, tidak semua pembaca mengatakan kalau karangan tersebut adalah fakta. Selain itu juga karena bahasa yang digunakan dalam karangan tersebut di atas adalah bahasa formal atau sopan yang dapat dimengerti atau dipahami serta dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya.
Karangan tersebut adalah termasuk bentuk artikel. Disebut sebagai artikel karena karangan tersebut disusun secara lengkap dengan panjang tertentu, yang dibuat untuk dipublikasikan melalui media sosial (internet) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan bersifat persuasif. Fakta yang dapat meyakinkan yaitu: Polemik yang sering muncul dalam setiap kali pelaksanaan UN adalah adanya jual beli kunci jawaban. Banyak sekali spekulan yang menjual jawaban yang tidak benar, korbannya tentu orang tua dan siswa yang berpikiran pendek. Fakta yang mendidik yaitu: Apalagi kecurangan sangat bertentangan dengan ruh pendidikan yang mengajarkan pentingnya nilai kejujuran. Sedangkan fakta yang bersifat persuasif yaitu: Seharusnya UN dilaksanakan dengan cara-cara yang jujur, bukan dengan cara-cara yang curang.
Pola penyusunan dari karangan di atas adalah termasuk pola penyusunan logis, karena adanya tanggapan atau pendapat pengarang yang bersifat fakta (subyektif) dan logis, sesuai dengan persoalan yang ditulis. Hal itu dapat dilihat pada kalimat: Polemik yang sering muncul dalam setiap kali pelaksanaan UN adalah adanya jual beli kunci jawaban. Banyak sekali spekulan yang menjual jawaban yang tidak benar, korbannya tentu orang tua dan siswa yang berpikiran pendek. Selain itu, praktik kerja sama dan menyontek juga masih sering dilakukan siswa supaya bisa lulus ujian. Semua itu menjadi catatan buruk bagi Kemendiknas dalam penyelenggarakan UN. Hal itu juga sering diperparah dengan adanya intervensi dari pihak terkait, terutama sekolah yang menginginkan siswanya lulus 100% dengan cara membuka soal terlebih dahulu kemudian dikerjakan guru dan jawabannya disebarkan kepada anak didik. Kalimat-kalimat yang bercetak miring tersebut, sesuai persoalan yang disinggung, yaitu tentang kecurangan dalam ujian nasional.
Dan jika dilihat dari urutan kerangkanya, termasuk kerangka karangan berdasarkan urutan pemecahan masalah. Urutan karangan tersebut dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Dapat dianalisis dari karangan di atas, bahwa karangan di atas dimulai  dari pelaksanaan ujian nasional, kemudian adanya kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional (yang merupakan masalah), kemudian langkah baru pelaksanaan ujian nasional (pemecahan masalah), dan pada akhirnya harapan adanya langkah baru ujian nasional.













BAB III
PENUTUP

Simpulan
Pola penyusunan kerangka karangan terdiri atas pola alamiah dan pola logis. Di mana pola alamiah merupakan suatu urutan unit-unit kerangka karangan yang sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sedangkan pola logis yaitu adanya tanggapan atau pendapat pengarang dalam karangan tersebut sesuai dengan persoalan yang ditulis.
Karangan dilihat dari kerangkanya terdiri atas karangan ilmiah, semi ilmiah, dan non-ilmiah. Di mana kerangka dari ketiga karangaan tersebut, memiliki karakteristik masing-masing.
Untuk kita dapat menganalisis sebuah karangan diperlukan pemahaman tentang pola penyusunan kerangka karangan dan bentuk kerangka karangan itu sendiri.
















LAMPIRAN 1

Contoh kerangka karangan berdasarkan pola penyusunan sebab-akibat:
Topik               : Banjir
Tujuan             : Untuk mengetahui penyebab dan dampak banjir
Tema               : Banjir di Indonesia
I.      Banjir Yang Terjadi Di Indonesia
A.  Banjir di Pulau Jawa
1.    Banjir di Jakarta
2.    Banjir di Surabaya
B.  Banjir di Luar Pulau Jawa
1.    Banjir Propinsi Nangroe Aceh Darussalam
2.    Banjir di Papua
II.   Penyebab Banjir Di Indonesia
A.  Faktor Alam
1.    Cuaca yang extrim
2.    Banjir Kiriman
B.  Kelalaian Manusia
1.    Penebangan Hutan
2.    Membuang Sampah Sembarangan
3.    Tanah Resapan Air Berkurang
4.    Pendangkalan Sungai
III.               Dampak yang timbul akibat Banjir
A.  Timbulnya Penyakit
B.  Mematikan Usaha
C.  Kerugian Administrasi
LAMPIRAN 2

Contoh kerangka karangan berdasarkan pola penyusunan umum-khusus:
Topik   : Pendidikan
Tujuan : Untuk mengetahui pendidikan di masyarakat
Tema   : Pendidikan di masyarakat

I.                    Pendidikan Dalam Lingkungan Masyarakat Secara Umum
II.                   Pendidikan Dalam Masyarakat Perkotaan
III.                    Pendidikan Di Masyarakat Pedesaan
IV.                   Pendidikan Pada Generasi Muda
















LAMPIRAN 3


Contoh kerangka karangan berdasarkan pola penyusunan Urutan Ruang:
Topik   : Banjir
Tujuan : Untuk Mengetahui Lokasi Banjir
Tema   : Beberapa Lokasi Banjir Di Dunia

I.     Banjir Yang Terjadi Di Luar Indonesia
A.  Banjir di Asia
1.    Banjir di Cina
2.    Banjir di Taiwan
B.  Banjir di Eropa
1.    Banjir di Belanda
2.    Banjir di Inggris
II.  Banjir Yang Terjadi Di Indonesia
A.  Banjir di Pulau Jawa
1.    Banjir di Jakarta
2.    Banjir di Pacitan
B.  Banjir di luar Pulau Jawa
1.    Banjir di Papua Barat
2.    Banjir di Padang





LAMPIRAN 4

Contoh kerangka karangan berdasarkan pola penyusunan Urutan waktu:

Topik   : Masyarakat
Tujuan : Untuk mengetahui perkembngan masyarakat
Tema   : Perkembangan masyarakat dari zaman ke zaman

I.                    Masyarakat Pemburu Dan Peramu
A.                 Masyarakat Pemburu dan Peramu di Dunia
B.                 Masyarakat Pemburu dan Peramu di Indonesia
1.                   Di Irian
2.                   Di Kepulauan Mentawai
II.                 Masyarakat Petani dan Peternak
A.                 Masyarakat Petani dan Peternak di Dunia
B.                 Masyarakat Petani dan Peternak di Indonesia
1.                   Masyarakat Petani di Pulau Jawa
2.                   Masyarakat Peternak di Nusa Tenggara Timur
III.              Masyarakat Industri
A.                 Masyarakat Industri Modern
B.                 Masyarakat Industri Canggih





LAMPIRAN 5

Contoh kerangka karangan berdasarkan pola penyusunan Urutan topik yang ada:
Topik   : Hutan
Tujuan : Untuk mengetahui pemanfaatan hutan
Tema   : Pemanfaatan hutan

I.                    Manfaat Hutan Secara Alamiah
A.    Mencegah Erosi
B.     Mengurangi Polusi
1.      Polusi Udara
2.      Polusi Suara
C.     Sebagai Hutan Lindung
II.                 Manfaat Hutan Secara Ekonomis
A.    Hutan Tanaman Industri
B.     Hutan Untuk Rekreasi
C.     Hutan Untuk Penelitian

Post a Comment for "ANALISIS KARANGAN BERDASARKAN POLA PENYUSUNAN KERANGKA DAN KARAKTERISTIK KERANGKANYA"